Kejahatan Perkosaan
dalam Bab XVI Pasal 285 KUHP, yang menyatakan: Barangsiapa dengan
a. Barangsiapa
c. Memaksa
“Memaksa” berarti diluar kehendak dari wanita tersebut atau
Kalau bukan wanita (dalam hal homoseks) maka tidak dapat diterapkan
kehamilan. Tidak perlu bahwa telah terjadi pengeluaran air mani dalam
e. Di luar perkawinan
dalam Pasal 285 KUHP, yaitu: (1) Barangsiapa, (2) dengan kekerasan atau
dalam rumusan Pasal 285 KUHP, maka jelas sudah ada unsur kesengajaan
yang termasuk di dalamnya. P.A.F. Lamintang, membagi perkosaan menurut
1) Unsur barangsiapa.
2) Unsur dengan sengaja.
3) Unsur dengan ancaman akan memakai kekerasan.
4) Unsur memaksa.
5) Unsur korban seorang wanita.
6) Unsur mengadakan hubungan kelamin diluar perkawinan.1
perkosaan, yakni:
1
Leden Marpaung, Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya, Sinar
Grafika, hal.52-53.
2
R. Soesilo, Op.cit, h.7.
Berdasarkan ketentuan Pasal 285 KUHP bahwa undang-undang tidak
rumusan Pasal 285 KUHP, maka jelas sudah ada unsur kesengajaan yang
termasuk di dalamnya.
Belanda, dengan mengacu pada Arrest Hooge Raad tanggal 5 Pebruari 1912,
3
Ibid.
4
Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Amanah, Surabaya, 1997, h.378.
Oleh karena itu, menurut beliau kualifikasi yang tepat untuk Pasal 285
bukan isterinya untuk bersetubuh dengan dia. Oleh karena itu perempuan
yang dipaksa sedemikian rupa itu akhirnya tidak dapat melawan lagi, dan
terpaksa mau melakukan persetubuhan itu, masuk pula dalam pasal 285
KUHP. Untuk dapat dituntut menurut Pasal 285 KUHP, persetubuhan itu
284 KUHP, yaitu anggota kelamin pria masuk ke dalam lubang kemaluan
ditujukan pada orang lain dengan menekan kehendak orang lain yang
bertentangan dengan kehendak orang lain itu agar orang lain tadi menerima
Menerima kehendaknya ini setidaknya ada dua macam, yaitu: (a) menerima
apa yang akan diperbuat terhadap dirinya; atau (b) orang yang dipaksa
berbuat yang sama sesuai dengan apa yang dikehendaki orang yang
memaksa.
5
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, PT Eresco, Jakarta-
Bandung, 1980, h.123.
6
R. Sugandhi, KUHP dengan Penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya, 1981, h.303.
juga memaksa pada Pasal 289 KUHP dalam hal membiarkan dilakukan
perbuatan cabul. Sementara itu, untuk yang kedua misalnya terdapat pada
piutang dan membuat utang. Cara-cara mernaksa di sini terbatas dengan dua
geweld). Dua cara memaksa itu tidak diterangkan lebih jauh dalam undang-
tentang perluasan arti dari kekerasan, yaitu membuat orang pingsan atau
kekuatan jasmani yang tidak kecil secara tidak sah.7 Menurut Satochid
kekerasan, yaitu membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi".
7
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, 1980, h.84.
8
Satochid dalam Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2005, h.64.
dan sebagainya yang menyebabkan orang yang terkena tindakan kekerasan
disamakan dengan membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya. Pingsan
artinya hilang ingatan atau tidak sadar akan dirinya, atau tidak mengetahui
lagi apa yang terjadi dengan dirinya. Sedangkan tidak berdaya artinya
berikut:
1. Aspek objektif, ialah (a) wujud nyata dari ancaman kekerasan yang
kekerasan menjadi tidak berdaya secara psikis, berupa rasa takut, rasa
dipenuhi yang in casu bersetubuh dengan dia, maka kekerasan itu benar-
ancaman kekerasan sebab jika kepercayaan ini tidak timbul pada diri
perempuan itu terdapat hubungan kausal, dan karena tidak berdaya itulah
kekerasan dan ancaman kekerasan itu. Oleh karena itu, perkosaan ini adalah
dirumuskan juga perbuatan yang dilarang dalam Pasal 285 yakni memaksa.
Kekerasan yang bersifat fisik dengan kekuatan yang besar dan
sebagaimana dicantumkan dalam Pasal 291 ayat (2) KUHP menjadi diancam