Anda di halaman 1dari 14

Tugas : Kelompok (15)

Tingkat :IB
Mata kuliah : Konsep Kebidanan

SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN


KEBIDANAN
DI INDONESIA (SEBELUM KEMERDEKAAN)
Dosen Pengampu : Darmiati, S.ST., M.Kes.,M.Keb

Oleh

KELOMPOK I
Anggota Kelompok
1. Rizna Winda Sari / Nim.320.095
2. Selfia / Nim.320.096 (Tidak Aktif)
3. Siti Rabianti / Nim.320.097
4. Sri Devi Zulfiah / Nim.320.098

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEBIDANAN PELAMONIA
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan makalah konsep kebidanan ini dengan judul “ Perkembangan
Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Negara Denmark Makala ini di
susun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah konsep
kebidanan Program Studi DIII Kebidanan Fakultas Kesehatan Masyrakat
Akbid Pelamonia Makassar

Dalam penyusunan makala ini, kami banyak memperoleh bantuan


serta bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Darmiati.S.ST.M.KES.M.KEB selaku dosen mata kuliah “Konsep


Kebidanan”
2.  Orang tua tercinta yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberikan
bantuan baik moril maupun materi.
3.   Seluruh teman-teman yang telah banyak membantu

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
DAFTAR ISI

Sampul .................................................................................................... i
Kata Pengantar ....................................................................................... ii
Daftar Isi .................................................................................................. iii
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan ......................................................................................... 5
BAB. II PEMBAHASAN
A. Definisi Bidan ........................................................................ 6
B. Definisi Pendidikan/Pelayanan Kebidanan .......................... 6
C. Perkembangan Kebidanan Pada Fase Penjajahan ............. 7
D. Pendidikan Kebidanan Pada Zaman Kemerdekaan Sampai
Sekarang .............................................................................. 8
BAB. III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada


kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur
melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang
menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan


kesehatan yang berkualitas institusi pendidikan tenaga kesehatan
berkembang sangat pesat. Pelayanan kesehatan di Indonesia salah satunya
dilaksanakan oleh bidan yang dimulai sejak zaman penjajahan Belanda
namun perkembangan Pendidikan Tinggi Kebidanan baru dimulai tahun 1996
ditandai dengan didirikannya enam institusi DIII Kebidanan. Dalam kurun
waktu 15 tahun institusi pendidikan tinggi kebidanan sudah berkembang
menjadi lebih dari 700 institusi.

Jumlah yang sangat besar ini menjadikan kualitas pendidikan tersebut


menjadi tidak merata. Untuk itu pemerintah dalam hal ini kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan berupaya menata sistem dan meningkatkan
kualitas pendidikan tinggi kesehatan di Indonesia termasuk pendidikan tinggi
kebidanan. Dikti melalui HPEQ dengan dukungan World Bank telah
melaksanakan berbagai kegiatan yang bertujuan meningkatkan mutu
pendidikan kebidanan.
B. RUMUSAN MASALAH

- Bagaimana perkembangan pendidikan kebidanan pada fase penjajahan


di Indonesia?

- Bagaimana perkembangan pendidikan kebidanan pada fase


kemerdekaan?

C. TUJUAN

- Mengetahui perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia pada fase


penjajahan di Indonesia

- Mengetahui perkembangan pendidikan kebidanan pada fase


kemerdekaan
BAB II
PEMBAHASAN
 Definisi Bidan
Bidan adalah sebutan bagi orang yang belajar di sekolah khusus untuk
menolong perempuan saat melahirkan. Bidan dalam bahasa Inggris
berasal dari kata MIDWIFE yang artinya “Pendamping Wanita”, sedangkan
dalam bahasa Sanksekerta “Wirdhan” yang artinya “Wanita Bijaksana”.
Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun
internasional dengan sejumlah praktisi di seluruh dunia.

 Definisi Pendidikan / Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung
jawab praktek profesi bidan dalam sistim pelayanan kesehatan yang
bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan kesehatan masyarat dan keluarga.

 Perkembangan Kebidanan Pada Fase Penjajahan

Pada tahun 1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch)


membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini
tidak berlangsung lama karena kurangnyah peserta didik yang disebabkan
karena adaanya larangan ataupun pembatasan bagi wanita untuk keluar
rumah.

 Pada tahun 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi
dirumah sakit militer di batavia dan pada tahun 1904 pendidikan bidan bagi
wanita indonesia dibuka di Makasar. Luluasan dari pendidikan ini harus
bersedia untuk ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan mau
menolong masyarakat yang tidak/kurang mampu secara cuma-cuma.
Lulusan ini mendapat tunjangan dari pemerintah kurang lebih 15-25
Gulden per bulan. Kemudian dinaikkan menjadi 40 Gulden per bulan
(tahun 1922).

 Tahun 1911 - 1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara


terencana di (RSUP) Semarang dan Batavia. Calon yang diterima dari HS
(SD 7 tahun) dengan pendidikan keperawatan 4 tahun dilanjutkan
pendidikan bidan 2tahun.

 Pada tahun 1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama dan
bagi perawat wanita yang lulus dapat meneruskan kependidikan
kebidanan selama 2 tahun.

 Tahun 1918 Budi Kemuliaan membuka RS Bersalin dan pendidikan


bidan. Murid-murid dari juru rawat wanita, pendidikan 2 tahun.

Pada tahun 1935-1938 pemerintah Kolonial Belanda mulai mendidik bidan


lulusan MULO (Setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka
sekolah bidan di beberapa kota besar antara lain Jakarta di RSB Budi
Kemuliaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di Semarang. Di
tahunyang sama dikeluarkan sebuah peraturan yang membedakan lulusan
bidan berdasarkan latar belakang pendidikan Bidan dengan dasar
pendidikannya Mulo dan pendidikan Kebidanan selama tiga tahun tersebut
Bidan Kelas Satu(Vreodrouweerste Klas) dan bidan dari lulusan perawat
(mantri) di sebut Bidan Kelas 2 (Vreodrouw tweede klas). Perbedaan ini
menyangkut ketentuan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan. Pada zaman
penjajahan Jepang, pemerintah mendirikan sekolah perawat atau sekolah
bidan dengan nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki persyaratan
yang sama dengan zaman penjajahan Belanda. Peserta didik kurang
berminat memasuki sekolah tersebut dan mereka mendaftar karena
terpaksa, karena tidak ada pendidikan lain.
 Pendidikan Kebidanan Pada Zaman Kemerdekaan Sampai Sekarang
 Pada tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan
batasan usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat
kebutuhan tenaga untuk menolong persalinan cukup banyak, maka dibuka
pendidikan pembantu bidan yang disebut Penjenjang Kesehatan E atau
Pembantu Bidan.Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan setelah
itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2 tahun
kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar melanjutkan
pendidikan bidan selama dua tahun. 8 Tahun 1953 dibuka Kursus
Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta, lamanya kursus antara 7 sampai
dengan 12 minggu. Pada tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta. Tujuan
dari KTB ini adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan
mengenai perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai bidan terutama
menjadi bidan di BKIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup (discountinued).
Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan
guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada
awalnya pendidikan ini berlangsung satu tahun, kemudian menjadi dua
tahun dan terakhir berkembang menjadi tiga tahun. Pada awal tahun 1972
institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP).
Pendidikan inimenerima calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah
bidan.

 Pada tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan yang menerima


lulusan dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun
pendidikan bidan yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan
Kebidanan (SPLJK).Pendidikan ini tidak dilaksanakan secara merata
diseluruh provinsi.
 Pada tahun 1974 mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan
bawah sangat banyak, Departemen Kesehatan (Depkes) melakukan
penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan non sarjana. Sekolah bidan
ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan
adanya tenaga multi purpose di lapangan di mana salah satu tugasnya
adalah menolong persalinan normal. Namun karena adanya perbedaan
falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan
seorang bidan, maka tujuan pemerintahagar SPK dapat menolong
persalinan tidak tercapai atau terbukti tidak berhasil.

 Pada tahun 1975 - 1984 institusi pendidikan bidan ditutup, sehingga


selama10 tahun tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi
bidan (IBI) tetap ada dan hidup secara wajar. Tahun 1981 untuk
meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan Diploma I
Kesehatan Ibu dan Anak. Pendidikan ini hanya berlangsung 1tahun dan
tidak dilakukan oleh semua institusi.

 Pada tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan yang disebut
(PPB) yang menerima lulusan SPR dan SPK. Lama pendidikan 1 tahun
dan lulusannya dikembalikan kepada institusi yang mengirim.

 Pada tahun 1989 dibuka crash program pendidikan bidan secara


nasional yangmemperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk
program pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai Program
Pendidikan Bidan A (PPB/A).Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya
ditempatkan di desa-desa. Untuk itu pemerintah menempatkan seorang
bidan di tiap desa sebagai pegawai negeri sipil (PNS Golongan II).

 Mulai tahun 1996 status bidan di desa sebagai pegawai tidak tetap
(Bidan PTT) dengan kontrak selama tiga tahun dengan pemerintah, yang
kemudian dapat diperpanjang 2x3 tahun lagi.Penempatan bidan ini
menyebabkan orientasi sebagai tenaga kesehatan berubah. Bidan harus
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya tidak hanya kemampuan klinik,
sebagai bidan tapi juga kemampuan untuk berkomunikasi, konseling dan
kemampuan untuk menggerakkan masyarakat desa dalam meningkatkan
taraf kesehatan ibu dan anak. Program Pendidikan Bidan diselenggarakan
dengan peserta didik cukup besar.

 Diharapkan pada tahun 1996 sebagian besar desa sudah memiliki


kemampuan dan keterampilan yang diharapkan seorang bidan
professional, karena pendidikan terlalu singkat dan jumlah peserta didik
terlalu besar dalam kurun waktu 1 tahun akademik, sehingga kesempatan
tingkat kemampuan yang dimiliki seorang bidan juga kurang.

 Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan Program B yang


peserta didiknya dari lulusan Akademi Perawat (Akper) dengan lama
pendidikan satu tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan
tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A. Berdasarkan hasil
penelitian terhadap kemampuan klinik kebidanan dari lulusan ini tidak
menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena lama pendidikan yang
terlalu singkat yaitu hanya setahun. Pendidikan ini hanya berlangsung
selama dua angkatan (1995 dan1996) kemudian ditutup.
 Pada tahun 1993 juga dibuka pendidikan bidan Program C (PPB C),
yangmenerima lulusan dari SMP. Pendidikan ini dilakukan di 11 Propinsi
yaitu :Aceh, Bengkulu, Lampung dan Riau (Wilayah Sumatera),
Kalimantan Barat,Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan (Wilayah
Kalimantan) , Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya. Pendidikan
inimemerlukan kurikulum 3700 jam dan dapat diselesaikan dalam waktu 6
semester. Pada tahun 1994-1995 pemerintah juga menyelenggarakan uji
coba Pendidikan Bidan Jarak Jauh (Distance learning) di tiga propinsi yaitu
JawaBarat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebijakan ini dilaksanakan
untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan
yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan.Pengaturan penyelenggaraan ini telah diatur dalam SK Menkes
No.1247/Menkes/SK/XII/1994Diklat Jarak Jauh Bidan (DJJ) adalah DJJ
Kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan bidan agar mampumelaksanakan tugasnya dan diharapkan
berdampak pada penurunan AKI dan AKB. Tahun 1996 dibuka Pendidikan
Diploma III Kebidanan dengan raw input dari SMA.

Diterapkan melalui surat keputusa menteri pendidikan dan kebudayaan RI


No 009/U/1996 di 6 propinsi dengan menerima calon peserta didik
dariSMA. Saat ini kurikulum DIII kebidanan telah direvisi mengacu pada
Kep.Mendiknas 32 tahun 2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum
pendidikan tinggi dan hasil revisi tersebut telah diserahkan dengan
keputusanmenteri kesehatan RI.No.HK.00.06.2.4.1583.Tahun 2001
tercatat ada 65 institusi yang menyelenggarakan pendidikan diploma III
kebidanan diseluruhIndonesia, sampai dengan tahun ini tercatat jumlah
institusi DIII kebidanan 310.

 Pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawat


daruratan maternal dan neonatal.

 Pada tahun 1995-1998 (IBI) bekerjasama langsung dengan mother


care melakukan pelatihan bidan Rumah Sakit dan bidan puskesmas
serta bidan didesa di Provinsi Kalimantan Selatan.

 Pada tahun 2000 telah ada pelatihan Asuhan Persalinan Normal


(APN) yang di koordinasikan oleh Maternal Neonatal health (MNH)
yang sampai saat initelah melatih APN di beberapa
propinsi/kabupaten. Pelatihan life skill S (LSS) dan APN tidak hanya
untuk pelatihan pelayanan tetapi juga guru,dosen-dosen dari Akademi
Kebidanan.

 Selain melalui pendidikan formal dan pelatihan, untuk meningkatkan


kualitas pelayanan kebidanan juga diadakan seminar dan Lokakarya
organisasidilaksanakan setiap tahun sebanyak 2 kali mulai tahun 1996
- 2000 dengan biaya dari UNICEP.
 Tahun 2000 dibuka program D-IV bidan pendidik di FK UGM
Yogyakarta, dengan lama pendidikan 2 semester. Saat ini terdapat
juga di UNPAD (2002) di USU (2004), STIKES Ngudi Waluyo
Semarang, STIKIM Jakarta (2003).Akhir-akhir ini minat masyarakat
untuk membuka program D.IV bidan pendidik juga sudah mulai banyak
seperti adanya beberapa usulan yang sudah masuk Pusdiknakes dari
pemrakarsa program D.IV bidan pendidik pada awalnya dilaksanakan
pada masa transisi dalam upaya kebutuhan dosen. Sebagaimana kita
ketahui bahwa D.IV bidan pendidik dengan masa studi 1tahun terdiri
dari beban materi profesi kurang lebih dari 60% dan 40% beban materi
kependidikan. Hal ini sebelumnya belum memenuhi ketentuan yang
ditetapka Depdiknas bahwa kualifikasi dosen minimal D.IV kebidanan
atau S1 kebidanan.Dengan memperhatikan permasalahan tersebut
mungkin sudah waktunya untuk mulai memikirkan dan membuat
rancangan D.IV kebidanan klinik dan S1 kebidanan.. Tidak
kemungkinan pula untuk mengembangkan jenjang S2 maupun SP1
dan SP2.Penyusunan kompetensi ini dilakukan oleh IBI bersama-
sama dengan unsur terkait lainnya seperti Departemen Kesehatan,
organisasi profesi.Adapun pembinaan dan pengawasan yang telah
diupayakan oleh Pusdiknaskesantara lain mulai dari penyusunan dan
penetapan standar kompetensi bidan, penilaian ijin institusi baru,
seleksi mahasiswa baru, penyusunan kurikulum,akreditasi pendidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut, kedepan kita sudahwaktunya untuk
meninjau ulang dan menata kembali pola pendidikan berjenjang dan
berkelanjutan bagi bidan.

 Tahun 2006 dibuka S2 Kebidanan di UNPAD Bandung.

BAB. III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia sudah mulai pada
zaman penjajahan belanda pada tahun pada tahun 1851 seorang dokter
militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita
pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena
kurangnyah peserta didik yang disebabkan karena adaanya larangan
ataupun pembatasan bagi wanita untuk keluar rumah.

Dari tahun-ketahun perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia


terus meningkat. Mulai tahun Pada tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan
dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan lama
pendidikan 3 tahun. Tahun 1996 dibuka Pendidikan Diploma III Kebidanan
dengan raw input dari SMA. Adapun pembinaan dan pengawasan yang
telah diupayakan oleh Pusdiknaskesantara lain mulai dari penyusunan dan
penetapan standar kompetensi bidan, penilaian ijin institusi baru, seleksi
mahasiswa baru, penyusunan kurikulum,akreditasi pendidikan.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kekurangan baik
itu dari segi peulisan maupun dari isi. Maka dari itu penulis sangat
mengharapkan masukan dan kritikan yang sifatnya membangun untuk
perbaikan makalah yang akan datang, agar lebih relevan serta dapat
membantu kita dalam referensi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah,dkk. 2010. Konsep kebidanan. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Kemenkes.2007. bidan menyongsong masa depan 50 tahun IBI Ilmu


kebidanan. Jakarta

Tadjuddin norma.2004 Konsep Kebidanan. Poltekkes Kemenkes


Makassar.http://mamah-alvito.blogspot.com/2009/01/sejarah-
kebidanan.html

http://yoanabidantoday.blogspot.com/2008/05/perkembangan-
kebidanan-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai