1 Tipikor
1 Tipikor
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tindak Pidana Korupsi
Dosen Pengampu : Habibur Rahman, S.H, M.Kn.
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Anggi Lestari (12220422428)
Anwar Harahap (12220413273)
Arina Adzkia Azzahra (12220421631)
M.febrinata (12220413104)
Renaldi Pratama (12220413241)
KELAS B
JURUSAN HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur atas rahmat dan Ridho Allah
SWT karena tanpa rahmat dan Ridho nya kita tidak dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen Pengampu mata kuliah
Tindak Pidana Korupsi yang membimbing kami dalam mengerjakan tugas
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami
yang selalu setia membantu dalam mengumpulkan data data dalam pembuatan
makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Bentuk - Bentuk
Tindak Pidana Korupsi.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman teman maupun
dosen kami. Demi tercapainya makalah yang sempurna.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................. 1
A.Latar Belakang .................................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
C.Tujuan Makalah .................................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
A. Bentuk - Bentuk Tindak Pidana Korupsi Menurut UU No. 31 Tahun 1999 . 3
1. Kerugian Keuangan Negara..................................................................................................... 4
2. Suap menyuap .................................................................................................................... 6
3. Penggelapan dalam jabatan .................................................................................................... 7
4. Pemerasan ...................................................................................................................................... 8
5.Perbuatan Curang .......................................................................................................................10
6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan ......................................................................11
7. Gratifikasi ......................................................................................................................................11
B. Bentuk Tindak Lain yang Merupakan Tindak Pidana Koruspi Pada
Undang - Undang Tindak Pidana Korupsi.................................................................. 13
a.Pengertian tindak lain merupakan tindak pidana korupsi pada UU Tindak
Pidana Korupsi ................................................................................................................................13
b. Bentuk tindak lain yang merupakan tindak pidana kerupsi pada UU TIPIKOR
................................................................................................................................................................13
C. Contoh Kasus ...............................................................................................................................16
C.Kasus Tindak Pidana Korupsi yang Terjadi di Indonesia ................................ 18
BAB III ............................................................................................................................21
A.Kesimpulan........................................................................................................................ 21
B.Saran .................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Peraturan perundang-undangan merupakan manifestasi dari politik hukum
lembaga negara yang dirancang dan disahkan sebagai undang-undang
pemberantasan korupsi. Korupsi adalah tindakan meningkatkan harga barang dan
jasa, menambah utang suatu negara, dan menurunkan standar kualitas suatu
barang. Biasanya proyek pembangunan dipilih karena alasan keterlibatan modal
yang besar, bukan untuk kepentingan umum. Korupsi juga merupakan tindakan
pelanggaran hak asasi manusia.
Korupsi merupakan masalah utama yang harus diatasi, guna mencapai
pertumbuhan ekonomi yang sehat dan menggeliat. Diperlukan hukum yang kuat
sebagai mekanisme solusi sosial untuk menyelesaikan konflik tersebut,
akumulator kekayaan pribadi, dan risiko penyuapan. Selain menghambat
pertumbuhan ekonomi, korupsi juga menghambat berkembangnya sistem
pemerintahan yang demokratis. Selain menghambat pertumbuhan ekonomi,
korupsi juga menghambat berkembangnya sistem pemerintahan yang demokratis.
Korupsi cenderung menciptakan inefisiensi dan pemborosan sektor ekonomi.
Pengadilan yang menjadi bagian dari pemerintahan, lembaga peradilan, bukan
lagi abdi penguasa tetapi budak yang patuh pada tindak pidana korupsi tetapi
memiliki ruang kebebasan untuk menegakkan supremasi hukum dan ketertiban.
Mengimplementasikan rangkaian kata dalam bentuk gerakan terkadang sangat
sulit untuk dilakukan. Dibutuhkan kecerdasan dan keberanian untuk mendobrak
dan mendobrak tindakan korupsi yang menjadi penghambat utama lambatnya
pembangunan ekonomi Indonesia.
1
B.Rumusan Masalah
a. Apa itu tindak pidana korupsi?
b. Apa saja bentuk tindak pidana korupsi menurut Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999?
c. Apa contoh kasus tindak pidana korupsi di Indonesia?
C.Tujuan Makalah
a. Untuk mengatahui defini tindak pidana korupsi
b. Untuk mengatahui bentuk tindak pidana korupsi menurut Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999
c. Untuk mengatahui contoh kasus tindak pidana korupsi di Indonesia
2
BAB II
BENTUK - BENTUK TINDAK PIDANA KORUPSI
1
Tim Garda Tipikor, Kejahatan Korupsi, Yogyakarta: Rangkang Education, 2016,
hal. 14-16.
3
15. Pegawai negeri memeras
16. Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain
17. Pemborong membuat curang
18. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
19. Rekanan TNI/Polri berbuat curang
20. Pengawas rekanan TNI/Polri berbuat curang
21. Penerima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
22. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain
23. Pegawai negeri ikut dalam pengadaan yang diurus olehnya
24. Pegawai negeri mengamankan gratifikasi tanpa membuat laporan ke KPK
25. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi
26. Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaan
27. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
28. Saksi atau ahli yang memberikan keterangan palsu atau tidak memberikan
keterangan sama sekali
29. Seseorang yang memegang rahasia jabatan, namun memberikan
keterangan palsu atau tidak memberikan keterangan
30. Saksi yang membuka identitas pelapor
Dari ke-30 jenis korupsi di atas, disederhanakan lagi menjadi tujuh kelompok
tindak korupsi yang terdiri dari:
2
Ismail, Kajian Yuridis Terhadap Tindak Pidana Korupsi, Jurnal Legalite: Jurnal Perundang-
Undangan dan Hukum Pidana Islam, Vol. 2, No. 2, 2018, hal. 5.
4
Pelakunya melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korporasi secara melawan hukum dengan tujuan menguntungkan diri sendiri dan
juga menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada.
Contohnya seperti pegawai pemerintahan yang memanipulasi anggaran demi
mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Tindakan seperti ini dapat
merugikan keuangan negara karena anggaran program jauh lebih tinggi kenyataan
yang sebenarnya.
Jenis korupsi yang terkait dengan kerugian keuangan negara diatur di dalam
Pasal 2 dan Pasal 3 UU 31/1999 jo. Putusan MK No. 25/PUU-XIV/2016. Adapun
unsur-unsur korupsi yang mengakibatkan kerugian negara dalam kedua pasal
tersebut adalah3:
3
Komisi Pemberantasan Korupsi, Memahami Untuk Membasmi: Buku Panduan Untuk
Memahami Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: KPK, 2006, hal. 21 dan 23 dan Putusan MK No.
25/PUU-XIV/2016, hal. 116
5
2. Suap menyuap
Suap-menyuap adalah tindakan yang dilakukan pengguna jasa secara aktif
memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dengan maksud agar urusannya lebih cepat, walau melanggar prosedur.
Suap-menyuap terjadi terjadi jika terjadi transaksi atau kesepakatan antara kedua
belah pihak.
Tindak korupsi yang satu ini bisa terjadi antar pegawai atau antara pihak luar
dengan pegawai. Contoh suap antar pegawai misalnya seperti memberikan barang
demi kenaikan pangkat atau jabatan. Sedangkan suap pihak luar dengan pegawai
misalnya perusahaan swasta memberikan sejumlah uang kepada pegawai
pemerintah agar dipilih menjadi tender.
Suap menyuap dapat terjadi kepada PNS, hakim maupun advokat, dan dapat
dilakukan antar pegawai ataupun pegawai dengan pihak luar. Suap antar pegawai
dilakukan guna memudahkan kenaikan pangkat atau jabatan. Sementara suap
dengan pihak luar dilakukan ketika pihak swasta memberikan suap kepada
pegawai pemerintah agar dimenangkan dalam proses tender.
Korupsi yang terkait dengan suap menyuap diatur di dalam beberapa pasal UU
31/1999 dan perubahannya, yaitu:
1. Pasal 5 UU 20/2021;
2. Pasal 6 UU 20/2021;
3. Pasal 11 UU 20/2021;
4. Pasal 12 huruf a, b, c, dan d UU 20/2021;
5. Pasal 13 UU 31/1999.
6
Contohnya Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b UU 20/2001 dan Pasal 13 UU 31/1999
yang unsur-unsur pasalnya adalah sebagai berikut4;
Pasal 5 ayat (1) huruf a Pasal 5 ayat (1) huruf b Pasal 13 UU 31/1999
UU 20/2001 UU 20/2001
1.Setiap orang; 1.Setiap orang; 1.Setiap orang;
2.Memberi sesuatu atau 2.Memberi sesuatu; 2.Memberi hadiah atau
menjanjikan sesuatu; 3.Kepada pegawai negeri janji;
3.Kepada pegawai negeri atau penyelenggara 3.Kepada pegawai negeri;
atau penyelenggara negara; 4.Dengan mengingat
negara; 4.Karena atau kekuasaan atau
4.Dengan maksud supaya berhubungan dengan wewenang yang melekat
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang pada jabatan atau
sesuatu dalam jabatannya bertentangan dengan kedudukannya atau oleh
sehingga bertentangan kewajiban, dilakukan pemberi hadiah/janji
dengan kewajibannya. atau tidak dilakukan dianggap, melekat pada
dalam jabatannya jabatan atau kedudukan
tersebut.
4
Komisi Pemberantasan Korupsi, Memahami Untuk Membasmi: Buku Panduan Untuk
Memahami Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: KPK, 2006, hal. 27, 29, dan 31
7
Adapun, ketentuan terkait penggelapan dalam jabatan diatur di dalam Pasal 8
UU 20/2001, Pasal 9 UU 20/2001 serta Pasal 10 huruf a, b dan c UU 20/2001.
Contoh penggelapan dalam jabatan yang diatur dalam Pasal 8 UU 20/2001
memiliki unsur-unsur sebagai berikut5;
a. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan dalam
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu;
b. Dengan sengaja;
c. Menggelapkan atau membiarkan orang lain mengambil atau membiarkan
orang lain menggelapkan atau membantu dalam melakukan perbuatan itu;
d. Uang atau surat berharga;
e. Yang disimpan karena jabatannya.
4. Pemerasan
5
Komisi Pemberantasan Korupsi, Memahami Untuk Membasmi: Buku Panduan Untuk Memahami
Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: KPK, 2006, hal. 53
6
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Bogor: Politea, 1986, hal. 259.
8
Pemerasan adalah tindakan pemaksaan yang dilakukan oleh seorang pegawai
negeri atau penyelenggara negara dengan cara menyalahgunakan kekuasaannya
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.
7
Komisi Pemberantasan Korupsi, Memahami Untuk Membasmi: Buku Panduan Untuk
Memahami Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: KPK, 2006, hal. 65, 67, dan 69
9
kepadanya;
6.Diketahuinya bahwa
hal tersebut bukan
merupakan utang.
5.Perbuatan Curang
10
d. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan
TNI dan atau kepolisian dengan sengaja membiarkan perbuatan curang
di atas.
Ini adalah tindakan dengan sengaja ikut serta dalam suatu kegiatan pengadaan,
pemborongan atau persewaan. Biasanya, ini sering dilakukan oleh pegawai negeri
atau penyelenggara yang bertugas mengurus atau mengawasi .
7. Gratifikasi
11
setempat. Jika Bupati tersebut tidak melaporkan hal ini kepada KPK maka akan
dianggap sebagai suap.
Adapun sanksi pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima gratifikasi sebagaimana tersebut di atas, adalah pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun, dan
pidana denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak Rp1 miliar.*
8
Pasal 12B ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (“UU 20/2001”)
12
a. Korupsi Gurem: nominalnya kurang dari Rp 10 juta
b. Korupsi Kecil: nominalnya mulai dari Rp 10 juta sampai kurang dari Rp
100 juta
c. Korupsi Sedang: nominalnya mulai dari Rp 100 juta sampai Rp 1 miliar.
d. Korupsi Besar: nominalnya mulai dari Rp 1 miliar sampai Rp 25 miliar
e. Korupsi Kakap: nominalnya lebih dari Rp 25 miliar
Tindak pidana Lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yakni
bentuk tidak pidana, berupa pasal tentu yang sangat berhubungan erat dengan
tindak pidana korupsi, berupa perbuatan, merintangi pemeriksaan, tidak
memberikan keterangan atau memberikan ketarerangan dengan tidak benar, dll
yang menghambat proses penyidikan tindak pidana korupsi9.
9
Nursya. Beberapa Bentuk Perbuatan Pelaku Pada Tindak Pidana Korupsi, Jakarta:Alumdagan
Mandiri. (2020) hal 130
10
Ibid.
13
pemeriksaan sidang pengadilan , dapat diadili melaggar undang-undang Tindak
Pidana Korupsi.
14
Subjek hukum atau pelaku adalah saksi atau saksi ahli yang tidak memberikan
keterangan atau memberikan keterangan tidak benar, hal ini ada kemungkinan
takut atau mempunyai hubungan tertentu dengan pelaku tidak pidana korupsi.
15
Subjek hukumnya atau pelakunya adalah saksi. Siapa saksi adalah orang yang
melihat atau mendengar atau mengalami suatu peristiwa pidana yang ia ceritakan
sebatas apa yang dilihatnya atau didengarnya atau dialaminya didepan pengadilan .
Ataupun Saksi ahli adalah orang yang bersaksi atas keahlian yang dipunyaiinya
dia akan mengungkapkan apa yang disimpulkannya. Perbuatan subjek hukum ini
adalah menyebutkan identitas pelapor. Pasal ini bertujuan untuk melindungi
pelapor. Yang melaporkan tindak pidana koruspi pada penegak hukum. Saksi
pelapor biasanya takut untuk melaporkan tindak pidana koruspi, dan
keberadaannya harus dilindungi seperti adanya LPSK atau lembaga perlingungan
saksi dan korban . Sebaliknya juga saksi pelapor tidak boleh memberikan
keterangan palsu yang akan merusak nama baik orang lain.
C. Contoh Kasus
Jaksa Agung Intelijen CS yang merintangi proses penyidikan dan penuntutan Pal
21 UU Tipikor. Jaksa CS merekayasa perkara mafia pajak PT Surya Alam T, pada
kasus penggelapan pajak GLumbun, Jaksa CS di hukum 6 tahun penjara 11.
11
Ibid. Hal 135
16
7. Pasal 5 ayat (2
8. Pasal 6 ayat (2)
9. Pasal 12 huruf a
10.Pasal 12 huruf c 11.Pasal 12 huruf b 12.Pasal 12
huruf d
3 Penggelapan dalam 1) Pasal 8
jabatan 2) Pasal 9
3) Pasal 10 huruf a
4) Pasal 10 huruf b 5) Pasal 10 huruf c
4 Pemerasan 1) Pasal 12 huruf e
2) Pasal 12 huruf g
3) Pasal 12 huruf h
5 Perbuatan Curang 1) Pasal 7 ayat (1) huruf a
2) Pasal 7 ayat (1) huruf b
3) Pasal 7 ayat (1) huruf c
4) Pasal 7 ayat (1) huruf d
5) Pasal 7 ayat (2)
6) Pasal 12 huruf h
6 Benturan Pasal 12 huruf i
Kepentingan Dalam
Keadaan
7 Gratifikasi Pasal 12B Ayat (1) jo 12 C
8 Tindak pidana lain 1) Pasal 21
yang berkaitan 2) Pasal 22 jo pasal 28
dengan tindak 3) Pasal 22 jo pasal 35
pidana korupsi 4) Pasal 22 jo pasal 36
5) Pasal 24 jo pasal 31
17
C.Kasus Tindak Pidana Korupsi yang Terjadi di Indonesia
2. Kasus PT TPPI
Kasus korupsi yang menyeret PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama
(TPP) menempati peringkat kedua dengan kerugian negara mencapai Rp 2,7
miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 37,8 triliun. Dalam kasus ini,
mantan Kepala BP Migas, Raden Priyono dan mantan Deputi Finansial Ekonomi
dan Pemasaran BP Migas, Djoko Harsono telah divonis 12 tahun penjara.
Sayangnya, mantan Presiden Direktur PT TPPI, Honggo Wendratno yang divonis
16 tahun penjara kini masih berstatus buron.
18
3. Kasus korupsi PT Asabri
Dalam kasus korupsi PT Asuransi Angkatan Bersenjata Indonesia atau
Asabri (Persero), negara harus merugi Rp 22,7 triliun. Diketahui, jajaran
manajemen PT Asabri melakukan pengaturan transaksi berupa investasi saham
dan reksa dana bersama dengan pihak swasta. Sebanyak tujuh orang telah divonis
bersalah dalam kasus ini. Mereka adalah Adam Rachmat Damiri (Dirut Asabri
2011-2016), Sonny Widjaja (Dirut Asabri 2016-2020), dan Bachtiar Effendi
(Direktur Investasi dan Keuangan Asabri 2008-2014). Kemudian Hari Setianto
(Direktur Asabri 2013-2014 dan 2015-2019), Heru Hidayat (Direktur PT Trada
Alam Minera dan Direktur PT Maxima Integra), Lukman Purnomosidi (Direktur
Utama PT Prima Jaringan), serta Jimmy Sutopo (Direktur Jakarta Emiten Investor
Relation).
19
sebagai bank berdampak sistematik telah merugikan negara sebesar Rp 6,742
triliun.
20
9.Kasus Korupsi e-KTP
Kasus korupsi KTP elektronik menjadi kasus yang menarik perhatian
publik karena nilainya yang fantastis dan penuh dengan drama. Berdasarkan
perhitungan BPK, negara mengalami kerugian sebesar Rp 2,3 triliun. Beberapa
nama besar yang terseret dalam kasus ini adalah mantan Ketua DPR RI Setya
Novanto, Irman Gusman, dan Andi Narogong.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
21
perbuatan melawan hukum yang merugikan keuangan dan perekonomian negara,
serta merugikan kesejahteraan dan kepentingan umum.
Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi ada 30 bentuk-bentuk tindak pidana korupsi yang
diperjelas lagi dalam 7 tindak pidana korupsi , yaitu; merugikan keuangan negara,
suap menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang,
benturan kepentingan dalam keadaan, gratifikasi serta Tindak pidana lain yang
berkaitan dengan tindak pidana korupsi.
Contoh kasus korupsi yang pernah terjadi di Indonesia antara lain ; Kasus
penyerobotan lahan di Riau , Kasus PT TPPI , Kasus korupsi PT Asabri , Kasus
korupsi PT Jiwasraya , Kasus Bank Century, Kasus korupsi Pelindo II Pada 2020 ,
Kasus korupsi bupati Kotawaringin Timur , Kasus SKL BLBI , Kasus Korupsi e-
KTP , dan Kasus korupsi proyek Hambalang
B.Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
23