NIM : A1011201055
1. Jelaskan Defenisi makar menurut Pendapat Ahli dan uraikan ketentuan pasal Perbuatan yang
dapat dikategorikan sebagai tindak pidana makar yang berkenaan dengan objek :
- Kedaulatan Negara
- Pemerintahan yang Sah
- Presiden dan Wakil Presiden
JAWABAN
Menurut Ahli Imam Nasima dalam Putusan MK Nomor 7/PUU-XV/2017, bentuk perbuatan
‘aanslag’ yang dapat dipidana memiliki bentuk yang beraneka ragam. Uraian yang diberikan
KUHP lebih terfokus pada tujuan dari dilakukannya perbuatan terkait, yaitu (1) dilakukan
dengan maksud membunuh, merampas kebebasan, atau membuat Presiden/Wakil Presiden tak
dapat menjalankan pemerintahan (Pasal 104); (2) dilakukan dengan maksud supaya sebagian
atau seluruh wilayah negara berada dalam penguasaan asing atau memisahkan sebagian
wilayahnya (Pasal 106); dan (3) dilakukan dengan maksud untuk menggulingkan pemerintah
(Pasal 107).
- Kedaulatan Negara
Pasal 106 KUHP
“Makar dengan maksud supaya seluruh atau sebagian wilayah negara jatuh ketangan
musuh atau memisahkan sebagian dari wilayah negara, diancam dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara sementara lama dua puluh tahun.”
2. Jelaskan ketentuan rumusan pasal yang menjelaskan tentang perbuatan yang dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana penghinaan dan jelaskan perbedaan setiap pasal tersebut.
JAWABAN
pencemaran nama baik (penghinaan) diatur dan dirumuskan dalam Pasal 310 KUHP, yang
terdiri dari 3 (tiga) ayat.Menista dengan lisan (smaad) – Pasal 310 ayat (1)
orang yang menyampaikan informasi, secara lisan ataupun tertulis diberi kesempatan untuk
membuktikan bahwa tujuannya itu benar. Kalau tidak bisa membuktikan kebenarannya, itu
namanya penistaan atau fitnah. Berdasarkan rumusan pasal di atas dapat dikemukakan bahwa
pencemaran nama baik bisa dituntut dengan Pasal 310 ayat (1) KUHP, apabila perbuatan
tersebut harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa, sehingga dalam perbuatannya terselip
tuduhan, seolah-olah orang yang dicemarkan (dihina) itu telah melakukan perbuatan tertentu,
dengan maksud agar tuduhan itu tersiar (diketahui oleh orang banyak). Perbuatan yang
dituduhkan itu tidak perlu perbuatan yang menyangkut tindak pidana (menipu,
menggelapkan, berzina dan sebagainya),
contoh pasal yang menjelaskan tentang penghinaan
Memfitnah (Laster) Pasal 311 ayat (1) KUHP
Berbunyi:
“Barangsiapa melakukan kejahatan menista atau menista dengan tulisan, dalam hal ia
diizinkan untuk membuktikan dan jika tuduhan itu dilakukannya sedang diketahuinya tidak
benar, dihukum karena salah memfitnah dengan hukuman penjara selama-lamanya empat
tahun.”
Pencemaran nama baik (menista) sebenarnya merupakan bagian dari bentuk penghinaan yang
diatur dalam Bab XVI KUHP. Pengertian “penghinaan” dapat ditelusuri dari kata “menghina”
yang berarti “menyerang kehormatan dan nama baik seseorang”. Korban penghinaan tersebut
biasanya merasa malu, sedangkan kehormatan disini hanya menyangkut nama baik dan bukan
kehormatan dalam pengertian seksualitas. Perbuatan yang menyinggung ranah seksualitas
termasuk kejahatan kesusilaan dalam Pasal 281-303 KUHP Penghinaan dalam KUHP terdiri
dari pencemaran atau pencemaran tertulis (Pasal 310), fitnah (Pasal 311), penghinaan ringan
(Pasal 315), mengadu dengan cara memfitnah (Pasal 317) dan tuduhan dengan cara
memfitnah (Pasal 318).
3. Jelaskan Perbedaan antara perkosaan dan perbuatan cabul serta jelaskan ketentuan pasal yang
mengatur kedua hal tersebut dalam KUHP.
JAWABAN
perkosaan merupakan suatu tindakan “persetubuhan”, sedangkan pencabulan merupakan
suatu “perbuatan cabul” yang bukan merupakan persetubuhan.
persetubuhan menurut R. Soesilo dapat di artikan dengan mengacu pada Arrest Hoge Raad
(putusan Mahkamah Agung Belanda) pada 5 Februari 1912, yakni “peraduan antara anggota
kemaluan laki-laki dan perempuan yang dijalankan untuk mendapatkan anak, jadi alat
kelamin laki-laki harus masuk ke dalam alat kelamin perempuan sehingga mengeluarkan air
mani.”
Judi menurut Pasal 303 ayat (3) KUHP adalah tiap-tiap permainan, yang mendasarkan
pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja, dan juga
kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain.
Hal ini dapat ditarik contoh tempat yang berupa fisik seperti tempat yang bisa berupa rumah,
Gedung, halaman dll, dan non fisik sepert situs judi online
5. Studi analisis Sederhana terhadap eksistensi Ahmadiyah yang merupakan gerakan yang
mengatas namakan pembaruan Islam yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908)
di India. Gerakan ini bersifat literal dan cinta damai dengan maksud menarik perhatian orang-
orang yang telah kehilangan kepercayaan terhadap Islam dengan pemahaman lama. Sebagian
Ormas Islam memandang bahwa Ahmadiyah adalah organisasi sesat karena mengingkari
eksistensi Nabi Besar Muhammad SAW sebagai nabi terakhir. Sebaliknya, kelompok
Ahmadiyah mengklaim sebagai bagian dari umat Islam melanjutkan praktik syariat Islam
yang baru. Terhadap gambaran sederhana diatas berikan pendapat anda apakah terdapat
ketentuan pasal dalam KUHP yang dapat berpotensi dilanggar oleh adanya kegiatan
ahmadiyah yang dilakukan diwilayah NKRI. Jika ada uraikan ketentuan pasal dan unsur delik
dan persesuain perbuatan yang ada yang dianggap memenuhi ketentuan rumusan delik
tersebut.
JAWABAN
Sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa nabi terakhir dan penutup adalah Nabi Muhammad
SAW, sedangkan kelompok gerakan Ahmadiyah yang mengatasnamakan Islam ini
menentang hal tersebut dan mereka mempercayai dan menyiarkan bahwa nabi setelah Nabi
Muhammad SAW adalah seperti yang mereka percayai Mirza Ghulam Ahmad. ini
menjelaskan bahwa kelompok ahmadiyah melakukan tindak pidana penistaan agama. Itu
sudah jelas adalah pelanggaran yang tertuai dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
Pasal 156a yang bebunyi Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 5 tahun, barang
siapa dengan sengaja dimuka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan:
a. yang ada pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan
terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia.
b. dengan maksud agar orang tidak menganut agama apa pun juga yang bersendikan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Islam telah menjelaskan hal hal seperti ini dengan lengkap didalam Al-qur’an, jadi pendapat
seperti apapun itu, adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kaidah kaidah yang berlaku
dalam agama islam dan tidak dapat di ganggu gugat ataupun di sangkal dengan alasan
apapun.