Puji syukur yang saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat-Nyalah buku ini dapat saya selesaikan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam buku ilmiah ini dibahas
mengenai “makar”
Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah” tiada gading yang tak retak”,
demikian pula adanya dengan buku ini yang masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu saya mengharapkan saran,dan kritik, khususnya dari
Dosen pembimbing, teman teman mahasiswa dan para pembaca buku ini
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada.
Demikian buku ini, semoga bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
mahasiswa untuk menambah pengetahuan. TERIMA KASIH
PENYUSUN
DAFTAR ISI
5. Permufakatan (SAMENSPANNING)
Pasal 110 ayat 1 KUHP memuat suatu pengertian
permufakatan untuk melakukan kejahatan tertentu, yaitu
yang termuat dalam pasal-pasal 104, 106, 107, dan 108
yang sudah dibahasa diatas. Permufakatan ini dihukum
sama dengan kejahatannya sendiri. Pasal 88 memberikan
penafsiran tertentu dari kata permufakatan ini, yaitu
permufakatan ada apabila dua orang atau lebih bersama-
sama menyetujui untuk melakukan suatu kejahatan.
6. Penyertaan Istimewa (BIJZONDERE DEELNEMING)
Disamping permufakatan ini, ayat 2 pasal 110
menyebutkan 5 macam peraturan yang merupakan
penyertaan istimewa pada tindak-tindak pidana dari
pasal-pasal 104, 106, 107, dan 108, yaitu juga dihukum
dengan hukuman yang sama barang siapa dengan
maksud untuk mempersiapkan atau memudahkan salah
satu dari kejahatan-kejahatan tersebut:
Ke-1 : mencoba membujuk orang lain supaya ia
melakukan, menyuruh melakukan, atau turut
melakukan kejahatan itu, atau supaya ia membantu
melakukan kejahatan itu, atau supaya ia memboeri
kesempatan, alat-alat, atau keterangan-keterangan
untuk melakukan kejahatan itu;
Ke-2: mencoba member ia sendiri atau orang lain
kesempatan, alat-alat, atau keterangan-keterangan
untuk melakukan kejahatan itu;
Ke-3: menyimpan untuk tersedia barang-barang yang ia
ketahui ditujukan untuk melakukan kejahatan itu,
barang-barang tersebut menurut ayat 3 dapat
dirampas;
Ke-4: menyiapkan atau memegang rencana-rencana
untuk melakukan kejahatan-kejahatan itu,
rencana-rencana tersebut ditujukan untuk
diberitahukan kepada orang lain;
Ke-5: mencoba mencegah, menghalangi, atau
menggagalkan suatu daya upaya pemerintah untuk
mencegah atau menumpas pelaksanaan kehendak
melakukan kejahatan itu.
7. Mengadakan Hubungan Dengan Negara Asing Yang
Mungkin Akan Bermusuhan Dengan Negara Indonesia
Dengan pasal 111, KUHP mulai menjurus kepada usaha
untuk menyelamatkan keamanan ekstern dari Negara,
juga dapat dikatakan mulai menjurus kearah
memberantas mata-mata yang bekerja untuk kepentingan
Negara asing dengan merugikan kepentingan Negara kita.
Tindak pidana dari pasal 111 berupa: mengadakan
hubungan dengan Negara asing dengan niat:
a. Akan membujuk agar Negara asing itu melakukan
permusuhan akan berperang dengan Negara kita; atau
b. Akan memperkuat kenhendak Negara asing untuk
berbuat demikian, atau
c. Akan menyanggupkan bantuan dalam hal ini kepada
Negara asing itu, atau
d. Akan memberi bantuan dalam hal mempersiapkan
hal-hal tersebut diatas.
Mengadakan hubungan dengan Negara asing biasanya
berarti: mengadakan perundingan yang didalamnya, baik
dari pihak pelaku maupun dari pihak Negara asing, ada
usul-usuk tertentu.
8. Mengadakan Hubungan Dengan Negara Asing Dengan
Tujuan Agar Negara Asing Membantu Suatu
Penggulingan Pemerintah Di Indonesia
Tindak pidana ini termuat dalam pasal 111bis yang
menyebutkan 3 macam tindak pidana:
Ke-1: mengadakan hubungan dengan orang atau badan
diluar Indonesia dengan maksud:
a. Membujuknya supaya memberi bantuan untuk
menyiapkan, memudahkan, atau mengadakan
penggulingan pemerintah, atau
b. Menguatkan kehendak orang atau badan
demikian itu, atau
c. Memberi atau sanggup memberi bantuan dalam
hal itu, atau
d. Mempersiapkan, memudahkan, mengadakan
penggulingan pemerintah;
Ke-2: memasukkan kedalam wilayah Indonesia suatu
barang yang dapat dipergunakan untuk membri
bantuan kebendaan (STOFFELIJKESTEUN) dalam
mempersiapkan, memudahkan, atau mengadakan
penggulingan pemerintah, jiak ia tahu atau ada
alasan kuat untuk mengira, bahwa barang itu
diperuntukkan demikian;
Ke-3: menyimpan atau menjadikan pokok perjanjian
suatu barang, seperti tersebut ke-2, dengan
mengtahui atau ada alasan kuat untuk mengira
seperti diatas, dan lagi, bahwa barang itu atau
barang yang digantikan barang itu dimasukkan di
Indonesia dengan tujuan tersebut atau
diperuntukkan demikian oleh atau untuk seorang
atau badan yang bertempat diluar Negara
Indonesia.
Tindak pidana ini diancam dengan hukuman maksimum
6 tahun penjara dan dengan dimungkinkan barang-
barang tersebut ke-2 dan ke-3 tadi dapat dirampas.
Pasal 104
Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merampas
kemerdekaan, atau meniadakan kemampuan Presiden atau
Wakil Presiden memerintah, diancam dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara
paling lama dua puluh tahun.
Pasal 105
Pasal ini ditiadakan berdasarkan Undang-undang No. 1. Tahun
1946, pasal VIII, butir 13.
Pasal 106
Makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah
negara jatuh ke tangan musuh atau memisahkan sebagian dan
wilayah negara, diancam dengan pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
Pasal 107
(1) Makar dengan maksud untuk menggulingkan pemerintah,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(2) Para pemimpin dan para pengatur makar tersebut dalam
ayat 1, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
Pasal 107a
Barangsiapa yang secara melawan hukum di muka umum
dengan lisan, tulisan, dan atau melalui media apapun,
menyebarkan atau mengembangkan ajaran
Komunisme/Marxisme-Leninisme dalam segala bentuk dan
perwujudan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 12
(dua belas) tahun. Pasal ini merupakan isi dari Pasal 1 UU No.
27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undangundang
Hukum Pidana Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap
Keamanan Negara
Pasal 107b
Barangsiapa yang secara melawan hukum di muka umum
dengan lisan, tulisan dan atau melalui media apapun,
menyatakan keinginan untuk meniadakan atau mengganti
Pancasila sebagai dasar negara yang berakibat timbulnya
kerusuhan dalam masyarakat, atau menimbulkan korban jiwa
atau kerugian harta benda, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 20 (dua puluh) tahun.
Pasal 107c
Barangsiapa yang secara melawan hukum di muka umum
dengan lisan, tulisan dan atau melalui media apapun,
menyebarkan atau mengembangkan ajaran
Komunisme/Marxisme-Leninisme yang berakibat timbulnya
kerusuhan dalam masyarakat, atau menimbulkan korban jiwa
atau kerugian harta benda, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas)tahun.
Pasal ini merupakan isi dari Pasal 1 UU No. 27 Tahun 1999
tentang Perubahan Kitab Undangundang
Hukum Pidana Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap
Keamanan Negara
Pasal 107d
Barangsiapa yang secara melawan hukum di muka umum
dengan lisan, tulisan dan atau melalui media apapun,
menyebarkan atau mengembangkan ajaran
Komunisme/Marxisme-Leninisme dengan maksud mengubah
atau mengganti Pancasila sebagai dasar Negara, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun.
Pasal ini merupakan isi dari Pasal 1 UU No. 27 Tahun 1999
tentang Perubahan Kitab Undangundang
Hukum Pidana Yang Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap
Keamanan Negara
Pasal 107f
Dipidana karena sabotase dengan pidana penjara seumur hidup
atau paling lama 20 (dua puluh) tahun:
a. barangsiapa yang secara melawan hukum merusak,
membuat tidak dapat dipakai, menghancurkan atau
memusnahkan instalasi negara atau militer; atau
b. barangsiapa yang secara melawan hukum menghalangi atau
menggagalkan pengadaan atau distribusi bahan pokok yang
menguasai hajat hidup orang banyak sesuai dengan
kebijakan Pemerintah.
Pasal ini merupakan isi dari Pasal 1 UU No. 27 Tahun 1999
tentang Perubahan Kitab Undang Undang Hukum Pidana Yang
Berkaitan Dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara
UNDANG-UNDANG TERKAIT
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik
Pasal 50
Pengurus Partai Politik yang menggunakan Partai Politiknya
untuk melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 40 ayat (5) dituntut berdasarkan Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana yang berkaitan dengan Kejahatan
terhadap Keamanan Negara dalam Pasal 107 huruf c, huruf
d, atau huruf e, dan Partai Politiknya dapat dibubarkan.
Penjelasan Pasal 50 Cukup Jelas.
Pasal 108
(1) Barang siapa bersalah karena pemberontakan, diancam
dengan pidana penjara paling lama
lima belas tahun:
a. orang yang melawan Pemerintah Indonesia dengan
senjata;
b. orang yang dengan maksud melawan Pemerintah
Indonesia, menyerbu bersama-sama atau
menggabungkan diri pada gerombolan yang melawan
Pemerintahan dengan senjata.
(2) Para pemimpin dan para pengatur pemberontakan diancam
dengan penjara seumur hidup
atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
Pasal 109
Pasal ini ditiadakan berdasarkan S.1930 No. 31.
Pasal 110
(1) Permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan menurut
pasal 104, 106, 107 dan 108 diancam berdasarkan ancaman
pidana dalam pasal-pasal tersebut.
(2) Pidana yang sama diterapkan terhadap orang-orang yang
dengan maksud berdasarkan pasal 104, 106, dan 108,
mempersiapkan atau memperlancar kejahatan:
a. mencoba menggerakan orang lain untuk melakukan,
menyuruh melakukan atau turut serta melakukan agar
memberi bantuan pada waktu melakukan atau memberi
kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan
kejahatan;
b. mencoba memperoleh kesempatan, sarana atau
keterangan untuk melakukan kejahatan bagi diri sendiri
atau orang lain;
c. memiliki persediaan barang-barang yang diketahuinya
berguna untuk melakukan kejahatan;
d. mempersiapkan atau memiliki rencana untuk
melaksanakan kejahatan yang bertujuan untuk
diberitahukan kepada orang lain;
e. mencoba mencegah, merintangi atau menggagalkan
tindakan yang diadakan oleh pemerintah untuk
mencegah atau menindas pelaksanaan kejahatan.
(3) Barang-barang sebagaimana yang dimaksud dalam butir 3
ayat sebelumnya, dapat dirampas.
(4) Tidak dipidana barang siapa yang ternyata bermaksud hanya
mempersiapkan atau memperlancar perubahan ketatanegaraan
dalam artian umum.
(5) Jika dalam salah satu hal seperti yang dimaksud dalam ayat 1
dan 2 pasal ini, kejahatan sungguh terjadi, pidananya dapat
dilipatkan dua kali.
Pasal 111
(1) Barang siapa mengadakan hubungan dengan negara asing
dengan maksud menggerakkannya untuk melakukan perbuatan
permusuhan atau perang terhadap negara, memperkuat niat
mereka, menjanjikan bantuan atau membantu mempersiapkan
mereka untuk melakukan perbuatan permusuhan atau perang
terhadap negara, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima belas tahun.
(2) Jika perbuatan permusuhan dilakukan atau terjadi perang,
diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun.
Pasal 112
Barang siapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat,
berita-berita atau keteranganketerangan yang diketahuinya
bahwa harus dirahasiakan untuk kepentingan negara, atau
dengan sengaja memberitahukan atau memberikannya kepada
negara asing, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
UNDANG UNDANG TERKAIT
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011 Tentang Intelejen
Negara :
Pasal 44
Setiap Orang yang dengan sengaja mencuri, membuka,
dan/atau membocorkan Rahasia Intelijen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Pasal 46
(1) Setiap Personel Intelijen Negara yang membocorkan
upaya, pekerjaan, kegiatan, Sasaran, informasi, fasilitas
khusus, alat peralatan dan perlengkapan khusus, dukungan,
dan/atau Personel Intelijen Negara yang berkaitan dengan
penyelenggaraan fungsi dan aktivitas Intelijen Negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b dipidana
dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh Personel Intelijen Negara dalam
keadaan perang dipidana dengan ditambah 1/3 (sepertiga)
dari masing-masing ancaman pidana maksimumnya.
Pasal 56
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Bab ini dilakukan oleh atau atas nama Badan Usaha atau
Bentuk Usaha Tetap, tuntutan dan pidana dikenakan
terhadap Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap dan/atau
pengurusnya.
(2) Dalam hal tindak pidana dilakukan oleh Badan Usaha
atau Bentuk Usaha Tetap, pidana yang dijatuhkan kepada
Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap tersebut adalah
pidana denda, dengan ketentuan paling tinggi pidana denda
ditambah sepertiganya.
Pasal 57
(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
adalah pelanggaran.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52,
Pasal 53, Pasal 54, dan Pasal 55 adalah kejahatan.
Pasal 58
Selain ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab
ini, sebagai pidana tambahan adalah pencabutan hak atau
perampasan barang yang digunakan untuk atau yang
diperoleh dari tindak pidana dalam kegiatan usaha Minyak
dan Gas Bumi.
Pasal 113
(1) Barang siapa dengan sengaja, untuk seluruhnya atau
sebagian mengumumkan, atau memberitahukan maupun
menyerahkan kepada orang yang tidak berwenang mengetahui,
suratsurat, peta-peta, rencana-rencana, gambar-gambar atau
benda-benda yang bersifat rahasia dan bersangkutan dengan
pertahanan atau keamanan Indonesia terhadap serangan dari
luar, yang ada padanya atau yang isinya, bentuknya atau
susunannya benda-benda itu diketahui olehnya, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
(2) Jika surat-surat atau benda-benda ada pada yang bersalah,
atau pengetahuannya tentang itu karena pencariannya,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
Pasal 114
Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan
surat-surat atau benda-benda rahasia sebagaimana yang
dimaksudkan dalam pasal 113 harus menjadi tugasnya untuk
menyimpan atau menaruhnya, bentuk atau susunannya untuk
seluruh atau sebagian diketahui oleh umum atau dikuasai atau
diketahui oleh orang lain (atau) tidak berwenang mengetahui,
diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam
bulan atau pidana kurungan paling lama satu tahun atau pidana
denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
UNDANG-UNDANG TERKAIT
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2011Tentang Intelejen
Negara
Pasal 45
Setiap Orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan
bocornya Rahasia Intelijen sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Pasal 115
Barang siapa melihat atau membaca surat-surat atau benda-
benda rahasia sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 113,
untuk seluruhnya atau sebagian, sedangkan diketahui atau
selayaknya harus diduganya bahwa benda-benda itu tidak
dimaksud untuk diketahui olehnya, begitu pula jika membuat
atau menyuruh membuat salinan atau ikhtisar dengan huruf
atau dalam bahasa apa pun juga, membuat atau menyuruh buat
teraan, gambaran atau jika tidak menyerahkan benda-benda itu
kepada pejabat kehakiman, kepolisian atau pamong praja, dalam
hal benda-benda itu jatuh ke tangannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama tiga tahun.
Pasal 116
Permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 113 dan 115, diancam dengan
pidana penjara paling lama satu tahun.
Pasal 117
Diancam dengan pidana penjara paling lama enam bulan atau
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, barang siapa
tanpa wenang:
a. dengan sengaja memasuki bangunan Angkatan Darat atau
Angkatan Laut, atau memasuki kapal perang melalui jalan
yang bukan jalan biasa;
b. dengan sengaja memasuki daerah, yang oleh Presiden atau
atas namanya, atau oleh penguasa tentara ditentukan sebagai
daerah tentara yang dilarang;
c. dengan sengaja membuat, mengumpulkan, mempunyai,
menyimpan, menyembunyikan atau mengangkut gambar-
potret atau gambar-tangan maupun keterangan-keterangan
atau petunjuk petunjuk lain mengenai daerah seperti
tersebut dalam pasal ke-2, beserta segala sesuatu yang ada di
situ.
Pasal 118
Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun atau
denda sembilan ribu rupiah, barang siapa tanpa wenang,
sengaja membuat, mengumpulkan, mempunyai, menyimpan,
menyembunyikan atau mengangkut gambar-potret, gambar-
lukis atau gambar-tangan, pengukuran atau penulisan, maupun
keterangan-keterangan atau petunjuk-petunjuk lain mengenai
sesuatu hal yang bersangkutan dengan kepentingan tentara.
Pasal 119
Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun:
a. barang siapa memberi pondokan kepada orang lain, yang
diketahuinya mempunyai niat atau sedang mencoba untuk
mengetahui benda-benda rahasia seperti tersebut dalam
pasal 113, padahal tidak wenang untuk itu, atau mempunyai
niat atau sedang mencoba untuk mengetahui letak, bentuk,
susunan, persenjataan, perbekalan, perlengkapan mesiu, atau
kekuatan orang dari bangunan pertahanan atau sesuatu hal
lain yangbersangkutan dengan kepentingan tentara;
b. barang siapa menyembunyikan benda-benda yang
diketahuinya bahwa dengan cara apa pun juga, akan
diperlukan dalam melaksanakan niat seperti tersebut pada
ke-1.
Pasal 120
Jika kejahatan tersebut pasal 113, 115, 117, 118, 119 dilakukan
dengan akal curang seperti penyesatan, penyamaran, pemakaian
nama atau kedudukan palsu, atau dengan menawarkan atau
menerima, membayangkan atau menjanjikan hadiah,
keuntungan atau upah dalam bentuk apa pun juga, atau
dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, maka
pidana hilang kemerdekaan dapat diperberat lipat dua.
Pasal 121
Barang siapa ditugaskan oleh pemerintah untuk berunding
dengan suatu negara asing, dengan sengaja merugikan negara,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Pasal 122
Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun:
a. barang siapa dalam masa perang yang tidak menyangkut
Indonesia, dengan sengaja melakukan perbuatan yang
membahayakan kenetralan negara, atau dengan sengaja
melanggar suatu aturan yang dikeluarkan dan diumumkan
oleh pemerintah, khusus untuk mempertahankan kenetralan
tersebut;
b. barang siapa dalam masa perang dengan sengaja melanggar
aturan yang dikeluarkan dan diumumkan oleh pemerintah
guna keselamatan negara.
Pasal 123
Seorang warga negara Indonesia yang dengan suka rela masuk
tentara negara asing, padahal ia mengetahui bahwa negara itu
sedang perang dengan Indonesia, atau akan menghadapi perang
dengan Indonesia, diancam dalam hal terakhir jika pecah
perang, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 124
(1) Barang siapa dalam masa perang dengan sengaja memberi
bantuan kepada musuh atau merugikan negara terhadap
musuh, diancam dengan pidana penjara lima belas tahun.
(2) Diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun jika si pembuat:
a. memberitahukan atau menyerahkan kepada musuh peta,
rencana, gambar atau penulisan mengenai bangunan-
bangunan tentara;
b. menjadi mata-mata musuh, atau memberi pondokan
kepadanya.
(3) Pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu paling lama dua puluh tahun dijatuhkan jika si
pembuat:
a. memberitahukan atau menyerahkan kepada musuh,
menghancurkan atau merusak sesuatu tempat atau pos
yang diperkuat atau diduduki, suatu alat penghubung,
gudang persediaan perang, atau kas perang ataupun
Angkatan Laut, Angkatan Darat atau bagian daripadanya,
merintangi, menghalang-halangi atau menggagalkan
suatu usaha untuk menggenangi air atau bangunan
tentara lainnya yang direncanakan atau diselenggarakan
untuk menangkis atau menyerang;
b. menyebabkan atau memperlancar timbulnya huru-hara,
pemberontakan atau desersi di kalangan Angkatan
Perang.
Pasal 125
Permufakatan jahat untuk melakukan kejahatan sebagaimana
dimaksudkan dalam pasal 124, diancam dengan pidana paling
lama enam tahun.
Pasal 126
Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun
barang siapa dalam masa perang, tidak dengan maksud
membantu musuh atau merugikan negara sehingga
menguntungkan musuh, dengan sengaja:
a. memberi pondokan kepada mata-mata musuh,
menyembunyikannya atau membantu melarikan diri;
b. menggerakkan atau memperlancar pelarian (desersi) prajurit
yang bertugas untuk negara.
Pasal 127
(1) Barang siapa dalam masa perang menjalankan tipu muslihat
dalam penyerahan barangbarang keperluan Angkatan Laut atau
Angkatan Darat, diancam dengan pidana penjara paling lama
dua betas tahun.
(2) Diancam dengan pidana yang sama barang siapa diserahi
mengawasi penyerahan barangbarang, membiarkan tipu
muslihat itu.
Pasal 128
(1) Dalam hal pemidanaan berdasarkan kejahatan pasal 104,
dapat dipidana pencabutan hak hak berdasarkan pasal 35 no. 1-
5.
(2) Dalam hal pemidanaan berdasarkan kejahatan pasal-pasal
106-108, 110-125, dapat dipidana pencabutan hak-hak
berdasarkan pasal 35 no. 1-3.
(3) Dalam hal pemidanaan berdasarkan kejahatan pasal 127,
yang bersalah dapat dilarang menjalankan pencaharian yang
dijalankannya ketika melakukan kejahatan itu, dicabut hak-hak
berdasarkan pasal 35 no. 1-4, dan dapat diperintahkan supaya
putusan hakim diumumkan.
Pasal 129
Pidana-pidana yang ditentukan terhadap perbuatan-perbuatan
dalam pasal-pasal 124-127, diterapkan jika salah satu
perbuatan dilakukan terhadap atau bersangkutan dengan
Negara sekutu dalam perang bersama.
MAKAR DALAM PERSPEKTIF ISLAM
1. Pengertian
Dalam Islam makar dikenal dengan istilsh Bughat
Makna Bahasa Bughat
Bughat ( ٌ ) بُ َغاةadalah bentuk jamak ي ِ Vَ ْا, yang merupakan isim
ُ لباغ
َ
َْ
fail (kata benda yang menunjukkan pelaku), berasal dari kata
( بَغىfi’il madhi), َي ِ (fi’il mudhari’), danاءVV V V V Vَا بغVV V V V V ب ْغي- ًةVV V V V V ب ْغي-
ُ يبغ
ْ ً ُ ًَ َُ
(mashdar). Kata بَغىmempunyai banyak makna, antara lain ب َ َطَل
(mencari, menuntut), َظلَم َ تَ َج/ دَىVV V V V َإِ ْعت
َ (berbuat zalim), َّدV V V V Vاو ُزا ْل َح
(melampaui batas), dan ب
َ َ( كَذberbohong)
Dengan demikian, secara bahasa, ي ِ
ُ اغVV V V V Vالب
َ (dengan bentuk
jamaknyaُاةVVَ ) اَْلبُغartinya ( اَلظَّالِ ُمorang yang berbuat zalim), ي ِ
ْ دVVَاَْل ُم ْعت
ِ ِ
ْ تَ ْعلV V ( اَلظَّال ُم ا ْل ُم ْسorang yang
(orang yang melampaui batas), atau ي
berbuat zalim dan menyombongkan diri)
اب أَلِي ٌم فِي ال ُّد ْنيَا َواآْل ِخ َر ِة ٌ شةُ فِي الَّ ِذينَ آ َمنُوا لَ ُه ْم َع َذ ِ َإِنَّ الَّ ِذينَ يُ ِحبُّونَ أَن ت َِشي َع ا ْلف
َ اح
ََوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َوأَنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُمون
“ Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita)
perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang
yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di
akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak Mengetahui .”
(QS. An Nuur: 19)
Nabi melarang mencela, memaki para penguasa dan
menyebarkan aib mereka. Beliau memerintahkan untuk
menasihati mereka dengan cara yang baik dan mendo’akan
kebaikan.
“Janganlah kalian mencela pemimpin kalian dan janganlah
mendengki mereka, janganlah kalian membenci mereka
bertakwalah kepada Allah. Bersabarlah karena urusan ini sudah
dekat.” (HR. Ibnu Abi Ashim )
Tidak ada toleransi bagi pemberontak pada penguasa, ketika
mereka (pemerintah) tidak mau mendengar yang ada adalah
perintah untuk bersabar. Dari Wail bin Hujr berkata, kami
bertanya : “Ya Rasulullah bagaimana pendapatmu jika penguasa
kami merampas hak-hak kami dan meminta hak-hak mereka?”
Nabi bersabda “Mendengar dan taatlah kalian pada mereka.
Maka sesungguhnya bagi merekalah balasan amalan mereka
dan bagi kalianlah pahala atas kesabaran kalian.” (HR. Muslim).
Rasul melarang menyebarkan aib penguasa dan kesalahannya di
atas mimbar-mimbar dan majelis-majelis, karena hal ini akan
menyebabkan tersebarnya kejelekan.
“Penguasa adalah naungan Allah di muka bumi, barang siapa
yang menghinakan penguasa maka Allah akan
menghinakannya, barang siapa yang memuliakan penguasa
maka Allah akan memuliakannya.” (HR. Ibnu Abi Ashim,
Attirmidzi)
“Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar
dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfal: 46).
3. DASAR HUKUM
Firman Allah:
“Kalau dua golongan dari golongan orang-orang Mukmin
mengadakan peperangan, maka damaikanlah antara keduanya.
Kalau salah satunya berbuat menentang perdamaian kepada
lainnya, maka perangilah orang-orang (golongan) yang
menentang itu sehingga mereka kembali ke jalan Allah. Kalau
mereka kembali, maka damaikanlah antara keduanya dengan
adil, dan memang harus berbuat adillah kamu sekalian.
Sesungguhnya Allah itu mencintai pada orang-orang yang
berlaku adil.” (Q.S. Al-Hujuraat: 9).
Hal yang sama dapat juga dikatakan untuk syarat bahwa yang
diberontak adalah imam yang adil (pendapat Ibnu Hazm). Syarat
ini tidak tepat, sebab ayat bughat bersifat mutlak, tidak ada
persyaratan bahwa bughat adalah yang memberontak kepada
imam yang adil. Selain itu, hadits-hadits Nabi SAW tentang
bughat juga bersifat mutlak (imam adil dan fasik), bukan
muqayyad (hanya imam adil saja). Karena itulah, pendapat yang
lebih tepat (rajih) adalah apa yang yang dinyatakan Syaikh
Abdurrahman Al-Maliki :
Kebijakan :
4. G30S/PKI
Gerakan 30 September (dahulu juga disingkat G 30 S PKI, G-
30S/PKI), Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok
(Gerakan Satu Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi
selewat malam tanggal 30 September sampai di awal 1 Oktober
1965 di saat tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta
beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan
kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota Partai
Komunis Indonesia.
a. Latar belakang Gerakan 30 September
: Nhoenwahyuni@yahoo.com
: Nunii_Bachtiar
: Wahyunii bachtiar