Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MENGANALISIS UNSUR PERBUATAN MELAWAN HUKUM

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
AKUNTANSI FORENSIK

Disusun oleh
Kelompok 11 :

NURFADILAH YUNIAR (C0220536)


AHMAD ISWAN (C0220396)
NUR AISYA.S (C0220509)
KARNITA (C0220370)

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi


Unversitas Sulawesi barat

2023/2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim….

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini terutama
kepada Dosen mata kuliah Akuntansi Forensik.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas Mata Kuliah “Menganalisis Unsur Perbuatan Melawan Hukum ’’
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
materi perkuliahan yang telah diberikan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan Terimakasih kepada semua pihak yang telah


membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini. Penulis juga menyadari, jika makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Majene, 28 Maret 2023

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................iiii


DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................2
A. Latar Belakang ..............................................................................................2
B. Tujuan ............................................................................................................5
C. Rumusan Masalah ........................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN . .........................................................................................2
A. Jenis Tindak Pidana Korupsi ........................................................................2
B. Tindak Pidana Lain Berkaitan Dengan Tipikor .............................................5
C. Unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi .............................................................5
D. Konsep Undang-undang ...............................................................................7
E. Analisis Beberapa Kasus Korupsi .................................................................7
BAB III PENUTUP ...................................................................................................9
A. Kesimpulan ....................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuntan forensik bekerja sama dengan praktisi hukum dalam
menyelesaikan masalah hukum. Karena itu Akuntansi forensik perlu
memahami hukum pembuktian sesuai dengan masalah hukum yang
dihadapi, seperti pembuktian untuk tindak pidana umum (dimana
beberapa pelanggaran dan kejahatan mengenai fraud diatur), tindak
pidana khusus (seperti korupsi, pencucian uang, perpajakan, dan lain-
lain), pembuktian dalam hukum perdata, pembuktian dalam hukum
administrasi dan sebagainya.

Perbuatan melawan hukum dirumuskan dalam satu atau


beberapa kalimat yang dapat dianalisis atau dipilah - pilah ke dalam
bagian yang lebih kecil . Unsur - unsur ini dikenal dengan istilah Belanda ,
Bestanddeel ( tunggal ) atau bestanddeelen ( jamak ) . Penyidik atau
akuntan forensik mengumpulkan bukti dan barang bukti untuk setiap
unsur tersebut . Bukti dan barang bukti yang dikumpulkan untuk setiap
unsur akan mendukung atau membantah adanya perbuatan melawan
hukum .

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Forensik dan juga menambah wawasan dalam bidang
Akuntansi Forensik , khususnya dalam hal memahami audit investigative
dengan menanalisis unsur perbuatan malawan hukum yang meliputi jenis
tindak pidana korupsi , tindakan pidana lainnya terkait Tipikor , unsur -
unsur tindak pidana korupsi , konsep undang - undang dan analisis
beberapa kasus korupsi .

C. Rumusan Masalah
1) Apa saja jenis tindak pidana korupsi?
2) Bagaimana Tindak Pidana Lain Berkaitan Dengan Tipikor?
3) Bagaimana Unsur-Unsur Tindak Pidana Korupsi?
4) Bagaimana Konsep undang-undang?
5) Bagaimana Ananlisis Beberapa Kasus Korupsi?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jenis Tindak Pidana Korupsi


Undang-undang merumuskan 30 jenis atau bentuk tindak pidana korupsi
yang terbagi dalam tujuh kelompok. Tabel 16-5 meringkaskan ke 30 bentuk
tindak pidana korupsi dan pengelompokannya.

Tabel 16.5
Perincian 30 Bentuk Tindak Pindana Korupsi
Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
Pidana Pidana
Pencara Denda
No Kelompok Keterangan Pidana (tahun) (juta rupiah)
Tipikor Penjara D/DA
Min. Maks. Min. Maks.

Kerugian Keuangan Negara

1. Pasal 2 Memperkaya diri Seumur 4 20 D 200 1.000


Hidup,
Pidana
Mati
2. Pasal Menyalahgunakan Seumur 1 20 DA 50 1.000
wewenang Hidup
Suap-menyuap

3. Pasal 5, Menyuap Pegawai 1 5 DA 50 250


ayat (1), a Negeri
4. Pasal 5, Menyuap Pegawai 1 5 DA 50 250
ayat (1), Negeri
b
5. Pasal 13 Memberi hadiah 3 DA 150
kepada Pegawai
Negeri
6. Pasal 5, Pegawai Negeri 1 5 DA 50 250

2
ayat (2) menerima suap
7. Pasal 12, Pegawai Negeri Seumur 4 20 D 200 1.000
a menerima suap Hidup
8. Pasal 12, Pegawai Negeri Seumur 4 20 D 200 1.000
b menerima suap Hidup
9. Pasal 11 Pegawai Negeri 1 5 DA 50 250
menerima suap
10. Pasal 6, Menyuap hakim 3 15 D 150 750
ayat (1), a
11. Pasal 6, Menyuap advokat 3 15 D 150 750
ayat (1),
b
12. Pasal 6, Hakim dan 3 15 D 150 750
ayat (2) advokat
menerima suap
13. Pasal 12, Hakim menerima Seumur 4 20 D 200 1.000
c suap Hidup
14. Pasal 12, Advokat Seumur 4 20 D 200 1.000
d menerima suap Hidup
Penggelapan dalam Jabatan

15. Pasal 8 Pengawai Negeri 3 15 D 150 750


menggelapkan
uang atau
membiarkan
penggelapan
16. Pasal 9 Pegawai Negeri 1 1 5 D 50 250
memalsukan buku
17. Pasal 10, Pegawai Negeri 1 2 7 D 100 350
a merusakkan bukti
18. Pasal 10, Pegawai Negeri 2 7 D 100 350
b membiarkan
orang lain
merusakkan buku
19. Pasal 10, Pegawai Negeri 2 7 D 100 350
c membantu orang
lain merusakkan

3
buku
Perbuatan Pemerasan

20. Pasal 12, Pegawai Negeri Seumur 4 20 D 200 1.000


e memeras Hidup
21. Pasal 12, Pegawai Negeri Seumur 4 20 D 200 1.000
g memeras Hidup
22. Pasal 12, Pegawai Negeri Seumur 4 20 D 200 1.000
f memeras Hidup
Perbuatan Curang

23. Pasal 7, Pemborong 2 7 DA 100 350


ayat (1), aberbuat curang
24. Pasal 7, Pegawas proyek 2 7 DA 100 350
ayat (1), membiarkan
b perbuatan
curang2
25. Pasal 7, Rekanan TNI/Polri 2 7 DA 100 350
ayat (1), c berbuat curang
26. Pasal 7, Pengawas 2 7 DA 100 350
ayat (1), rekanan TNI/Polri
d tersebut curang
27. Pasal 7, Penerima barang 2 7 DA 100 350
ayat (2) TNI/Polri
membiarkan
perbuatan curang
28. Pasal 12, Pegawai Negeri Seumur 4 20 D 200 1.000
h menggunakan Hidup
tanah negara
Benturan Kepentingan dalam Pengadaan

29. Pasal 12, i Pegawai Negeri Seumur 4 20 D 200 1.000


turut serta dalam Hidup
pengadaan yang
diurusnya
Gratifikasi

30. Pasal 12B Pegawai Negeri Seumur 4 20 D 200 1.000


jo. 12C menerima Hidup

4
gratifikasi dan
tidak melapor ke
KPK

Dalam Tabel 16.5 di atas, ada kolom D-DA. Dalam kolom ini, tertulis D (yang
berarti dan) atau DA (yang berarti dan/atau). Kalau tertulis “dan” berarti kedua
jenis pidana pokoknya (dalam hal ini, Pidana Penjara dan Pidana Denda) harus
dijatuhkan bersama-sama. Penjatuhan dua jenis pidana pokok ini secara
berbarengan merupakan sistem kumulatif imperatif, dan terlihat dalam Pasal 2,
6, 8, 9, 10, 12, dan 12B. Tindak pidana korupsi dalam pasal-pasal ini dapat
dikarenakan pidana penjara seumur hidup, bahkan dalam Pasal 2 dikenakan
hukuman mati. Ini menandakan bahwa sistem kumulatif imperatif dikarenakan
terhadap tindak pidana korupsi yang paling berat.Di samping sistem kumalatif
imperatif yang dijelaskan di atas, juga ada sistem kumulatif fakultatif. Pada
Tabel 16.5, sistem kumaltif fakultatif dapat dilihat pada pasal-pasal yang
menggunakan istilah “dan/atau” (disingkat DA).

B. Tindak Pidana Lain Berkaitan Dengan Tipikor


Selain bentuk tindak pidana korupsi yang telah dijelaskan
sebelumnya, masih ada beberapa tindak pidana lain yang berkaitan dengan
tindak pidana korupsi berikut.
1. Mencegah, merintangi, atau meninggal menggagalkan secara langsung
atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan terhadap tersangka terdakwa dan saksi dalam perkara
korupsi.
2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar.
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
4. Saksi atau ahli yang tidak memberikan keterangan atau keterangan
palsu
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan
atau memberikan ketarangan palsu
6. Saksi yang membuka identitas pelapor
7. Dalam perkara korupsi, melanggar KUHP pasal 22 kosong
mengadukan perbuatan pidana, padahal ia tahu perbuatan tidak

5
dilakukan, pasal 231 menarik barang yang disita, pasal 421 pejabat
penyalahgunaan kekuasaan memaksa orang melakukan, tidak
melakukan, atau membiarkan sesuatu, pasal 422 pejabat
menggunakan pemaksaan untuk memeras pengakuan atau mendapat
keterangan, pasal 24 29 pejabat melampaui kekuasaan memaksa
masuk ke dalam ruang ke dalam rumah atau ruangan atau pekarangan
tertutup atau berada di situ secara melawan hukum atau pasal 430
pejabat melampaui kekuasaan menyuruh memperlihatkan kepadanya
atau merampas surat atau kartu pos, barang atau paket atau kabar
lewat kawat.

C. Unsur-Unsur Tindak Pidana Korupsi


Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. UU Nomor 20 Tahun
2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, unsur-unsur tindak
pidana korupsi dalam Pasal 2 ayat (1) antara lain:
1. Melawan hukum
2. Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
3. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Sedangkan unsur-unsur tindak pidana korupsi dalam Pasal 3 adalah
sebagai berikut.
1. Menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
2. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan
3. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Dalam perumusan diatas, dapat diketahui bahwa unsur melawan
hukum dari ketentuan tindak pidana korupsi tersebut merupakan sarana
untuk melakukan perbuatan membperkaya diri sendiri atau orang lain
maupun korporasi. Sedangkan yang dimaksud dengan merugikan adalah
sama dengan menjadi rugi atau berkurang, sehingga yang dimaksudkan
dengan unsur merugikan keuangan negara adalah sama artinya dengan
menjadi ruginya keuangan negara atau berkurangnya keuangn negara.

6
D. Konsep Undang-Undang
Di bawah ini ada catatan mengenai beberapa konsep yang secara
umum dikenal dalam KUHP dan KUHAP maupun yang khas untuk tindak
pidana korupsi dan konsep-konsep itu adalah.
1. Alat bukti yang sah
2. Beban pembuktian terbalik
3. Gugatan perdata atas harta yang disembunyikan.
4. Pemidanaan secara in absentia
5. Memperkaya versus menguntungkan
6. Pidana mati
7. Belum delictum
8. concursus idealis
9. Concursus realis
10. Perbuatan berlanjut
11. Lepas dari tuntunan hukum versus bebas
Konsep-konsep ini dimaksudkan untuk membantu akuntan forensik yang
tidak mempunyai latar belakang pendidikan hukum dalam analisis kasus.

E. Ananlisis Beberapa Kasus Korupsi


Para kontan forensik dapat menarik pelajaran berharga dari pendapat
dan komentar para ahli hukum mengenali kasus-kasus yang sudah ada.
Putusan hakim prof Dr jure Andi Hamzah adalah salah seorang diantara
para ahli hukum pidana dan hukum acara pidana yang banyak menulis
tentang kasus-kasus korupsi.
Analisis berikut disarikan dari tulisan beliau memberikan pendapat
dalam kasus-kasus korupsi, seperti dalam kasus Djoko S. Tjandra sebagai
berikut.
Djoko S. Tjandra melakukan kontrak cessie dengan Rudi Ramli (Bank
Bali). Karena perbuatan itu dilakukan pada tahun 1998, penuntut umum
mendakwa Djoko Tjandra dengan Pasal 1 ayat 1 huruf a dari undang-
undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Nomor 3 Tahun 1971.
Menurut Andi Hamzah:
Kurang tepat mendakwa perbuatan cessie sebagai merupakan
perbuatan melawan hukum memperkaya diri sendiri. Sehingga

7
pengadilan negeri dan mahkama agung membebaskan Djoko S.
Tjendra, dengan alasan perbuatan melakukan cessie adalah perbuatan
perdata dan bukan pidana.
Yang menjadi soal sebenarnya ialah mengapa pencairan uang
hasil cessie itu berjalan cepat dan mulus. Mengapa kalua orang lain
yang membuat cessie, hasilnya sulit untuk dicairkan. Jadi seharusnya
Djoko S. Tjandra didakwa memberi suap kepada pejabat negara dan
BPPN primair pasal 209 KUHP juncto pasal 1 ayat 1 huruf c undang-
undang 3/1971,,, subsidiair pasal 1 ayat 1 huruf d undang-undang
3/1971 yang sekarang menjadi pasal 13 UU PTPK 1999.
Uang suapan dapat ditelusuri aliran dananya melalui bank atas
nama Djoko S. Tjandra kepada pejabat-pejabat tertentu. Mengapa aliran
dana itu tertuju kepada pejabat tersebut, apa andilnya dalam membuat
cessie.
Pandangan Profesor Andi Hamzah tadi sejalan dengan pendekatan
dalam audit investigasi yang dikenal dengan sebutan ikuti jalannya uang
atau follor the money.
Kasus ini berlanjut dengan keputusan mahkama angung peninjauan
kembali (PK) yang diajukan kejaksaan. Dalam putusan MA tersebut, Joko
S.
Tjandra dipidana dua tahun.

8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Undang-undang merumuskan jenis tindak pidana korupsi yang
dikelompokkan kedalam 7 kelompok antara lain:
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap-menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi
Unsur melawan hukum dari ketentuan tindak pidana korupsi tersebut
merupakan sarana untuk melakukan perbuatan membperkaya diri sendiri atau
orang lain maupun korporasi. Sedangkan yang dimaksudkan dengan unsur
merugikan keuangan negara adalah sama artinya dengan menjadi ruginya
keuangan negara atau berkurangnya keuangn negara.
Konsep-konsep ini dimaksudkan untuk membantu akuntan forensik yang
tidak mempunyai latar belakang pendidikan hukum dalam analisis kasus.
Para kontan forensik dapat menarik pelajaran berharga dari pendapat dan
komentar para ahli hukum mengenali kasus-kasus yang sudah ada.

Anda mungkin juga menyukai