UU No. 31/1999
1. Pasal 2
2. Pasal 3
3. Pasal 13
4. Pasal 15
Perumusan Delik yang Berasal dari KUHP
UU No. 31/1999
Jo
UU. No. 20/2001
Ditarik melalui Pasal 23,
yaitu:
Pasal 220, 231, 421, 422,
429, dan 430 KUHP
7 Perbuatan Utama Korupsi
1. Merugikan keuangan negara.
2. Suap.
3. Penggelapan dalam jabatan.
4. Pemerasan (paksaan mengeluarkan uang).
5. Perbuatan curang.
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan.
7. Gratifikasi.
1. Kerugian keuangan negara: a. Pasal 2
b. Pasal 3
Penyelenggara Negara
Menurut UU No. 28 Tahun 1999, Penyelenggara Negara, meliputi:
- Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara
- Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara
- Menteri
- Gubernur
- Hakim
- Pejabat Negara lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan
- Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya
dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
Pengertian Pegawai Negeri menurut KUHP
Pasal 92 ayat (1)
Ancaman pidana:
- 1-3 tahun penjara; dan
- Denda Rp. 50 jt-Rp. 150 jt.
Unsur Ps. 13
1. Unsur “setiap orang”
Unsur ini telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.
2. Unsur “memberi hadiah atau janji”
Unsur ini mempunyai alternatif: memberi
hadiah, atau memberi janji.
Memberi hadiah adalah menyerahkan sesuatu,
sesuatu itu adalah hadiah.
Menurut KBBI, hadiah adalah pemberian kenang-
kenangan, penghargaan, penghormatan.
Hadiah diberikan bila seseorang memenuhi
prestasi tertentu, karenanya hadiah selalu
diberikan di belakang.
Memberi janji memenuhi juga makna berjanji,
mengikat janji, atau “janjian”.
Ancaman pidana:
- dalam hal percobaan, disamakan dengan delik selesai;
- dalam hal pembantuan, disamakan dengan pelaku
utamanya;
- Dalam hal permufakatan jahat, disamakan dengan
seandainya delik itu sungguh dilakukan.
Suap!
• Pemberian yang ada maunya.
• Pemberian yang diserahkan dengan maksud
agar penerima mengikuti kehendak pemberi.
• Pemberian yang diserahkan dengan maksud
agar penerima mengikuti kehendak pemberi
baik yang bertentangan maupun tidak
bertentangan dengan kewajiban penerima.
Sekilas
Ada 6 gradasi perbuatan memberi (dan menerima):
1.Pemberian yang boleh bahkan wajib dilakukan.
2.Pemberian yang ‘berbau’ suap karena ada
maunya.
3.Pemberian yang merupakan suap tetapi bukan
korupsi (UU No. 11/1980).
4.Pemberian yang dianggap suap alias gratifikasi
(Ps. 12B).
5.Pemberian yang termasuk kategori suap (Ps. 13).
6.Pemberian sebagai suap yang sesungguhnya [Ps.
5 ayat (1)].
Suap sebagai TP Korupsi
1. Pemberian sesuai Ps. 5 ayat (1) huruf a,
penerima diancam dengan Ps. 12a.
2. Pemberian sesuai Ps. 5 ayat (1) huruf b,
penerima diancam dengan Ps. 12b.
3. Pemberian sesuai Ps. 6 ayat (1), penerima
diancam dengan Ps. 12 c.
4. Pemberian sesuai Ps. 6 ayat (2), penerima
diancam dengan Ps. 12 d.
5. Pemberian sesuai Ps. 13, penerima diancam
dengan Ps. 11.
6. Pemberian sesuai Ps. 12B. Penerima?
Pasal 5 ayat (1) huruf a:
- Setiap orang
- memberi atau menjanjikan sesuatu
- kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
- dengan maksud
- supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara
tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya
- yang bertentangan dengan kewajibannya
Ancaman pidana:
- Penjara 1-5 tahun; dan/atau
- Denda Rp. 5- jt-Rp. 250 jt.
Unsur Ps. 5 ayat (1) huruf a
1. Unsur “setiap orang” telah dijelaskan pada
bagian terdahulu.
2. Unsur “memberi atau menjanjikan sesuatu”
Unsur ini merupakan alternatif perbuatan
berupa memberi sesuatu atau menjanjikan
sesuatu.
Serupa dengan Pasal 13, unsur memberi atau
menjanjikan mempunyai pengertian yang sama.
Apa yang diberi atau diperjanjikan itu adalah
“sesuatu” yaitu sangat luas artinya, bukan lagi
benda sebagaimana dimaksud Ps. 209 KUHP.
Yurisprudensi yang berkaitan dengan Pasal 209 KUHP:
Ancaman pidana:
- 1-5 tahun penjara; dan/atau
- Denda Rp. 5- jt-Rp. 250 jt.
Unsur Ps. 5 ayat (1) huruf b
1. Unsur “setiap orang”
Unsur ini telah dijelaskan pada bagian
terdahulu.
2. Unsur “memberi sesuatu”
Unsur ini telah dijelaskan pada bagian
terdahulu.
3. Unsur “pegawai negeri atau penyelenggara
negara”
Unsur ini telah dijelaskan pada bagian
terdahulu.
Pasal 6
(1)- Setiap orang
- Yang memberi atau menjanjikan sesuatu
kepada hakim
- Dengan maksud
- Untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili; atau
- Yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
seseorang yang menurut UU ditentukan menjadi
advokat untuk menghadiri sidang
- dengan maksud
- untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat
yang akan diberikan
Pasal 7 ayat (1) huruf a:
- pemborong; atau
ahli bangunan yang pada waktu membuat
bangunan; atau
penjual bahan bangunan yang pada waktu
menyerahkan bahan bangunan
- melakukan perbuatan curang
- yang dapat membahayakan:
• keamanan orang atau barang, atau
• Keselamatan negara dalam keadaan perang.
Pasal 7 ayat (1) huruf b:
- Setiap orang
- yang bertugas mengawasi pembangunan atau
penyerahan bahan bangunan
- sengaja
- membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud huruf a.
Pasal 7 ayat (1) huruf c:
- Setiap orang
- yang pada waktu menyerahkan barang
keperluan TNI dan atau Polri
- melakukan perbuatan curang
- yang dapat membahayakan keselamatan
negara dalam keadaan perang
Pasal 7 ayat (1) huruf d:
- Setiap orang
- yang bertugas mengawasi penyerahan barang
keperluan TNI dan atau Polri
- sengaja
- membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud huruf c.
Pasal 7 ayat (2):
- (setiap) Orang
- Yang menerima
• penyerahan bahan bangunan; atau
• penyerahan barang keperluan TNI dan atau Polri;
- dan membiarkan perbuatan curang
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a
atau c.
Pasal 8:
- Pegawai negeri atau orang lain selain pegawai
negeri
- yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum
- secara terus menerus atau untuk sementara waktu
- sengaja:
• menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan
karena jabatannya; atau
• Membiarkan uang atau surat berharga itu
• diambil atau digelapkan oleh orang lain; atau
• membantu dalam melakukan perbuatan (mengambil atau
menggelapkan uang atau surat berharga) tersebut.
1. H.R. 27 Juli 1938, 1939 No. 123
Bagi seorang pegawai kantor pos, benda-benda pos
seperti perangko, materai, kartu pos dan sebagainya itu
merupakan surat-surat berharga. Berdasarkan undang-
undang Pos, benda-benda tersebut diperuntukkan guna
membayar beberapa hak dan kewajiban tertentu,
sehingga di dalam peredarannya benda-benda tersebut
mempunyai suatu fungsi, yang disebut sebagai kertas
berharga.
2. M.A. 23 Maret 1957 No. 73 K/Kr/1956
Dipergunakannya sejumlah uang oleh pegawai negeri
untuk pos lain daripada yang telah ditentukan,
merupakan kejahatan penggelapan termaksud Pasal 415
KUHP.
Pasal 9
- Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri
- Yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan
umum:
• secara terus menerus, atau
• untuk sementara waktu
- Dengan sengaja
- Memalsukan buku-buku atau daftar-daftar
yang khusus untuk pemeriksaan administrasi
Pasal 10 huruf a
- Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
- yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum
secara terus menerus atau sementara waktu
- menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau
membuat tidak dapat dipakai
- barang, akta, surat, atau daftar
- yang digunakan untuk meyakinkan atau
membuktikan di muka pejabat yang
berwenang
- yang dikuasai karena jabatannya
Pasal 10 huruf b
- Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri
- yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan
umum secara terus menerus atau sementara
waktu
- membiarkan orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai,
- Barang, akta, surat, atau daftar
Pasal 10 huruf c
- Pegawai negeri atau orang selain pegawai
negeri
- yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan
umum secara terus menerus atau sementara
waktu
- Membantu orang lain menghancurkan,
menghilangkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai
- Barang, akta, surat, atau daftar
Pasal 11