Anda di halaman 1dari 33

HUKUM ACARA PIDANA

Prof.Dr.andi Sofyan,S.H.,M.H.
BAB 1
A. PENDAHULUANPada tanggal 24 September 1981 telah ditetapkan hukum
acarapidana dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Un-dang-
undang Hukum Acara Pidana (disingkat: KUHAP) dan diundang-kan dalam
Lembaran Negara (LN) No. 76/1981 dan Penjelasan dalamTambahan Lembaran
Negara (TLN) No. 3209.Untuk pelaksanaan KUHAP sebelum Peraturan
Pemerintah No. 27Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang
Hukum AcaraPidana diundangkan, maka pada tanggal 4 Februari 1982 telah
dike-luarkan Keputusan Menteri Kehakiman tentang Pedoman
PelaksanaanKitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Pedoman pelaksanaan
inibertujuan untuk menjamin adanya kesatuan pelaksanaan hukum aca-ra
pidana berdasarkan KUHAP itu sendiri, yaitu sejak dari penyidikan,penuntutan,
pemutusan perkara, sampai pada penyelesaian di tingkat
B.ISTILAH HUKUM ACARA PIDANA
Sebelum secara resmi nama undang-undang hukum acara pidanadisebut "Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana" (Pasal 285 KU HAP), telah menggunakan istilah Wetboek van
Strafvordering (Belandy)dan kalau diterjemahkan secara harfiah menjadi Kitab Undang-
undang.Tuntutan Pidana, maka berbeda apabila dipakai istilah Wetboek
vanStrafprocesrecht (Belanda) atau Procedure of criminal (Inggris) yang ter.jemahan dalam
bahasa Indonesia "Kitab Undang-undang Hukum AcarPidana". Tetapi menurut Menteri
Kehakiman Belanda istilah strafvorder.ing itu meliputi seluruh prosedur acara pidana.'Istilah
lain yang diterjemahkan dengan "tuntutan pidana" adalanstrafvervol-ging, dan istilah in
menurut Menteri Kehakiman Belandatersebut yang tidak meliputi seluruh pengertian
strafprocesrecht (hukumacara pidana). Jadi, Istilah Strafvordering lebih luas artinya
daripada is-tilah strafvervolging.?Perancis menamai Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidananyayaitu Code 'Instruction Criminelle, di Jerman dengan nama
DeutscheStrafprozessodnung, sedangkan di Amerika Serikat sering ditemukan is-tilah
Criminal Procedure Rules.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka istilah yang paling
tepatdigunakan sebagaimana dimaksud oleh pembuat undang-
undang yaitu"Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana",
karena dalam penger-tian ini telah mencakup seluruh prosedur
acara pidana, yaitu mulai dariproses penyidikan sampai
pelaksanaan putusan hakim, bahkan meng-atur tentang upaya
hukum biasa (banding dan kasasi) dan upaya hukumluar biasa
(peninjauan kembali (herziening) dan kasasi demi
kepentinganhukum).Istilah lain hukum acara pidana dapat
disebut juga sebagai "hukumpidana formal", maksudnya untuk
membedakan dengan "hukum pidanamateriel". Adapun
dimaksud dengan "hukum pidana materiel" atauKUH Pidana
adalah berisi petunjuk dan uraian tentang delik,
peraturantentang syarat-syarat dapat tidaknya orang dipidana
dan aturan ten-tang pemidanaan, yaitu mengatur kepada siapa
dan bagaimana pidanaitu dijatuhkan, sedangkan
Menegakkan hukum yang berlandaskan sumber Pancasila, Un-
dang-Undang Dasar 1945, dan segala hukum dan perundang-
undangan yang tidak bertentangan dengan sumber hukum
dannilai-nilai kesadaran yang hidup dalam
masyarakat;Menegakkan nilai-nilai yang terkandung dalam
falsalah Panca-sila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta segala
nilal-nilai yangterdapat pada hukum dan perundang-undangan
yang lain, yangnilainya aspiratif dengan nilai dan rasa keadilan
masyarakat;danAgar tidak bergeser dari KUHAP yang telah
ditentukan sebagaipedoman tata cara pelaksanaan dan asas-
asas prinsip hukumnya,Melindungi harkat dan martabat
manusia, artinya manusia sebagaihamba Tuhan dan sebagai
makhluk yang sama derajatnya denganmanusia lain, harus
ditempatkan pada keluruhan harkat dan marta-
batnya.unMenegakkan ketertiban dan kepastian hukum,
maksudnya arti dantujuan kehidupan masyarakat lalah mencari
dan mewujudkan Ke-tenteraman atau ketertiban yaitu
kehidupan bersama antara sesa-ma anggota masyarakat yang
dituntut dan dibina dalam ikatan yangteratur dan layak,
sehingga lalu lintas tata pergaulan masyarakatyang
bersangkutan berjalan dengan tertib dan lancar.
C. PENGERTIAN HUKUM ACARA PIDANASebelum dikemukakan
pengertian bukum acara pidana, maka ter-lebih dahulu
dikemukakan pengertian hukum acara, sebagaimana dike-
mukakan oleh R. Soeroso,* bahwa "Ilakum acara adalah
kumpulan ke-tentuan-ketentuan dengan tujuan memberikan
pedoman dalam usahamencari kebenaran dan keadilan bila
terjadi perkosaan atas suatu ke-tentuan hukum dalam hukum
materiel yang berarti memberikan kepadahukum acara suatu
hubungan yang mengabdi kepada hukum materiel."Demikian
pula menurut Moelyatno' dengan memberikan batasantentang
pengertian hukum formil (hukum acara) adalah hukum
yangmengatur tata cara melaksanakan hukum materiel (hukum
pidana), danhukum acara pidana (hukum pidana formil) adalah
hukum yang meng-atur tata cara melaksanakan/
mempertahankan hukum pidana materiel."Dalam Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (Undang-Un-dang No. 8
'Tahun 1981) tidak disebutkan secara tegas dan jelas
tentangpongertian atau delinisi hukum acara pidana itu, namun
hanya dijelas-kan dalam beberapa bagian dari hukum acara
pidana, yaitu antara lain:pengertian penyelidikan/penyidikan,
penuntutan, mengadili, pra-per-adilan, putusan pengadilan,
upaya hukum, penyitaan, penggeledahan,penangkapan, dan
penahanan."Beberapa sarjana telah mengemukakan tentang
pengertian hukum
Menjamin segala warga negara bersama kedudukannya di
dalamhukum dan pemerintahan.NPenyempurnaan pembinaan
hukum nasional dengan mengada-kan pembaruan kodifikasi
serta unifikasi hukum dalam rangkumanpelaksanaan secara
nyata dari wawasan Nusantara.Agar masyarakat menghayati
hak dan kewajibannya dan untuk me-ningkatkan pembinaan
sikap para pelaksana penegak hukum sesuaifungi dan
wewenang masing-masing, demi terselenggaranya ne-gara
hukum sesuai UUD 1945.Peru dicabutnya semua ketentuan
undang-undang tentang hukumacara pidana yang sudah tidak
sesuai dengan cita-cita hukum nasi-onal.inPerlunya
mengadakan undang-undang tentang hukum acara
pidanauntuk melaksanakan peradilan umum bagi pengadilan
dalam ling-kungan peradilan umum dan Mahkamah Agung.
F. SUMBER DAN DASAR HUKUM ACARA PIDANADi dalam pelaksanaan
hukum acara pidana di Indonesia, maka sum-ber dan dasar hukumnya,
sebagai berikut:=Pasal 24 Undang-Undang Dasar 194523(1) Kekuasaan
khakiman merupakan kekuasaan yang merdeka un-tuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dankeadilan.(2) Kekuasaan khakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agungdan badan peradilan yang berada
di bawahnya dalam lingkun-gan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan
BAB 1
KEKUASAAN DAN SUSUNANBADAN PERADILAN DI
INDONESIA
• A. KEKUASAAN KEHAKIMANYANG BEBAS DAN MERDEKATerhadap kekuasaan
kehakiman yang bebas dan merdeka, beberapaperaturan perundang-undangan telah
menegaskan hal itu, antara lain:1.Undang-Undang Dasar 1945 di dalam Penjelasan
Pasal 24 dan 25UUD 1945, bahwa"Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan
yangmerdeka artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah.Berhubung
dengan itu harus diadakan jaminan dalam undang-undang tentang kedudukannya
para hakim."2. Konsiderans Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekua-saan
Kehakiman huruf a, disebutkan bahwa"Kekuasaan ke-hakiman menurut Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indone-sia Tahun 1945 merupakan kekuasaan yang
merdeka yang dilakukanoleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan di
bawahnya,dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi, untuk menyelenggarakanperadilan
gun menegakkan hukum dan keadilan."3. Penjelasan Umum Undang-Undang No. 4
Tahun 2004 tentangKekuasaan Kehakiman, bahwa'"'Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia
ada-ah negara hukum.' Sejalan dengan ketentuan tersebut
maka salahsatu prinsip penting negara hukum adalah adanya
jaminan penye-lengaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka,
bebas dari penga-uh kekuasaan lainnva untuk
menyelenggarakan peradilan gunamenegakkan hukum dan
keadilan."4.Pasal 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang
KekuasaanKehakiman, bahwa "Kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan negarayang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkanhukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila, demi terselenggaranyaNegara Hukum Republik
Indonesia."?
5. Konsiderans Menimbang huruf a Undang-undang No. 5
Tahun2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 14
Tahun1985 tentang Mahkamah Agung, disebutkan bahwa
"Kekuasaankehakiman adalah kekuasaan yang merdeka yang
dilaksanakanoleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan
mum, lingkungan peradilanagama, lingkungan peradilan militer,
dan lingkungan peradilan tatausaha negara, serta oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi."Maka berdasarkan aturan perundang-
undangan tersebut di atas,bahwa yang dimaksud dengan
kekuasaan kehakiman yang bebas dan1 Dalam bukunya Soesilo
Yuwonon, Penyelesaian Perkara Pidana Berdasarkan
KUHAP(Sistem & Prosedur), Bandung: Alumni, 1982, h. 3,
dengan mengutip pendapat MohammadYamin dalam bukunya
"Proklamasi dan Konstitusi RI" , 1952, h. 75, menjelaskan
bahwa "Istilah
Negara Indonesia adalah negara hukum, adalah kekuasaan yang
dilakukan PemerintahRepublik (Indonesia) itu hanya
berdasarkan dan berasal dari pada undang-undang dansekali-
kali tidak berdasarkan kekuasaan senjata, kekuasaan sewenang-
wenang ataulkepercayaan bahwa kekuasaan badanlah yang
boleh memutuskan segala pertikaian dalamnegara, Republik
Indonesia adalah suatu negara hukum tempat keadilan yang
tertulisberlaku; bukanlah negara polisi atau Negara militer"2
Penjelasan Pasal 1, bahwa "Kekuasaan Kehakiman yang
merdeka dalam ketentuan inimengandung pengertian bahwa
kekuasaan kehakiman bebas dari segala campur tangalpihak
kekuasaan ekstra yudisial, kecuali dalam hal-hal sebagaimana
disebut dalam Un-dang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.Kebebasan dalam melaksanakan
wewenang yudisial bersifat tidak mutlak karena tugashakim
adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila, sehingga putusannya mencerminkan rasa keadilan
rakyat Indonesia
B. ASAS-ASAS PERADILAN
• Di dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Ke-hakiman, telah
ditegaskan tentang asas-asas peradilan, antara lain:1.Menurut Pasal 3, bahwa:(1) Semua
peradilan di seluruh wilayah negara Republik Indonesiaadalah peradilan negara dan
ditetapkan dengan undang-un-dang.3(2) Peradilan negara menerapkan dan menegakkan
hukum dankeadilan berdasarkan Pancasila.2.Menurut Pasal 4, bahwa:(1) Peradilan
dilakukan "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KE-TUHANAN YANG MAHA ESA' A(2) Peradilan
dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.5(3) Segala campur tangan dalam
urusan peradilan oleh pihak laindi luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-
halsebagaimana disebut dalam Undang-Undang Dasar Negara Re-3 Penjelasan: Pasal 3
ayat (1), bahwa "Ketentuan ini tidak menutup kemungkinan pe-nyelesaian perkara
dilakukan di luar peradilan negara melalui perdamaian atau arbitrase"" Penjelasan: Pasal 4
ayat (1), bahwa "Ketentuan yang menentukan bahwa peradilandilakukan "DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA" adalah sesuaidengan Pasal 29 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang me-nentukan:
) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa;(2)
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu."" Penjelasan; Pasal 4 ayat
(2), bahwa "Ketentuan ini dimaksudkan untuk
memenuhiharapan para pencari keadilan. Yang dimaksud
dengan "sederhana" adalah pemeriksaandan penyelesaian
perkara dilakukan dengan cara yang efisien dan efektif. Yang
dirak-sud dengan "biaya ringan" adalah biaya perkara yang
dapat terpikul oleh rakyat. Namundemikian, dalam
pemeriksaan dan penyelesaian perkara tidak mengorbankan
ketelitian: Dalam mencari kebenaran dan keadilan
Menurut Pasal 5, bahwa:A) penadilan mengadili' menurut
hukum dengan tidalda-bedakan orang.(a) pensadilan
membantu pencari keadilan dan berusah,atasi segala hambatan
dan rintangan untuk dapat ters!peradilan yang sederhana,
cepat, dan biaya ringan.1.Menurut Pasal 6, bahwa:(I) ridiak
scorang pun da pat dihadapkan di depan pengadila»daripada
yang ditentukan oleh undang-undang.2 Tidak scorang pun
dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila,.adilan, karena alat
pembuktian yang sah menurut unda-dang, mendapat
keyakinan bahwa seseorang yang diesdapat bertansgung
jawab, telah bersalah atas perbuatan.didakwakan atas
dirinya.5.Menurut Pasal S, bahwa "Setiap orang yang disangka,
ditaneditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di depan
pengadilanjib dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan
pengadilanmenyatakan kesalahannya dan telah memperoleh
kekuatan hatetap."Menurut Pasal 11 ayat (I), bahwa
"Mahkamah Agung merupal-pengadilan negara tertinggi dari
keempat lingkungan peradilan-bagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (2)."7.Menurut Pasal 16 ayat (1), bahwa
"Pengadilan tidak boleh meslak untuk memeriksa, mengadili,
dan memutus suatu perkara 12-diajukan dengan dalih bahwa
hukum tidak ada atau kurane telamelainkan wajib untuk
memeriksa dan mengadilinya."
C. BADAN-BADAN PERADILAN
Menurut Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman, bahwa:(1) Rekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agun,dan badan peradilan yang berada di bawahnya, dan oleh sebuah[18.23,
3/12/2022] Rendy: Mahkamah Konstitusi.(2) Badan peradilan yang berada di bawah
Mahkamah Agung meliputibadan peradilan dalam lingkungan:a.Peradilan umum,
yaitu pengadilan umum untuk sipil, yang ber-wenang untuk memeriksa, mengadili,
dan memutus perkara per-data dan pidana.b.Peradilan agama, yang khusus
memeriksa, mengadili, dan me-mutus perkara perdata yang kedua belah pihaknya
beragama Is-lam dan menurut hukum yang dikuasai oleh hukum Islam.C.Peradilan
militer, yang khusus memeriksa, mengadili, dan me-mutus perkara pidananya dengan
status terdakwa sebagai ang-gota TNI dan/atau dipersamakan.d.Peradilan tata usaha
negara, yang khusus memeriksa, mengadi-li, dan memutus perkara sengketa tata
usaha negara, yang ter-gugatnya pemerintah dan penggugatnya perseorangan.
D. KEKUASAAN MENGADIL
• Pokok bahasan di sin adalah kekuasaan atau wewenang mengadilipada
peradilan umum, sebab di samping peradilan umum, mash dikenaladanya
peradilan lain, seperti peradilan militer (mahmil), peradilan aga-ma,
peradilan tata usaha negara.Tugas utama pegadilan umum dalam perkara
pidana ialah meng-adili semua perkara pidana sebagaimana yang tercantum
di dalam per-aturan perundang-undangan pidana Indonesia yang diajukan
(dituntut)kepadanya untuk diadili.Pedoman dalam menentukan
kewenangan mengadili berdasar padapasal-pasal yang diatur dalam Bab X,
bagi pengadilan negeri diatur padabagian Kedua, untuk pengadilan tinggi
pada Bagian Ketiga dan untukmahkamah agung pada Bagian Keempat, yaitu
terdiri dari Pasal 84, 85,dan Pasal 86 KUHAP. Untuk lebih jelasnya akan
diuraikan sebagai berikut
BAB 3
• Untuk membicarakan atau menggambarkan hukum acara pidana(tertulis) di zaman
dahulu sebelum berlakunya hukum acara pidana(KUHAP) atau sebelum Belanda
menjajah Indonesia, merupakan suatuhal yang sangat sulit, sebab pada waktu itu yang
berlaku adalah hukumadat atau hukum yang tidak tertulis.Hukum adat adalah
merupakan pencerminan hukum yang terpen-car dari jiwa bangsa Indonesia dari abad ke
abad, yang hidup dan terpe-lihara di tengah-tengah masyarakat. Hal ini dapat
digambarkan secarasingkat, yaitu apabila di antara mereka dalam masyarakat itu
timbulsuatu perselisihan, baik perkara pidana maupun perkara perdata,
makaDenyelesaian perkara in akan diajukan kepada penguasa (pemerintah),dan
pemerintah inilah yang nantinya akan mengambil keputusan yangharus diturutinya.
Dalam hal ini adalah kepala desalah yang mengam-bil peranan penting, sebab semua
perkara yang timbul antara pendudukdesa dipecahkan atau diselesaikan sendiri dengan
jalan musyawarahyang dipimpin oleh kepala desa.Pada saat itu belum ada pengertian
tentang pemisahan antara per-
HUKUM ACARA PIDANA: Suatu PengankarKara pidana dan
perkara perdata, jadi anggapan mereka bahwa perse.lisihan
utang piutang atau jual beli tanah adalah sama dengan
perkarpencurian, pembunuhan, dan lain sebagainya, yang
kesemuanya akandiadili dan diputus oleh penguasà.Hukum
adat delik yang terhimpun dalam Pandecten van het Sda-trecht
bagian X yang dikutip oleh Soepomo, ' menyebutkan berbagai
ben-tuk sanksi adat terhadap pelanggaran hukum adat, sebagai
berikut:1
Pengganti kerugian "imaterie!" dalam pelbagai rupa seperti
pak-saan menikah gadis yang telah dicemarkan
.2.Bayaran "uang adat" kepada orang yang terkena, yang
berupa bendayang sakti sebagai pengganti kerugian rohani.
3.Selamatan (korban) untuk membersihkan masyarakat dari
segalakotoran gaib
.4.Penutup malu.
5.Pelbagai rupa hukuman badan, hingga hukuman mati
.6.Pengasingan dari masyarakat serta meletakkan orang di luar
tata
Pengasingan dari masyarakat serta meletakkan orang di luar
tatahukum.Moh. Said Dirjokoesoemo dalam bukunya yang
berjudul PetunjukPraktis tentang Pengusutan dan Pemeriksaan
Perkara Pidana hm. 13 dan16, yang telah memberikan
gambaran tentang acara pidana pada waktuitu (masa
berlakunya hukum adat), dengan gambaran sebagai berikut:?

a.Waktu itu tidak ada perbedaan antara perkara pidana dan


perkaraperdata;
b.Semua perkara penduduk suatu desa sedapat mungkin
diselesaikandengan perdamaian oleh desa sendiri dengan
pimpinan kepala desa;
C.Perkara-perkara yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
desa,baru dimintakan peradilan kepada suatu hakim;
d.Dalam penyelesaian di muka hakim harus ada penggugat dan
yangdigugat;
pemeriksaan perkara tidak dapat diambil kepastian, hakim
biasamemberi keputusan yang sifatnya member kepuasan kepada
keduabelah pihak, dan8.perkataan "jaksa" adalah perkataan Jawa asli,
rupa-rupanya sebe-lum Belanda menjajah kita, jabatan jaksa itu sudah
ada, akan tetapiapabila jaksa itu adalah pegawai penuntut umum, tidak
demikiandulu-dulunya. Sampai kini kiranya mash terdengar ucapan-
ucapandi kalangan orang tua dan rakyat, bahwa jaksa adalah pemutus
per-Kara; jadi Jaksa adalah hakim.Selain it masih banyak bentuk-bentuk
lain berlakunya hukum adatdelik, antara lain di Sulawesi Selatan (Wajo)
dahulu dikenal pidana adatyang bersifat mempermalukan atau
menghina pelanggar adat di mukamum, ini disebut ri ule bawi (dipikul
seperti babi). Si pelaku dikat keduakaki dan tangannya, kemudian
dengan sebilah bambu diselipkan antaradua kaki dan kedua tangan
yang terikat itu, lalu dipikul oleh dua orangdibawa ke rumah penguasa
adat, dan sepanjang jalan sampai pada ru-mah penguasa adat
disaksikan oleh anggota masyarkat hukum tersebut."B. BERLAKUNYA
HUKUM ACARA PIDANA (TERTULIS)1. ZAMAN PENDUDUKAN
PENJAJAHAN BELANDASebelum negeri Belanda merdeka dari jajahan
Perancis, maka ber-lakulah hukum pidana Perancis yang disebut Code
Penal, namun setelahmerdeka, maka Belanda segera membuat atau
menyusun sendiri KitabUndang-undang hukum Pidananya yang disebut
Nederlandsch Wetboekvan Strafrecht, maka Indonesia (Hindia-Belanda)
sebagai negara jajahanBelanda berdasarkan asas konkordansi dalam
hukum pidana, yaitu "dimana sedapat mungkin hukum pidana yang
berlaku di Indonesia sesuai
dengan hukum pidana yang berlaku di negeri
Belanda.:"*Karena di Indonesia warganya terdiri dari berbagai
golongan, malabagi tiap-tiap golongan penduduk Indonesia
dibuat Kitab Undang-un-dang Hukum Pidana sendiri, sebagai
berikut:Wetboek van Strafrecht wor Nederlandsch Indie untuk
golongan pen-duduk Fropa, ditetapkan dengan Koninklijk
Besluit 10 Februari 1866.yang berisi hanya meliputi kejahatan-
kejahatan saja.Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch
Indie, untuk golongan pen-duduk Indonesia dan Timur,
ditetapkan dengan Ordonantie tanggal6 Mei 1872, hanya berisi
kejahatan saja.Algemeene Politie Strafreglement untuk
golongan penduduk Eropa,ditetapkan dengan Ordonantie,
tanggal 15 Juni 1872, berisi hanyapelanggaran-
pelanggaransaja.Algemeene Polite Strafreglement untuk
golongan penduduk Indone-sia dan Timur, ditetapkan dengan
Ordonantie tanggal 15 Juni 1872,yang hanya berisi pelangaran-
pelanggaran saja.Adapun bidang hukum acara pidana, maka
diberlakukan, sebagaiberikut:
Reglement op de Rechtterlike Organisatie (Stb). 1848 No. 57),
permemuat ketetapan-ketetapan mengenai organisasi dan
susun>peradilan (justitie) di Indonesia.Reglement op de
burgerlijike Rechtvordering (Stbl. 1819 No. 63), vargmemuat
hukum acara perdata bagi golongan penduduk Eropa deyang
disamakan dengan mereka.Reglement op de Strafvordering
(Stbl. 1849 No. 63), yang memuat hu-kum acara pidana bagi
golongan penduduk Eropa dan yang dis -makan dengan
mereka.Landgerechtsreglement (Stbl. 1914 No. 317), yang
memuat acara dimuka pengadilan Landgerecht yang memutus
perkara-perkara keciluntuk segala bangsa, dan yang
terpenting.Inlandsch Reglement, yang biasa disingkat IR (Stbl.
1848 No. 16),yang memuat hukum acara perdata dan hukum
acara pidana di mu-ka pengadilan Landraad bagi golongan
penduduk Indonesia danTimur Asing, hanya berlaku di Jawa
dan Madura yang ditetapkan
berdasarkan Pengumuman Gubernur enderal Tanggal 3
Desember1847 Stbld Nomor; 57, maka mulai 1 Mei 1848
berlakulah IndlandsReglement atau disingkat IR atau
lengkapnya Reglement op de uitoe-fening van de politie, de
Burgerlike Rechtspleging en de Stra{vorderingonder de
Inlanders en de Vreemde Oosterlingen of lava en Madura, se-
dangkan untuk luar Jawa dan Madura yang berlaku adalah
Rechts-reglement voor de Buitengewesten (Stbld. 1927 Nomor:
227).Berdasarkan beberapa kali perubahan-perubahan IR
tersebut, makadengan Stbld. 1941 Nomor: 14 diumumkan
kembali IR dengan perubah-an menjadi Herzien Inlandsch
Reglement atau disingkat HIR Namun de-mikian dalam
praktiknya kedua-duanya mash tetap diberlakukan, yaituIR
masih tetap berlaku di Jawa dan Madura, sedangkan HIR
berlaku dikota-kota lainnya seperti Jakarta (Batavia), Bandung,
Semarang, Sura-baya, dan Malang.
BAB 3
TERSANGKA,TERDAKWA,TERPIDANA,DAN HAK-HAKNYA

• Menurut Pasal 1 butir 14 KUHAP, bahwa pengertian tersangka ada-


lah"'seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,
berdasarkanbukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak
pidana."Menurut J.CT. Simorangkir' bahwa yang dimaksud dengan
tersang-ka adalah "seseorang yang telah disangka melakukan suatu
tindak pida-na dan ini mash dalam taraf pemeriksaan pendahuluan
untuk dipertim-bangkan apakah tersangka ini mempunyai cukup
dasar untuk diperiksadi persidangan.Adapun menurut Darwan Prints?
tersangka adalah"seorang yangdisangka, sebagai pelaku suatu delik
pidana" (dalam hal ini tersangkabelumlah dapat dikatakan sebagai
bersalah atau tidak).
TERDAXWAstemunur Pasal I bautir 15 KUMAP, bahna
pengertian terdalva alah"seorang tersangka yang dituntut,
diperiksa dan diadili di spengadilan.Sedangkan menurut IC. T.
Simorangkir,; bahwa yang dimalse,nyan terdalova adalah
"geseorang yang diduga telah melakukan gatindak pidana dan
ada cukup alasan untuk dilakukan pemeriksa,-muka
persidangan."3. TERPIDANA ATAU TERHUKUMI.C.I Simorangkir
membedakan atara pengertian terhukumngan terpidana, yaitu
bahwa yang dimaksud dengan terhukum* ada" seorang
terdakwa terhadap siapa oleh pengadilan telah dibuktikan
tesalahannya melakukan tindak pidana yang dituduhkan
kepadanya gkarena la dijatuhi hukuman yang ditetapkan untuk
tindak pidana tenbut", sedangkan terpidana" adalah "seorang
yang dipidana berdasariputusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
karena la dijatuhi hukuman yang ditetapkan wheput sedangkan
terpidana" adalah "seorang yang dipicalm tetap"putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. "B.
HAK-HAKHak adalah merupakan sesuatu yang diberikan kepada
seseorangtersangka, terdakwa, dan terpidana atau terhukum,
sehingga apabila hakini dilanggar, maka hak asasi tersangka,
terdalwa dan terpidana atauterhukum telah dilanggar atau
tidak dihormati.Untuk itu hak-hak tersangka, terdakwa, dan
terpidana atau terhu-kum harus tetap dijamin, dihargai dan
dihormati, dan demi tegaknyadan perlindungan hak-hak asasi
manusia. Untuk lebih jelasnya akan di-uraikan hak-hak
tersangka, terdakwa dan terpidana atau terhukum se-bagai
berikut:
I. HAK TERSANGKAAdapun hak-hak tersangka sebagaimana
diatur di dalam KUNAp,adalah sebagai berikut:Hak untuk
segera diperiksa perkaranya, sebagaimana menurut Pa-sal 50
KUHAP," yaitu:(1) Berhak segera mendapat pemeriksaan oleh
penyidik dan se-lanjutnya dapat diajukan kepada penuntut
umum.? Bahkantersangka yang ditahan dalam waktu satu hari
setelah perintahpenahanan itu dijalankan, a harus mulai
diperiksa oleh penyi-dik. (Pasal 122 KUHAP).(2) Berhak
perkaranya segera dimajukan atau dilanjutkan ke peng-adilan
oleh penuntut umum.(3) Berhak segera diadili oleh pengadilan.
(4) Hak untuk mempersiapkan pembelaan, sebagaimana
menurutPasal 51 huruf a KUHAP,* bahwa:(1) Tersangka berhak
untuk diberitahukan dengan jelas dalam
Penjelasan Pasal 50 KUHAP, bahwa "Diberikannya hak kepada tersangka
atau terdate(wa dalam pasal ini adalah untuk menjauhkan
kemungkinan terkatung- katungnya nast-* orang yang disanska
melakukan tindak pidana terutama mereka yang dikenakan pena-
hanan, jangan sampai lama tidak mendapat pemeriksaan. Sehingga
dirasakan tidak ada.Iva Repastian hukum, adanya perlakuan sewenang-
wenang dan tidak wajar. Selain Itu.,juga untuk mewujudkan peradilan
yang dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biayaringan.Lihat pula
Pasal 110 ayat (1) KUHAP.Penjelasan Pasal 51 huruf a KUHAP, bahwa
"Dengan diketahui serta dimengerti olehorang yang disangka
melakukan tindak pidana tentang perbuatan apa yang
sebenarnyadisangka telah dilakukan olehnya, maka a akan merasa
terjamin kepentingannya untukmengadakan persiapan dalam usaha
pembelaan. Dengan demikian a akan mengetahuiberat ringannya
sangkaan terhadap dirinya sehingga selanjutnya la akan dapat memper-
timbangkan tingkat atau pembelaan yang dibutuhkan, misalnya perl
atau tidakmya iamengusahakan bantuan hukum untuk pembelaan
tersebut"Penjelasan Pasal 51 huruf b KUHAP, bahwa"'Untuk mengindari
kemungkinan bahwaseorang terdakwa diperiksa serta diadili di sidang
pengadilan atas suatu tindakan yangdidakwakan atas dirinya tida
dimengerti olehnya dan karena sidang pengadilan adalahtempat yang
terpenting bagi terdakwa untuk pembelaan diri, seb-_ di sanalah la
denganbebas akan dapat mengemukakan segala sesuatu yang
dibutuhkannya bagi pembelaan,maka untuk keperluan tersebut
pengadilan menyediakan juru bahasa bagi terdakwa
yangberkebangsaan asing atau yang tidak bisa menguasai bahasa
HOKUM ACARA PIDANA: Suate Pengantarbahasa yang
dimengerti olehnya tentang apa yang disang-kakan kepadanya
pada waktu pemeriksaan dimulai;(2) Tersangka berhak untuk
diberitahukan dengan jelas dalambahasa yang dimengerti
olehnya tentang apa yang didak-wakan kepadanya.2.Hak untuk
bebas memberikan keterangan, sebagaimana menurutPasal 52
KUMAP, bahwa "Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidik-an:
tersangka berhak memberikan keterangan secara bebas
kepadapenyidik.»?Hak untuk mendapatkan juru bahasa,
sebagaimana menurut Pasal53 ayat (1) KUHAP, o bahwa "Dalam
pemeriksaan pada tingkat pe-nyidikan tersangka berhak untuk
setiap waktu mendapat bantuanjuru bahasa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 177., 'Hak untuk mendapatkan
penerjemah, sebagaimana menurut Pasal53 ayat (2) KUHAP,
bahwa "Dalam hal tersangka bisu dan/atau tulidiberlakukan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178,° *
Lihat pula Pasal 117 ayat (1) KUHAP,Penjelasan Pasal 52 KUNAP,
bahwa " Supaya pemeriksaan dapat mencapai hasil yang ti-dak
menyimpang daripada yang sebenarnya maka tersangka atau
terdakwa harus dijauh-kan dari rasa takut. Oleh karena itu,
wajib dicegal adanya paksaan atau tekanan terhadaptersangka
atau terdakwa.'° Penjelasan Pasal 53 KUHAP, bahwa "Tidak
semua tersangka atau terdakwa menger-ti bahasa Indonesia
dengan baik, terutama orang asing, schingga mereka tidak
mengertiapa yang sebenarnya disangkakan atau didakwakan,
Oleh karena itu, mereka berhak men-dapat bantuan juru
bahasa.I Pasal 177 KUHAP:(1) Jika terdakwa atau saksi tidak
paham bahasa Indonesia, hakim ketua sidang
menunjukseorang juru bahasa yang bersumpah atau berjanji
akan menerjemahkan dengan be-nar semua yang harus
diterjemahkan.(2) Dalam hal seorang tidak boleh menjadi saksi
dalam suatu perkara ia tidak boleh pulamenjadi juru bahasa
dalam perkara itu.12 Pasal 178 KUHAP:(1) Jika terdakwa atau
saksi bisu dan/atau tuli serta tidak dapat menulis, hakim
ketuasidang mengangkat sebagai penerjemah orang yang
pandai bergaul dengan terdakwaatau saksi itu.(2) Tika terdakwa
atau saksi bisu dan/atau tuli tetapi dapat menulis, hakim ketua
sidangmenyampaikan semua pertanyaan atau teguran
kepadanya secara tertulis dan kepadaterdakwa atau saki
tersebut diperintahkan untuk menulis jawabannya dan
selanjut-nya semua pertanyaan serta jawaban harus dibacakan.
Tersangka, Terdakwa, Terpidana, dan Hak- hakmyaHak untuk
mendapatkan bantuan hukum, sebagaimana menurutPasal 54
KUMAP," bahwa "Guna kepentingan pembelaan,
tersangkaberhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau
lebih penasihathukum selama dalam waktu dan pada setiap
tingkat pemeriksaan,menurut tata cara yang ditentukan dalam
undang-undang ini»5.Hak untuk memilih penasihat hukum,
sebagaimana menurut Pasal55 KUHAP, yaitu "Berhak untuk
mendapatkan penasihat hukumtersebut dalam Pasal 54, dan
berhak memilih sendiri penasihathukumnya."6.Hak untuk
didampingi penasihat hukum secara cuma-cuma, seba-gaimana
menurut menurut Pasal 56 KUHAP, bahwa apabila:a.Dalam hal
tersangka disangka melakukan tindak pidana yangdiancam
dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belastahun atau
lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang di-ancam
dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mem-punyai
penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutanpada
semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan
wajibmenunjuk penasihat hukum bagi mereka, 'bSetiap
penasihat hukum yang ditunjuk untuk bertindak se-bagaimana
dimaksud dalam ayat (1), memberikan bantuannyadengan
cuma-cuma.

Anda mungkin juga menyukai