Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH

PENGANTAR PRAKTIK KEBIDANAN

MAHASISWA SEMESTER 1
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

KOORDINATOR MATA KULIAH:


Nuryaningsih, M.Keb

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................3

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG........................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................................4
C. TUJUAN.............................................................................................................................4
D. MANFAAT.........................................................................................................................5

BAB II. ISI MATERI

A. SEJARAH PERKEMBANGAN KEBIDANAN DI SELANDIA BARU..........................6


B. PENDIDIKAN KEBIDANAN...........................................................................................7
C. LAYANAN KEBIDANAN DI SELANDIA BARU..........................................................7
D. HAK-HAK KONSUMEN DAN TUGAS PENYEDIA......................................................7
E. ORGANISASI KEBIDANAN DI SELANDIA BARU......................................................8

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN....................................................................................................................9
B. SARAN................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah kebidanan berbeda di tiap-tiap Negara. Kebidanan berhubungan dengan
kelahiran manusia. Pada masa lampau kelahiran manusia diartikan “sebagai hokum
keajaiban atau yang terbesar”. Kemudian diartikan lagi “sebagai hukum alam bagi dua
makhluk berlainan jenis sebagai akibat hawa nafusnya”. Akibat kemajuan pengetahuan,
kebidanan diartikan “sebagai ilmu yang mempelajari tentang kelahiran manusia, “ mulai
dari konsepsi sampai melahirkan.
Kata “kebidanan” merupakan terjemahan dari kata obstetric. Kata obstetric
berasal dari kata “obsto” yang artinya mendampingi. Menurut Klinkrert (1892), sebutan
‘bidan’ berasala dari bahasa Sansekerta yaitu “ Widwan” yang berarti cakap
“membidani”. Mereka memberikan sedekah sebagai seorang penolong persalinan sampai
bayi berusia 40 hari. Dalam sejarah manusia terdapat peradaban-peradaban, diantaranya
di Selandia Baru terdapat perkembangan-perkembangan pelayanan kebidanan yang ikut
berperan untuk memajukan pelayan kebidanan. Selandia Baru telah mempunyai peraturan
tentang cara kerja kebidanan sejak tahun 1904, tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu,
lingkup praktik bidan telah berubah secara berarti sebagai hasil dari meningkatnya sistem
perumahsakitan dan pengobatan atau pertolongan dalam kelahiran.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan bidan di Selandia Baru?
2. Bagaimanakah pelayanan bidan di Selandia Baru?
3. Bagaimanakah pendidikan bidan di Selandia Baru?
4. Bagaimanakah organisasi kebidanan di Selandia Baru?

C. Tujuan
1. .Mengetahui perkembangan kebidanan di Selandia Baru
2. Mengetahui pelayanan kebidanan di Selandia Baru
3. Mengetahui pendidikan kebidanan di Selandia Baru

4
4. Mengetahui organisasi kebidanan di Selandia Baru

D. Manfaat
Dari makalah ini kita dapat mengetahui Sejarah dan Perkembangan pendidikan
bidan di seluruh dunia terutama di Selandia Baru. Karena dari perkembangan tersebut
kita dapat mempelajarinya untuk membantu perkembangan pendidikan Bidan di
Indonesia.

5
BAB II
ISI MATERI

A. Sejarah Perkembangan Kebidanan di Selandia Baru


 Di Selandia Baru telah mempunyai Peraturan mengenai praktisi kebidanan sejak
1904 tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup prktik bidan telah berubah  secara
berarti sebagai akibat dan meningkatnya hospitalisasi dan medikalisasi dalam persalinan.
Dari tenaga yang bekerja dengan  otonomi penuh dalam persalinan normal di awal tahun
1900, secara perlahan bidan menjadi asisten dokter
Dari bekerja dimasyarakat bidan sebagian besar mulai bekerja di Rumah sakit
area tertentu, seperti klinik atenatal,ruang bersalin, dan ruang nifas. Kehamilan dan
persalinan menjadi terpisah. Dalam hai ini bidan kehilangan pandangannya bahwa
persalinan adalah kejadian normal dalam kehidupan dan peran mereka sebagai
pendamping kejadian normal dalam kehidupan dan peran mereka sebagai pendamping
kejadian tersebut. Selain itu bidan menjadi ahli dalam memberikan intervensi dan asuhan
maternitas yang penuh dengan pengaruh medis.
Di Selandia Baru para wanitalah yang berusaha melawan model asuhan persalinan
tersebut dan menginginkan kembalinya bidan tradisional yaitu seorang yang berada
disamping mereka  dalam melalui kehamilan selama 6 minggu setelah kelahiran bayi.
Mereka menginginkan bidan yang percaya pada kemampuannya untuk menolong
persaliann tanpa intervensi medis, dan memberikan dukungan bahwa persalianan adalah
proses yang normal. Wanita-wanita di Selandia Baru ingin mengembalikan control dalam
diri mereka, dan menenmpatkan diri mereka sebagai pusat kejadian tersebut, bukan
obyek dari medukalisasi.
Pada era 1980-an bidan bekerja sama dengan wanita untuk menegaskan kembali
otonomi bidan dan sama-sama sebagai rekanan. Mereka telah memebawa kebijakan
politik yang diperkuat dengan legalisasi tentang profesionalisasi praktik bidan. Sebagian
besar bidan di Selandia Baru mulai memilih untuk bekerja secara independen dengan
tanggungjawab yang penuh pada klien dan asuhannya dalam lingkup yang normal.
Ada suatu keinginan dari para wanita agar dirinya menjadi pusat  dari pelayanan
maternitas. Model kebidanan yang digunakan di Selandia Baru adalah partnership antara

6
bidan dan wanita. Bidan dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya serta
wanita dengan pengetahuan tentang kebutuhan dirinya dan keluarganya serta harapan-
harapan terhadap kehamilan dan persalinan. Dasar dari model partnership adalah
komunikasi dan negoisasi

B. Pendidikan Kebidanan
Pendidikan kebidanan model terpadu yang telah dikembangkan di Selandia Baru
di mana pendidikan yang mencerminkan kebutuhan dan arah praktek, dan pendidik dan 
praktisi berbagi tanggung jawab untuk persiapan semua praktisi kebidanan. NZCOM
yang mempunyai andil besar dalam pendidikan kebidanan di Selandia Baru 
Pendidikan kebidanan di Selandia Baru, aturannya diatur oleh NZCOM(Selandia
Baru College of Midwife) dan organisasi pendidikan lainnya. Lead Carers Maternity
dipilih oleh perempuan di Selandia Baru yang terdiri dari bidan atau praktisi umum
dengan lulusan diploma kebidanan atau dokter kandungan.

C. Layanan Kebidanan di Selandia Baru


Wanita hamil disana diminta untuk memilih Wali Melahirkan Lead (LMC) yang
mengkoordinasikan perawatan bersalin mereka. Kebanyakan wanita dan keluarga mereka
(lebih dari 75%) memilih bidan sebagai mereka LMC. LMC bidan ini bekerja sama
dengan mitra bidan dan para bidan yang bekerja untuk bekerja di unit bersalin. Selandia
Baru bidan bekerja di sebuah model kemitraan perawatan dengan perempuan. Dalam
model ini setiap wanita dan dia adalah mitra bidan, bekerja sama untuk memastikan
bahwa wanita itu telah perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan individu nya
Sebuah rumah sakit bidan-bidan yang bekerja atau LMC dapat menyediakan perawatan
kebidanan. Untuk informasi lebih lanjut tentang layanan bersalin di Selandia Baru dan
layanan tersedia untuk Anda.

D. Hak-hak konsumen dan tugas penyedia adalah sebagai berikut:


1. the right to be treated with respect hak untuk diperlakukan dengan hormat
2. the right to freedom from discrimination, coercion, harassment and exploitation hak
untuk bebas dari diskriminasi, paksaan, pelecehan dan eksploitasi

7
3. the right to dignity and independence hak untuk martabat dan kemerdekaan the right
to services of an appropriate standard hak untuk jasa standar yang sesuai the right to
effective communication hak untuk komunikasi yang efektif
4. the right to be fully informed hak untuk informasi lengkap
5. the right to make an infrmed choice and give informed consent hak untuk membuat
pilihan
6. infrmed dan memberikan informed consent the right to support hak untuk mendukung
7. rights in respect of teaching or research hak dalam hal pengajaran atau penelitian
8. the right to complain hak untuk mengeluh.

E. Organisasi kebidanan di selandia baru


New Zealand College of Midwives (NZCOM)
New Zealand College of Midwives (NZCOM) adalah organisasi profesional dandiakui
'suara' untuk bidan dan bidan pelajar di Selandia Baru.
Tujuan NZCOM adalah:
1. Memajukan profesi kebidanan
2. Berbicara nasional dan regional untuk kepentingan bidan dan wanita
3. Menegakkan Konfederasi Internasional Bidan / World Health Organisation'sdefinisi
dari peran bidan dan ruang lingkup praktek
4. Menegakkan dan memajukan Selandia Baru Kebidanan Model Kemitraandengan
perempuan

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari makalah diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Model kebidanan yang digunakan di Selandia Baru adalah partnership. Dasar dari
model partnership adalah komunikasi dan negosiasi.
2. Bidan di Selandia Baru juga harus memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan
baik dengan klien, dan selalu menjunjung profesionalisme.

B. SARAN
Kita sebagai tenaga medis di Indonesia, harus lebih meningkatkan lagi
kemampuan untuk mengurus pasien, terutama ibu bersalin, sehingga kita tidak kalah
dengan tenaga medis yang ada di luar negri seperti di Selandia Baru. Yang kita harapkan
adalah kita tenaga medis Indonesia bisa membawa nama baik Indonesia melalui
kebidanan agar dapat di kenal di seluruh dunia, dan dapat menjadi contoh bagi negara-
negara yang lain untuk lebih meningkatkan kualitas bahwa negara Indonesia juga
memiliki tenaga medis yang mumpuni dan ahli dalam bidang nya.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/amp/documents/kebidanan-di-selandia-baru.html

https://khanzima.wordpress.com/2011/09/15/peran-dan-fungsi-bidan-di-

selandia-baru/amp/

https://www.google.com/m?hl=in-ID&ie=UTF-8&source=android-

browser&q=pendidikan+kebidanan+di+selandian

https://www.slideshare.net/mobile/pjj_kemenkes/kb-2-modul-2

https://www.carinfomu.com/2015/01/makalah-perkembangan-bidan-new-

zealand.html?m=1

10

Anda mungkin juga menyukai