0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
230 tayangan8 halaman
Dokumen tersebut membahas perumusan delik korupsi dalam undang-undang di Indonesia, khususnya UU No. 3/1971 dan UU No. 31/1999. Beberapa delik korupsi dirumuskan secara mutlak atau tidak mutlak dari KUHP dan pembuat undang-undang. Delik korupsi antara lain meliputi penyalahgunaan wewenang dan pemberian hadiah kepada pegawai negara.
Dokumen tersebut membahas perumusan delik korupsi dalam undang-undang di Indonesia, khususnya UU No. 3/1971 dan UU No. 31/1999. Beberapa delik korupsi dirumuskan secara mutlak atau tidak mutlak dari KUHP dan pembuat undang-undang. Delik korupsi antara lain meliputi penyalahgunaan wewenang dan pemberian hadiah kepada pegawai negara.
Dokumen tersebut membahas perumusan delik korupsi dalam undang-undang di Indonesia, khususnya UU No. 3/1971 dan UU No. 31/1999. Beberapa delik korupsi dirumuskan secara mutlak atau tidak mutlak dari KUHP dan pembuat undang-undang. Delik korupsi antara lain meliputi penyalahgunaan wewenang dan pemberian hadiah kepada pegawai negara.
pembuat undang-undang 2. Rumusan delik yang berasal dari KUHP; a. Delik korupsi yang ditarik secara mutlak dari KUHP, yaitu menyangkut delik korupsi dalam arti materil dan keuangan. Contoh: Pasal 209, 210, dan 387 KUHP. b. Delik korupsi yang ditarik tidak secara mutlak dari KUHP, yaitu yang menjadi delik korupsi dalam kaitan dengan pemeriksaan Delik Korupsi yang Dirumuskan oleh pembuat Undang-undang
UU No. 3/1971 UU No. 31/1999
1. Pasal 1 ayat (1) 1. Pasal 2 huruf a, b, dan d 2. Pasal 3 3. Pasal 13 2. Pasal 1 ayat (2) 4. Pasal 15 Perumusan Delik yang Berasal dari Pembuat Undang-undang UU No. 3/1971 UU No. 31/1999 Pasal 1 ayat (1) huruf a: Pasal 2 ayat (1): -Barangsiapa -Setiap orang
-Melawan hukum -Secara melawan hukum
-Memperkaya diri -Memperkaya diri
sendiri/orang lain sendiri/orang lain/suatu -Secara langsung/tidak korporasi langsung merugikan keuangan negara dan atau perekonomian negara, Ayat (2): atau diketahui/patut disangka olehnya bahwa perbuatan tersebut Dilakukan dalam keadaan merugikan keuangan tertentu negara/perekonomian UU No. 31/1999 dilakukan dalam keadaan tertentu Penjelasan: sebagai pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak pidana tersebut dilakukan: - Pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai UU yang berlaku - Pada waktu terjadi bencana alam nasional
Pasal 2 ayat (2) adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana tersebut dilakukan, - terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan: keadaan bahaya, bencana alam nasional, akibat kerusuhan sosial yang meluas, krisis ekonomi/moneter; dan - pengulangan tindak pidana korupsi UU No. 3/1971 UU No. 31/1999 Pasal 1 ayat (1) huruf b: Pasal 3: -Barangsiapa -Setiap orang -Dengan tujuan -Dengan tujuan menguntungkan diri menguntungkan diri sendiri/orang lain/suatu sendiri/orang badan lain/korporasi -Menyalahgunakan -Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau kewenangan, sarana yang ada kesempatan, atau padanya karena sarana yang ada jabatan/kedudukan padanya karena -Secara langsung/tidak jabatan.kedudukan langsung dapat -Dapat merugikan UU No. 3/1971 UU No. 31/1999 Pasal 1 ayat (1) huruf Pasal 13: d: -Setiap orang -Barangsiapa -Memberi hadiah/janji -Memberi hadiah/janji -Kepada pegawai -Kepada pegawai negeri negeri seperti -Dengan mengingat dimaksud Pasal 2 kekuasaan/wewenang -Dengan mengingat yang melekat pada sesuatu kekuasaan dan jabatan/kedudukanny atau sesuatu a, atau oleh pemberi wewenang yang hadiah/janji dianggap melekat pada melekat pada jabatannya/kedudukan jabatan/kedudukan nya atau oleh si UU No. 3/1971 UU No. 31/1999 Pasal 1 ayat (2): Pasal 15:
-Barangsiapa - Setiap orang yang
-Melakukan melakukan percobaan/permufa percobaan/ katan untuk pembantuan/permu melakukan tindak fakatan jahat untuk pidana-tindak melakukan tindak pidana tersebut pidana korupsi dalam ayat (1) a, b, c, d, e Pasal ini