Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga tersusunnya makalah ini. Pengembangan pembelajaran dari
materi yang ada pada makalah ini, dapat senantiasa dilakukan oleh mahasiswa/i dalam
bimbingan dosen. Upaya ini diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penguasaan mahasiswa/i
terhadap kompetensi yang dipersyaratkan.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari makalah ini mungkin masih belum
sempurna, masih terdapat kelemahan baik dari segi materi, teknik penulisan, segi bahasa yang di
sampaikan . Hal ini tentunya tidak lepas dari keterbatasan penyusun, oleh sebab itu dengan
senang hati penyusun bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Pekanbaru , 21 Mei 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Makar............................................................................................................4
2.2 Penanggulangan...............................................................................................................7
1. Sebagai Penegak Hukum.......................................................................................7
2. Sebagai Pemerintah...............................................................................................9
3. Sebagai Lembaga Legislatif................................................................................10
4. Sebagai Keluarga dan Orang Luar......................................................................10
5. Sebagai Teman....................................................................................................11
2.3 Pendapat .......................................................................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang merdeka dan berdaulat, suatu usia yang cukup tua bagi
sebuah kemerdekaan, cita-cita luhur perjuangan kemerdekaan sebagaimana tersurat dan tersirat
dalam Pembukaan UUD1945, yang berkehidupan kebangsaan yang bebas, dengan mewujudkan
suatu pemerintahan Negara yang melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Cita-
cita luhur didorong oleh keinginan yang luhur dan bersumber pada keyakinan yang mendalam,
bahwa kemerdekaan itu adalah hak yang fundamental dan karena itu setiap penjajahan apapun
bentuk dan sifatnya berarti perampasan kemerdekaan yang nyata-nyata bertentangan dengan
kemerdekaan kemanusiaan dan keadilan.
Tindak pidana Makar adalah suatu bentuk tindak pidana yang berhubungan dengan masalah
keamanan negara. seseorang itu melakukan makar banyak faktor yang mempengaruhi, tetapi
umumnya adalah rasa ketidakpuasan terhadapkekuasaan yang sedang berlangsung. Perbuatan
tersebut pada umumnya dilakukan oleh sekelompok orang yang mempunyai maksud dan tujuan
yang tidak baik terhadap bangsa dan negara ini. Maka dari itu penulis membahas lebih dalam
tentang Tindak Pidana Makar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang menjadi dasar hukum Tindak Pidana Makar?
2. Bagaimana Kejahatan itu dilakukan?
3. Kapan waktu kejadian kejahatan itu dilakukan?
4. Apa sebab dan akibat dari kejahatan tersebut?
5. Bagaimana penanggulangan tindak pidana makar tersebut?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Makar

Makar adalah tindakan melakukan penyerangan dengan maksud hendak membunuh,


merampas kemerdekaan dan menjadikan tidak cakap memerintah atas diri presiden atau wakil
presiden, diancam dengan hukuman mati, atau penjara seumur hidup, atau pula penjara
sementara selama-lamanya dua puluh (20) tahun. Maksudnya adalah setiap orang atau beberapa
orang yang merencanakan sebuah permufakatan jahat untuk membuat pemerintah menjadi dalam
keadaan kacau atau tidak dapat memerintah dengan baik akibat dari perbuatannya tersebut.

Dasar hukum kejahatan makar ini adalah pasal 87 KUHPidana yang berbunyi
”Penyerangan (makar) akan suatu perbuatan berwujud kalau sudah nyata maksud si-
pembuat dengan adanya permulaan melakukan perbuatan itu menurut maksud pasal 53” .
Pasal 53 KUHP menyatakan bahwa mengenai percobaan melakukan suatu 15bentuk
kejahatanyang dapat di hukum (strafbare poging) dan membatasi penindakan pidana pada suatu
perbuatan pelaksanaan (uitvoerings handeling) sehingga tidak dapt dihukum suatu perbuatan
yang baru merupakan perbuatan persiapan (voorbereidingshandeling). Kemudian diatur lebih
lanjut dalam pasal 104 hingga pasal 129 KUHP.

Bentuk makar dalam KUHP dapat digolongkan dalam 5 bentuk yaitu :


1. Makar Terhadap Keamanan Negara (Pasal 104 KUHP)
a. Makar yang dilakukan dengan tujuan untuk membunuh Presiden dan/atau Wakil
Presiden
b. Makar yang dilakukan dengan tujuan untuk meniadakan kemerdekaan Presiden
dan/atau Wakil Presiden
c. Makar yang dilakukan dengan tujuan untuk meniadakan kemampuan Presiden dan/atau
Wakil Presiden memerintah diancam dengan pidana 20 tahun/seumur hidup dan
hukuman mati

4
2. Makar Untuk Memisahkan Sebagian atau Seluruh Wilayah Indonesia Dalam Penguasaan
Asing (Pasal 106)
Makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian dari wilayah Negara, diancam dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama 20 tahun.

3. Makar Untuk Menggulingkan Pemerintahan (Pasal 107 KUHP)


Pasal (107) KUHP : Makar dilakukan dengan tujuan untuk menggulingkan pemerintahan
dan diancam dengan hukuman 15 tahun penjara, seumur hidup, 20 tahun, dan maksimum
hukuman mati. Arti dari menggulingkan :
a. Menghancurkan bentuk pemerintahan menurut UU
b. Mengubah secara tidak sah bentuk pemerintahan menurut UUD
4. Pemberontakan (OBSTAN)
Pemberontakan adalah nama /kualifikasi perbuatan yang :
a. Melawan kekuasaan yang sah dengan senjata
b. Dengan maksud melawan kekuasaan yang sah, maju dengan pasukan bersenjata
Diancam dengan 15 tahun penjara, 20 tahun maksimal seumur hidup/hukuman mati
5. Permufakatan (SAMENSPANNING)
Pasal 110 ayat 1 KUHP memuat suatu pengertian permufakatan untuk melakukan
kejahatan menurut pasal 104, 106, 107, dan 108 diancam berdasarkan ancaman pidana dalam
pasal-pasal tersebut. Permufakatan ini dihukum sama dengan kejahatannya sendiri. Pasal 88
memberikan penafsiran tertentu dari kata permufakatan ini, yaitu dikatakan ada pemufakatan
jahat, apabila 2 orang atau lebih telah sepakat akan melakukan kejahatan.

Tindak pidana Makar ini terjadi pada saat tertentu dimana negara dalam keadaan stabil maupun
dalam masa perang. Hal ini diatur dalam Pasal 122 KUHP yang menyatakan bahwa “Diancam
dengan pidana penjara paling lama 7 tahun:

1. Barang siapa dalam masa perang yang tidak menyangkut Indonesia dengan sengaja
melakukan perbuatan yang membahayakan kenetralan negara, atau dengan sengaja
melanggar suatu aturan yang dikeluarkan dan diumumkan oleh pemerintah, khusus
untuk mempertahankan kenetralan tersebut;

5
2. Barang siapa dalam masa perang dengan sengaja melanggar aturan yang dikeluarkan
dan diumumkan oleh pemerintah guna keselamatan negara.”

Maka dengan adanya Pasal 122 KUHP ini, siapapun tidak boleh membocorkan rahasia negara
atau membuat keadaan bahaya bagi negara. Jika hal tersebut terjadi, orang atau beberapa orang
yang melakukannya telah dianggap melakukan perbuatan makar terhadap keamanan negara
sehingga dapat dilakukan tindakan penangkapan untuk menghindari kekacauan dalam negara.

Faktor-faktor yang menimbulkan tindak pidana makar ini, sebagai berikut:

1. Adanya ketidakadilan dalam masyarakat dalam pemerintahan


Pelaku menganggap bahwa pemerintah tidak adil dalam mengatasi kehidupan social
masyarakat yang tidak sejahtera. Segala bentuk aturan yang dibuat oleh Pemerintah
Indonesia sangat memberatkan masyarakat terutama masyarakat kecil yang hidupnya
kekurangan. Hal ini menjadi salah satu factor yang mendorong orang atau beberapa orang
untuk melakukan tindakan makar kepada pemerintah.
2. Keinginan organisasi tertentu untuk menggulingkan Pemerintahan Indonesia
Ini menjadi salah satu factor terjadinya kejahatan terhadap keamanan negara. Tentu saja
organisasi tersebut memiliki paham yang berbeda dalam menjalankan pemerintahan yang
baik. Ada beberapa teori yang mengkaji terjadinya suatu tindak pidana ini yaitu:
 Teori Labeling
Becker :melihat kejahatan itu sering kali bergantung pada mata si pengamat
karena anggota-anggota dari kelompok-kelompok yang ada memiliki perbedaan
konsep apa yang disebut baik dan layak pada situasi tertentu. Sedangkan Howard
berpendapat bahwa teori labeling dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu :
a) Persoalan tentang bagaimana dan mengapa seseorang memperoleh cap
atau label
b) Efek labeling terhadap penyimpangan tingkah laku.
 Teori Konflik ( Conflict Theory )
Teori konflik lebih mempertanyakan proses pembuatan hukum. Pertarungan
untuk kekuasaan merupakan suatu gambaran eksistensi manusia. dalam arti
pertarungan kekuasaan itulah bahwa berbagai kelompok kepentingan berusaha
mengontrol pembuat dan penegakan hukum.
6
Menurut model konsensus, anggota masyarakat pada umumnya sepakat tentang
apa yang benar dan apa yang salah, dan bahwa intisari dari hukum merupakan
kodifikasi nilai-nilai sosial yang disepakati tersebut.Sedangkan model konflik,
mempertanyakan tidak hanya proses dengan mana seseorang menjadi kriminal,
tetapi tentang siapa di masyarakat memiliki kekuasaan ( power) untuk membuat
dan menegakkan hukum.
 Teori Radikal.
Pada dasarnya perspektif kriminalogi yang mengutamakan teori radikal yang
berpendapat bahwa kapitalisme sebagai kausa kriminalitas yang dapat dikatakan
sebagai aliran Neo-Marxis. Ada dua teori radikal akan di paparkan sebagai berikut
a) Menurut Richard Quinney, beranggapan kejahatan akibat dari kapitalisme
dan problem kejahatan hanya dapat dipecahkan melalui didirikannya
Negara sosialis.
b) Menurut Wiliam Chamblis ada hubunganya antara kapitalisme dan
kejahatan seperti dapat di telaah pada beberapa butir di bawah ini :
o Dengan masyarakat kapitalis, dan celah antara golongan borjuis
dan ploretariat melebar, hukum pidana akan berkembangdengan
usahamemaksa golongan ploretariat utk tunduk
o Mengalihkan perhatian kelas golongan rendah dari ekploitasi yang
mereka alami

2.2 Penanggulangannya

1. Sebagai Penegak Hukum

Tindak pidana makar dapat dihindari atau diantisipasi sebelum hal tersebut terjadi
melalui dengan cara sebagai berikut :

 Mengajarkan pendidikan kewarganegaraan kepada masyarakat baik dewasa


maupun anak-anak. Cara ini merupakan penganggulangan dini untuk menghindari
tindak pidana yang telah diatur dalam KUHP.

7
 Membuat suatu seminar umum maupun kuliah umum bagi setiap orang untuk
mengajarkan tentang tindak pidana yang telah diatur dalam KUHP dan ancaman
hukum yang diterima akibat dari perbuatan pidana tersebut.
 Mengadakan pengawasan kepada orang atau kelompok yang memiliki potensi
untuk melakukan suatu tindak pidana makar tersebut.
 Menggunakan teknologi yang dapat mendeteksi adanya tindak pidana yang
mungkin terjadi melalui jejaringan internet.
 Menegakkan hukum yang telah diatur dalam KUHP dan Undang-Undang

Apabila tindak pidana itu telah terjadi, sebagai penegak hukum harus melakukan hal
sebagai berikut :

 Mencari alat bukti yang berhubungan dengan tindak pidana makar sehingga dapat
mengadili pelaku tersebut. Alat bukti sangat diperlukan untuk mengirimkan
berkas tersebut kepada pengadilan agar tersangka dapat diadili oleh hakim di
Pengadilan Negeri.
 Mengawasi tindakan pelaku selama dalam tahanan. Pelaku mungkin menyimpan
suatu siasat untuk membebaskan dirinya dari jeratan hukum karena berkomplot
dengan oknum penegak hukum. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan suatu
pengawasan yang ketat oleh POLRI agar pelaku tidak melarikan diri saat
penahanan.
 Mengadili pelaku dengan seadil-adilnya sesuai dengan kerusakan dan korban
yang ditimbulkannya. Apabila hakim memutuskan dengan tidak adil baik bagi
masyarakat maupun pelaku itu sendiri, maka akan menimbulkan suatu perlawanan
terhadap putusan tersebut.
 Mengawasi secara ketat tindakan terpidana makar dalam Lembaga
Permasyarakatan. Jika perlu diberikan suatu pengawasan khusus terhadapnya agar
tidak menghasut orang dalam Lembaga Permasyarakatan untuk melakukan
tindakan makar.
 Memberikan pengajaran moral, agama, dan keterampilan bagi pelaku agar dapat
bertobat dan menciptakan pekerjaan yang dapat ia lakukan bagi masyarakat
nantinya.

8
2. Sebagai Pemerintah

Posisi pemerintah merupakan hal yang sangat beresiko untuk memutuskan suatu
tindakan yang akan dilakukannya yang dapat menimbulkan terjadinya tindak pidana
terkhususnya makar. Tindak pidana makar sering terjadi akibat dari keputusan yang
dibuat oleh pemerintah, maka dari itu untuk penanggulangan sebelum terjadinya hal
tersebut perlu melakukan, yakni:
 Memutuskan suatu peraturan yang berlaku bagi masyarakat sehingga masyarakat
takut dan patuh terhadap peraturan tersebut.
 Mengawasi jalannya peraturan tersebut dalam masyarakat. Pemerintah sebagai
lembaga eksekutif memiliki wewenang untuk mengawasi suatu peraturan
perundang-undangan yang berlaku bagi setiap orang sehingga apabila terjadi
penggugatan terhadap peraturan tersebut, pemerintah dapat mengatasinya dengan
memberikan rasa keadilan.
 Memperhatikan unsur-unsur yang dalam masyarakat seperti ekonomi, sosial,
agama, dan budaya yang ada sehingga dalam membuat suatu keputusan tersebut
tidak melanggar unsur tersebut.
 Mendengarkan aspirasi masyarakat dalam suatu dialog terbuka untuk memajukan
Negara Indonesia.

Jika tindak pidana makar tersebut telah terjadi, maka pemerintah dapat melakukan
tindakan seperti:

 Memberikan perintah kepada aparat penegak hukum untuk menangkap pelaku


dan mencari tahu lebih dalam organisasi yang terlibat dalam tindakan tersebut
 Memberikan keamanan bagi masyarakat untuk tidak panik agar tidak membuat
situasi dalam negara dalam keadaan chaos atau kerusuhan
 Meminta penegak hukum untuk mengadili pelaku seadil-adilnya dan memberikan
upaya hukum bagi si pelaku
 Tetap meminta laporan dari penegak hukum tentang perkembangan kasus tentang
tindak pidana makar tersebut.

9
3. Sebagai Lembaga Legislatif

Lembaga legislatif adalah lembaga yang mempunyai wewenang dalam membuat


peraturan perundang-undangan yang akan diputuskan oleh Presiden.
Dalam membuat peraturan tersebut, lembaga legislatif harus memperhatikan setiap
unsur dalam masyarakat seperti sebelumnya. Maka dari itu untuk mencegah terjadinya
tindak pidana makar ini, lembaga legislatif dapat melakukan hal sebagai berikut:
 Membuat peraturan yang dapat mensejahterakan masyarakat terkhususnya
masyarakat golongan kurang mampu.
 Membuat peraturan yang adil dan tidak hanya mementingkan diri sendiri serta
memperhatikan kondisi masyarakat saat ini.
 Menciptakan pemikiran yang inovasi sehingga dapat membantu kehidupan
berbangsa dan bernegara.

Jika hal tersebut menimbulkan suatu tindak pidana makar bagi keamanan negara,
sebaiknya lembaga legislatif melakukan:

 Pembuatan RUU yang dapat memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum
yang tegas untuk pelaku tindak pidana tersebut.
 Mendengarkan aspirasi masyarakat untuk membuat undang-undang yang lebih
baik lagi
 Memperhatikan hal-hal penting yang sebelumnya tidak ada diatur dalam Undang-
Undang
 Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk memberikan upaya hukum
bagi pelaku tindak pidana.

4. Sebagai Kelurga dan Orang Luar

Pelaku tindak pidana tidak boleh langsung dipandang buruk oleh masyarakat.
Masyarakat harus mengetahui asal-usul pelaku dan latar belakang mengapa dia
melakukan tindak pidana tersebut. Sebagai keluarga, hal ini sangat perlu bagi si pelaku
dan mempunyai peran penting untuk menerima kembali pelaku dalam keluarga setelah

10
apa yang telah dilakukannya. Butuh proses yang cukup panjang untuk membersihkan
dirinya dari pandangan masyarakat yang buruk, sehingga keluarga diminta untuk tidak
memberikan hal yang buruk juga kepada pelaku. Apabila keluarga juga memberikan
suatu pandangan buruk baginya, maka pelaku tersebut merasa dikucilkan dan memiliki
dendam kepada keluarga dan masyarakat sehingga menimbulkan suatu tindak pidana
baru dalam rangka membalaskan dendamnya.
Maka dari itu, keluarga dan orang lain dapat melakukan, yakni:
 Mengunjungi terpidana di Lembaga Permasyarakatan sekali seminggu.
 Memberikan perhatian kepada terpidana agar tidak menimbulkan rasa benci
kepadanya
 Mengajaknya untuk bertobat sehingga dapat kembali kepada masyarakat.
 Memberikan pandangan baik terhadap dirinya
 Memaafkan perbuatannya sehingga terpidana dapat mengubah dirinya dan
bertobat
 Memberikan pengajaran rohani kepadanya agar menjadi orang yang baik dan
berguna bagi masyarakat.

5. Sebagai Teman dan Sahabat

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan ketika mengetahui bahwa teman atau sahabat
kita merupakan pelaku tindak pidana makar, yaitu:
 Mengajaknya untuk melakukan ibadah agar imannya dikuatkan dan disadarkan
apa yang akan dilakukannya adalah salah.
 Mencoba untuk membujuk agar tidak melakukan tindakan tersebut dan
memberitahu apa yang akan diterimanya ketika dia tertangkap.
 Memberitahu kepada aparat penegak hukum bahwa temannya akan melakukan
tindak pidana makar. Hal ini juga dapat mengurangi ancaman pidana yang akan
diterima pelaku sehingga dalam penghukumannya dia dapat sadar dan bertobat.
 Tetap menerimanya sebagai teman dan sahabat setelah dia selesai menjalankan
hukumannya.

11
 Mengajaknya untuk bergabung kembali dalam masyarakat sehingga
pelaku(residivist) tidak dikucilkan setelah kejadian tersebut.
 Mendoakan pelaku agar dapat bertobat atas perbuatannya.

2.3 Pendapat

Pendapat saya dalam Tindak Pidana Makar ini, bahwa tindakan ini sangatlah
berbahaya bagi masyarakat dan negara yang dapat menimbulkan suatu keadaan yang dapat
menyebabkan perang. Keadaan seperti itulah yang seharusnya menjadi perhatian bagi
pemerintah untuk mengawasi masyarakat dan menegakan hukum lebih tegas lagi.
Penegakan hukum yang adil bagi masyarakat dan pelakunya sendiri sehingga menjunjung
tinggi sila ke lima Pancasila yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa penegak hukum, pemerintah, lembaga legislatif,
keluarga, dan teman atau sahabat memiliki peran penting bagi pelaku tindak pidana dan
aturan yang telah ditetapkan dalam KUHP dan Undang-Undang. Apabila salah satu peran
tidak berjalan dengan baik, maka mengakibatkan hancurnya norma-norma dalam
masyarakat sehingga dapat menimbulkan kembali tindak pidana tersebut bahkan lebih
berbahaya dari sebelumnya. Untuk itu saya berpendapat bahwa kejahatan itu terjadi karena
adanya unsur-unsur yang dilanggar atau tidak dipenuhi sehingga memaksa seseorang untuk
melakukan kejahatan untuk memenuhinya.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makar adalah tindakan melakukan penyerangan dengan maksud hendak membunuh,
merampas kemerdekaan dan menjadikan tidak cakap memerintah atas diri presiden atau wakil
presiden, diancam dengan hukuman mati, atau penjara seumur hidup, atau pula penjara
sementara selama-lamanya dua puluh (20) tahun.

Dasar hukum kejahatan makar ini adalah pasal 87 KUHPidana yang berbunyi
”Penyerangan (makar) akan suatu perbuatan berwujud kalau sudah nyata maksud si-pembuat
dengan adanya permulaan melakukan perbuatan itu menurut maksud pasal 53” ). Kemudian
diatur lebih lanjut dalam pasal 104 hingga pasal 129 KUHP.

Tindak pidana Makar ini terjadi pada saat tertentu dimana negara dalam keadaan stabil
maupun dalam masa perang. Hal ini diatur dalam Pasal 122 KUHP.

Faktor-faktor yang menimbulkan tindak pidana makar ini, sebagai berikut:

1. Adanya ketidakadilan dalam masyarakat dalam pemerintahan


Pelaku menganggap bahwa pemerintah tidak adil dalam mengatasi kehidupan social
masyarakat yang tidak sejahtera. Segala bentuk aturan yang dibuat oleh Pemerintah
Indonesia sangat memberatkan masyarakat terutama masyarakat kecil yang hidupnya
kekurangan. Hal ini menjadi salah satu factor yang mendorong orang atau beberapa orang
untuk melakukan tindakan makar kepada pemerintah.
2. Keinginan organisasi tertentu untuk menggulingkan Pemerintahan Indonesia
Ini menjadi salah satu factor terjadinya kejahatan terhadap keamanan negara. Tentu saja
organisasi tersebut memiliki paham yang berbeda dalam menjalankan pemerintahan yang
baik.

Penanggulangannya dapat dilakukan oleh Penegakkan Hukum, Pemerintah, Lembaga Legislatif,


Orang Luar dan Keluarga serta Teman atau Sahabat.

13
1. Sebagai Penegak Hukum
 Menegakkan hukum yang telah diatur dalam KUHP dan Undang-Undang
 Mengajarkan pendidikan kewarganegaraan kepada masyarakat baik dewasa
maupun anak-anak. Cara ini merupakan penganggulangan dini untuk menghindari
tindak pidana yang telah diatur dalam KUHP
 Mengawasi tindakan pelaku selama dalam tahanan. Pelaku mungkin menyimpan
suatu siasat untuk membebaskan dirinya dari jeratan hukum karena berkomplot
dengan oknum penegak hukum. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan suatu
pengawasan yang ketat oleh POLRI agar pelaku tidak melarikan diri saat
penahanan.
 Mengadili pelaku dengan seadil-adilnya sesuai dengan kerusakan dan korban
yang ditimbulkannya. Apabila hakim memutuskan dengan tidak adil baik bagi
masyarakat maupun pelaku itu sendiri, maka akan menimbulkan suatu perlawanan
terhadap putusan tersebut
2. Sebagai Pemerintah
 Mengawasi jalannya peraturan tersebut dalam masyarakat. Pemerintah sebagai
lembaga eksekutif memiliki wewenang untuk mengawasi suatu peraturan
perundang-undangan yang berlaku bagi setiap orang sehingga apabila terjadi
penggugatan terhadap peraturan tersebut, pemerintah dapat mengatasinya dengan
memberikan rasa keadilan.
 Mendengarkan aspirasi masyarakat dalam suatu dialog terbuka untuk memajukan
Negara Indonesia
 Memberikan perintah kepada aparat penegak hukum untuk menangkap pelaku
dan mencari tahu lebih dalam organisasi yang terlibat dalam tindakan tersebut
 Memberikan keamanan bagi masyarakat untuk tidak panik agar tidak membuat
situasi dalam negara dalam keadaan chaos atau kerusuhan
3. Sebagai Lembaga Legislatif
 Membuat peraturan yang dapat mensejahterakan masyarakat terkhususnya
masyarakat golongan kurang mampu.

14
 Membuat peraturan yang adil dan tidak hanya mementingkan diri sendiri serta
memperhatikan kondisi masyarakat saat ini
 Pembuatan RUU yang dapat memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum
yang tegas untuk pelaku tindak pidana tersebut.
 Mendengarkan aspirasi masyarakat untuk membuat undang-undang yang lebih
baik lagi
4. Sebagai Keluarga dan Orang Luar
 Mengunjungi terpidana di Lembaga Permasyarakatan sekali seminggu.
 Memberikan perhatian kepada terpidana agar tidak menimbulkan rasa benci
kepadanya
 Mengajaknya untuk bertobat sehingga dapat kembali kepada masyarakat.
 Memaafkan perbuatannya sehingga terpidana dapat mengubah dirinya dan
bertobat
5. Sebagai Teman atau Sahabat
 Mengajaknya untuk melakukan ibadah agar imannya dikuatkan dan disadarkan
apa yang akan dilakukannya adalah salah
 Memberitahu kepada aparat penegak hukum bahwa temannya akan melakukan
tindak pidana makar. Hal ini juga dapat mengurangi ancaman pidana yang akan
diterima pelaku sehingga dalam penghukumannya dia dapat sadar dan bertobat
 Mengajaknya untuk bergabung kembali dalam masyarakat sehingga
pelaku(residivist) tidak dikucilkan setelah kejadian tersebut.
 Mendoakan pelaku agar dapat bertobat atas perbuatannya

Pendapat saya dalam Tindak Pidana Makar ini, bahwa tindakan ini sangatlah berbahaya
bagi masyarakat dan negara yang dapat menimbulkan suatu keadaan yang dapat menyebabkan
perang. Keadaan seperti itulah yang seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah untuk
mengawasi masyarakat dan menegakan hukum lebih tegas lagi. Penegakan hukum yang adil bagi
masyarakat dan pelakunya sendiri sehingga menjunjung tinggi sila ke lima Pancasila yaitu
“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.

15
Untuk itu saya berpendapat bahwa kejahatan itu terjadi karena adanya unsur-unsur yang
dilanggar atau tidak dipenuhi sehingga memaksa seseorang untuk melakukan kejahatan untuk
memenuhinya

16

Anda mungkin juga menyukai