BAB I
PENDAHULUAN
warga negara memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama
yang paling urgent dalam hal ini adalah menghormati, melindungi dan
penyandang cacat yang berkebutuhan khusus.1 Hal ini sesuai dengan amanat
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
Berdasarkan uraian di atas, maka setiap warga negara memiliki hak yang
1945, tanpa membedakan kondisi fisik warga negara. Hak asasi bersifat
universal yang berarti hak-hak ini dinyatakan sebagai bagian dari kemanusiaan
setiap sosok manusia, tidak peduli apapun warna kulitnya, jenis kelamin, usia,
latar belakang kultural dan agama. Hak ini melampui batas-batas negeri dan
1
Sahruddin Daming, “Seberapa Jauh Tanggung Jawab Negara”, Jurnal Perempuan Untuk
Pencerahan Dan Kesetaraan, Cetakan I, Jakarta, 2011, hlm. 8.
1
2
kebangsaan yang di tujukan pada setiap orang baik miskin maupun kaya, laki-
yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau
hak penyandang cacat sebagai perwujudan Hak Asasi Manusia (HAM) dan
mempunyai hak dan kedudukan yang sama di depan hukum dan pemerintahan
2
Soetandyo Wignjoesoebroto, Hak Asasi Manusia Konsep Dasar dan Perkembangan
Pengertiannya dari Masa ke Masa, PT. ELSAM, Jakarta: 2007, hlm. 1.
3
Sahruddin Daming, Op.Cit, hlm. 15.
3
pada perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,
dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik,
diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai bentuk pada setiap bidang kehidupan
4
Netty Prabawijayanti “Pengaturan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Cacat Berdasarkan
Convention On The Rights Of Persons With Disabilities Tahun 2006 Di Indonesia”, Skripsi,
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 2012, hlm.4.
4
transportasi. Jasa transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana
dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia
yang ada salah satunya yaitu transportasi angkutan udara yang dewasa ini
5
Ibid, hlm.6.
6
Muladi, Hak Asasi Manusia, Refika Aditama, Bandung: 2009, hlm.255
7
Ahmad Zazili, ”Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Pada Transportasi Udara Niaga
Berjadwal Nasional”, Tesis, Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, Semarang,
2000, hlm. 2.
5
hukum yang bersifat perdata, akan tetapi mengingat transportasi udara telah
tunduk pada pasal-pasal dari bagian umum dari hukum perjanjian Burgerlijk
8
Louis Adi Putra,”Tanggung Jawab Pengangkut Terhadap Pengangkutan Barang Melalui
Pesawat Udara Negara”, Skripsi, Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin, Makassar, 2013, hlm. 1.
9
Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya, Bandung: 1995, hlm.71.
6
Hak dan kewajiban para pihak tersebut biasanya dituangkan dalam suatu
terhadap penyandang cacat dan orang sakit, bertanggung jawab atas kematian
atau lukanya penumpang yang diangkut, musnah, hilang, atau rusaknya barang
kekurangan yang dimilikinya dan telah diamanahkan dalam Pasal 134 Undang-
10
Ibid.
11
H.K Martono Dan Amad Sudiro, “Hukum Angkutan Udara Berdasarkan Undang-Undang
RI Nomor1 Tahun 2009”, PT. Rajawali, Jakarta: 2011, hlm. 53.
7
melalui peraturan-peraturan yang dibuat, akan tetapi dalam hal ini tidak hanya
cacat masih sangat rendah dan jauh tertinggal dari banyak negara lain termasuk
layanan transportasi udara kita masih banyak masalah dan baru akan merintis
cacat (disabilitas) sering diperlakukan seperti orang sakit. Salah satu contoh
yang telah dua kali mengalaminya. Terakhir, saat akan terbang dari Gorontalo
Batavia Air.
penerbangan Lion Air saat akan terbang dari Jakarta ke Denpasar, saat akan
Sumantri lalu dibantu oleh dua petugas ke pintu pesawat hingga menuju ke
kursinya dengan cara di gendong dan mendapat kursi nomor 23, yang
gendong ke dalam pesawat itu semestinya tidak terjadi jika pihak maskapai
dalam pesawat yang biasa disebut I-L wheel chair.14 Peristiwa berikutnya
12
http://Majalahdiffa.Com, diakses pada tanggal 12 Desember 2014, Pukul 09.00 WIB.
13
http://Jurnas.Com, diakses pada tanggal 12 Desember 2014, Pukul 09.34 WIB.
14
Ibid.
9
terjadi pada tanggal 9 Maret 2013 salah seorang penyandang cacat (disablitas)
orang sakit, lalu tidak tersedia aksebilitas naik dan turun pesawat, tidak jarang
kursi roda penyandang cacat rusak dan lecet, sedangkan bagi penyandang cacat
khususnya tuna daksa, kursi roda sama halnya dengan kaki untuk berjalan dan
juga sampai saat ini tidak ada toilet pesawat khusus bagi penyandang cacat
yang terkendala dengan fisiknya, hal ini dikarenakan tidak ada aturan yang
membuat standar untuk setiap maskapai.17 Masih ada beberapa kasus serupa
15
Ibid, hlm.7.
16
http://www.Bantuanhukum.Or.Id, diakses pada tanggal 23 Januari 2015, Pukul 13:15 WIB.
17
Wawancara Dengan Ibuk Rita Romauli, Ketua Himpunan Penyandang Cacat Riau pada
tanggal 14 Januari 2015, Bertempat di Dinas Sosial Pekanbaru.
10
tertarik untuk mengkaji lebih dalam permasalahan ini dan menyusun skripsi
B. Rumusan Masalah
penulis menetapkan masalah pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini
1. Tujuan Penelitian
Indonesia.
2. Kegunaan Penelitian
1) Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada setiap perguruan tinggi yaitu
Sarjana Hukum.
masakapai penerbangan.
D. Kerangka Teoritis
12
menarik dan mulai mendapatkan tempat kembali pada abad 20, khususnya
setelah masa Perang Dunia II. Teori hukum kodrat dibahasakan sebagai
natural law theory. Istilah natural law dapat merujuk pada arti hukum alam
dan hukum kodrat dalam bahasa Indonesia. Sebagai frasa yang terlepas, kata
natural law tidak dapat secara tajam menunjuk pada baik hukum alam atau
khasanah kata bahasa Indonesia. Dengan istilah hukum alam sudah dapat
terutama fenomena fisik, seperti air yang mendidih pada suhu 100° C,
fisika dan kimia), dengan kata kodrat penulis ingin mengorientasikan acuan
dari entitas yang absolut yang sesuai dengan kodrat alamiah dan rasio yang
yang mengatur secara objektif kodrat kemanusiaan dan alam semesta yang
13
ada dan yang menjadi patokan atau pedoman penilaian tersebut. Prinsip-
prinsip kodrati bersifat abadi, menjadi acuan validitas segala norma dan
tujuan akhir. Tujuan akhir itu adalah kebaikan atau kebaikan bersama bila
ukur bagi berbagai hukum yang ada di dunia, maka validitas norma dilihat
lahir dari kegiatan akal-budi manusia sendiri yang dituntun oleh Tuhan. Ide
masing substansi itu memiliki tujuan tersendiri dan tujuan di luar dirinya
yakni tujuan yang lebih tinggi menuju kepada yang sempurna budi-Illahi.
18
Antonius Cahyadi dan E.Fernando Manullang, Pengantar Ke Filsafat Hukum, Kencana
Prenada Media, Jakarta: 2010, hlm. 42.
19
Ibid.
20
Ibid.
14
Hal tersebut oleh Thomas Aquinas dipandang sebagai aturan alam yang
bersumber pada Tuhan dan mewujudkan diri dalam substansi yang disebut
manusia.21
kemampuan oleh Tuhan untuk dapat membedakan mana yang baik dan
eterna yang memuat asas-asas seperti berbuat baik dan jauhilah kejahatan,
positif. Namun hukum positif disini bukan hukum positif seperti yang
dipahami oleh aliran positivistik dimana ada pemisahan tegas antara moral
21
http://Fundra-Dian.blogspot.com, diakses pada tanggal 17 Januari 2015, Pukul 15:15 WIB.
22
Ibid.
23
Ibid.
15
dan norma positif. Hukum positif dalam konteks hukum kodrat hanya
berlaku apabila hukum positif bersumber dari dan tidak bertentangan hukum
kodrat, dalam hal ini penulis mengaitkan norma yang mengatur mengenai
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, apakah sudah sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh hukum Tuhan atau masih belum mengatur secara
Hukum kodrat berasal dari akal budi dan diterima sebagai prinsip-
a) Hukum kodrat primer yaitu semua aturan hukum yang mengatur semua
Dirumuskan para pemikir Stoa klasik yang berlaku bagi setiap manusia
b) Prinsip hukum kodrat sekunder yaitu hukum kodrat yang tersimpul dari
primer ada ketentuan jangan merugikan orang lain maka turunan atau
24
Ibid. hlm. 2.
25
Ibid.
16
hukum positif dan yang tertinggi adalah hukum abadi yang berasal dari
Tuhan.26
manusia yang lain, dan aturan yang mengatur mengenai penyandang cacat
Selama suatu hak tidak dilindungi oleh peraturan hukum, maka hak ini
yang melekat pada penyelenggara negara atas warganya sebagai salah satu
pesawat udara telah tertuang dalam Pasal 134, Bagian keenam Undang-
cacat.
27
Satjipto Rahardjo, Ilmu hukum, Cetakan kelima, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung: 2000,
hlm. 53.
28
Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara, PT.Nusa Media Dan Nuansa,
Bandung : 2006,hlm. 113
29
Saharuddin Daming, Op.cit, hlm.19.
30
Hans Kelsen, Op.cit.
18
hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang
masyarakat.
31
Ibid, hlm. 69.
32
http://tesishukum.com, diakses pada tanggal 17 November 2014, Pukul 13:12 WIB.
33
Muchsin, “Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia”, Tesis, Program
Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret, 2003, hlm. 20.
19
E. Kerangka Konseptual
20
serta sebagai pijakan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka penulis
mempelajari), sedangkan kata tinjauan berasal dari kata dasar “tinjau” yang
berarti melihat sesuatu yang jauh dari tempat yang ketinggian, melihat-lihat,
umum yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar. Termasuk dalam
dari penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental.38
34
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988 : hlm. 45.
35
http://kbbi.web.id/yuridis, diakses pada hari Kamis, tanggal 5 Februari 2015, Pukul 07.00
WIB.
36
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 2008, hlm.
474.
37
http://Repository.Usu.Ac.Id, diakses pada tanggal 23 Januari 2015, Pukul 12:00 WIB.
38
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.
21
produksi, yaitu manusia, alam dan modal. Kegiatan produksi dan distribusi
produksi yang tujuannya bukan untuk mencari laba. Seperti yayasan sosial,
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
normatif atau yang dikenal dengan istilah legal research.41 Penelitian hukum
hukum sesuai norma hukum dan adakah norma yang berupa perintah atau
larangan itu sesuai dengan prinsip hukum serta apakah tindakan (act)
39
http://Chalouiss.Blogspot.Com, diakses pada tanggal 23 Januari 2015, Pukul 21:15 WIB.
40
http://Id.Wikipedia.Org, diakses pada tanggal 23 Januari 2015, Pukul 21:18 WIB.
41
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana, Jakarta: 2013, hlm. 47.
22
seseorang sesuai dengan norma hukum (bukan hanya sesuai dengan aturan
undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang
peneliti perlu mencari ratio legis dan dasar ontologis lahirnya undang-
2. Sumber Data
Dalam penelitian hukum normatif ini sumber data diambil dari bahan
mengenai bahan hukum primer yang berupa buku-buku yang ditulis oleh
para ahli hukum, teori hukum, jurnal hukum, artikel internet dan bahan-
Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum lain yang menjelaskan lebih
lanjut bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain
Inggris-Indonesia.
yaitu penulis mengambil kutipan dari buku bacaan, literatur, atau buku
sebagai berikut :
a) Identifikasi
b) Verifikasi
data hukum yang telah terkumpul dengan memilah data sesuai dengan
c) Validasi
diterima.
25
4. Analisis Data
dan konstruksi data yang telah dikumpulkan dan diolah. Oleh karena itu,
teliti.
kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat
45
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta: 2010, hlm. 17.
46
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta: 1983, hlm. 32.
47
Aslim Rasyad, Metode Ilmiah: Persiapan Bagi Peneliti, UNRI Press, Pekanbaru: 2005, hlm.
20.
26