Anda di halaman 1dari 10

Pemberontakan dalam Persepektif KUHP Lama dan KUHP Baru

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2023

Dosen Pengampu:

M. Iqbal, S.H., M.H

Oleh:

Farida Hanum (2003101010183)


Muhammad Habiel (2003101010249)
Nazwa Nadine (2103101010124)
Mohd Aulia aqil (2103101010101)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat-Nyalah tulisan ini kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya
yang berjudul "Pemberontakan dalam Persepektif KUHP Lama dan KUHP Baru
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2023".

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 13 November 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I ........................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II ......................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Pemberontakan ................................................................................ 3

2.2 perbandingan Pemberontakan dalam Persepektif KUHP Lama dan KUHP Baru
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2023 ......................................................................... 4

BAB III ........................................................................................................................ 6

PENUTUP ................................................................................................................... 6

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 6

3.2 Saran .................................................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara yang kuat adalah negara yang memiliki pertahanan yang kuat.
Indonesia mengartikan sebuah Pertahanan terdapat dalam Undang-Undang RI Nomor
3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 1 disebutkan Bahwa segala usaha untuk
mempertahankan kedaulatan negara, Keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan keselamatan Segenap bangsa dari ancaman serta Gangguan terhadap
keutuhan bangsa dan Negara. Pemberontakan adalah salah satu ancaman nyata yang
mengancam keutuhan negara.

Pemberontakan merupakan salah satu ancaman yang dapat menganggu


kedaulatan dan keamanan suatu negara. Zaman sekarang ancaman tidak hanya datang
dari musuh seperti negara lain tetapi ada juga yang berlainan dengan pemerintah.

Pemberontakan bila dihubungkan dengan tindak pidana pemberontakan


menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur dalam Pasal 108
KUHP, dengan penjelasan sebagaimana dijelaskan oleh P.A.F Lamintang, dan Theo
Lamintang, bahwa tindakan pemberontakan menurut Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana itu ialah perbuatan-perbuatan:

a) Mengangkat senjata atau melakukan perlawanan bersenjata terhadap kekuasaan


yang ada di Indonesia, atau

b) Kesengajaan Untuk bersama atau bergabung dengan gerombolan yang mengangkat


senjata atau yang melakukan perlawanan bersenjata terhadap kekuasaan yang ada di
Indonesia untuk melakukan Perlawanan terhadap kekuasaan tersebut.

Di Indonesia kelompok yang melakukan pemberontakan tersebut rela


memanggul senjata dan hidup mengasingkan diri ke daerah pegunungan yang jauh dari
khalayak ramai, membangun suatu komunitas dan kekuatan baru demi
Memperjuangkan sesuatu yang mereka anggap benar dan layak untuk diperjuangkan.

1
Mereka tidak merasa gentar ataupun takut terhadap bahaya yang sedang mengintai
mereka, dan siap kapan saja untuk menghancurkan mereka. Kadang-kadang hal ini
terjadi karena faktor kepuasan suatu kelompok masyarakat yang belum terpenuhi,
karena faktor merasa kurang dipedulikan dan ditindas oleh pemerintah, karena faktor
ketidak-cocokan terhadap hukum atau peraturan yang sedang diberlakukan.

Oleh karena itu penulis terdorong untuk mengkaji sejauh mana tindak pidana
pemberontakan diatur dalam KUHP lama dan KUHP baru dan menelaah perbandingan
di antara keduanya

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pemberontakan?

2. Apa perbandingan Pemberontakan dalam Persepektif KUHP Lama dan KUHP


Baru Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2023?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pemberontakan
2. Untuk mengetahui perbandingan Pemberontakan dalam Persepektif KUHP
Lama dan KUHP Baru Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2023

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemberontakan


Dalam KUHP, pemberontakan merupakan suatu perbuatan yang melanggar
hukum di Indonesia, dan wajib diambil Tindakan hukum terhadap pelakunya sesuai
dengan bentuk dan keikut Sertaan mereka dalam pemberontakan tersebut.

Menurut L.M Sitorus, "pemberontakan adalah gambaran jiwa yang mau


merdeka menurut cara-caranya sendiri-sendiri atau proses sosial dari kaum tertindas.
Hal tersebut merupakan reaksi nyata atas keinginan kaum-kaum tradisional yang
menginginkan sebuah kebebasan". (L.M Sitorus, 1987:4) Pemberontakan dapat
timbul dalam berbagai bentuk, mulai dari pembangkangan sipil hingga kekerasan
terorganisisr yang berupaya meruntuhkan otoritas yang ada. Istilah pemberontakan
juga sering digunakanuntuk merujuk pada perlawanan bersenjata terhadap
pemerintahan yang berkuasa, tetapi dapat pula merujuk pada gerakan perlawanan
tanpa kekerasan.

Menurut Lewis A. Coser yang dikutip oleh Edi Yusuf Nur Samsu, menyatakan
bahwa pemberontakan terjadi karena didorong oleh beberapa sebab khusus yang
mencakup beberapa faktor yang mengacu pada timbulnya konflik di masyarakat.
Faktor-faktor tersebut adalah :

a) Kecemburuan sosial yang bersumber dari ketimpanagn ekonomi


antara pihak yang satu dengan yang lainnya.
b) Dorongan emosional kesukuan karena ikatan-ikatan norma-norma
tradisional.
c) Mudah dibakar dan dihasut oleh para dalang kerusuhan.
d) Adanya tekanan-tekanan dalam masyarakat seperti pemerintah pusat.

(Edi Yusuf Nur Samsu, 2004:45)

3
Berdasarkan pendapat dari L.M. Sitorus dan Lewis A. Coser, jika dikaitkan
dengan pemberontakan yang dilakukan oleh Kahar Muzakkar, maka pemberontakan
dapat diartikan sebagai suatu bentuk refleksi nyata dari sebuah gambaran jiwa seorang
Kahar Muzakkar yang mencoba menuntut atas segala sesuatu yang menurutnya pantas
untuk diperoleh.

2.2 Perbandingan Pemberontakan dalam Persepektif KUHP Lama dan KUHP


Baru Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2023

Undang-undang No. 1 Tahun 1946 Republik Indonesia Tentang Peraturan Hukum


Pidana pada pasal 108:

(1) Barang siapa bersalah karena pemberontakan, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima belas tahun:

1. orang yang melawan pemerintah Indonesia dengan senjata;


2. orang yang dengan maksud melawan Pemerintah Indonesia menyerbu
bersama-sama atau menggabungkan diri pada gerombolan yang melawan
Pemerintah dengan senjata.

(2) Para pemimpin dan para pengatur pemberontakan diancam dengan penjara seumur
hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-


Undang Hukum Pidana pada pasal 194:

1) Dipidana karena pemberontakan dengan pidana penjara paling lama 15 (lima


belas) tahun, Setiap Orang yang:
a. melawan pemerintah dengan kekuatan senjata; atau
b. dengan maksud untuk melawan pemerintah bergerak bersama-sama atau
menyatukan diri dengan gerombolan yang melawan pemerintah dengan
menggunakan kekuatan senjata.

(2) Pemimpin atau pengatur pemberontakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 20 (dua
puluh) tahun.

4
Dalam pasal 1 ayat 1, kedua pasal tersebut menunjukkan kesamaan dalam
esensi pelanggaran yang diatur: penggunaan senjata dalam melawan pemerintah atau
bergabung dengan gerombolan yang menggunakan senjata dalam tujuan
pemberontakan terhadap pemerintah. Pasal 194 KUHP baru lebih rinci dalam
formulasi, menyusun informasi secara lebih terperinci tetapi mengacu pada konsep
yang sama dengan Pasal 108 KUHP lama.

Pembeda utama antara Pasal 194 KUHP baru dengan Pasal 108 KUHP lama
adalah pada penyusunan yang lebih terperinci dalam menjelaskan tindakan atau
perilaku yang dianggap sebagai pemberontakan.

Pasal 194 KUHP baru memisahkan dan menjelaskan lebih rinci tentang dua
kondisi terkait pemberontakan, Sementara Pasal 108 KUHP lama, meskipun
menyebutkan poin-poin yang sama, tidak memberikan perincian yang sejelas dan
sekomprehensif Pasal 194 KUHP baru dalam membedakan dan menjelaskan jenis
tindakan yang dianggap sebagai pelanggaran pemberontakan.

Lalu pada pasal 1 ayat 2, kedua pasal tersebut menunjukkan kesamaan dalam
ancaman hukuman bagi para pemimpin atau pengatur pemberontakan antara kedua
pasal. Kedua pasal mengancam para pemimpin atau pengatur pemberontakan dengan
pidana penjara seumur hidup atau maksimal 20 tahun, tanpa perubahan yang signifikan
dalam esensi aturan tersebut. Pasal 194 KUHP baru mengulang hukuman yang sama
dengan lebih rincian pada subjek atau orang yang dimaksud.

Dalam Pasal 194 KUHP baru, rincian lebih spesifik terkait subjek yang
dipidana, yaitu “Pemimpin atau pengatur pemberontakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).” Hal ini menunjukkan adanya penekanan lebih spesifik terhadap orang yang
memegang peran pimpinan atau pengatur dalam pemberontakan. Meskipun hukuman
yang diberikan sama dengan Pasal 108 KUHP lama, KUHP baru memberikan
deskripsi yang lebih terperinci mengenai siapa yang dianggap sebagai “pemimpin”
atau “pengatur” pemberontakan.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemberontakan merupakan tindakan yang melanggar hukum dan merupakan
respons terhadap keinginan akan kebebasan. Lalu dalam kerangka perbandingan
antara Pasal 108 KUHP lama dan Pasal 194 KUHP baru yang mengatur
pemberontakan, terdapat perbedaan dalam formulasi hukum. Meskipun keduanya
mengatur pemberontakan dengan menggunakan senjata dan mengancam hukuman
bagi pemimpin atau pengatur, Pasal 194 KUHP baru menawarkan formulasi yang lebih
rinci dan spesifik terkait subjek yang dipidana.

3.2 Saran
Untuk memahami lebih dalam dan menerapkan peraturan hukum terkait
pemberontakan, penting untuk mempertimbangkan perincian dan definisi yang lebih
jelas dari perilaku yang dianggap sebagai pemberontakan sesuai Pasal 194 KUHP
baru.

6
DAFTAR PUSTAKA

Andani, R. & Alsodiq. (2022). ANALISIS PERSPEKTIF PEMBERONTAKAN


DAN KONTRA PEMBERONTAKAN DALAM MENJAGA PERTAHANAN
NEGARA. 9(5), 1601.

Saimi, dkk. (2022). STUDI ANALISIS PEMBERONTAKAN DALAM


PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM. 2(2), 130-131

Undang-undang No. 1 Tahun 1946 Republik Indonesia Tentang Peraturan Hukum


Pidana

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-


Undang Hukum Pidana (KUHP)

Anda mungkin juga menyukai