Makalah Ini Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Akuntansi Forensik
Makalah Ini Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Akuntansi Forensik
Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
AKUNTANSI FORENSIK
Disusun oleh
Kelompok 11 :
2023/2024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim….
Kelompok 11
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntan forensik bekerja sama dengan praktisi hukum dalam
menyelesaikan masalah hukum. Karena itu Akuntansi forensik perlu
memahami hukum pembuktian sesuai dengan masalah hukum yang
dihadapi, seperti pembuktian untuk tindak pidana umum (dimana
beberapa pelanggaran dan kejahatan mengenai fraud diatur), tindak
pidana khusus (seperti korupsi, pencucian uang, perpajakan, dan lain-
lain), pembuktian dalam hukum perdata, pembuktian dalam hukum
administrasi dan sebagainya.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Forensik dan juga menambah wawasan dalam bidang
Akuntansi Forensik , khususnya dalam hal memahami audit investigative
dengan menanalisis unsur perbuatan malawan hukum yang meliputi jenis
tindak pidana korupsi , tindakan pidana lainnya terkait Tipikor , unsur -
unsur tindak pidana korupsi , konsep undang - undang dan analisis
beberapa kasus korupsi .
C. Rumusan Masalah
1) Apa saja jenis tindak pidana korupsi?
2) Bagaimana Tindak Pidana Lain Berkaitan Dengan Tipikor?
3) Bagaimana Unsur-Unsur Tindak Pidana Korupsi?
4) Bagaimana Konsep undang-undang?
5) Bagaimana Ananlisis Beberapa Kasus Korupsi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Tabel 16.5
Perincian 30 Bentuk Tindak Pindana Korupsi
Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
Pidana Pidana
Pencara Denda
No Kelompok Keterangan Pidana (tahun) (juta rupiah)
Tipikor Penjara D/DA
Min. Maks. Min. Maks.
2
ayat (2) menerima suap
7. Pasal 12, Pegawai Negeri Seumur 4 20 D 200 1.000
a menerima suap Hidup
8. Pasal 12, Pegawai Negeri Seumur 4 20 D 200 1.000
b menerima suap Hidup
9. Pasal 11 Pegawai Negeri 1 5 DA 50 250
menerima suap
10. Pasal 6, Menyuap hakim 3 15 D 150 750
ayat (1), a
11. Pasal 6, Menyuap advokat 3 15 D 150 750
ayat (1),
b
12. Pasal 6, Hakim dan 3 15 D 150 750
ayat (2) advokat
menerima suap
13. Pasal 12, Hakim menerima Seumur 4 20 D 200 1.000
c suap Hidup
14. Pasal 12, Advokat Seumur 4 20 D 200 1.000
d menerima suap Hidup
Penggelapan dalam Jabatan
3
buku
Perbuatan Pemerasan
4
gratifikasi dan
tidak melapor ke
KPK
Dalam Tabel 16.5 di atas, ada kolom D-DA. Dalam kolom ini, tertulis D (yang
berarti dan) atau DA (yang berarti dan/atau). Kalau tertulis “dan” berarti kedua
jenis pidana pokoknya (dalam hal ini, Pidana Penjara dan Pidana Denda) harus
dijatuhkan bersama-sama. Penjatuhan dua jenis pidana pokok ini secara
berbarengan merupakan sistem kumulatif imperatif, dan terlihat dalam Pasal 2,
6, 8, 9, 10, 12, dan 12B. Tindak pidana korupsi dalam pasal-pasal ini dapat
dikarenakan pidana penjara seumur hidup, bahkan dalam Pasal 2 dikenakan
hukuman mati. Ini menandakan bahwa sistem kumulatif imperatif dikarenakan
terhadap tindak pidana korupsi yang paling berat.Di samping sistem kumalatif
imperatif yang dijelaskan di atas, juga ada sistem kumulatif fakultatif. Pada
Tabel 16.5, sistem kumaltif fakultatif dapat dilihat pada pasal-pasal yang
menggunakan istilah “dan/atau” (disingkat DA).
5
dilakukan, pasal 231 menarik barang yang disita, pasal 421 pejabat
penyalahgunaan kekuasaan memaksa orang melakukan, tidak
melakukan, atau membiarkan sesuatu, pasal 422 pejabat
menggunakan pemaksaan untuk memeras pengakuan atau mendapat
keterangan, pasal 24 29 pejabat melampaui kekuasaan memaksa
masuk ke dalam ruang ke dalam rumah atau ruangan atau pekarangan
tertutup atau berada di situ secara melawan hukum atau pasal 430
pejabat melampaui kekuasaan menyuruh memperlihatkan kepadanya
atau merampas surat atau kartu pos, barang atau paket atau kabar
lewat kawat.
6
D. Konsep Undang-Undang
Di bawah ini ada catatan mengenai beberapa konsep yang secara
umum dikenal dalam KUHP dan KUHAP maupun yang khas untuk tindak
pidana korupsi dan konsep-konsep itu adalah.
1. Alat bukti yang sah
2. Beban pembuktian terbalik
3. Gugatan perdata atas harta yang disembunyikan.
4. Pemidanaan secara in absentia
5. Memperkaya versus menguntungkan
6. Pidana mati
7. Belum delictum
8. concursus idealis
9. Concursus realis
10. Perbuatan berlanjut
11. Lepas dari tuntunan hukum versus bebas
Konsep-konsep ini dimaksudkan untuk membantu akuntan forensik yang
tidak mempunyai latar belakang pendidikan hukum dalam analisis kasus.
7
pengadilan negeri dan mahkama agung membebaskan Djoko S.
Tjendra, dengan alasan perbuatan melakukan cessie adalah perbuatan
perdata dan bukan pidana.
Yang menjadi soal sebenarnya ialah mengapa pencairan uang
hasil cessie itu berjalan cepat dan mulus. Mengapa kalua orang lain
yang membuat cessie, hasilnya sulit untuk dicairkan. Jadi seharusnya
Djoko S. Tjandra didakwa memberi suap kepada pejabat negara dan
BPPN primair pasal 209 KUHP juncto pasal 1 ayat 1 huruf c undang-
undang 3/1971,,, subsidiair pasal 1 ayat 1 huruf d undang-undang
3/1971 yang sekarang menjadi pasal 13 UU PTPK 1999.
Uang suapan dapat ditelusuri aliran dananya melalui bank atas
nama Djoko S. Tjandra kepada pejabat-pejabat tertentu. Mengapa aliran
dana itu tertuju kepada pejabat tersebut, apa andilnya dalam membuat
cessie.
Pandangan Profesor Andi Hamzah tadi sejalan dengan pendekatan
dalam audit investigasi yang dikenal dengan sebutan ikuti jalannya uang
atau follor the money.
Kasus ini berlanjut dengan keputusan mahkama angung peninjauan
kembali (PK) yang diajukan kejaksaan. Dalam putusan MA tersebut, Joko
S.
Tjandra dipidana dua tahun.
8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Undang-undang merumuskan jenis tindak pidana korupsi yang
dikelompokkan kedalam 7 kelompok antara lain:
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap-menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi
Unsur melawan hukum dari ketentuan tindak pidana korupsi tersebut
merupakan sarana untuk melakukan perbuatan membperkaya diri sendiri atau
orang lain maupun korporasi. Sedangkan yang dimaksudkan dengan unsur
merugikan keuangan negara adalah sama artinya dengan menjadi ruginya
keuangan negara atau berkurangnya keuangn negara.
Konsep-konsep ini dimaksudkan untuk membantu akuntan forensik yang
tidak mempunyai latar belakang pendidikan hukum dalam analisis kasus.
Para kontan forensik dapat menarik pelajaran berharga dari pendapat dan
komentar para ahli hukum mengenali kasus-kasus yang sudah ada.