Anda di halaman 1dari 3

PASAL 285

Tindak pidana pemerkosaan merupakan salah satu kejahatan yang diatur dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Aturan dan hukuman bagi pelaku pemerkosaan
tertuang dalam pasal 285 KUHP. Bagi pelaku yang terbukti melakukan pemerkosaan, akan
dijerat hukuman penjara maksimal 12 tahun. Hal ini tertuang dalam isi pasal 285 KUHP yang
berbunyi sebagai berikut: “Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena
memperkosa, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.”

UNSUR OBJEKTIF

Menurut P.A.F. Lamintang & Theo Lamintang, Tindak pidana perkosaan yang diatur dalam
Pasal 285 KUHP hanya mempunyai unsur-unsur objektif

Sebagai berikut:

1) Barangsiapa;
2) Dengan kekerasan atau;
3) Dengan ancaman akan memakai Kekerasan;
4) Memaksa;
5) Seorang wanita (perempuan);
6) Mengadakan hubungan kelamin di Luar perkawinan;
Dengan dirinya.Walaupun dalam rumusannya, undang-undang Tidak mensyaratkan
keharusan adanya unsur Kesengajaan pada diri pelaku dalam melakukan Perbuatan yang
dilarang di dalam Pasal 285 KUHP, Tetapi dengan dicantumkannya unsur memaksa di dalam
rumusan ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 285 KUHP, kiranya sudah jelas bahwa
tindak pidana perkosaan seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 285 KUHP itu harus
dilakukan dengan sengaja. Oleh karena itu, unsur kesengajaan tersebut harus dibuktikan oleh
penuntut umum maupun hakim di sidang pengadilan yang memeriksa dan mengadili Perkara
pelaku yang oleh penuntut umum telah Didakwa melanggar larangan yang diatur dalam Pasal
285 KUHP.

UNSUR SUBJEKTIF

a. Sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan

b. Memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dirinya.

c. Perbuatan dilakukan diluar perkawinan ata bukan dengan istrinya

PENJELASAN ISI PASAL 285 KUHP

1.Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.”
2. Dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan Kekerasan dalam pasal 285 KUHP
merujuk pada perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau pelaku pemerkosaan untuk
membuat korbannya menjadi pingsan atau tidak berdaya.Selain itu, menurut S.R. Sianturi
kekerasan merupakan setiap perbuatan yang menggunakan tenaga pada orang atau barang
yang mendatangkan kerugian bagi si terancam atau mengagetkan yang dikerasi.Contoh
tindakan kekerasan dalam tindak pidana pemerkosaan, yaitu:

A. menarik serta meluncurkan celana korban;

B.Menondongkan senjata;

C. Mengeluarkan kata-kata mengancam kepada korban jika melawannya;

D. Membanting korban ke tanah;

E. Menekan dagu korban itu;

F. Memasukkan kemaluan ke kemaluan korban.

Sedangkan yang dimaksud dengan ancaman kekerasan yaitu membuat seorang wanita atau
korban itu merasa takut karena ancaman dari pelaku yang pada akhirnya dapat merugikan diri
wanita tersebut.Atau dapat juga acaman yang berupa menodongkan benda tajam seperti pisau
agar wanita tersebut tidak melakukan perlawanan.

3. Memaksa

Memaksa merupakan suatu tindakan yang membuat seseorang menjadi terpojok, sehingga
tidak ada pilihan lain baginya selain mengikuti kemauan dari pelaku. Pemaksaan pada
dasarnya akan tetap disertai dengan kekerasan atau ancaman kekerasan dari si pemaksa.

4. Seorang wanita

Melalui unsur ini, secara tidak langsung juga memberikan petunjuk bahwa pelaku dari tindak
pidana pemerkosaan adalah seorang laki-laki. Hal ini karena mayoritas kasus membuktikan
bahwa laki-laki dapat melakukan persetubuhan dengan wanita tanpa memandang usia baik
anak-anak maupun lansia.

5. Wanita itu bukan istrinya atau di luar perkawinan Di dalam konteks perkara ini, wanita
yang menjadi korban pemerkosaan tentunya berstatus di luar perkawinan dengan
pelaku.Namun, dalam penerapannya masalah persetubuhan yang terjadi baik di dalam
maupun di luar perkawinan harus mempertimbangkan ketentuan yang terdapat dalam UU No.
1 Tahun 1974 tentang hukum perkawinan.

6. Bersetubuh atau melakukan persetubuhan dengan dirinya

Bersetubuh diartikan sebagai suatu tindakan memaksa untuk memasukkan kemaluan seorang
pria ke dalam kemaluan seorang wanita.Apabila kemaluan pria hanya menempel pada
kemaluan wanita, maka hal itu tidak dapat dikatakan sebagai pemerkosaan melainkan tindak
pencabulan.
Referensi:

1.https://tirto.id/isi-pasal-285-kuhp-tentang-pemerkosaan-hukuman-unsur-unsurnya-gvPs

2.https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/download/236/pdf

3.Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

4.Ramiyanto danWaliadin,28/9/2018,Upaya penanggulangan tindak pidana perkosaan dengan


sarana penal dalam rangka melindungi perempuan.

Anda mungkin juga menyukai