Anda di halaman 1dari 31

TUGAS TINDAKAN PIDANA UMUM

NAMA : YOHANES FEBRINIO MISA NINO


NIM : 51119121
KELAS :B
SEMESTER : V

1. KEJAHATAN TERHADAP KEAMANAN NEGARA

 Kejahatan terhadap keamanan Negara, terdapat dalam Buku II KUHP Bab I Yakni antara lain meliputi:
a. Makar terhadap Kepala Negara (Pasal 104 KUHP).
b. Makar terhadap Wilayah Negara Indonesia atau Daerah Negara atau Kedaulatan atas Daerah
Negara Indonesia (Pasal 106 KUHP).
c. Makar terhadap Pemerintahan Negara Indonesia (menggulingkan Pemerintahan atau merobohkan
pemerintahan). (Pasal 107 ayat 1 dan 2 KUHP).
Makar (aanslag) diartikan sebagai penyerangan; serangan; melakukan suatu tindakan;
Dalam pasal 87 KUHP, memberikan pengertian Makar (aanslag) ini berbunyi sebagai berikut: “Makar
adalah sesuatu perbuatan dianggap ada, apabila niat si pembuat kejahatan sudah ternyata dengan
dimulainya melakukan perbuatan, itu menurut maksud pasal 53 KUHP”.
Jadi sebagai kesimpulan dalam pengertian makar dalam ketentuan pasal 104 KUHP dstnya dihubungkan
dengan ketentuan pasal 87 dan pasal 53 KUHP maka ditarik kesimpulannya sebagai berikut:
 Makar sebagai salah satu Delik Kejahatan terhadap Keamanan Negara, tidak mengenal adanya delik
percobaan atau tidak dapat diterapkan ketentuan pasal 53 KUHP, dan seandainya atau suatu
perbuatan yang tidak terselesaikan atau sebagai percobaan, maka dipandang sebagai delik selesai
atau telah selesai dilakukan.
 Harus ada tindakan atau perbuatan nyata sehingga bila baru merupakan niat, angan-angan mimpi
bukanlah termasuk makar, karenanya bila baru persiapan bukan pula termasuk makar.
1. Makar terhadap Kepala Negara (dimaksudkan adalah Makar terhadap Presiden atau Wakil Presiden).
Makar yang dilakukan dengan maksud (dengan niat) untuk atau hendak membunuh (merampas atau
menhilangkan) jiwa atau nyawa atau kemeredekaan Presiden atau Wakil Presiden atau dengan maksud
membuat mereka tidak mampu/tidak cakap memerintah/menjalankan pemerintahan, dihukum dengan
hukuman mati atau dengan hukuman penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya 20 tahun.
Adapun unsur-unsur tindak pidana umum pasal 104 KUHP antara lain:
1) Unsur Makar yakni adanya suatu tindakan/perbuatan nyata, walaupun tidak terselesaikan, jadi sudah
cukup selesai dan sempurna bila melakukan dengan suatu perbuatan pelaksanaan, karenanya
perbuatan makar tersebut tidak perlu selalu harus ada perencanaan lebih dahulu perbuatan persiapan
belum termasuk makar.

1
2) Dengan maksud hendak/dengan niat hendak yakni:
a. Membunuh/menghilangkan jiwa/nyawa;
b. Atau merampas kemerdekaan
c. Menjadikan Presiden atau Wakil Presiden tidak mampu menjalankan pemerintahan.

Makar
Bahwa perbuatan makar yang merupakan perbuatan percobaan dalam pengertian pasal 53 KUHP dijadikan
sebagai delik/kejahatan yang berdiri sendiri/dan sebagai delik selesai/sempurna.
Jadi sebagai contoh dalam hubungan dengan pasal 53 KUHP maka untuk memenuhi persyaratan unsur delik
pasal 104 KUHP makar telah dipandang terjadi misalnya jika seseorang sudah mengacungkan senjata
kepada Presiden atau Wakil Presiden dengan maksud hendak membunuh/menghilangkan jiwanya tiba-tiba
orang/pembuat tersebut menghentikan/mengurungkan niatnya/ perbuatannya dan kembali menyimpan
senjata tersebut, maka hal ini sudah memenuhi unsur makar.

Dengan maksud/dengan niat hendak:


Adalah disini berarti bahwa si pembuat tersebut mempunyai niat atau kehendak tujuan, kehendak tujuan ini
tidak perlu terlaksana/tercapai keseluruhan/ sempurna/selesai, sehingga maksud di sini adalah meliputi
perbuatan menghilangkan jiwa/nyawa, atau membunuh merampas kemerdekaan atau menjadikan tidak
mampu menjalankan pemerintahan oleh Presiden atau Wakil Presiden.

Membunuh/Menghilangkan jiwa/nyawa:
Dalam pasal 104 KUHP ini tidak menentukan cara bagaimana melakukan pembunuhan/menghilangkan
nyawa/jiwa tersebut karenanya penerapan hukumnya dipergunakan ketentuan yang tersirat pada delik-delik
pembunuhan yakni pasal 338, 339, 340 dstnya).

Atau Merampas Kemerdekaan:


Dalam pasal ini tidak ditentukan bagaimana caranya merampas kemerdekaan tersebut tetapi secara hukum
pengertian merampas kemerdekaan tersebut ialah mengakibatkan tidak adanya kebebasan jadi tidak
selamanya/selalu harus ada siksaan, tetapi sudah cukup bila ditempatkan dalam suatu tempat tertentu, tidak
ada kebebasannya, lebih-lebih bila ia terkurung, ditahan dan sebagainya.

2. Makar terhadap Wilayah Negara Indonesia atau Daerah Negara atau Kedaulatan atas Daerah Negara
Indonesia.
Pasal 106 KUHP berbunyi:

2
“Makar yang dilakukan dengan maksud hendak menaklukkan Daerah Negara seluruhnya atau sebagian
ke bawah Pemerintahan Asing atau dengan maksud hendak memisahkan sebagian dari daerah Negara
dihukum penjara seumur hidup atau dihukum penjara selama 20 tahun.”
Adapun unsur-unsur Delik ini sebagai berikut:
1. Unsur Makar
Makar idem penjelasan pasal 104 KUHP dengan catatan obyeknya makar ini adalah wilayah/daerah
Negara.
2. Dengan maksud
a. Menaklukkan wilayah/daerah Negara seluruhnya atau sebahagian ke bawah Pemerintahan
Asing.
 Bila menaklukkan keseluruhan Wilayah/daerah Negara RI, berarti Negara telah tiada/berhenti
sebagai suatu Negara yang berdaulat/ merdeka.
 Bila sebagian, berarti hanya sebagian saja wilayah/daerah Negara RI berada dalam kekuasaan
Asing, dan sebagian ini wilayah daerah Negara RI dijadikan sebagai bagian/wilayah jajahan
Negara Asing, berarti Negara RI tidak kehilangan kedaulatannya sama sekali, cuma menjadi
bagian negara jajahan.
b. Memisahkan sebagian wilayah/daerah negara.
 Bila menaklukkan keseluruhan Wilayah/daerah Negara RI, berarti Negara telah tiada/berhenti
sebagai suatu Negara yang berdaulat/ merdeka.
 Bila sebagian, berarti hanya sebagian saja wilayah/daerah Negara RI berada dalam kekuasaan
Asing, dan sebagian ini wilayah daerah Negara RI dijadikan sebagai bagian/wilayah jajahan
Negara Asing, berarti Negara RI tidak kehilangan kedaulatannya sama sekali, cuma menjadi
bagian negara jajahan.
c. Memisahkan sebagian dari wilayah/daerah negara:
Unsur ini berarti sebagian wilayah/daerah negara berdiri sendiri, sebagai Negara yang meredeka
terlepas dari Negara RI, berarti berdiri sendiri secara berdaulat. Misalnya memisahkan Daerah
Maluku dari Republik Indonesia.

3. Makar terhadap Pemerintah Negara Indonesia atau Menggulingkan Pemerintah atau Merobohkan
Pemerintah.
Pasal 107 KUHP berbunyi:
1) Makar yang dilakukan dengan maksud menggulingkan/meruntuhkan Pemerintah yang sah dihukum
penjara selama 15 tahun.
2) Pemimpin atau pengatur makar yang dimaksud pada ayat 1 dihukum penjara dengan seumur hidup
atau penjara selama 20 tahun.
Adapun unsur-unsur delik pasal 107 KUHP:

3
1. Unsur Makar
Idem penjelasan makar pasal 104 KUHP cuma obyeknya disini adalah pemerintah Negara yang
sah.
2. Dengan Maksud menggulingkan/meruntuhkan Pemerintah Negara yang sah.
Dengan maksud menggulingkan / meruntuhkan Pemerintah Negara yang sah. Pengertian
menggulingkan/meruntuhkan pemerintah Negara yang sah berbunyi:
“Meruntuhkan/menggulingkan pemerintah berarti menghapuskan atau mengubah dengan jalan
yang tidak sah bentuk pemerintahan yang menurut Undang-Undang Dasar atau bentuk
Pemerintah yang sah dalam RI.
2. PENGHINAAN TERHADAP PRESIDEN/WAKIL PRESIDEN

Penghinaan terhadap Presiden atau Wakil Presiden ini diatur dalam KUHP sebagai Kejahatan
Melanggar Martabat Presiden atau Wakil Presiden, yakni diatur dalam pasal 134, 136 bis, 137, 139
KUHP:
Dalam pasal 134 KUHP, dirumuskan sebagai berikut:
“Penghinaan dengan sengaja terhadap Presiden atau Wakil Presiden dihukum dengan hukuman penjara
paling lama 6 tahuna tau denda Rp. 4.500.-“
Adapun unsur-unsur tindak pidana pasal 134 KUHP tersebut:
1. Dengan sengaja;
Unsur dengan sengaja di sini adalah dimaksudkan bahwa si pembuat tersebut mengetahui betul bahwa ia
berhadapan dengan Presiden atau Wakil Presiden, (Obyeknya adalah Presiden atau Wakil Presiden).
Tetapi bilamana si pembuat tidak mengetahui bahwa yang dihina tersebut adalah Presiden atau Wakil
Presiden, maka ketentuan pasal 134 KUHP tersebut tidaklah dapat diterapkan, sebab unsur kesengajaan
sama sekali tidak ada, akan tetapi orang/si pembuat tersebut tidak akan lolos dari pemidanaan delik
penghinaan, yakni tetap dapat dituntut/dijatuhi pidana berdasarkan pasal 315 KUHP (yakni sebagai
delik penghinaan Umum atau pribadi);
2. Menghina Presiden atau Wakil Presiden
 Dalam rumsuan Undang-Undang/rumusan tindak pidana tersebut tidak ditentukan pengertian
penghinaan, tidak ditentukan bagaimana caranya melakukan penghinaan tersebut dalam
mewujudkan perbuatan/delik penghinaan itu.
 Oleh karena Undang-Undang tidak menentukan bagaimana cara melakukan delik penghinaan
tersebut, maka dalam hal ini para ahli sependapat bahwa pengertian penghinaan dan cara melakukan
penghinaan terhadap Presiden atau Wakil Presiden dalam pasal 134 KUHP ini harus diartikan sama
cara melakukan penghinaan yang diatur dalam pasal 310 s/d 321 KUHP, yakni delik penghinaan
yang berlaku secara umum/pribadi, dengan cara mewujudkan/melakukan delik tersebut yakni
apakah dilakukan menista secara lisan atau tulisan atau gambar, memfitnah , menuduh, jelasnya

4
perbuatan penghinaan tersebut adalah mencakup pencemaran dan menyerang nama baik, martabat
atau kedudukan Presiden atau Wakil Presiden.
 Dalam penerapan pasal ini, si pembuat/orang yang menghina tersebut tidak perlu dipersoalkan
apakah penghinaannya itu ditujukan dalam status Presiden/Wakil Presiden atau pribadinya
Presiden/Wakil Presiden tersebut, tetapi sudah cukup alasan bila ia mengetahui betul bahwa ia
berhadapan/bahwa yang dihina itu adalah Presiden/Wakil Presiden.
 Demikian pula jangkauan penerapan pasal ini, bila perbuatan penghinaan itu ditujukan kepada
Presiden/Wakil Presiden yang berisi penghinaannya, suatu keadaan, nasib Presiden atau Wakil
Presiden belum memangku jabatan Presiden/Wakil Presiden maka dapat dikenakan dengan pasal
ini;
 Adapun yang membedakan Delik Penghinaan terhadap Presiden/Wakil Presiden dengan Delik
Penghinaan Umum/pribadi yang diatur dalam pasal 310 KUHP dstnya, bahwa dalam pasal 134
KUHP s/d pasal 136 bis, 137, 139 KUHP (penghinaan terhadap Presiden/Wakil Presiden) bukan
merupakan delik aduan, sehingga tidak perlu ada pengaduan dari yang dihina, karenanya delik ini
dapat diproses yakni Petugas Negara karena kejahatannya berkewajiban hukum untuk melakukan
penuntutan, karenanya pengaduan tersebut bukan merupakan syarat penuntutan.

Pasal 136 bis KUHP ini adalah merupakan perluasan pengertian penghinaan dalam pasal 134 KUHP yakni
dengan dimasukkannya pengertian penghinaan yang diatur dalam pasal 31 KUHP yakni keadaan yang
mensyaratkan:
o Bahwa tanpa kehadiran yang dihina tersebut
o Di muka umum atau tidak di muka umum;
o Dihadiri oleh lebih dari empat orang atau kehadiran pihak ketiga
o Hadir bukan karena kemauannya sendiri atau kebetulan hadir
o Merasa berkecil hati atau tersentak hatinya.
Selanjutnya pasal 137:
“Barang siapa menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan tulisan atau gambar yang isinya
menghina Presiden atau Wakil Presiden, dengan niat/maksud isinya tulisan/gambar tersebut
diketahui oleh orang banyak dstnya….”;
 Bahwa adapun unsur atau persyaratan delik ini adalah disebut sebagai Delik Penyebaran; yang
unsur deliknya:
 Menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan;
 Tulisan atau gambar yang isinya menghina Presiden atau Wakil Presiden.
 Diketahui oleh Umum/kelihatan oleh umum;

5
3. PENGHINAAN (Bellediging)

Dalam tindak pidana penghinaan ini yang diatur dalam Bab XVI mulai dari Pasal 310 s/d 321 KUHP
dijumpai macam delik penghinaan yakni sebb:
1. Penistaan dengan lisan, diatur dalam pasal 310 (1) KUHP adapun unsur-unsurnya sbb:
a. Dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik orang lain.
 Kehormatan disini adalah bukan pada kehormatan dalam lapangan seksual (pada kemaluan),
tetapi kehormatan adalah dimaksudkan tuntutan perlakuan terhormat yang dimiliki oleh setiap
orang, jadi kehormatan dapat saja terlanggar tanpa menyentuh nama baik seseorang, misalnya
saja meludahi seseorang dsbnya.
 Sedangkan nama baik adalah ditujukan pada seseorang yang memiliki kedudukan tertentu,
status sosial seseorang dalam masyarakat, jadi nama baik adalah kehormatan luar sedangkan
kehormatan adalah masalah kedalam (kehormatan dalam).
 Sehingga pelanggaran terhadap nama baik dapat juga sekaligus menyangkut kehormatan
seseorang.
b. Tuduhan melakukan suatu perbuatan tertentu.
 Adanya tuduhan kepada orang lain melakukan sesuatu perbuatan tertentu, suatu perbuatan
tertentu di sini haruslah merupakan suatu perbuatan yang sedemikian terperinci, tetap, tegas,
sehingga nampak secara jelas perbuatan tertentu tersebut.
 Dalam menuduh sesuatu perbuatan tertentu di sini tidak perlu selamanya sesuatu Tindak Pidana
(Delik) misalnya dia pencuri, penipu, dsbnya, tetapi cukup suatu perbuatan biasa saja yang
cukup memalukan. Misalnya saja: A pernah melacur, maka tuduhan ini tidaklah cukup untuk
dikategorikan sebagai perbuatan tertentu jadi seharusnya si A pada tanggal 12 September 1984
telah masuk di rumah pelacuran di jalan Yos Soedarso No. 52 Kupang
c. Dengan maksud menyiarkannya kepada khalayak ramai/orang banyak
 Tuduhan itu dengan maksud disiarkan kepada khalayak ramai/orang banyak supaya diketahui
baik secara langsung maupun secara tidak langsung di muka umum/orang banyak. Secara
langsung misalnya orang itu menghina/menuduh seseorang di muka orang banyak, secara tidak
langsung misalnya si A menyampaikan kepada si B secara lisan bahwa si C tersebut telah
berbuat hubungan gelap dengan perempuan si D, kemudian si B ini oleh karena orang
usil/cerewet menceriterakan lagi kepada si E, F, G dstnya, maka di sini si A tersebut sudah dapat
dipidana walaupun penghinaan tuduhan itu tidak langsung didengar oleh si C tersebut.
 Pengertian orang lain/orang banyak/khalayak ramai di sini adalah lebih dari 1 (satu) orang dan
tidak satu rumah dengan orang yang menghina tersebut.

6
d. Perbuatan itu dilakukan dengan lisan
 Untuk memenuhi rumusan delik pada pasal 310 ayat 1 ini cara perbuatan itu diwujudkan adalah
dilakukan secara lisan.
 Dalam menyerang kehormatan atau Nama baik di sini obyeknya atau sasarannya adalah kepada
manusia seseorang atau perorangan, jadi tidak termasuk penghinaan pada suatu golongan
tertentu/sekelompok tertentu, perkumpulan, atau instansi ataupun lembaga-lembaga tertentu.
 Orang yang melakukan penghinaan dengan jalan menyerang kehormatan atau nama baik
seseorang yakni dilakukan dengan cara menuduh seseorang telah melakukan sesuatu perbuatan
tertentu, dan orang yang menghina tersebut mempunyai maksud tertentu supaya orang yang
dihina tersebut tercemar nama baik atau kehormatannya yang diketahui oleh orang banyak.
 Diketahui oleh orang banyak di sini tidak selamanya harus dimuka orang banyak atau dimaka
umum (publik), tetapi sudah cukup bila berita penghinaan tersebut telah diketahui oleh orang
banyak atau orang lain, karena tersiarnya berita atau pembicaraan pencemaran/penghinaan
tersebut.
e. Apa yang dimaksud dengan di tempat umum?
 Di tempat umum adalah tempat yang dapat dimasuki oleh khalayak ramai/orang banyak atau
tempat yang biasa didatangi oleh khalayak ramai atau tempat yang tidak biasa didatangi oleh
khalayak ramai, tetapi dapat dilihat oleh khalayak ramai/orang banyak.
 Apakah yang dimaksud dengan oleh umum? Ialah telah diketahui oleh orang banyak baik
dimuka umum atau ditempat umum/orang banyak maupun bukan di tempat umum.
2. Penistaan dengan tulisan atau gambar (Smaadschrift) diatur dalam pasal 310 (2) KUHP:
Adapun unsur-unsurnya:
 Semua unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 310 (1) KUHP.
 Kejahatan itu atau penistaan dilakukan dengan tulisan atau gambar yakni dengan cara: disiarkan,
ditempelkan, dipertunjukkan, diedarkan, dikirimkan.
Pelaku (orang yang melakukan penistaan) disini bermaksud dan bertujuan agar tulisan atau gambar
tersebut dibacakan atau diketahui oleh orang lain.

4. PENCURIAN

Delik pencurian adalah termasuk Kejahatan terhadap Harta Benda Orang, yang diatur dalam Buku II B XXII
KUHP mulai dari pasal 362 s/d 367 KUHP. Adapun macam-macam/jenis pencurian sebagai berikut:
1. Pasal 362 KUHP adalah Delik Pencurian Biasa

7
2. Pasal 363 KUHP adalah Delik Pencuria Berkwalifikasi atau pemberatan atau sering disebut pencurian
berat.
3. Pasal 364 KUHP adalah pencurian ringan.
4. Pasal 365 KUHP adalah pencurian kekerasan atau ancaman kekerasan.
5. Pasal 366 KUHP adalah pencurian dalam kalangan keluarga. Delik ini adalah delik aduan, pengaduan
adalah merupakan syarat untuk penyidikan atau penuntutan perkara tersebut tanpa adanya pengaduan
maka tidak dapat dilakukan proses perkara in casu tidak dapat diajukan dipersidangan Pengadilan.
Dari ketentuan mengenai Delik Pencurian ini, maka pasal 362 KUHP adalah merupakan Pokok Delik
Pencurian yakni semua unsur dari Tindak Pidana Pencurian tersebut dirumuskan secara jelas dan tegas
sedangkan pasal-pasal lainnya tidak lagi disebutkan semua unsur Tindak Pidana Pencurian tersebut tetapi
cukup disebut nama kejahatan yang disertai unsur pemberatan atau unsur peringanan. Adapun unsur delik
pasal 362 KUHP terdiri atas:
1. Mengambil
 Unsur mengambil mengalami berbagai penafsiran sesuai dengan perkembangan masyarakat. Mengambil
semula diartikan yakni memindahkan barang dari tempat semula ke tempat lain, ini berarti membawa
barang di bawah kekuasaan yang nyata atau barang terseut berada di luar kekuasaan pemiliknya.
 Perbuatan mengambil ini dalam perkembangan masyarakat dan praktek haruslah ditafsirkan secara luas,
sehingga tidak sesuai lagi dengan pengertian mengambil dalam ukuran atau konteks Tata Bahasa
Indonesia.

2. Barang seluruhnya atau sebahagian milik orang lain;


 Sebelum membahas lebih jauh unsur kedua ini, maka terlebih dahulu diberikan pengertian atau batasan
apakah yang dimaksud dengan : barang, seluruhnya atau sebahagian milik orang lain; dan pengertian
orang lain itu sendiri.
 Yang dimaksud dengan barang ialah yang tercantum dalam ketentuan pasal 499 KUHPerdata yang
menggariskan sbb: “Menurut pengertian undang-undang yang dimaksudkan dengan benda ialah tiap-tiap
barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik ”.
 Selanjutnya undang-undang membedakan pengertian barang bergerak dan tidak bergerak, barang
berwujud dan tidak berwujud:
 Dalam pasal 503 KUHPerdata menentukan: bahwa tiap-tiap kebendaan adalah bertubuh atau tidak
bertubuh (atau berwujud an tidak berwujud);
 Dalam pasal 504 KUHPerdata menggariskan bahwa tiap-tiap kebendaan adalah bergerak dan tidak
bergerak;
 Sekarang menjadi pertanyaan barang yang manakah dapat menjadi obyek pencurian?
 Dalam undang-undang tidak ada penggarisan atau batasan tentang barang yang menjadi obyek
pencurian?

8
 Dalam putusan HR tgl 23 Mei 1921, menentukan bahwa barang yang dapat menjadi obyek
pencurian adalah yang menjadi obyek kekayaan, obyek mana tersebut dapat diambil;
 Jadi sebelum ada putusan HR tahun 1921 barang yang tidak berwujud tidak dapat/tidak mungkin
menjadi obyek pencurian;
 Akan tetapi setelah ada putusan HR tahun 1921 s/d sekarang ini, yang dianut prinsip bahwa yang
menjadi obyek pencurian adalah baik barang yang berwujud maupun yang tidak berwujud, dan baik
barang yang bergerak dan sedikit kemungkinan untuk barang tidak bergerak; malahan ada pendapat
bahwa sebenarnya barang tidak bergerak, bila ditinjau secara pengertian utuh, tidaklah mungkin
dapat menjadi obyek pencurian.
 h tidak termasuk suami-isteri khusus untuk menerapkan ketentuan pasal 362 KUHP, sedangkan delik
lain seperti ketentuan pasal 338 KUHP, semua orang adalah orang lain, termasuk suami atau isteri;
 Jadi syarat untuk dipenuhi unsur barang dalam pasal 362 KUHP haruslah “barang tersebut milik orang
lain seluruhnya atau sebahagian, ini berarti bahwa atas barang itu sekurang-kurangnya dimiliki/dihaki
oleh 2 orang atau lebih;
 Selanjutnya dalam penerapan pasal 362 KUHP khusus menyangkut unsur “barang milik orang lain ”
bukan dalam bentuk Hak Gadai, Hak Sewa, tetapi adalah hak dalam pengertian hak kebendaan yang
dapat dilihat secara nyata/riil;
 Jadi menyangkut pengertian pemilikan terhadap barang di sini dapatlah disimpulkan dalam kategoi 3
(tiga) kelompok yakni:
 Kelompok Pertama: barang tersebut milik dari pribadi misalnya si A memiliki barang berupa motor
yang dibeli sendiri.
 Kelompok Kedua: Barang tersebut seluruhnya atau sebahagian milik orang lain;
 Kelompok Ketiga: barang bukan milik orang lain
3. Secara melawan hukum/melawan hak.
 Pengertian melawan hukum sering juga digunakan dalam undang-undang dengan istilah:
bertentangan dengan hak orang lain atau tanpa hak atau melawan hak;
 Dalam undang-undang, sesuai penjelasan resmi dalam KUHP melawan hak adalah diartikan bahwa
setiap kali digunakan, orang melakukan sesuatu perbuatan yang pada dasarnya bertentangan dengan
suatu undang-undang atau ketentuan yang berlaku;
 Apakah yang menjadi ukuran bahwa perbuatan tersebut melawan hukum? Hal ini ada 2
Macam-Macam Pencurian
1. Pencurian Biasa
Pencurian biasa ini diatur dalam pasal 362 KUHP, yang menjadi dasar unsur-unsur deliknya terhadap
semua delik pencurian, yang diatur dalam pasal 362 KUHP s/d pasal 367 KUHP, ditambah dengan
unsur-unsur pemberatan atau peringanan yang tidak dijumpai dalam pasal 362 KUHP.
2. Pencurian Berat atau Berkwalifikasi

9
Pencurian Berat atau berkwalifikasi ini diatur dalam pasal 363 KUHP, dengan unsur-unsur deliknya sbb:
 Semua unsur-unsur delik yang terdapat dalam pasal 362 KUHP;
 Ditambah dengan unsur-unsur pemberat, yang menjadi obyek pencurian yakni:
 Ternak;
 Kekerasan, letusan, banjir, gempa bumi, atau gempa laut letusan gunung api, kepal dalam
kadaan karam/terdampar kecelakaan kereta api, huru-hara, waktu terjadinya pemberontakan,
atau kesengsaraan dimasa perang.
 Pencurian dilakukan diwaktu malam, pada sebuah rumah atau pekarangan tertutup, disitu ada
orang dan bertentangan dengan kemauan orang yang berhak;
 Pencurian dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih secara bersama-sama;
 Pencurian ini dilakukan untuk mencapai barang dengan mengambil tersebut dengan jalan;
membongkar, memecah, memotong, memanjat, memakai kunci palsu, perintah palsu, atau
pakaian, jabatan palsu.

 Pengertian merusak adalah berbeda dengan menggunakan:


 Merusak adalah berarti masih dapat diperbaiki;
 Memusnakan adalah tidak dapat lagi diperbaiki
 Pengertian memanjat:
Pengertian memanjat di sini adalah jauh lebih luas dari pengertian sehari-hari yakni bukan saja
selalu dari bawah ke atas, tetapi dari atas ke bawah, atau masuk melalui lobang, menggali lobang,
melalui parit, dsbnya.
 Pengertian Membongkar adalah:
Merusak barang yang akibatnya agak besar, misalnya merusak pintu jendela, membuka kaca,
dinding dsbnya.
 Pengertian memecah:
Memecah adalah merusak barang yang agak kecil misalnya kaca, dsbnya.
 Pengertian Kunci palsu:
Semua alat yang digunakan membuka tempat yang dikunci tersebut. Alat mana ini tidak pernah
digunakan oleh pemiliknya, termasuk misalnya kunci ini sudah hilang lalu dipungut.
 Pengertian Perintah palsu, pakaian, jabatan palsu:
 Perintah palsu adalah perintah yang nampaknya seperti perintah asli atau bukan palsu, tetapi
sesungguhnya adalah palus;
 Pengertian pakaian palsu, jabatan palsu adalah tidak selalu dari pemerintah, tetapi dapat juga
berupa pakaian/jabatan swasta, misalnya pakaian seragam pengusaha hotel dsbnya.
 Perintah palsu dan jabatan palsu ini dipakai dan digunakan untuk maksud atau dipakai untuk
mencapai maksud dan tujuan tertentu tersebut dalam melakukan aksi pencuriannnya tersebut.

10
 Dalam pasal 363 KUHP ini ada dua ayat ketentuan:
 Pada ayat 1: Ancaman hukuman tersebut 7 tahun.
 Pada ayat 2: Ancaman hukuman selama-lamanya 9 tahun bila perbuatan tersebut dilakukan
pada No. 3 disertai dengan salah satu hal yang tersebut dalam No. 4,5 tersebut.
3. Pencurian Ringan
Pencurian ringan ini diatur dalam ketentuan pasal 364 KUHP yang unsur-unsur deliknya sbb:
a. Semua unsur Delik yang terdapat dalam pasal 362 KUHP;
b. Ditambah dengan unsur-unsur lainnya yakni:
 Bahwa nilai harga barang yang dicuri tersebut tidak lebih dari harga Rp. 250 atau persis Rp.
250.-
 Pencurian yang barang tidak dapat dinilai dengan uang berupa harganya, tidaklah masuk dalam
pengertian pencurian ringan;
 Jadi walaupun sebaliknya nilai harga barang tersebutr hanya berharga Rp. 250.- tetapi cara
melaksanakan pencurian itu sesuai yang tercantum/tersebut pasal 363 KUHP, maka tidaklah
termasuk pencurian ringan tetapi tetap masuk sebagai pencurian berat/berkwalifikasi.
4. Pencurian Kekerasan atau Ancaman Kekerasan
Pencurian kekerasan atau Ancaman Kekrasan ini diatur dalam pasal 365 KUHP yang unsur-unsur
deliknya sbb:
1. Semua unsur delik yang terdapat dalam pasal 362 KUHP.
2. Ditambah dengan unsur-unsur lainnya yakni:
a. Didahului atau disertai dengan kekerasan/ancaman kekerasan; (seusai ayat 1 pasal 365 KUH)
b. Jika pencurian itu dilakukan pada malam hari, didalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup,
atau jalan umum, atau didalam kereta api yang sedang berjalan;
c. Jika perbuatan tersebut dilakukan oleh 2 orang atau lebih secara bersama-sama;
d. Jika perbuatan tersebut mengakibatkan luka parah;
e. Jika perbuatan itu mengakibatkan adanya orang mati.

11
5. DELIK PENGGELAPAN

 Bahwa tindak pidana Penggelapan yang diatur dalam Bab XXIV KUHP pasal 372 KUHP adalah
termasuk sebagai kejahatan terhadap harta benda.
 Adapun unsur-unsur Delik pasal 372 KUHP adalah sbb:
1. Memiliki dengan melawan hukum.
2. Barang yang seluruhnya atau sebahagian milik orang lain.
3. Barang tersebut berada pada Pembuat/pelaku dikuasainya bukan karena kejahatan.
Dengan melihat rumusan tindak pidana Penggelapan tersebut maka dapat disimpulkan unsur obyektif dan
unsur subyektif yakni:
1. Unsur obyektif yakni:
a. Memiliki;
 Pengertian memiliki dalam rumusan delik ini adalah setiap perbuatan penguasaan atas barang
atau lebih tegas lagi setiap tindakan yang mewujudkan suatu kehendak untuk melakukan
penguasaan nyata dan mutlak atas sesuatu barang, sehingga tindakan itu merupakan perbuatan
sebagai pemilik atas barang itu.
 Pemilikan pada umumnya terdiri atas setiap perbuatan yang menghapuskan kesempatan untuk
memperoleh kembali barang itu oleh pemilik yang sebenarnya dengan cara-cara seperti
menghabiskan, memindahtangankan, seperti menjual, menukar, menghadiahkan kepada orang
lain. Kalau pengertian menghabiskan seperti memakan, memakai bahkan pula menyembunyikan
atau menghilangkan atau menyingkirkan atau mengingkari barang sudah dapat dikatakan
memenuhi unsur memiliki;
 Menurut pendirian Yurisprudensi Indonesia, dalam putusan Mahkamah Agung RI, berturut-turut
taggal 11 Agustus 1959 No. 69K/Kr/1959 Jo. Tanggal 8 Mei 1957 No. 83 K/Kr/1956 bahwa:
Pengertian memiliki adalah menguasai suatu barang yang bertentangan dengan sifat dari hak
yang dimiliki atas barang itu.
 Contoh: Seorang nyonya rumah tangga menerima uang belanja untuk kebutuhan rumah
tangganya sebanyak Rp. 5.000,- ternyata si nyonya tersebut hanya membelanjakan di pasar Rp.
3.500.- kemudian melaporkan pada suaminya bahwa uang Rp. 5.000,- telah habis semua
dibelanja, padahal sebenarnya si nyonya tersebut masih ada Rp. 1.500.- saldo yang
disembunyikannya, maka disini juga sudah termasuk pengertian memiliki.
 Pengertian memiliki dengan melawan hukum adalah berarti bertindak seolah-olah ia sebagai
pemilik atau barang tersebut sedangkan ia sesungguhnya bukan sebagai pemilik atau ia tidak
mempunyai hak sama sekali atas barang tersebut;
b. Barang seluruhnya atau sebahagian milik orang lain;
 Mohon dilihat penjelasan ini sama dengan penjelasan pasal 362 KUHP (Delik Pencurian).

12
c. Barang itu berada dalam tangan si pembuat bukan karena kejahatan.
 Pengertian di sini adalah si pelaku/pembuat sudah harus menguasai barang tersebut yakni si
pelaku diberikan barang tersebut atau dipercayai untuk disimpan, sehingga barang ada pada
pelaku secara sah bukan karena jelan kejahatan;
 Pelaku melakukan perbuatan memiliki itu tanpa hak, ia tidak mempunyai hak untuk melakukan
perbuatan memiliki, sebab ia bukan sebagai pemilik barang, hanya pemilik baranglah yang
mempunyai hak untuk memilikinya.
2. Unsur subyektif yakni unsur dengan sengaja dan unsur dengan melawan hukum.
Kapankah dapat dikatakan telah terwujud suatu Delik Penggelapan? Jika dihubungkan dengan unsur
memiliki sesuatu barang dalam penguasaannya?
 Untuk menjawab hal ini adalah harus dilihat pada kapan timbulnya niat untuk memiliki barang tersebut.
 Unsur niat adalah penting sekali harus diketahui, sebab terkadang pencurian bisa menjadi penggelapan.
Contoh kasus sebagai berikut:

 Kedua delik ini mensyaratkan unsur dengan maksud untuk menguasai suatu barang.
 Kedua delik tersebut adalah sebagai Delik Kejahatan terhadap harta benda.
Perbedaannya:
 Kalau pasal 372 KUHP (Penggelapan) Unsur perbuatan materiil adalah “Memiliki ”
 Sedang kalau pasal 362 KUHP (Pencurian) unsur perbuatan materiilnya adalah “Mengambil ”.

6. PENIPUAN

Tindak Pidana Penipuan sebagai delik kejahatan diatur dalam pasal 378 KUHP, yang unsur-unsur deliknya
sbb:
1. Membujuk orang lain
2. Supaya menyerahkan sesautu barang, membuat suatu hutang, atau menghapuskan suatu piutang;
3. Dengan menggunakan upaya atau cara:
a. Menggunakan serangkaian kata-kata bohong/dusta;
b. Tipu muslihat;
c. Memakai nama palsu;
d. Kedudukan palsu atau keadaan palsu
4. Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum/melawan hak:
Dari unsur-unsur delik tersebut di atas, pada pokoknya dibagi/dipertegas dalam unsur obyektif dan unsur
subyektif:
a. Unsur obyektif terdiri atas:
Membujuk/menggerakkan orang lain dengan cara/upaya menggerakan/ membujuk:

13
 Memakai nama palsu;
 Memakai keadaan palsu;
 Serangkaian kata-kata bohong/dusta;
 Tipu muslihat;
 Agar menyerahkan sesuatu barang, membuat hutang, atau menghapuskan piutang;
b. Unsur subyektif terdiri atas:
1. Dengan maksud/sengaja:
a. Menguntungkan diri sendiri atau orang lain;
b. Dengan melawan hukum/melawan hak.
Pembahasan pengertian unsur-unsur Delik Penipuan tersebut:
Unsur membujuk orang lain:
Unsur pertama ini para ahli menggunakan istilah: Membujuk, ada juga istilah yang dipandang lebih
tepat dari membujuk adalah menggerakkan. Yang dimaksud dengan membujuk adalah menggerakkan hati
orang lain dengan pengaruh secara licik terhadap seseorang, sehingga orang itu menyerahkan sesuatu barang
atau membuat hutang atau menghapuskan piitang, dimana orang itu yang menjadi korban mengetahui
akibatnya/keadaannya yang sebenarnya ia tidak akan berbuat demikian.
.
Menyerahkan sesuatu barang, membuat suatu hutang, atau Menghapuskan suatu Piutang.
 Menyerahkan sesuatu Barang:
 Penyerahan barang sebagai akibat bujukan tidak perlu selalu diserahkan kepada pembujuk sendiri
tetapi mungkin kepada orang lain/pihak ketiga;
 Mengenai pengertian barang dalam rumusan unsur ini adalah sama pengertiannya dalam pasal 362
KUHP;
 Jadi pengertian menyerahkan barang disini, baik pelaku/pembujuk maupun yang korban/yang
dibujuk tidak selalu ia serahkan sendiri, jadi dapat pula dilakukan oleh orang lain/pihak ketiga.
 Pengertian membuat suatu hutang adalah dari suatu hal/keadaan yang tidak ada menjadi ada, sehingga
terciptalah suatu hak/beban sebagai suatu kewajiban untuk dipikulnya, misalnya si A yang dibujuk oleh
si B, akhirnya si A membuat suatu bukti atau pernyataan hak atau menimbulkan hak berupa Akta,
kwitansi, surat-surat berharga lainnya, akhirnya si B yang mempergunakan hak tersebut atau orang lain.
 Pengertian Menghapuskan piutang adalah: dari kewajiban yang harus dilaksanakan atau dari suatu
keadaan yang ada menjadi suatu keadaan yang tidak ada, sehingga tidak ada lagi kewajiban untuk
melaksanakan hutang tersebut, in casu hak untuk menuntut piutang tersebut seolah-oleh tidak ada lagi.
Dengan menggunakan Upaya, Cara atau Sarana:
 Dalam melakukan tindakan penipuan ini adalah menggunakan cara-cara atau upaya atau sarana, yang
telah ditentukan secara limitatif/terbatas dalam undang-undang pasal 378 KUHP tersebut yakni
memakai nama palsu, keadaan palsu, kedudukan palsu, serangkaian kata bohong dan sebagainya.

14
 Cara inilah yang digunakan oleh pelaku sebagai alat penggerak dalam melakukan wujud perbuatannya
yakni pembujukan tersebut, pembujukan tidak akan mungkin terjadi tanpa melalui cara-cara,
upaya/sarana ini.
 Pengertian Nama Palsu: adalah penggunaan atau mempergunakan nama yang bukan namanya sendiri,
tetapi nama orang lain atau bahkan tidak ada nama yang seperti itu, dalam menggunakan nama palsu ini
baik secara lisan maupun secara tertulis;
 Pengertian keadaan palsu/kedudukan palsu adalah mengaku dan bertindak seolah-olah mempunyai atau
memangku suatu fungsi/jabatan/pekerjaan, padahal sama sekali tidak ada. Keadaan palsu dapat pula
berupa seolah-olah gambaran keadaan itu benar/sebenarnya, padahal tidaklah demikian, hanyalah
dibuat-buat belaka, sebagai jalan ceritera untuk maksud memperdaya/menggerakkan;
 Pengertian Tipu Muslihat adalah dapat juga disebut atau diartikan sebagai tipu daya yakni harus
berbentuk/diwujudkan dalam kenyataan tingkah laku, berupa perbuatan-perbuatan, sehingga
menimbulkan kepercayaan/keyakinan untuk mempercayai.
 Pengertian menggunakan serangkaian kata-kata bohong/dusta adalah disyaratkan harus terdapat
beberapa kata bohong yang telah diucapkan, satu kata bohong saja tidaklah cukup dan tidak termasuk
rangkaian kata bohong, jadi harus banyak kata bohong, sehingga terangkai/tersusun dan merupakan
ceritera sesuatu yang seakan-akan benar.
Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain:
 Pengertian dengan maksud disini adalah diartikan sebagai tujuan terdekat, sehingga pelaku harus
mengetahui bahwa keuntungan itu yang menjadi tujuannya haruslah melawan hukum yang bertentangan
dengan hak orang lain.
 Syarat dari melawan hukum haruslah selalu dihubungkan dengan alat penggerak/ pembujuk yang
dipergunakan sebagai cara, upaya;
 Melawan hukum berarti bertentangan dengan hak dan kepentingan masyarakat/ orang lain.
 Menguntungkan adalah pengertiannya setiap perbaikan dalam posisi atau nasib kehidupan yang
diperoleh atau akan dicapai oleh pelaku/pembuat, yang pada umumnya menguntungkan ini terletak
dalam bidang harta kekayaan seseorang. Jadi keuntungan disini tidak selalu atau tidak perlu keuntungan
pribadi bagi pelaku tetapi sudah memenuhi unsur bila termasuk memberi keuntungan terhadap orang
lain, jadi walaupun keuntungan itu tidak dinikmati oleh pelaku, tetapi ada akibat/resiko langsung
terhadap korban, sebagai suatu kerugian baginya akibat keuntungan orang lain.

Jenis-Jenis Penipuan
Sebagai Tindak Pidana Penipuan/Delik Kejahatan terhadap harta kekayaan/harta benda, dikenal beberapa
jenis penipuan yakni:

15
1. Pasal 378 KUHP adalah penipuan biasa, yang menjadi semua unsur-unsur deliknya dijadikan
peletak dasar/termasuk/dimasukkan juga terhadap jenis penipuan lainnya yang diatur dalam
ketentuan berikutnya;
2. Pasal 379 KUHP adalah sebagai penipuan ringan yakni harga/nilai barang/benda tersebut tidaklah
mahal.

7. DELIK PEMERASAN

 Delik Pemerasan yang terdapat dalam Bab XXIII Buku II KUHP adalah termasuk sebagai Delik
Kejahatan terhadap Harta Benda.
 Delik Pemerasan ini dalam KUHP terbagi atas 2 (dua) yang mempunyai persamaan atau kemiripan
dalam melakukan kejahatan tersebut, yang membedakan adalah hanya modus operandinya yakni sebagai
berikut:
Kalau menurut pasal 368 KUHP adalalah dikenal sebagai Pemerasan dengan kekerasan atau Pemerasan
dengan Ancaman Kekerasan dirumuskan sebagai berikut:
 Pada ayat 1 : (Vide bunyi KUHP) yakni memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
 Pada ayat 2 : adalah merupakan unsur pemberatan pidananya yakni ketentuan pasal 365 ayat 2,3,
dan 4 KUHP berlaku dalam Delik Kejahatan Pemerasan ini yakni:
 ayat 2 : 12 tahun. Bila dilakukan perbuatan 1 s/d 4.
 Ayat 3 : 15 tahun bila perbuatan tersebut ada orang mati.
 Ayat 4: hukuman mati, penjara seumur hidup atau penjara selama 20 tahun bila terdapat ada
orang luka berat, atau mati dilakukan 2 orang bersama-sama atau lebih dengan disertai
perbuatan dilakukan pada waktu malam, pekarangan tertutup, membongkar dsbnya (lihat
ketentuan 1 dan 3 ayat 2 pasal 365 KUHP).
Adapun unsur-unsur Delik pasal 368 KUHP adalah sbb:
1. Memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
 Pengertian memaksa dalam rumusan delik ini adalah melakukan tekanan pada orang tersebut yang
menjadi sasaran kejahatannya/perbuatannya, sehingga orang itu (yang dipaksa tersebut) melakukan
sesuatu yang bertentangan/berlawanan dengan kehendak sendiri orang itu.
 Dalam mewujudkan perbuatan memaksa ini diperlukan alat paksa yaitu dengan jalan kekerasan atau
ancaman kekerasan.
 Pengertian dan maksud kekerasan lihat penjelasan pasal 89 KUHP dan pasal 365 ayat 1 KUHP
membuat orang tidak berdaya.
2. Agar orang itu:
a. Memberikan sesuatu barang yang seluruhnya atau sebahagian milik orang itu atau milik orang lain
(pihak ketiga)

16
b. Membuat hutang;
c. Menghapuskan piutang.

Bentuk Tindak Pidana Pemerasan yang kedua yakni:


 Pasal 369 (1) KUHP yakni Delik Pemerasan dengan Menista;
 Bedanya antara pasal 368 KUHP dengan pasal 369 KUHP adalah terletak pada alat yang digunakan
untuk memaksa yakni:
 Kalau pasal 368 KUHP alat memaksa yang digunakan adalah dengan cara kekerasan atau ancaman
kekerasan;
 Sedang kalau pasal 369 (1) KUHP alat memaksanya adalah dengan cara menista lisan atau menista
dengan tulisan/surat atau akan membuka rahasia.
 Unsur-unsur tindak pidana 369 KUHP ini adalah sebagian unsur deliknya sama dengan pasal 368
KUHP, kecuali berbeda sbb:
1. Unsur memaksa orang dengan ancaman:
d. Menista;
e. Atau menista dengan surat atau
f. Akan membuka rahasia.
2. Unsur lainnya sama dengan pasal 368 KUHP.
 Bahwa delik pasal 369 KUHP ini adalah termasuk sebagai Delik Aduan yang berlaku untuk semua
orang, yakni delik ini baru dilakukan proses penyidikan dan penuntutan apabila ada pengaduan dari
korban/yang diancam tersebut; sebagai Delik Aduan Absolut.
 Pengertian menista dengan lisan atau dengan surat adalah sama dengan pengertiannya dalam pasal 310
KUHP yakni melakukan perbuatan penghinaan baik lisan maupun dengan tertulis;
 Pengertian membuka rahasia silahkan lihat penjelasannya pada pasal 322 KUHP;
 Menista apakah dilakukan dengan lisan atau surat yang mengandung suatu penghinaan bagi korban
adalah dapat merupakan suatu tuduhan belaka dari suatu peristiwa yang benar-benar terjadi ataukah
tidak benar terjadi;
 Sedangkan membuka rahasai adalah suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang oleh korbannya
tidak menghendaki rahasia tersebut diketahui oleh umum atau orang lain.
 Si korban dalam delik ini selalu merasa ketakutan atas adanya ancaman menista atau dengan adanya
surat atau akan dibukanya rahasianya.

17
8. DELIK PEMBUNUHAN

 Tindak Pidana Pembunuhan yang terdapat dalam Bab XIX KUHP adalah termasuk sebagai Kejahatan
terhadap jiwa orang, yang diatur mulai dari pasal 338 s/d 350 KUHP.
 Bentuk pokok kejahatan Pembunuhan adalah menghilangkan jiwa orang lain atau mengakibatkan atau
mensyaratkan adanya orang mati.
 Pasal utama terhadap Delik Kejahatan terhadap jiwa orang lain ini adalah pasal 338 KUHP, sedangkan
pasal-pasal lainnya/ketentuan lainnya adalah bentuk jenis pembunuhan.
 Pasal 338 KUHP: dirumuskan: “Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain dihukum
karena makar mati, dengan hukuman penjara selama-lamanya 15 tahun ”;
 Adapun unsur-unsur tindak pidana pasal 338 KUHP adalah sbb:
1. Dengan sengaja;
 Unsur sengaja meliputi tindakannya dan obyeknya, artinya si pembuat/pelaku mengetahui dan
menghendaki adanya orang mati dari perbuatannya tersebut. Hilangnya jiwa seseorang harus
dikehendaki dan harus menjadi tujuan, sehingga karenanya perbuatan yang dilakukan tersebut
dengan suatu maksud/tujuan yakni adanya niat untuk menghilangkan jiwa orang lain.
 Jika timbulnya akibat hilangnya jiwa orang lain tanpa dengan sengaja atau bukan menjadi tujuan
atau bukan bermaksud dan tidak pernah diniatkan tidaklah dapat dinyatakan sebagai
Pembunuhan (doodslag) in casu tidak dapat dikenakan ketentuan delik Pembunuhan tersebut
tetapi mungkin dapat dikenakan delik lain yang mengakibatkan adanya orang mati tetapi tidak
dengan unsur sengaja.
 Baik timbulnya akibat maupun perbuatan yang menimbulkannya harus dilakukan dengan
sengaja. Jadi pelaku/pembuat harus mengetahui dan menghendaki bahwa dari perbuatannya itu
dapat bahkan pasti mengakibatkan adanya orang mati.
 Selanjutnya untuk memenuhi Delik Pembunuhan dengan unsur sengaja yang terkadung dalam
pasal 338 KUHP ini disyaratkan bahwa perbuatan pembunuhan tersebut harus dilakukan
sesegera mungkin sesudah timbulnya sesuatu maksud atau niat untuk membunuh tidak dengan
dipikir-pikir atau tidak dengan suatu perencanaan, sehingga niat disini adalah datangnya
sekonyong-konyong atau seketika itu juga.
 Unsur sengaja ini dapal praktek seringkali sulit untuk membuktikannya, terutama jika
pembuat/pelakunya tersebut licik/akal bulus ingin menghindar dari perangkap delik
pembunuhan tersebut karena unsur dengan sengaja adalah unsur subyektif yakni unsur batin si

18
pembuat yang hanya dapat diketahui dari keterangan Tersangka/terdakwa didepan pemeriksaan
penyidik atau didepan pemeriksaan persidangan terdakwa tersebut memberi keterangan sebagai
“Pengakuan” artinya mengakui terus terang perbuatannya bahwa kematian si korban tersebut
memang dikehendaki/menjadi tujuannya.
 Pada umumnya kasus-kasus Delik Pembunuhan si tersangka/terdakwa berusaha menghindar
dari pengakuan unsur sengaja tetapi selalu berlindung bahwa kematian si korban tersebut tidak
dikehendaki atau bukan menjadi tujuannya yakni hanya ingin menganiaya saja atau melukainya
saja.
 Jadi untuk memudahkan membuktikan unsur sengaja menurut ketentuan ini haruslah dilihat cara
melakukan dalam mewujudkan perbuatan jahatnya tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa
sengaja tersebut memang dikehendaki atau diharapkan supaya korbannya meninggal dunia.

2. Menghilangkan jiwa orang lain;


 Unsur ini disyaratkan adanya orang mati, yang mati adalah orang lain dan bukan dirinya sendiri si
pembuat tersebut.
 Pengertian orang lain adalah semua orang tidak termasuk dirinya sendiri si pembuat/pelaku.
 Dalam rumusan Delik Pembunuhan pasal 338 KUHP ini tidak ditentukan bagaimana cara
melakukan perbuatan pembunuhan tersebut, tidak ditentukan alat apa yang digunakan tetapi
undang-undang hanya menggariskan bahwa akibat dari perbuatannya itu yakni hilangnya jiwa orang
lain/matinya orang lain sehingga hilangnya jiwa/mati itu timbul akibat perbuatan tersebut.
 Juga kematian tersebut tidak perlu terjadi seketika itu/sesegera itu, tetapi mungkin kematian dapat
timbul kemudian.

 Adapun bentuk dan jenis Delik Pembunuhan adalah sbb:


1. Pasal 338 KUHP adalah disebut Delik Pembunuhan biasa
2. Pasal 339 KUHP adalah Pembunuhan Berat/berkwalifikasi yakni syarat unsur deliknya adalah:
a. Semua unsur dalam pasal 338 KUHP, ditambah
b. Diikuti, disertai atau didahului dengan tindak pidana lain sebagai perbuatan yang dapat
dihukum;
c. Dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan, mempermudah, perbuatan tersebut jika ia
tertangkap tangan akan melindungi dirinya atau kawan-kawannya dari hukuman, atau akan
mempertahankan barang yang didapatnya dengan melawan hukum.
 Ketentuan pasal 339 KUHP ini adalah sebagai bentuk pemberatan dari Delik Pembunuhan yakni
disamping terjadinya Delik Pembunuhan itu sendiri sesuai gambaran pada pasal 338 KUHP, juga
terjadi Tindak Pidana/delik lain.

19
 Jadi pasal 339 KUHP ini pembunuhan itu adalah menjadi tujuan pokok, tetapi pembunuhan itu
mempunyai hubungan kausal dengan Tindak Pidana lainnya.
 Ketentuan pasal 339 KUHP ini kemiripannya dengan pasal 365 (3) KUHP pencurian dengan
kekerasan yang mengakibatkan adanya orang mati, namun terdapat perbedaannya yakni:

3. Pasal 340 KUHP yakni sebagai Delik Pembunuhan yang direncanakan (berencana / terencana /
dirancangkan) atau disebut Moord.
Adapun unsur Delik 340 KUHP adalah sbb:
 Semua unsur delik dalam pasal 338 KUHP;
 Ditambah unsur direncanakan terlebihdahulu.

4. Pasal 341 KUHP adalah Delik Pembunuhan Anak (Kinderdoodslaag) yakni seorang Ibu yang
dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika lahir atau tidak beberapa lama sesudah
dilahirkan.
Adapun unsur Delik pasal 341 KUHP ini yakni:
a. Dengan sengaja;
b. Menghilangkan jiwa anaknya.
 Syarat terpenting dari pasal ini adalah pembunuhan anak yang baru lahir tersebut dilakukan oleh
si Ibu oleh karena terdorong rasa malu, ketakutan, atau tidak mau lagi ada anak atau mungkin
karena hubungan gelap misalnya zinah.
 Syarat berikutnya anak tersebut sudah lahir baru atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan.
 Apabila anak tsb bukan baby lagi atau sudah lama lahir tidak dapat dikenakan pasal 341 KUHP,
tetapi dikenakan pasal 338 atau 342 KUHP
 Apabila anak tsb mati dalam kandungan atau bayi itu dilahirkan sudah mati, atau Ibu yang
membuang bayinya tidak dapat dikenakan pasal 341 KUHP, tetapi dikenakan pasal 181, 283,
299, 346 s/d 349 KUHP;
5. Pasal 342 KUHP adalah Delik Pembunuhan Anak yang direncanakan (Kindermoord):
Adapun unsur deliknya adalah:
a. Semua unsur delik dalam pasal 341 KUHP;
b. Ditambah dengan unsur direncanakan terlebih dahulu. Unsur direncanakan terlebih dahulu,
silahkan baca penjelasan pasal 340 KUHP.
6. Pasal 343 KUHP adalah ketentuan yang mengatur khusus terhadap orang yang turut campur dalam
melakukan kejahatan pasal 341 dan 342 KUHP. Orang tersebut dianggap melakukan kejahatan
sebagaid pembunuhan atau makar mati.
7. Pengertian turut camput dalam ketentuan ini adalah baik sebagai turut serta melakukan (mededader)
pasal 55 KUHP maupun sebagai turut membantu melakukan (medeplichtig) sesuai pasal 56 KUHP.

20
8. Pasal 344 KUHP adalah Delik Pembunuhan menghilangkan jiwa orang lain atau permintaan orang
lain tersebut. Syarat dalam undang-undang ini, orang yang menghendaki mati atau yang telah mati
tersebut meminta tolong kepada si pembuat/pelaku caranya tidak ditentukan oleh undang-undang,
dan apabila tidak dengan seizing korban maka dikenakan pasal 338 KUHP;
9. Pasal 345 KUHP adalah Delik Pembunuhan yang mengasut orang lain, atau memberi pertolongan,
daya upaya, supaya orang itu mau bunuh diri. Disyaratkan dalam undang-undang ini korban mati tsb
dilakukan sendiri, tetapi sebelumnya ada pertolongan hasutan, daya upaya dari si pelaku/pembuat.
Catatan: percobaan menghasut untuk bunuh diri sesuai pasal 345 KUHP ini, tidak dapat dipidana.
10. Pasal 346 KUHP adalah perempuan yang dengan sengaja menggugurkan kandungannya atau
menyuruh orang lain menggugurkan kandungannya;
11. Pasal 347 KUHP adalah :
 ayat 1 sengaja menggugurkan atau matinya kandungannya seorang perempuan tidak seizing
yang hamil tersebut;
 ayat 2 jika perempuan hamil itu mati maka ancamannya diperberat 15 tahun, sama dengan
ancaman pasal 338 KUHP;
12. Pasal 348 KUHP, dengan seizing (kebalikan pasal tsb di atas)
13. Pasal 349 KUHP Hukuman diperberat, jika tabib, dukun dsb yang melakukan delik 346, 347, 348
KUHP, ditambah 1/3 dan dapat dipecat dari jabatannya;
14. Pasal 350 KUHP adalah mengatur penjatuhan hukuman jika dilakukan dengan pembunuhan biasa,
direncanakan atau melanggar pasal 344, 347, 348, dapat dijatuhkan hukuman yakni pencabutan hak
tertentu sesuai ketentuan pasal 35 KUHP;

9. DELIK PENGANIAYAAN

 Tindak Pidana Penganiayaan yang terdapat dalam Bab XX KUHP adalah termasuk sebagai Delik
Kejahatan terhadap Badan/Tubuh seseorang, yakni diatur dalam KUHP mulai dari pasal 351 s/d pasal
357 KUHP;

21
 Dalam rumusan undang-undang tidak disebutkan secara jelas pengertian penganiayaan dan bagaimana
cara dan alat apa yang dilakukan dalam melakukan penganiayaan tersebut.
 Oleh yurisprudensi/kehidupan dalam praktek peradilan dan khusus dalam pasal 351 ayat 4 KUHP telah
memberikan pengertian penganiayaan sebagai berikut:
Menurut Yurisprudensi sbb:
 Dengan sengaja menyebabkan perasaan tidak enak/penderitaan;
 Rasa sakit atau terdapat luka;
Contoh: Perasaan tidak enak:
o mendorong seseorang jatuh ke sungai, sehingga basah.
o Menyuruh orang berdiri di terik matahari.
Contoh rasa sakit:
o mencubit, memukul, menempeleng;
Contoh luka:
 mengiris, menusuk, memotong dsbnya.
Contoh merusak kesehatan:
o membuka jendela diwaktu malam, sehingga orang yang tidur masuk angin/jatuh sakit.
o Memberi racun dsbnya.
Menurut pengertian pasal 351 ayat 4 KUHP tersebut, penganiayaan adalah sengaja merusak kesehatan .atau
pengertian yang diberikan oleh para ahli/doktrin. Pengertian penganiayaan adalah: setiap perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit atau luka kepada orang lain. (Vide sumber bacaan
Buku Hukum Pidana Bagian Khusus/KUHP Buku II Jilid I Brijen Pol. Drs. H.A.K. Moch. Anwar, SH
(Dading);

 Adapun macam/jenis Delik Penganiayaan ini adalah sebagai berikut:


1. Pasal 351 KUHP adalah disebut Penganiayaan biasa;
2. Pasal 352 KUHP adalah disebut Penganiayaan ringan;
- Ringan dimaksudkan disini adalah korban tidak menjadikan sakit atau halangan untuk
melakukan pekerjaan/jabatan;
- Percobaan melakukan penganiayaan biasa dan ringan tersebut di atas tidak dapat dipidana.
3. Pasal 353 KUHP adalah disebut Penganiayaan yang direncanakan terlebih dahulu
(penganiayaan berencana);
Pengertian berencana adalah sama penjelasannya pada pasal 340 KUHP (Delik Pembunuhan
berencana) yakni berencana dimaksudkan ada batas waktu berpikir antara tahap
persiapan/perencanaan dengan tahap pelaksanaan melakukan delik tersebut, dan waktu tersebut
masih ada jalan untuk membatalkannya niat/rencana tersebut;
4. Pasal 354 KUHP adalah disebut Penganiayaan Berat;

22
Pengertian berat di sini adalah disyaratkan bahwa si pelaku/pembuat tersebut dengan sengaja
selaku niat untuk melakukan perbuatan melukai berat orang atau mengakibatkan/dapat kematian
orang lain.
5. Pasal 355 KUHP adalah disebut Penganiayaan berat yang direncanakan:
Ketentuan ini adalah perpaduan antara ketentuan pasal 353 KUHP dan pasal 354 KUHP (yakni
penganiayaan berencana dan penganiayaan berat), dimana si pembuat/pelaku menghendaki
sebagai tujuannya bahwa korban tersebut haruslah mendapat luka berat bahkan dapat kematian,
perwujudan perbuatan ini telah dipikirkan baik-baik/direncanakan terlebih dahulu;
Khusus terhadap ketentuan pasal 353, 354, 355 KUHP percobaan penganiayaan dapat dihukum;
6. Pasal 356 apabila penganiayaan tersebut dilakukan terhadap ibunya dan bapaknya yang sah,
isteri atau suami, atau dilakukan terhadap pegawai negeri yang sedang menjalankan
tugas/pekerjaannya atau dalam melakukan kejahatan ini memakai bahan yang merusak
kesehatan/jiwa orang, maka si pelaku/pembuat tersebut dapat ditambah hukumannya dengan
sepertiga dari ketentuan pasal 351, 353, 354, 355 KUHP;
 Demikian pula khusus terhadap kejahatan yang dilakukan menurut ketentuan pasal 353, 355 KUHP
tersebut, maka si pelaku/pembuatnya dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan hak
tertentu sesuai dalam pasal 35 KUHP hal ini diatur dalam pasal 357 KUHP tersebut;
 Penganiayaan terhadap binatang, diatur dalam pasal 301 KUHP.
 Pengertian Pegawai Negeri, jabatan/pekerjaan, lihat penjelasan pasal 92 KUHP.

10. TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SENGAJA TURUT CAMPUR DALAM PENYERANGAN


ATAU PERKELAHIAN
- Penganiayaan dengan sengaja turut campur ini diatur dalam pasal 358 KUHP yakni disyaratkan oleh
undang-undang bahwa perkelahian atau penyerangan yang dilakukan oleh beberapa orang (lebih dari dua
orang), dimana ada akibat luka parah dan atau mati;
- Jika tidak terdapat luka parah atau mati, tidaklah dapat dikenakan ketentuan ini;
- Orang yang terpaksa turut serta campur dalam perkelahian/penyerangan ini guna untuk memisahkan atau
melindungi yang lemah tidaklah dapat dikatakan sebagai turut serta campur dalam
perkelahian/penyerangan ini;
- Jadi pengertian dalam pasal ini bahwa turut campur tersebut adalah sengaja sebagai unsur yang
dikehendaki oleh si pelaku/pembuat dalam perkelahian tersebut in casu ada niat sebelumnya atau terbetik
dalam hati ketika melihat perkelahian dan bukan sama sekali datangnya campur tangan yang sekonyong-
konyong, dan lebih penting bahwa dalam hal campur tangan disini adanya maksud-maksud atau tujuan
tertentu untuk mencampuri perkelahian tersebut.

11. TINDAK PIDANA MENGAKIBATKAN ORANG MATI ATAU LUKA KARENA SALAHNYA.
- Delik ini adalah sebagai Delik Culpa yakni karena kelalaiannya mengakibatkan orang lain mati.

23
- Ketentuan ini diatur dalam pasal 359 KUHP yang mensyaratkan adanya orang mati, tetapi mati disini
hanya merupakan akibat dari kurang hati-hatinya atau lalainya si pembuat/pelaku tersebut:
Misalnya:
 Seorang sopir dengan kecepatan tinggi telah menabrak orang pejalan kaki, dimana mobilnya rem
tidak berfungsi;
 Seorang dokter/bidan yang salah suntik; dsbnya
 Seorang pemburu meletuskan senjatanya mengira bayang-bayang seekor rusa tetapi ternyata
manusia;
 Seorang buruh yang membuang karung dari atas mobil/erkena bagi orang di bawah.
- Yang jelas bahwa kematian orang tersebut adalah merupakan akibat dari kurang hati-hatinya atau
lalainya/tidak telitinya si pembuat/pelaku, sehingga pembuat/pelaku tersebut sama sekali tidak ada unsur
sengaja dan sama sekali tidak mengharapkan adanya kematian.
- Yang jelas juga bahwa si pembuat/pelaku harus disyaratkan bahwa dalam melakukan pekerjaannya in
casu terjadinya perbuatan tersebut telah menyadari bahwa hal itu merupakan suatu kelalaiannya yang
diinsyafi setelah terjadi delik tersebut dalam hal ini merupakan tanggungjawab baginya.
- Dalam pasal 360 KUHP adalah unsur-unsurnya sama dengan pasal 359 KUHP, Cuma perbedaannya
bahwa dalam ketentuan pasal 360 KUHP ini korban tidak mengakibatkan kematian/tidak ada orang
mati, tetapi hanya sampai luka berat atau luka sederhana/ringan saja;
- Pengertian Luka Berat lihat penjelasan ketentuan pasal 90 KUHP;
- Pengertian Luka Ringan/sederhana adalah ukurannya korban/orang tidak terhalang melakukan
pekerjaannya/jabatannya.
- Selanjutnya dalam ketentuan pasal 361 KUHP adalah bilamana delik/perbuatan tersebut dilakukan oleh
orang yang karena jabatannya/pekerjaannya, maka hukuman baginya diperberat yakni ditambah dengan
sepertiga dari ketentuan pasal 359, 360 KUHP dan dapat pula dijatuhi hukuman tambahan berupa
pengumuman putusan Hakim Pidana tersebut.
Contoh yang berhubungan dengan jabatan/pekerjaan:
- Dokter, bidan;
- Sopir, pengemudi dokar, dsb;
- Pilot, kapten kapal, masinis dsb yang jelas adalah adanya bukti si pelaku/pembuat selaku menjalankan
profesinya yang secara sah dan diakui sebagai pekerjaan yang profesional.

12. KEJAHATAN TERHADAP KESOPANAN

Tindak Pidana Kejahatan terhadap Kesopanan diatur dalam KUHP Bab XIV mulai dari pasal 281 s/d 303
KUHP yakni meliputi bentuk-bentuk perbuatan sebagai Tindak Pidana kejahatan sebagai berikut:

24
 Kejahatan yang merusak Kesopanan dimuka umum terdiri atas:
Mulai dari pasal 281 KUHP s/d 283 bis KUHP yakni berupa perbuatan:
 Dengan sengaja melakukan perbuatan yang tidak senonoh, dilakukan ditempat umum, dilihat oleh
umum atau dapat didatangi oleh orang banyak, yang mengundang perasaan malu, dan dapat
meransang hawa nafsu seperti: mencium, meraba-raba buah dada, meraba tempat kemaluan dsbnya.
 Mempertontonkan, menyiarkan dan menempelkan suatu tulisan atau gambar, yang dapat
mengundang nafsu birahi seseorang atau disebut Pornografi;
 Menawarkan, memberikan, menyerahkan dan memperlihatkan suatu gambar atau tulisan untuk
mencegah atau menggugurkan kandungan;
 Kejahatan yang berhubungan dengan seksual atau melakukan persetubuhan atau hubungan kelamin,
yakni diatur mulai dari pasal 284 s/d 288 KUHP yakni perbuatan berupa:
- Perzinahan;
- Pemerkosaan;
- Bersetubuh dengan perempuan yang sedang pingsan atau tidak berdaya;
- Bersetubuh dengan perempuan yang bukan isterinya dan belum cukup umur 15 tahun atau belum
masanya untuk kawin;
 Kejahatan berupa perbuatan cabul atau melakukan percabulan, mulai diatur dari pasal 289 s/d 299
KUHP yakni perbuatan berupa:
- memaksa orang melakukan perbuatan cabul misalnya bercium-ciuman, meraba-raba kemaluan
bahkan sampai melakukan persetubuhan;
- Melakukan perbuatan cabul terhadap perempuan yang belum dewasa atau belum cukup umur 15
tahun atau dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya;
- Melakukan perbuatan percabulan dengan jenis kelamin yang sama;
- Membujuk orang dengan hadiah atau janji untuk melakukan perbuatan cabul;
- Melakukan perbuatan cabul dengan anaknya yang belum dewasa, apakah anak kandung, tiri, pungut,
anak pelihara, atau anak didiknya;
- Mucikari atau rumah bordil yang melakukan perbuatan cabul/memudahkan perbuatan cabul;
- Melakukan praktek pelacuran;
- Dukun palsu yang berbuat senonoh atau berbuat cabul.;
 Kejahatan yang berhubungan dengan minuman keras, pengemis, diatur dalam pasal 300 s/d 301 KUHP
yakni perbuatan berupa:
- Menjual atau menyuruh minum-minuman keras yang memabukkan;
- Menjalankan praktek sebagai pengemis atau meminta minta;
 Kejahatan penganiayaan terhadap binatang; diatur dalam pasal 302 KUHP yakni perbuatan berupa
melewati batas penyiksaan terhadap binatang, yakni dengan sengaja menyakiti, atau membikin cacat
binatang atau merusak kesehatan binatang; atau tidak memberi makanan/minuman binatang tsb;

25
 Kejahatan perjudian atau main judi, diatur dalam pasal 303 KUHP dan undang-undang khusus tentang
Tindak Pidana judi; yakni melakukan perbuatan berupa:
 Karena pencaharian atau pekerjaannya main judi atau memberi kesempatan orang lain main judi
 Sengaja turut campur main judi;
 Turut serta main judi.
 Selanjutnya akan dibahas Delik Kejahatan terhadap Kesopanan tersebut dari pasal 281 s/d 303 KUHP.
1. PASAL 281 KUHP:
Mengatur tentang:
 Sengaja merusak kesopanan dimuka umum;
 Sengaja merusak kesopanan dimuka orang lain, yang hadir tidak dengan kemauannya sendiri.

2. PASAL 282 KUHP; adalah Delik Pornografi, terdiri atas tiga ayat sebagai berikut:
- ayat 1 : disyaratkan harus dengan sengaja melakukan perbuatan pornografi (gambar, tulisan,
termasuk juga patung);
- ayat 2 : melakukan perbuatan yang sama dengan ayat 1 Cuma delik tsb dilakukan tidak dengan
unsur sengaja, tetapi dengan culpa yakni dari rumusan unsur dapat menyangka bukan dengan
rumusan diketahui isinya,……dstnya.
- Ayat 3: jika perbuatan tsb dilakukan dengan pekerjaannya atau pencaharian atau kebiasannya
maka hukumannya diperberat;

3. PASAL 283 KUHP;


- Menawarkan atau menyerahkan, menyampaikan atau mempertunjukkan buat sementara waktu
atau selama-lamanya suatu tulisan, gambar atau barang (cabul/pornografi) ditambah dengan
unsur belum dewasa, mencegah hamil, atau menggugurkan kandungan;
Dalam pasal 283 KUHP ini terdiri atas 3 ayat sbb:
Ayat 1 :
- Menawarkan, menyampaikan atau mempertunjukkan, barang tulisan atau gambar sedang
diketahuinya bahwa itu cabul/pornografi yang melanggar kesopanan;
- Diketahuinya atau patut menyangka bahwa orang itu belum cukup 17 tahun/belum dewasa;
- Mencegah hamil atau menggugurkan kandungan;
Ayat 2:
- Memperdengarkan isi surat/tulisan yang melanggar kesopanan;
(hal ini juga ditujukan kepada orang yang belum dewasa, tetapi tidak ada batas umur).
Ayat 3:
Dilakukan tidak dengan unsur sengaja tetapi dengan unsur culpa/patut menyangka, atas perbuatan
ayat 1 dan ayat 2 tersebut.

26
4. PASAL 283 bis KUHP:
Pasal ini mengatur tentang penjatuhan hukuman tambahan atas delik yang dilakukan pada pasal 282,
283 KUHP yakni dicabut haknya untuk melakukan pekerjaan: apabila dilakukan secara
pengulangan/recidive orang yang melakukan disebut Recidivis, hukumannya dapat diperberat;
Persyaratan penjatuhan hukuman tambahan dan alasan memperberat pidana yakni:
a. Perbuatan tersebut dilakukan sesuai pasal 282, 283 KUHP;
b. Melakukan perbuatan pengulangan, sedang hukuman yang lalu belum lalu 2 tahun;
c. Perbuatan tersebut dilakukan karena pekerjaan atau kebiasaannya.

5. PASAL 284 KUHP: adalah Delik Perzinahan


Pada pasal ini terdiri atas 5 ayat yakni:
Ayat 1 : Sub. 1.a. Laki yang berzinah dan telah beristeri/kawin;
b. Perempuan yang telah bersuami/telah kawin;
Sedangkan diketahuinya terikat pasal 27 KUHPdt. Asas Monogami.
Sub 2.a. Laki-laki yang belum kawin, sedang perempuan tersebut sudah kawin;
b. Perempuan yang belum kawin, sedang laki-laki sudah kawin/beristeri.
Ayat 2 : Penuntutan Delik ini adalah Delik Aduan, dalam tempo 3 bulan sesudah pengaduan
diajukan, harus diikuti dengan perceraian atau pemisahan Meja dan ranjang.
Ayat 3 : Pasal 72, 73, 74 KUHP tidak berlaku dalam delik ini
Ayat 4 : Pengaduan saksi korban boleh dicabut/ditarik selama pemeriksaan pengadilan belum
dimulai.
Ayat 5 : Suami isteri yang berlaku pasal 27 KUHPdt. Pengaduannya tidak diperhatikan, sebelum
mereka itu harus bercerai dan atau berpisah meja makan dan tempat tidur yang telah
memperoleh kekuatan hukum yang tetap.

6. PASAL 285 KUHP:


- Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan
isterinya, melakukan bersetubuh dgn dia dihukum karena memperkosa dihukum penjara 12 thn;
- Adapun unsur-unsur delik pasal 285 KUHP sbb:
 Unsur memaksa bersetubuh dengan perempuan yang bukan isterinya;
o Bahwa untuk mencapai maksud atau tujuan bersetubuh dilakukan dengan memaksa atau
paksaan, karena harus disyaratkan adanya paksaan maka tentunya tidak ada suka-sama
suka/tidak dikenal secara sukarela.
o Seorang perempuan yang berada dalam suasana tekanan paksaan, tidak ada pilihan
selain terpaksa melakukan persetubuhan;

27
o Tentang persetubuhan ini sama dengan penjelasan persetubuhan pada pasal 284 KUHP
yakni alat kelamin laki-laki masuk kedalam alat kelamin perempuan;
o Undang-undang tidak menentukan bagaimana cara melakukan paksaan atau memaksa,
tetapi yang jelas unsur paksaan tidaklah terlepas dari unsur menggunakan ancaman
kekerasan atau dengan kekerasan;
 Unsur dengan kekerasan atau ancaman kekerasan;
o Yang dimaksudkan oleh rumusan Undang-undang : Unsur kekerasan atau ancaman
kekerasan adalah mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani/fisik secara tidak sah.
Pengertian dan penafsiran otentik sesuai pasal 89 KUHP, khusus melakukan kekerasan
adalah menimbulkan keadaan, membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi
(lemah). Contoh: Menarik dan sembari melucuti celana dalam wanita, dstnya. Jika
contoh seperti sederhana itu di atas maka sudah terpenuhi unsur dengan kekerasan.
o Kekerasan atau ancaman kekerasan adalah suatu sarana untuk memaksa, suatu sarana
yang mengakibatkan perlawanan dari orang yang dipaksa menjadi lemah.
 Pembuat/pelaku harus laki-laki;
o KUHP Indonesia masih menggariskan secara tegas bahwa subyek atau orang yang
melakukan pemerkosaan adalah harus laki-laki, dan obyek yang menjadi sasaran
pemerkosaan adalah perempuan, baik yang dewasa maupun yang belum dewasa baik
perawan maupun yang nenek-nenek.
o Jadi KUHP Indonesia tidak mengatur tentang pelaku pemerkosaan adalah perempuan,
kendatipun hal ini tidak mustahil bahwa perempuan dapat juga secara fisik dan
kebutuhan biologis melakukan terhadap pemerkosaan laki-laki;
o Sehinga seandainya terjadi bagaimana halnya jika pelakunya adalah perempuan yang
memperkosa laki-laki?
 Karena tidak diatur dalam KUHP maka pasti putusan ontslag van rechtsvervolging
(dilepaskan dari segala tuntutan hukum) jadi ada perbuatan yang tidak diatur dalam
undang-undang. Berbeda halnya dengan putusan Vrijspraak yakni dakwaan atau
perbuatan terdakwa sama sekali tidak terbukti, walaupun perbuatan terdakwa itu
diatur dalam undang-undang.
 Di sinilah letak kekurangan KUHP Indonesia tidak membayangkan tuntutan
emansipasi perempuan bahwa bisa saja melakukan pemerkosaan.
o Alasan lain yang dapat diterima kenapa pembuat Undang-Undang tidak mencantumkan
perempuan selaku subyek/pembuat yang dapat memperkosa, mungkin pemikiran
pembuat undang-undang bahwa walaupun wanitanya tersebut ingin sekali untuk
bersetubuh/memperkosa tetapi kodrat wanita hanya berfungsi menerima tusukan
kemaluan laki-laki artinya tanpa alat kemaluan laki-laki tersebut berdiri tidak akan

28
mungkin bisa terjadi persetubuhan, karena persetubuhan baru bisa terjadi apabila alat
kemaluan laki-laki tersbut keras dan berdiri baru bisa memasuki liang alat kemaluan
perempuan tersebut (Benar bukan???) Ini namanya suatu pengkajian yang rasional yang
dapat diterima dalam dunia ilmu hukum.

7. PASAL 286 KUHP (BERSETUBUH DENGAN PEREMPUAN YANG BUKAN ISTERINYA,


SEDANG DIKETAHUINYA BAHWA PEREMPUAN TERSEBUT BERADA DALAM
KEADAAN PINGSAN ATAU TIDAK BERDAYA:
- Adapun unsur delik pasal 286 KUHP sbb:
 Dengan sengaja;
 Bersetubuh dengan perempuan yang bukan isterinya;

8. PASAL 287 KUHP (BERSETUBUH DENGAN PEREMPUAN YANG BUKAN ISTERINYA


DAN PEREMPUAN ITU BELUM DEWASA/BELUM CUKUP UMUR 15 TAHUN dstnya:
Delik ini beberapa hal perlu diperhatikan:
 Unsur subyektif delik ini dapat berupa dengan sengaja maupun dengan tidak sengaja;
 Subyek/pelaku adalah laki-laki dan obyeknya adalah perempuan yang bukan isterinya, dan
belum dewasa dan telah ditentukan batas usia 15 tahun;
 Delik ini adalah delik aduan, sesuai ayat-ayat tersebut kecuali berubah menjadi delik umum atau
biasa, bila dijumpai:
a. Perempuan itu belum 12 tahun;
b. Akibat perbuatan tersebut sesuai pasal 291, 294 KUHP yakni luka berat, mati dan
dilakukan oleh orang tertentu.

9. PASAL 288 KUHP (BERSETUBUH DENGAN ISTERINYA YANG BELUM DEWASA/BELUM


MASANYA UNTUK DIKAWINI DENGAN SEGALA AKIBAT PERBUATANNYA, DIJATUHI
PIDANA DENGAN PEMBERATAN:
- Dalam delik ini beberapa hal perlu diperhatikan bahwa pasal 288 KUHP terdiri ata s tiga ayat
yakni:
Ayat 1 : adalah rumusan delik itu sendiri;
Ayat 2 : akibat perbuatan, karena korbannya/perempuan itu luka berat
Ayat 3 : akibat perbuatan, kalau perempuan itu mengakibatkan mati;
- Adapun unsur-unsur deliknya sbb:
 Pembuat/pelakunya harus laki-laki, dan obyeknya adalah isterinya sendiri si pembuat;
 Bahwa pembuat harus mengetahui atau patut menyangka bahwa perempuan itu yang
dijadikan isterinya belum masanya untuk dikawini; (berarti unsur ini baik belum/sengaja
maupun culpa/tidak dengan sengaja);

29
 Perbuatan si pembuat tersebut harus mengakibatkan kemaluan wanita mendapat cacat/luka.

30
31

Anda mungkin juga menyukai