Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UAS MATA KULIAH

TINDAK PIDANA EKONOMI & TI

Dosen : Dr. Yoyok Ucuk S., S.H., M.Hum.

Disusun oleh :

Poundra Kinan Aditama, S.H.


NIM. 2017950137
1. Percobaan melakukan tindak pidana pelanggaran dan membantu tindak pidana
pelanggaran dalam hukum pidana ekonomi dihukum. Ketentuan tersebut
merupakan penyimpangan terhadap KUHP. Jelaskan mengapa percobaan tindak
pidana pelanggaran dan membantu tindak pidana pelanggaran itu dihukum?
Percobaan melakukan tindak pidana pelanggaran dan membantu tindak
pidana pelanggaran dalam hukum pidana ekonomi dihukum dan menyimpan
dari KUHP karena undang undang tindak pidana ekonomi yang digunakan
adalah undang – undang khusus yaitu Undang Undang Darurat Republik
Indonesia No. 7 Tahun 1955 tentang pengusutan, penuntutan, dan peradilan
tindak pidana ekonomi.
Dalam Undang Undang Darurat RI No. 7 Tahun 1955 tentang tindak pidana
ekonomi tersebut dijelaskan bahwa percobaan melakukan tindak pidana
pelanggaran atau membantu tindak pidana pelanggaran dalam tindak pidana
ekonomi dapat dikenai hukuman pidana dan tindakan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3, pasal 4, dan pasal 6 ayat (1) huruf c dan d.
Karena undang undang tersebut adalah undang undang khusus maka
peraturan atau undang undang yang bersifat umum lainnya (KUHP)
dikesampingkan sebagaimana asas hukum lex specialis derogate legi
generalis.

2. Pasal 3 Undang Undang No. 7 Drt 1955 merupakan perluasan berlakunya ketentuan
hukum pidana, disebut extra territorial. Jelaskan apa yang dimaksud dengan extra
teritorial?
Extra teritorial dalam hal ini adalah perluasan wilayah hukum, sebagaimana
lazimnya suatu undang undang atau peraturan hukum hanya berlaku jika
pelanggaran atau kejahatan tersebut terjadi di wilayah yang masih termasuk
dalam wilayah negara tersebut dengan pengecualian kapal laut yang berlayar
dengan bendera suatu Negara, kedutaan atau kantor diplomat.

Akan tetapi dalam pasal 3 UU No. 7 drt tahun 1955 tersebut terdapat
perluasan wilayah dimana pelaku yang turut melakukan tindak pidana
ekonomi itu diluar negeri juga dapat dipidana. Dimana disebutkan dalam
pasal 3 UU No. 7 drt Tahun 1955 “barang siapa turut melakukan suatu tindak
pidana ekonomi, yang dilakukan didalam daerah hukum Republik Indonesia,
dapat dihukum pidana, begitu pula jika ia turut melakukan tindak pidana
ekonomi itu di luar negeri.”.

3. Hukum pidana ekonomi mengatur badan badan dan pegawai penghubung, jelaskan
untuk apa hukum pidana ekonomi mengatur ketentuan itu, apakah sama badan
badan dan pegawai penghubung dengan saksi ahli dalam KUHAP, jelaskan!
Dalam UU No. 7 drt tahun 1955 tersebut perlu badan badan dan pegawai
penghubung dikarenakan karena tidak semua pengusut, penuntut serta
hakim paham detail mengenai perekonomian, sehingga perlu masukan atau
pendapat dari orang yang paham perekonomian.

Menurut kami badan badan dan pegawai penghubung yang dimaksud dalam
UU. NO. 7 drt tahun 1955 tentang tindak pidana ekonomi tersebut dalam
kontek tugas dan fungsinya sama dengan yang dimaksud dengan “ahli” dalam
KUHAP. Yang membedakan adalah Badan badan dan pegawai penghubung
menurut UU NO. 7 drt tahun 1955 adalah atas persetujuan menteri
kehakiman, sedangkan ahli dalam KUHAP adalah siapa saja yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu
perkara pidana (dalam hal ini tanpa ijin dari pejabat setingkat menteri).

4. Jelaskan syarat – syarat untuk dapat dilaksanakan tindakan tata tertib sementara
dalam hukum pidana ekonomi?
a. Jika ada hal yang dirasa sangat memberatkan si Tersangka dan
kepentingan kepentingan, yang dilindungi oleh ketentuan ketentuan yang
disangka telah dilanggar, memerlukan tindakan tindakan dengan segera,
maka jaksa berwenang dalam segala perkara mengenai tindakan tindakan
ekonomi, kecuali yang tersebut dalam pasal 6 ayat 3, selama pemeriksaan
dimuka pengadilan belum dimulai, untuk memerintahkan kepada si
tersangka sebagai tindakan sementara supaya ia :
1) Tidak melakukan perbuatan perbuatan tertentu;
2) Berusaha supaya barang barang tersebutdalam perintah itu dapat
disita dikumpulkan dan disimpan ditempat yang ditunjuk dalam
perintah itu.
b. Terhadap perintah perintah itu pasal 10 ayat 1 berlaku sepadan.
c. Perintah perintah itu hilang kekuatannya setelah lewat masa enam bulan
dan tetap mempunyai kekuatan hanya sampai saat mulai tidak dapat
diubah lagi putusan hakim yang penghabisan dalam perkara itu. Perintah
perintah itu dapat diubah atau dicabut oleh jaksa atau oleh pengadilan
yang memeriksa perkara itu, sebelum perkara itu diputus oleh
hakim.pengadilan itudapat bertindak demikian karena jabatannya atau
atas permohonan si tersangka, si tersangka ini senantiasa didengar,
setidak tidaknya dipanggil semestinya untuk menghadap kecuali :
1) Jika pengadilan telah dengan segera memutus untuk mengubah
perintah itu sesuai dengan permohonan si tersangka atau
mencabutnya;
2) Jika belum lampau masa dua bulan sejak permohonannya yang
dahulu dan yang sama maksudnya diputus;
Pengadilan mengambil putusan tentang suatu permohonan si tersangka
dalam waktu lima hari setelah permohonan itu diterima dikepaniteraan
pengadilan.

5. Terhadap perkara tindak pidana ekonomi menurut UU No. 21 /Prp 1959 dikenakan
sanksi pidana yang bersifat kumulatif apa tujuan diatur sanksi pidana kumulatif
perkara pidana ekonomi , jelaskan?
Tujuan diterapkan sanksi pidana kumluatif dalam tindak pidana ekonomi
sesuai dengan UU No. 21 / prp 1959 karena telah menjadi kenyataan bahwa
ancaman ancaman hukum terhadap tindak pidana ekonomi dalam peraturan
peraturan yang sampai sekarang masih berlaku, dirasakan masih ringan bila
dibandingkan dengan akibat akibat yang ditimbulkannya, ialah kekacauan
ekonomi dalam masyarakat. Apalagi dewasa ini, di mana kemakmuran rakyat
lebih diutamakan , makan selayaknyalah segala tindak pidana yang sengaja
atau tidak sengaja dilakukan, hingga dapat menimbulkan kekacauan dibidang
perekonomian dalam masyarakat harus dicegah atau setidak tidaknya
dikurangi. Jalan satu satunya untuk melaksanakan pencegahan itu ialah
memperberat hukuman hukuman terhadap tindak pidana ekonomi. Dengan
ancaman hukuman mati, atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman
penjara sementara selama lamanya 20 tahun dan disamping itu
memperberat hukuman denda dengan tiga puluh kali jumlah yang ditetapkan
dalam peraturan peraturan mengenai tindak pidana ekonomi yang telah ada,
maka tindak tindak ekonomi itu mudah mudahan dappat dicegah atau
dikurangi. Menurut UU No. 7 drt 1955 ada kemungkinan untuk hakim untuk
memilik antara hukuman badan atau denda atau menjatuhkan kedua duanya
hukuman itu, menurut peraturan pemerintah pengganti undang undang ini
hakim harus menjatuhkan kedua duanya hukuman itu.

6. Pegawai negeri merupakan subjek hukum tindak pidana korupsi, jelaskan siapa yang
dimaksud pegawai negeri oleh UU No. 20 tahun 2001!
Pegawai negeri menurut UU No. 20 tahun 2001 adalah :
a. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam undang – undang tentang
kepegawaian;
b. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam kitab undang – undang
hukum pidana;
c. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah;
d. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima
bantuan dari keuangan Negara atau daerah; atau
e. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang
mempergunakan modal atau fasilitas dari Negara atau masyarakat.
7. Percobaan pembantuan dan pemufakatan jahat tindak pidana korupsi dipidana
dengan pidana yang sama sebagai dimaksud dalam pasal 2, pasal 3, dan pasal 5
sampai dengan pasal 14 UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 tahun 2001. Mengapa
percobaan, pembantuan dan pemufakatan jahat tindak pidana korupsi harus
dipidana dengan pidana yang sama terhadap pasal – pasal tersebut? Jelaskan!
Karena sesuai dengan bunyi pasal 15 UU No. 31 tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 20 tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi
bahwa setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau
pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan
pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, pasal 3, pasal 5
sampai dengan pasal 14.

8. Jelaskan perbedaan peradilan in absentia dalam perkara pidana ekonomi dengan


peradilan in absentia dalam perkara pidana korupsi menurut Undang – undang No.
31 tahun 1999?
Perbedaannya adalah peradilan in absentia dalam perkara pidana ekonomi
akan dilakukan perampasan barang barang yang telah disita tanpa jalur
perdata serta dalam pidana ekonomi membahas pelaku yang tidak dikenal
untuk kemudian putusan itu diumumkan dalam berita Negara dan dalam
surat kabar, sesuai dengan pasal 16 UU Drt No. 7 tahun 1955.
Sedangkan pada UU No. 31 tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi jika
terjadi peradilan in absentia dilakukan penyerahan berkas perkara kepada
jaksa pengacara Negara untuk dilakukan gugatan perdata terhadap ahli waris
sesuai dengan pasal 33 UU No. 31 tahun 1999. Dan dalam tindak pidana
korupsi tidak mengenal tersangka / pelaku yang tidak dikenal.

9. UU No. 31 tahun 1999 mengatur pembuktian terbalik terbatas dan berimbang,


jelaskan?
Dalam UU No. 31 tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi pada pasal 37
ayat (1) dijelaskan bahwa “ terdakwa memiliki hak untuk membuktikan
bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi” bahwa dalam hal ini
terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan
tindak pidana korupsi dan wajib memberikan keterangan tentang seluruh
harta bendanya dan harta benda istri atau suami, anak, dan harta benda
setiap orang atau korporasi yang diduga mempunyai hubungan dengan
perkara yang bersangkutan, dan penuntut umum tetap berkewajiban
membuktikan dakwaan.

10. Jelaskan mengapa rahasia bank tidak berlaku terhadap perkara pidana!
Karena tentang rahasia bank sudah diatur dalam undang undang No. 10 tahu
1998 pada pasal 40 ayat (1) dan salah satu yang dapat membuka rahasia bank
adalah untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana. Dijelaskan bahwa
bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud berikut :
a. Untuk kepentingan perpajakan berdasarkan permintaan menteri
keuangan;
b. Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserhkan kepada badan
urusan piutang dan lelang Negara panitia urusan piutang Negara;
c. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana;
d. Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya;
e. Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank;
f. Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang
dibuat secara tertulis.

11. Jelaskan mengapa rahasia bank tidak berlaku terhadap perkara perpajakan!
Karena tentang rahasia bank sudah diatur dalam undang undang No. 10 tahu
1998 pada pasal 40 ayat (1) dan salah satu yang dapat membuka rahasia bank
adalah untuk kepentingan perpajakan berdasarkan permintaan menteri
keuangan. Dijelaskan bahwa bank wajib merahasiakan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana
dimaksud berikut :
a. Untuk kepentingan perpajakan berdasarkan permintaan menteri
keuangan;
b. Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserhkan kepada badan
urusan piutang dan lelang Negara panitia urusan piutang Negara;
c. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana;
d. Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabahnya;
e. Dalam rangka tukar menukar informasi antar bank;
f. Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang
dibuat secara tertulis.

12. Jelaskan mengapa KUHP hanya mengenal subjek hukum manusia saja!
Karena dalam setiap unsur unsur pasal pidana di KUHP dimulai dengan kata
kata “barang siapa”. Dari kata tersebut dapat disimpulkan bahwa hanya
manusialah yang diakui sebagai subjek tindak pidana dalam KUHP, alasan
dikatakan demikian karena :
a. Rumusan delik yang selalu menentukan subjeknya dengan menggunakan
istulah “barang siapa”, “warna Negara Indonesia”, “pegawai negeri”, dan
lain sebagainya. Hal ini dapat ditemukan pada pasal 2-9 KUHP.
b. Ketentuan tentang pertanggung jawaban pidana terutama pada pasal 44,
45, dan 49 KUHP, yang mengisyaratkan “kejiwaan” dari tindak pelaku.
c. Ketentuan tentang pidana dalam pasal 10 KUHP mengenai denda, hanya
manusia yang memahami tentang uang.

13. Jelaskan apakah semua tindak pidana korupsi berlaku pembuktian terbalik!
Dalam tindak pidana korupsi seluruhnya berlaku pembuktian terbalik
sebagaimana dijelaskan dalam pasal 37 ayat (1) UU Tipikor “terdakwa
mempunyai hak untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana
korupsi”.

14. Jelaskan apakah semua pegawai negeri adalah subjek hukum tindak pidana korupsi!
Ya, semua pegawai negeri adalah subjek hukum tindak pidana korupsi,
karena semua pegawai negeri menerima gaji / upah dari Negara atau
pemerintah.

15. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “cyber crime” (kejahatan dunia maya, kejahatan
mayantara)!
Cyber crime adalah bentuk kejahatan baru yang menggunakan internet
sebagai media untuk melakukan tindak kejahatan. Cyber crime dapat berupa
penyadapan dan penyalahgunaan informasi atau data yang berbentuk
elektronik maupun ditransfer secara elektronik, pencurian data elektronik,
pornografi, perjudian di internet, penipuan melalui internet, pengrusakan
website dll.

16. Perkara tindak pidana ekonomi diperiksa dan diadili dipengadilan ekonomi. Akan
tetapi hingga saat ini intitusi / lembaga ini belum ada. Apakah perkara tindak pidana
ekonomi itu dapat diperiksa harus menunggu sampai terbentuknya lembaga
pengadilan ekonomi terlebih dahulu?
Tidak harus menunggu terbentuknya lembaga pengadilan ekonomi, karena
sejatinya pengadilan ekonomi sama dengan pengadilan negeri, karena hakim
dan paniteranya diambilkan dari pegawai negeri, hanya saja hakim dan
panitera yang mengadili pidana ekonomi tersebut adalah hakim dan panitera
pengadilan negeri yang telah ditugaskan khusus untuk menangani perkara
pidana ekonomi. Sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 ayat (1) UU No. 7
tahun 1955 tentang pidana ekonomi dijelaskan “pada tiap tiap pengadilan
negeri ditempatkan seorang hakim atau lebih dibantu oleh seorang panitera
atau lebih dan seorang jaksa atau lebih yang semata mata diberi tugas
masing masing mengadili dan menuntut perkara pidana ekonomi. Kemudian
padal pasal 35 ayat (2) UU No. 7 tahun 1955 berbunyi “pengadilan tersebut
ayat (1) disebut pengadilan ekonomi.
17. Kebijakan legislatif dan kebijakan eksekutif sudah banyak dikeluarkan untuk
membrantas tindak pidana korupsi. Jelaskan bagaimana kebijakan itu bila
dihubungkan dengan system pemidanaan dalam UU Pemberantasan Tindak pidana
Korupsi ( UU No. 31 tahun 1999 dan uu No. 20 tahun 2001)!
Kebijakan legislatif dan kebijakan eksekutif hanya mengatur atau setidaknya
mengarahkan petunjuk petunjuk pelaksanaan anti korupsi namun
didalamnya tidak mengatur sanksi pidananya, sehingga jika kebijakan
kebijakan legislative dan eksekutif tersebut tidak di imbangi dengan UU
Pemberantasan Korupsi maka tidak ada efek jera bagi orang yang melakukan
pidana didalamnya.

Anda mungkin juga menyukai