Anda di halaman 1dari 39

PENGELOLAAN KEUANGAN

DESA

PERAN POLRI DALAM MENGAWAL


PEMBANGUNAN DESA

OLEH
AKBP IDA PUTU WEDANAJATI, S.H.,M.H.
KASUBDIT III DITRESKRIMSUS POLDA BALI

DENPASAR, 7 OKTOBER 2017 1


RIWAYAT HIDUP
I. NAMA : IDA PUTU WEDANAJATI, S.H., M.H.
PANGKAT : AKBP
JABATAN : KASUBDIT III TIPIDKOR DIT RESKRIMSUS POLDA BALI

II. PENDIDIKAN :
1. KEPOLISIAN
A. SEBA MILSUK POLRI 1988
B. STUKPA POLRI THN 1998
C. SLAPA POLRI THN 2008

2. DIKJUR / SUS
A. DAS PA LANTAS ( 1999 )
B. LAN PA LANTAS ( 2001 )
C. LAN PA IDENTIFIKASI ( 2004 )
D. LAT VCD FUNGSI (MABES POLRI)
E. LAT DVI (JCLEC)
F. LAT PENYIDIKAN KEBAKARAN (JCLEC)
G. LAT TIPIDKOR (MABES POLRI)
H. LAT MONEY LAUNDRING (JCLEC)
I. LATKATPUAN ASSESOR (MABES POLRI)
J. DIKBANGSPES SUS JEMEN OPS (MABES POLRI)

III RIWAYAT JABATAN :


1. ANGT KOORSPRIPIM ( ADC KAPOLDA )
2. KAUR REG IDENT SAT LANTAS POLRES JEMBRANA.
3. KAPOLSEK MARGA POLRES TABANAN
4. KAPOLSEK PUPUAN POLRES TABANAN
5. KANIT OLAH TKP I DIT RESKRIM POLDA BALI
6. KAPOLSEK SUKAWATI POLRES GIANYAR
7. KANIT II SAT IV / PIDKOR DIT RESKRIM POLDA BALI
8. KABAG OPS POLRES BULELENG
9. KASI DIKSMAS DITLANTAS POLDA BALI
10. KANIT II SUBDIT III/PIDKOR DIT RESKRIMSUS POLDA BALI
11. KABAG BIN OPS DITRESKRIMUM POLDA BALI 2
12. KASUBDIT III DITRESKRIMSUS POLDA BALI
ANGGARAN DANA DESA
- SETIAP TAHUN MENGALAMI PENINGKATAN
* TAHUN 2015 RP 20,8 TRILIYUN
* TAHUN 2016 RP 46,9 TRILIYUN
* TAHUN 2017 RP 60 TRILIYUN
* TAHUN DEPAN DIRENCANAKAN RP 120 TRILIYUN

DANA DESA YANG BEGITU BESAR BERBAGAI PERSOALAN MENGHANTUI DLM PENGELOLAAN,
MAKA HAL INI HARUS DIKAWAL DGN SEBAIK-BAIKNYA SEHINGGA DANA DESA MEMBERIKAN
MANFAAT YG SEBESAR BESARNYA UNTUK PEMBANGUNAN DESA.

HASIL EVALUASI ADA 671 ADUAN KE KEMENTERIAN DESA, 300 ADUAN KE KPK.

POLDA BALI PADA TAHUN 2016 S.D. 2017 TELAH MENERIMA 25 ADUAN DARI MASYARAKAT
TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA YANG DIDOMINASI OLEH LAPORAN PENYALAHGUNAAN
PENGELOLAAN DANA DESA OLEH APARAT DESA .

POLDA BALI & JAJARAN TELAH MELAKUKAN PENYIDIKAN TERHADAP 10 KASUS DUGAAN
TINDAK PIDANA YG BERKAITAN DGN PENGELOLAAN DANA DESA.

3
FILOSOFI DANA DESA
 

Meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan


pembangunan desa melalui peningkatan
pelayanan publik didesa, memajukan
perekonomian desa, mengatasi kesenjangan
pembangunan antar desa serta memperkuat
masyarakat desa sebagai subjek dari
pembangunan.

4
KETENTUAN PP 60 TAHUN 2014
 

PASAL 19
1)  Dana Desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat
dan kemasyarakatan.
2)  Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1
diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat
 
PASAL
  20
Penggunaan Dana Desa mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa dan Rencana
Kerja Pemerintah Desa
5
PRINSIP PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA  

1.  KEADILAN, dengan mengutamakan hak atau kepentingan


seluruh warga desa tanpa membeda-bedakan; (Inklusif)
2.  KEBUTUHAN PRIORITAS, dengan mendahulukan
kepentingan Desa yang lebih mendesak, lebih dibutuhkan
dan berhubungan langsung dengan kepentingan sebagian
besar masyarakat Desa; dan
3.  TIPOLOGI DESA, dengan mempertimbangkan keadaan dan
kenyataan karakteristik geografis, sosiologis,
antropologis, ekonomi, dan ekologi desa yang khas, serta
perubahan atau perkembangan kemajuan desa

6
BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Prioritas penggunaan dana desa untuk program


dan kegiatan bidang pemberdayaan masyarakat
desa, dialokasikan untuk mendanai kegiatan
yang bertujuan meningkatkan kapasitas warga
atau masyarakat desa dalam pengembangan
wirausaha, peningkatan pendapatan, serta
perluasan skala ekonomi individu warga atau
kelompok masyarakat dan desa.

7
SEGALA BENTUK PENYIMPANGAN DALAM
PENGELOLAAN DANA DESA TERMASUK RANAH
TIPIKOR KARENA :
1. DILAKUKAN OLEH PENYELENGGARA
NEGARA
2. TERMASUK LINGKUP KEUANGAN NEGARA

8
PENGERTIAN KORUPSI SECARA
ETIMOLOGI
 Istilah Korupsi berasal dari bahasa
latin “corrumpere”, “corruptio”,
“corruptus”
 Kemudian diadopsi oleh beberapa
bangsa di dunia
 Beberapa bangsa di dunia memiliki
istilah tersendiri mengenai korupsi
BAB V
PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
BAGIAN KEDUA
KEPALA DESA
PASAL 26
(1) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala desa berwenang
a. memimpin penyelenggaraan pemerintah Desa;
b. mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;
c. memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset Desa;
d. menetapkan peraturan Desa;
e. menetapkan anggaran pendapatan dan belanja Desa;
f. membina kehidupan masyarakat Desa;
g. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
h. membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapai
perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;
i. .....…..
j. .....…..
k. .....…..
l. .....…..
m. .....…..
n. .....…..
o. .....…..
(3) …………..
(4) …………..
19
PASAL 29
Kepala Desa dilarang :
a. merugikan kepentingan umum;
b. membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota keluarga, pihak
lain, dan/atau golongan tertentu;
c. menyalahgunakan wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya;
d. melakukan tindakan diskriminatif terhadap warga dan/atau golongan
masyarakat tertentu;
e. melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa;
f. melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang, dan/atau
jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau tindakan yang
akan dilakukannya;
g. .....…..
h. .....…..
i. .....…..
j. .....…..
k. .....…..
l. .....….. 20
PERINCIAN 30 BENTUK TINDAK PIDANA KOUPSI
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999
Jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001
 
NO KELOMPOK TIPIKOR KETERANGAN
Kerugian Keuangan Negara
1. Pasal 2 Memperkaya diri
2. Pasar 3 Menyalahgunakan wewenang
Suap- menyuap
3. Pasal 5, ayat (1), a Menyuap Pegawai Negeri
4. Pasal 5, ayat (1), a Menyuap Pegawai Negeri
5. Pasal 13 Memberi hadiah kepada Pegawai Negeri
6. Pasal 5, ayat (2) Pegawai Negeri meneriman suap
7. Pasal 12, a Pegawai Negeri menerima suap
8. Pasal 12, b Pegawai Negeri meneriman suap
9. Pasal 11 Pegawai Negeri menerima hadiah
10. Pasal 6, ayat (1), a Menyuap hakim
11. Pasal 6, (1), b Menyuap advokat
12. Pasal 6, ayat (2) Hakim dan advokat menerima suap
13. Pasal 12, c Hakim menerima suap
14. Pasal 12, d Advokat menerima suap
21
LANJUTAN ….
Penggelapan dalam Jabatan
15. Pasal 8   menggelapkan uang atau membiarkan
Pegawai Negeri
penggelapan
16. Pasal 9 Pegawai Negeri I memalsukan buku
17. Pasal 10, a Pegawai Negeri I merusakkan bukti
18. Pasal 10, b Pegawai Negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
19. Pasal 10, c Pegawai Negeri membantu orang lain merusakkan bukti
Perbuatan pemerasan
20. Pasal 12, e Pegawai Negeri memeras
21. Pasal 12, f Pegawai Negeri memeras
22. Pasal 12, g Pegawai Negeri memeras
Perbuatan curang
23. Pasal 7, ayat (1), a Pemborong berbuat curang
24. Pasal, 7 ayat (1), b Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
25. Pasal 7, ayat (1) c Rekanan TNI/Polri berbuat curang
26. Pasal 7, ayat (1) d Pegawas TNI/Polri berbuat curang
27. Pasal 7, ayat (2) Penerima barang TNI/Polri membiarkan
28. Pasal 12, h Pegawai Negeri menggunakan tanah negara
Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
29. Pasal 12, i Pegawai Negeri turut serta dalam pengadaan yang
diurusnya
Gratifikasi
30. Pasal 12B jo. 12C Pegawai Negeri menerima gratifikasi dan tidak melapor ke
KPK 22
UNSUR – UNSUR
PASAL
TIPIKOR
BERHUBUNGAN
KERUGIAN
NEGARA
23
Pasal 2
Setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana penjara
dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) 24
Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).
25
UNSUR – UNSUR
PASAL
TIPIKOR
TIDAK
BERHUBUNGAN
LANGSUNG
KERUGIAN
NEGARA
26
Pasal 5
Ayat 1 :
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana
denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus
lima puluh juta rupiah) setiap orang yg ;
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai
negeri atau penyelenggara negara dengan maksud
supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara
tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya;
27
Pasal 5
Ayat 1:
b. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara karena atau berhubungan
dengan sesuatu yang bertentangan dengan
kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya

Ayat 2 :
Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara yang
menerima pemberian atau janji sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) a dan b dipidana dengan
penjara yang sama sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1). 28
Pasal 11
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima)tahun dan atau
pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah atau janji padahal diketahui
atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan
yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang
menurut pikiran orang yang memberikan hadiah
atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya
29
Pasal 12 a
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya 30
Pasal 12 b
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima hadiah, padahal diketahui atau patut
diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai
akibat atau disebabkan karena telah melakukan
atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya
yang bertentangan dengan kewajibannya
31
Pasal 13
• Setiap orang yang memberi hadiah
atau janji kepada pegawai negeri dengan
mengingat kekuasaan atau wewenang
yang melekat pada jabatan atau
kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan
atau kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling
banyak RP.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah).
32
PENENTUAN PELAKU TIPIKOR

 Tipikor merupakan kejahatan bersama/


berjamaah
 Pasal 55 & 56 KUHP
- Tersangka utama
- Turut serta melakukan
- Menyuruh lakukan
- Membantu
33
DATA KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI TERKAIT DANA DESA
SUBDIT III DIT RESKRIMSUS DAN JAJARAN POLDA BALI TA. 2014 S/D 2017
NO KESATUAN LAPORAN POLISI PERKARA PASAL YANG DISANGKAKAN
1 2 3 4 5
LP-A/91/III/2015/ BALI/
1. SUBDIT III SPKT, Tindak Pidana korupsi Pasal 2, Pasal 3, Pasal 8 dan
DITRESKRIMSUS TGL 6 Maret 2015 menyalahgunakan atau pasal 18 Undang-Undang
wewenang menggelapkan RI nomor 20 tahun 2001
dana APBDesa Mengwi tentang Perubahan atas
Kab Badung Undang-Undang nomor 31
tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
2. SUBDIT III LP-A/91/III/2015/ BALI/ Tindak Pidana Korupsi Pasal 2, Pasal 3, Pasal 8 dan
DITRESKRIMSUS SPKT, penyalahgunaan atau pasal 18 Undang-Undang
TGL 6 Maret 2015 wewenang dan RI nomor 20 tahun 2001
penggelapan dana tentang Perubahan atas
APBDesa Desa Undang-Undang nomor 31
Mengwitani Kab. Badung tahun 1999 tentang
Tahun 2014 Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
3. SUBDIT III LP-A/91/III/2015/ BALI/ Tindak Pidana Korupsi Pasal 2, Pasal 3, Pasal 8 dan
DITRESKRIMSUS SPKT, penyalahgunaan atau pasal 18 Undang-Undang
TGL 6 Maret 2015 wewenang dan RI nomor 20 tahun 2001
penggelapan dana tentang Perubahan atas
APBDesa Desa Undang-Undang nomor 31
Mengwitani Kab. Badung tahun 1999 tentang
Tahun 2014 Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.

34
LANJUTAN …..
1 2 3 4 5
4. POLRES LP-A/24/V/2013/Bali/Res Tentang Penyalah gunaaan Pasal 2 dan atau pasal 3 Undang-
BADUNG Bdg, tanggal 1 Mei 2013. dana SPP PNPM-MPd Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Kecamatan Petang pada Pemberantasan Tindak Pidana
kelompok Lembu Nadi 1 Korupsi sebagaimana diubah
Tiyingan dan Kelompok dengan Undang-Undang Nomor 20
Bitingsari Tiyingan Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
5. POLRES LP-A / 43 / V / 2015 / tentang dugaaan adanya Undang-Undang No. 31 Tahun 1999
BADUNG BALI / RES. BADUNG tindak pidana korupsi atas tentang Pemberantasan Tindak
Tanggal 5 Mei 2015 penyaluran dana BKK Pidana Korupsi sebagaimana
(Bantuan Keuangan Khusus) diubah dengan Undang-Undang
Pemda Badung TA 2014 untuk Nomor 20 Tahun 2001 tentang
kelompok ternak di Banjar Perubahan atas Undang-Undang
Tanggayuda Desa Bongkasa, Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Kec. Abiansemal, Kab Badung Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
6. POLRES LP-A/59/VII/2015/ Bali / Dalam perkara tindak pidana Pasal 2 dan atau pasal 3 Undang-
BADUNG Res Bdg tgl 02 Juli 2015 korupsi penyimpangan Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
bantuan dana BKK (Bantuan Pemberantasan Tindak Pidana
Keuangan Khusus) Provinsi Korupsi sebagaimana diubah
Bali Tahun Anggaran 2014, dengan Undang-Undang Nomor 20
sebesar Rp. 100.000.000,- Tahun 2001 tentang Perubahan
(seratus juta rupiah) atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi

35
LANJUTAN …..
1 2 3 4 5
7. POLRES LP-A/61/VII/2015/ Bali / Dalam perkara Pasal 2 dan atau pasal 3 Undang-
BADUNG Res Bdg tgl 09 Juli tindak pidana Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
2015 korupsi dana Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
bantuan rutin sebagaimana diubah dengan Undang-
Kabupaten Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Badung Tahun Perubahan atas Undang-Undang
Anggaran 2014 Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
8. POLRES LP-A/ 65 / IX / 2016 / Tentang Dugaan Pasal 2 dan atau pasal 3 Undang-
BADUNG BALI / RES BADUNG, TP. Korupsi Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Tgl 14 September 2016 berupa Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
penggunaan sebagaimana diubah dengan Undang-
dana APBDes Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Bongkasa untuk Perubahan atas Undang-Undang
kepentingan Nomor 31 Tahun 1999 tentang
pribadi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
9. POLRES LP-A/ 41 / V / 2017 / Tentang Dugaan Pasal 2 dan atau pasal 3 Undang-
BADUNG BALI / Res Badung,Tgl TP. Korupsi Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
4 Mei 2017 berupa Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
penggunaan sebagaimana diubah dengan Undang-
dana APBDes Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Baha untuk Perubahan atas Undang-Undang
kepentingan Nomor 31 Tahun 1999 tentang
pribadi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

36
LANJUTAN …..
1 2 3 4 5
10. POLRES LP-A/80/VII/ Tindak pidana korupsi Pasal 2 dan 3 Undang-
BANGLI 2016/Bali/Res Dana Hibah dan BKK Undang RI nomor 20 tahun
Bangli, tgl 28 kepada Desa 2001 tentang Perubahan
Juli 2016 Pekraman Songan dari atas Undang-Undang
Provinsi Bali Tahun nomor 31 tahun 1999
Anggaran 2011 s/d tentang Pemberantasan
2015 Tindak Pidana Korupsi

37
Salam Anti Korupsi Dan Anti
Gratifikasi
39

Anda mungkin juga menyukai