a. Pasal 12 huruf e
4. Paksaan mengeluarkan
b. Pasal 12 huruf g
uang (pemerasan):
c. Pasal 12 huruf f
2. Pegawai Negeri:
a. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU tentang
kepegawaian (sekarang UU ASN);
b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP;
c. orang yang menerima gaji/upah dari keuangan negara/daerah;
d. orang yang menerima gaji/upah dari suatu korporasi yang
menerima bantuan dari keuangan negara/daerah;
e. orang yang menerima gaji/upah dari korporasi yang
mempergunakan modal atau fasilitas dari negara/masyarakat.
3. Penyelenggara negara.
Penyelenggara Negara
Menurut UU No. 28 Tahun 1999, Penyelenggara Negara, meliputi:
- Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara
- Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara
- Menteri
- Gubernur
- Hakim
- Pejabat Negara lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan
- Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya
dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
Pengertian Pegawai Negeri menurut KUHP
Pasal 92 ayat (1)
Ancaman pidana:
4-20 tahun penjara; dan
Denda Rp. 200 jt-Rp. 1 miliar.
Pasal 2 ayat (2)
Apabila dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati
dapat dijatuhkan.
Ancaman pidana:
1-20 tahun penjara; dan
Denda Rp. 50 jt-Rp. 1 miliar.
1. Unsur “setiap orang”
Unsur ini telah dijelaskan pada penerapan unsur Pasal 2.
Ancaman pidana:
Penjara 1-5 tahun; dan
Denda Rp. 50- jt-Rp. 250 jt.
Unsur Ps. 5 ayat (1) huruf a
1. Unsur “setiap orang” telah dijelaskan pada
bagian terdahulu.
2. Unsur “memberi atau menjanjikan sesuatu”
Unsur ini merupakan alternatif perbuatan berupa
memberi sesuatu atau menjanjikan sesuatu.
Serupa dengan Pasal 13, unsur memberi atau
menjanjikan mempunyai pengertian yang sama.
Apa yang diberi atau diperjanjikan itu adalah
“sesuatu” yaitu sangat luas artinya, bukan lagi
benda sebagaimana dimaksud Ps. 209 KUHP.
Yurisprudensi yang berkaitan dengan Pasal 209 KUHP:
Catatan: mengingat Pasal 5 merupakan pasal yang diadopsi dari Ps. 209
KUHP, maka jurisprudensi yang terdapat pada Ps. 209 KUHP dapat
diterapkan dalam Ps. 5!
Unsur Ps. 13
1. Unsur “setiap orang”
Unsur ini telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.
2. Unsur “memberi hadiah atau janji”
Unsur ini mempunyai alternatif: memberi
hadiah, atau memberi janji.
Memberi hadiah adalah menyerahkan sesuatu,
sesuatu itu adalah hadiah.
Menurut KBBI, hadiah adalah pemberian kenang-
kenangan, penghargaan, penghormatan.
Hadiah diberikan bila seseorang memenuhi prestasi tertentu, karenanya
hadiah selalu diberikan di belakang.
Memberi janji memenuhi juga makna berjanji, mengikat janji, atau
“janjian”.
Ancaman pidana:
1-5 tahun penjara; dan
Denda Rp. 5- jt-Rp. 250 jt.
Unsur Ps. 5 ayat (1) huruf b
1. Unsur “setiap orang”
Unsur ini telah dijelaskan pada bagian
terdahulu.
2. Unsur “memberi sesuatu”
Unsur ini telah dijelaskan pada bagian
terdahulu.
3. Unsur “pegawai negeri atau penyelenggara
negara”
Unsur ini telah dijelaskan pada bagian
terdahulu.
Pasal 6
(1) - Setiap orang
- Yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
hakim
- Dengan maksud
- Untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili; atau
- Yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
seseorang yang menurut UU ditentukan menjadi
advokat untuk menghadiri sidang
- dengan maksud
- untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang
akan diberikan
Pasal 7 ayat (1) huruf a:
pemborong; atau
ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan; atau
penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan
melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan:
• keamanan orang atau barang, atau
• Keselamatan negara dalam keadaan perang.
Pasal 7 ayat (1) huruf b:
Setiap orang
yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan
sengaja
membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf a.
Pasal 7 ayat (1) huruf c:
Setiap orang
yang pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI dan atau Polri
melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang
Pasal 7 ayat (1) huruf d:
Setiap orang
yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI dan atau Polri
sengaja
membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud huruf c.
Pasal 7 ayat (2):
(setiap) Orang
Yang menerima
• penyerahan bahan bangunan; atau
• penyerahan barang keperluan TNI dan atau Polri;
Salah satu unsur dari Pasal 425 ke-1 KUHP adalah “menjalankan
perbuatan itu di dalam jabatannya. Karena pembuatan daftar
penerimaan uang dan pembayaran gaji orang-orang yang dimintai uang
oleh terdakwa itu bukanlah tugas terdakwa sebagai klerek pada Jawatan
Pengajaran Daerah, akan tetapi menjadi tugas dari Kepala Sekolah Rakyat
yang bersangkutan, sedang terdakwa hanya dimintai bantuan, maka
permintaan uang tersebut tidak dilakukan terdakwa dalam jabatannya.
Pasal 12 huruf g
Pegawai negeri atau penyelenggara negara
Pada waktu menjalankan tugas
Meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan
barang
Seolah-olah merupakan utang kepada dirinya
Padahal diketahui bukan utang.
Pasal 12 huruf h
Pegawai negeri atau penyelenggara negara
Pada waktu menjalankan tugas
Menggunakan tanah negara yang diatasnya terdapat hak pakai
Seolah sesuai per-UU-an
Telah merugikan orang yang berhak
Padahal diketahuinya
Perbuatan tersebut bertentangan dengan per-UU-an
Pasal 12 huruf g
Pegawai negeri atau penyelenggara negara
Langsung maupun tidak langsung
Turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan
Yang pada saat perbuatan dilakukan
Seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
Pasal 15
Setiap orang
Yang melakukan: percobaan, atau pembantuan, atau
permufakatan jahat
Untuk melakukan tindak pidana korupsi…
Ancaman pidana:
dalam hal percobaan, disamakan dengan delik selesai;
dalam hal pembantuan, disamakan dengan pelaku
utamanya;
Dalam hal permufakatan jahat, disamakan dengan
seandainya delik itu sungguh dilakukan.
Pasal 12B ayat (1):
Setiap gratifikasi
Kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
Dianggap pemberian suap
Apabila berhubungan dengan jabatan
Dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya.
Pengertian Gratifikasi
adalah pemberian dalam arti luas, meliputi pemberian uang, rabat
(diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas
lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun
di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik
atau tanpa sarana elektronik.
Apa lagi?
Tidak kenal pemberi dan tidak
tahu asal-muasal barang
pemberian bukan alasan untuk
menerima, tetapi justru alasan
untuk menolak!
Sekian.
Mohon maaf dan terima kasih...