Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah : konsep Kebidanan

Dosen Pembimbing : Darmiati, S.ST, M.Kes, M.Keb

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PELAYANAN

KEBIDANAN DI SELANDIA BARU

Kelompok 1

Na’Omi (organic) NIM 319.026

Naurah Nurul Ishmah NIM 319.027

Nurfadillah Mukhtar

Lediana Vena Jemadu

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKADEMI KEBIDANAN PELAMONIA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-

Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Perkembangan pendidikan dan

pelayanan kebidanan di Selandia Baru”. Salam dan sholawat semoga senantiasa

tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah

menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang

sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang

menjadi tugas konsep kebidanan dengan judul “Perkembangan pendidikan dan

pelayanan kebidanan di Selandia Baru”. Disamping itu, kami mengucapkan

banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kamu selama

pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar

kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini

masih banyak terdapat kekurangannya.

Makassar, 23 September 2019


DAFTAR ISI

Kata pengantar…………………………………………………

Daftar isi ……………………………………………………….

Bab I Pendahuluan…………………………………………….

a. Latar belakang……………………………………………………

b. Tujuan…………………………………………………………..

Bab II Pembahasan ……………………………………………..

A. Sejarah perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan di

Selandia

Baru……………………………………………………………….

a. Sejarah perkembangan pendidikan kebidanan di Selandia Baru

b. Sejarah perkembangan pelayanan kebidanan di Selandia Baru

Bab III Penutup…………………………………………………….

Kesimpulan ………………………………………………………………..

Daftar pustaka ………………………………………………………………..


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut (Purwandari 2006: 12) Bidan merupakan profesi keahlian yang

dimiliki oleh seorang wanita untuk menemani dan menolong persalinan

disebut “midwife” yang artinya “bersama wanita”. Awal perkembangan

pelayanan kebidanan di Yunani dimulai oleh Hipocrates (460-370 SM)

yang mendapat kehormatan sebagai Bapak Pengobatan, beliau berasal dari

Yunani yang menaruh minat terhadap kebidanan. Ia menganjurkan wanita

yang yang sedang mendapat pelayanan selayaknya bersalin dengan dasar

kemanusiaan dan meringankan penderitaan wanita. Oleh karena anjuran

tersebut, Yunani dan Romawi menjadi negara yang lebih dulu merawat

penderita nifas.

Soranus berasal dari Efesus-Turki (98-138 SM) yang mendapat sebutan

kehormatan sebagai Bapak Kebidanan karena yang pertama kalai menaruh

minat terhadap kebidanan sesudah Hipocrates. Soranus berpendapat bahwa

seorang bidan hendaknya seorang ibu yang telah mengalami sendiri

kelahiran bayi. Seorang bidan tidak takut terhadap hantu, setan dan

menjauhkan takhayul.
B. Tujuan

Makalah ini dibuat dengan tujuan agar penulis dan pembaca bisa

mengetahui perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan di

Selandia Baru.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan di

Selandia Baru

a. Sejarah perkembangan pendidikan kebidanan di Selandia

Baru

Selandia baru menerapkan program direct antry (pendidikan kebidanan

selama 3 tahun tanpa melalui program pendidikan keperawatan), sebelumnya di

selandia baru ada perawat kebidanan dimana perawat dapat menambah

pendidikannya untuk menjadi seorang bidan. Bagaimanapun di negara tersebut

yakin bahwa, untuk mempersiapkan bidan yang otonom dan dapat memberi

dukungan kepada wanita untuk dapat menentukan sendiri persalinannya. Penting

untuk mendidik wanita yang sebelumnya belum pernah berkecimpung dalam

sistem kesehatan menempuh program kebidanan, tetapi program direct entry lebih

diutamakan. Perawat yang ingin menjadi bidan sepenuhnya harus melewati

program pendidikan kebidanan terlebih dahulu walaupun mereka harus memenuhi

beberapa aspek program.

Selandia Baru menggunakan dua model pendidikan yaitu:

1. Pembelajaran teori yang difokuskan pada teori dasar yang akan melahirkan

bidan-bidan yang dapat mengartikulasikan filosofinya sendiri dalam


praktik, memanfaatkan penelitian dalam praktik, memanfaatkan penelitian

dalam praktik mereka dan berfikir kritis tentang praktik

2. Magang yang dilengkapi dengan belajar magang dimana mahasiswa

bekerja dengan bimbingan dan pengawasan bidan yang berpraktik dalam

waktu yang cukup lama. Tidak seperti model magang tradisional dimana

mahasiswa bekerja dengan lebih dari seorang bidan dengan berbagai

macam model praktik.

Mahasiswa tidak hanya mempelajari hal yang positif tetapi juga harus

mengetahui hal-hal yang negatif untuk itu dilakukan di masa mendatang. Satu

mahasiswa akan bekerja dengan satu bidan sehingga mereka tidak dikacaukan

dengan bermacam-macam model praktek dan ini dalam jangka waktu yang lama.

Bidan tersebut memberikan role model yang penting untuk proses pembelajaran.

Satu mahasiswa akan bekerja dengan satu bidan, sehingga mereka tidak akan

dikacaukan dengan bermacam – macam model praktik. Mahasiswa bidan juga

akan mulai belajar tentang model partnership.

Model ini terdiri dari hubungan :

1. Antara wanita dengan mahasiswa bidan

2. Mahasiswa bidan dengan bidan

3. Mahasiswa bidan dengan guru bidan

4. Guru bidan dengan bidan

5. Hubungan antara program kebidanan dengan profesi kebidanan

6. Programn kebidanan dengan wanita.


Dari sini dapat kita lihat bahwa model pendidikan kebidanan yang

digunakan oleh Selandia Baru saling terkait satu sama lain sebagai bagian dari

pelayanan maternitas. Setiap bagian dari lingkaran tersebut mewakili bermacam-

macam partnership yang saling berintegrasi. Partnership ini menjaga agar program

pelayanan pendidikan tetap pada tujuan utamanya, yaitu mencetak bidan-bidan

yang dapat bekerja secara mandiri sebagai pemberi asuhan maternitas primer.

Selandia Baru telah sukses dalam menghidupkan kembali status bidan dan status

wanita. Kesesuaian antara pendidikan bidan dan ruang lingkup praktek kebidanan

adalah bagian terpenting dari sukses tersebut.

b. Sejarah pelayanan kebidanan di Selandia Baru

Selandia Baru telah mempunyai peraturan tentang cara kerja kebidanan

sejak tahun 1904, tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktik bidan telah

berubah secara berarti sebagai hasil dari meningkatnya sistem perumahsakitan dan

pengobatan atau pertolongan dalam kelahiran. Karena adanya otonomi bagi

pekerja yang bergerak dalam praktiknya dengan lingkup praktik yang penuh di

awal tahun 1900, secara perlahan bidan menjadi `asisten’ dokter.

Bidan bekerja di masyarakat dimulai dengan bekerja dirumah sakit dalam

area tertentu, seperti klinik antenatal, ruang bersalin dan ruang nifas, kehamilan

dan persalinan menjadi terpisah, dalam hal ini bidan kehilangan pandanganya

persalinan adalah kejadian normal dalam kehidupan dan peran mereka sebagai

pendamping kejadian tersebut .Selain itu bidan menjadi ahli dalam memberikan

intervensi dan asuhan maternitas yang penuh dengan pengaruh medis, dimana
seharusnya para dokter dan rumah sakit secara langsung yang lebih tepat untuk

memberikannya.

Model di atas ditujukan untuk memberikan pelayanan pada maternal dan

untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan janin hal ini berlangsung

pada tahun 1920 sampai dengan tahun 1980 dimana yang memberlakukan model

tersebut adalah negara-negara barat seperti Selandia Baru, Australia, Inggris dan

Amerika. Tetapi strategi seperti itu tidak mencapai kesuksesan.

Di Selandia Baru, para wanitalah yang melawan model asuh persalinan

tersebut dan menginginkan kembalinya bidan ‘tradisional’ yaitu seseorang yang

berpengalaman dari mulainya kehamilan sampai dengan enam minggu setelah

persalinan. Mereka menginginkan bidan yang berkerja dipercaya kemampuannya

untuk menolong persalinan tanpa intervensi dan memberikan dukungan bahwa

persalinan adalah peristiwa yang normal . Wanita-wanita Selandia Baru ingin

mengembalikan kontrol dalam persalinan mereka dan menempatkan diri mereka

di tempat yang tepat sebagai pusat kontrol di dalam memilih apa yang berkenaan

dengan diri mereka, bukan obyek dari medikalisasi.

Pada tahun 1970 Selandia Baru telah menetapkan medikalisasi kehamilan

ini didasarkan pada pendekatan mahasiswa pasca sarjana ilmu kebidanan dari

Universitas Aukland untuk terjun ke rumah sakit pemerintah khusus wanita. Salah

satu konsekuensi dari pendekatan ini adalah regional jasa, ini adalah efek dari

sentralisasi yang mengakibatkan penutupan rumah sakit pedesaan dan wilayah


kota. Dengan adanya dukungan yang kuat terhadap gerakan feminis banyak

wanita yang berjuang untuk meningkatkan medikalisasi dan memilih persalinan di

Aukland dibentuk pada tahun 1978 yang disebut perkumpulan home birth ,

dimulai dengan keangotaan 150 orang dan menjadi organisasi nasional selama 2

tahun yaitu NZNA (New Zealand Nurses Association). Perkumpulan ini didukung

oleh para langganan,donator dan tenaga kerja suka rela atau fakultatif yang

bertangung jawab atas banyaknya positif dalam sistem rumah sakit.

Tahun 1986 home birth sangat berpengaruh untuk membuat kemajuan

melawan penetapan yang dibuat oleh media, akhirnya menteri pelayanan

kesehatan secara resmi mengakui home birth pada tahun 1986. Pada 20 tahun

terakhir tidak ada bidan di Selandia Baru. Bidan tidak diizinkan untuk

bertanggungjawab dalam perawatan selama kehamilan normal dan kelahiran,

tetapi telah bekerja di bawah arahan medis.

Pada tahun 1980 NZNA membuat garis besar mengenai statemen

kebijakan atas pembatasan rumah hal ini disampaikan olah penasehat panitia

meternal jasa kepada jawatan kesehatan. Panitia meternal jasa adalah suatu panitia

dimana dokter kandungan menyatakan peraturan mengenai survey maternal

terutama dalam hal memperdulikan rumah.

Sekarang NZNA telah membuat kemajuan yang patut dipertimbangkan

dalam menetapkan konsep general perawat kesehatan keluarga secara

berkesinambungan menyediakan pelayanan mulai dari kelahiran sampai

meninggal.
 Tahun 1904 RS St. Hellen mengadakan pelatihan kebidanan

selama 6 bulan dan ditutup tahun 1979.

 Sebagai penggantinya sejak tahun 1978 beberapa politeknik

keperawatan berdiri, selain itu ada yang melanjutkan pendidikan di

Australia untuk memperoleh keahlian kebidanan. Tercatat 177 (86

%) bidan telah memperolah pendidikan kebidanan di luar negeri

pada tahun 1986 dari 206 bidan yang ada, dan hanya 29 orang

lulusan kebidanan Selandia Baru tahun 1987.

 Tahun 1981 sebagian besar RS memasukkan bidan keperkumpulan

perawat, para bidan mengalami krisis untuk membentuk organisasi

dan pemimpin dari mereka. Kemudian muncul perkumpulan bidan

yang menentang NZNA untuk mendapatkan rekomendasi lebih

lanjut langsung di bawah RS atau dibawah dokter kandungan.

Pada era 1980-an bidan bekerja sama dengan wanita untuk menegaskan

kembali otonomi bidan dan sama-sama sebagai rekanan. Mereka telah membawa

kebijakan politik yang di perkuat dengan dilegalisasi tentang profesionalisasi

praktik bidan. Sebagian besar bidan di Selandia baru mulai memilih untuk bekerja

secara independen dengan tangungjawab yang penuh pada klien dan asuhanya

dalam lingkup yang normal , lebih dari 10 tahun yang lalu pelayanan maternitas

telah berubah secara dramatis . Sebagian besar Bidan Selandia Baru mulai praktek

mandiri dengan tanggung jawab penuh kepada klien dan asuhan dalam lingkup

normal.
Saat ini 86 % wanita mendapat pelayanan dari bidan , mulai dari

kehamilan sampai nifas dan asuhan berkelanjutan yang hanya dapat dilaksanakan

pada persalinan dirumah. Sekarang disamping dokter ,63 % wanita memilih bidan

sebagai salah satu perawat maternitas,dan hal ini terus meningkat. Ada suatu

keinginan dari suatu para wanita agar dirinya menjadi pusat dari pelayanan

maternitas . Di rumah sakit pun memberikan pelayanan bagi yang menginginkan

tenaga kesehatan profesional yaitu pusat pelayanan maternitas.

Model kebidanan yang digunakan di Selandia Baru adalah partnership

antara bidan dan wanita.

Dasar dari model partnership adalah:

1. Komunikasi

2. Negoisasi.

Bidan dengan pengetahuan ,ketrampilan dan pengalamanya serta wanita

dengan pengetahuan tentang kebutuhan dirinya dan keluarganya serta harapan-

harapan terhadapan kehamilan dan persalinan . Pada awal kehamilan, antara

bidan dan wanita harus saling mengenal dan menumbuhkan rasa saling percaya

di antara keduanya. Di Selandia Baru, bidan harus dapat membangun hubungan

partnership dengan wanita yang menjadi kliennya, disamping bidan harus

mempunyai kemampuan yang profesional.

Dalam membangun dunia profesi kebidanan yang baru di Selandia Baru

membuat sistem baru dalam mempersiapkan bidan-bidan untuk registrasi.


Memulai dengan suatu keputusan bahwa bidanlah yang dibutuhkan dalam

pelayanan maternitas dan menetapkan ruang lingkup praktek kebidanan.

Ruang lingkup praktek kebidanan di negara tersebut tidak keluar jalur

yang telah ditetapkan ICM yaitu bidan bekerja dengan otonomi penuh dalam

lingkup persalinan normal atau pelayanan maternitas primer. Bidan bekerja dan

berkonsultasi dengan ahli obstetrik bila terjadi komplikasi dan ibu serta bayi

memerlukan bantuan dan pelayanan maternitas sekunder. Bidan mempunyai akses

fasilitas rumah sakit tanpa harus bekerja di rumah sakit. Mereka bekerja di rumah

atau di rumah sakit maternitas dan dapat mengakses fasilitas. Di Selandia baru,

wanitalah yang menginginkan perubahan, mereka bicara tentang pilihan asuhan

dan keputusan yang dibuat. Selandia baru menerapkan model partnersip dalam

asuhan kebidanan. Beberapa aspek didalamnya antara lain :

1. hubungan dengan wanita

2. asuhan kebidanan

3. informed choise

4. informed chonsent

5. praktik bidan yang memiliki otonomi dan fokus pada normalitas

kehamilan dan persalinan. 

Kebidanan didasarkan pada tiga prinsip:

1. pilihan informasi

2. pilihan tempat kelahiran

3. kesinambungan perawatan.
Mereka bekerja dengan perempuan selama kehamilan, kelahiran, dan

selama enam minggu postpartum. Selama jangka waktu ini, bidan pengasuh

utama perempuan. Bidan mendukung perempuan melahirkan di rumah dan

rumah sakit.


BAB III

KESIMPULAN

Tahun 1904 :

- Telah ada peraturan tentang cara kerja bidan, tapi 100 tahun yang lalu

lingkup praktik bidan telah berubah

- RS St. Hellen mengadakan pelatihan kebidanan selama 6 bulan dan

ditutup tahun 1979

Awal tahun 1900 :

- Secara perlahan bidan menjadi asisten dokter dan bekerja di RS, tetapi

bidan tidak lagi memandang bahwa persalinan adalah peristiwa yang normal

dan kehilangan peran dalam mendampingi persalinan

- Bidan menjadi berpengalaman dalam memberikan intervensi asuhan

maternitas yang penuh dengan medis. Hal ini berlangsung sampai tahun 1920

dengan maksud untuk mengurangi AKI dan AKB

Tahun 1970

- Selandia baru telah menetapkan medicalisasi kehamilan ini didasarkan

pada pendekatan mahasiswa pasca sarjana ilmu kebidanan dari universitas

aukland untuk terjun kerumah sakit pemerintah khusus wanita


Tahun 1978

- Persalinan di aukland dibentuk pada tahun 1978 yang disebut

perkumpulan home birth , dimulai dengan keangotaan 150 orang dan

menjadi organisasi nasional selama 2 tahun yaitu NZNA (New Zealand

Nurses Association).

Tahun 1980 :

- Di Selandia Baru, para wanita menentang model tersebut dan

menginginkan model tradisional yaitu seseorang yang berpengalaman mulai

dari kehamilan sampai 6 minggu persalinan tanpa intervensi medis dan

memberikan dukungan bahwa persalinan adalah peristiwa yang normal.

Cara tersebut digunakan oleh Negara lain Australia, Inggris dan Amerika,

tetapi strategi tersebut tidak  mencapai kesuksesan.

- Terbentuk legalisasi tentang profesionalisme praktek bidan

- Sebagian besar Bidan Selandia Baru mulai praktek mandiri dengan

tanggung jawab penuh kepada klien dan asuhan dalam lingkup normal.

Tahun 1981

- sebagian besar RS memasukkan bidan keperkumpulan perawat, para bidan

mengalami krisis untuk membentuk organisasi dan pemimpin dari mereka.

 Saat ini

- 86% wanita mendapat pelayanan bidan selama kehamilan sampai nifas dan

perawatan selanjutnya dilakukan di rumah pasien.


- 63% wanita memilih bidan sebagai satu-satunya perawat maternitas

-  Model kebidanan yang digunakan adalah Partnership antara bidan dan

wanita.

-  Dasar model partnership adalah komunikasi dan negosiasi.

- Kebidanan didasarkan pada tiga prinsip:

1. pilihan informasi

2. pilihan tempat kelahiran

3. kesinambungan perawatan.

- Aspek model partnership dalam asuhan kebidanan antara lain :

1. hubungan dengan wanita

2. asuhan kebidanan

3. informed choise

4. informed chonsent

5. praktik bidan yang memiliki otonomi dan fokus pada normalitas

kehamilan dan persalinan. 


DAFTAR PUSTAKA

Sujianti,dkk. 2009. Buku Ajar Konsep Kebidanan Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Nuha Medika

Purwoastuti Endang,dkk. 2014. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka

Baru Press

http://mamah-alvito.blogspot.com/2009/01/sejarah-kebidanan.html

http://nuraini1.blogspot.com/p/sejarah-perkembangan-pelayanan-dan.html

http://pensieveoflei.blogspot.com/2012/01/sejarah-perkembangan-

pelayanan-dan.html

Anda mungkin juga menyukai