Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan Pendidikan dan Pelayanan kebidanan

Perkembangan Pendidikan dan Pelayanan


kebidanan di Negara Selandia Baru

Kelompok 1
• Nur Ilmi Fadilah
• Nurfadia Hasan
• Nur Annisa
• Sejarah Perkembangan Kebidanan di Selandia Baru
Sejarah kebidanan selama 50 tahun hanya terpaku pada
medikalisasi kelahiran bayi yang progresif, baru pada tahun 1970
Selandia Baru menerapkan medikalisasi kehailan, hal ini
berdasarkan pada pendekatan mahasiswa pascasarjana kebidanan
dan Aucland University untuk terjun ke rumah sakit pemerintah
khusus perempuan, salah satu konsekuensi dari pendekatan ini
adalah regional jasa, ini adalah efek dari desentralisasi yang
mengakibatkan rumah sakit tersebar di wilayah kota dan
pedesaan.
Banyak perempuan yang berjuang untuk meningkatkan medikasi dan
memilih persalinan normal di rumah. Perkumpulan rumah bersalin di
Aucklad dibentuk tahun 19878, ini adalah salah satu gerakan politik untuk
melindungi rumah bersalin yang dimulai dengan keanggotaan 150,
perkumpulan ini didukung oleh para pelanggan, donatur, dan tenga kerja
sukarela yang bertanggung jawab atas banyaknya perubahan positif dalam
sukarela yang bertanggung jawab atas banyaknya perubahan positif dalam
sistem rumah sakit, tahun 1986 rumah bersalin sangat berpengaruh dalam
membuat kemajuan melawan penetapan yang dibuat oleh media dan
akhirnya menteri pelayanan kesehatan secraa resmi mengakui rumah
bersalin di tahun tersebut.
Pada tahun 1980 New Zeland Nursing Association (NZNA) membuat
garis besar menegenai pernyataan kebijakan atas pembatasan rumah
bersalin, hal ini telah disampaikan oleh penasehat panitia jasa maternal
kepada petugas kesehatan, panitia jasa maternal adalah suatu panitia di
mana dokter kandungan menyatakan peraturan mengenai survei maternal
terutama dalam hal rawat rumah
Sekarang NZNA telah membuat kemajuan yang patut di
pertimbangkan dalam menerapkan konsep general perawat secara
berkesinambungan dan menyediakan pelayanan dari kelahiran
sampai meninggal, sejak tahun 1904, RS meneyediakan
pelayanan pelatihan kebidanan selama enam, bidan dan ditutup
tahun 1979, sebagai penggantinya, sejak tahun 1978 beberapa
politeknik keperawatan berdiri di Selandia Baru, selain itu. Ada
yang melanjutkan pendidikan ke Australi dan UK untuk
memperdalam kompetensi dalam bidang kebidanan, Tercata 86%
bidan telah memperoleh pendidikan kebidanan, di luar negeri,
pada 1986, dari 206 bidan yang ada hanya 29 orang di antaranya
adalah lulusan kebidanan Selandia Baru tahun 1987.
• Pelatihan kebidanan

Pelatihan kebidanan muncul pada tahun 1979, pada tahun 1980 terdapat
pendidikan D-3 kebidanan, peserta didiknnya adalah perawat yang terdaftar
dan telah mempunyai latar belakang akademik yang kuat terhadap pendidikan,
tahun 1989 pendidikan kebidanan dipisahkan dari pendidikan keperawatan,
kemudian, bidan jauh dari akses selama 50 tahun sehingga menyebabkan
masa depan bidan (Donley, 1990). Dua puluh tahun semenjak saat itu, profesi
bidan hilang, bidan tidak diizinkan untuk bertanggung jawab dalam perawatan
pada kehamilan normal dan persalinan, tetapi telah bekerja di bawah arahan
medis.
Pendekatan yang dilakukan oleh perguruan tinggi bidan di Selandia Baru
mengasilkan amandemen hukum baru, bidan kembali memiliki status yang
sejajar dokter berdasarkan tanggung jawab perawatan selama kelahiran
(Guillan, 1990). pada 1990, pemerintah Selandia Baru menyetujui perlunya
perubahan undang – undang yang mengatur praktik kebidanan dan bidan
diizinkan mengadakan praktik mandiri, pada 1992, Institute of Technology dan
Otago Polytechnic Auckland membuka program tiga tahun kebidanan. 
• Peraturan Kebidanan di Selandia Baru

Di Selandia Baru telah mempunyai peraturan mengenai praktisi kebidanan


sejak 1904 tetapi lebih dari 100 tahu yang lalu, lingkup praktik bidan telah
berubah secara berarti sebagai akibat dar meningkatnya hospitalisasi dan
medikalisasi dalam persalinan. Dan tenaga yang bekerja dengan otonomi
penuh dalam persalinan normal di awal tahun 1900, secara perlahan bidan
menjadi asisten dokter, dari bekerja di masyarakat bidan sebagian besar
memulai bekerja di rumah sakit di area tertentu, seperti klinik antenatal, ruang
bersalin dan ruang nifas. Kehamilan dan persalinan menjadi terpisah. Dalam
hal ini bidan kehilangan pandangannya bahawa persalinan adalah kejadian
normal dalam kehidupan dan peran mereka sebagai pendamping kejadian
tersebut, selain itu bidan menjadi ahli dalam memberikan intervensi dan
asuhan maternitas yang penuh dengan pengaruh medis.
Di Selandia Baru para wanitalah yang berusaha melawan model asuhan
persalinan tersebut dan menginginkan kembalinya bidan tradisisonal yaitu seorang
yang berada di samping mereka dalam melalui kehamilan sampai 6 minggu setelah
kelahiran bayi, mereka menginginkan bidan yang percaya pada kemampuannya
untuk menolong persalinan tanpa intervensi medis, dan memberikan dukungan
bahwa persalinan adalah proses yang normal. Wanita – wanita di selandia baru ingin
mengembalikan kontrol dalam diri mereka, dan menempatkan diri mereka sebagai
pusat kejadian tersebut, bukan obyek dari medikalisasi.
Pada era 1980-an bidan bekerja sama dengan wanita untuk menegaskan kembali
otonomi bidan dan sama – sama sebagai rekanan. Mereka telah membawa kebijakan
politik yang diperkuat dengan legalisasi tentang profesionalisasi praktik kebidanan,
sebagai besar bidan di selandia baru mulai memiliki untuk bekerja secara
independendengan tanggung jawab yang penuh pada klien dan asuhannya dalam
lingkup yang norma. Lebih dari 10 tahun yang lalu pelayanan maternitas telah
berubah secara dramatis. Saat ini 86% wanita mendapat pelayanan dari bidan dari
kehamilan sampai nifas dan asuhan berkelanjutan yang hanya dapat dilaksanakan
pada persalinan di rumah.
Sekarang di saping dokter, 63% wanita memilih bidan sebagai
salah satu perawat maternitas, dan hal ini meningkat. ada suatu
keinginan dari para wanita agar dirinya menjadi pusat dari
pelayanan maternitas. Model kebidanan yang digunakan di
selandia baru adalah partnershiip antara bidan dan wanita. Bidan
dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya serta
wanita debgan pengetahuan tentang kebutuhan dirinya dan
keluarganya serta harapan – harapan terhadap kehamilan dan
persalinan, dasar dari model partnership adalah komunikasi dan
negoisasi. 
• KESIMPULAN

Dari makalah diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:


Model kebidanan yang digunakan di Selandia Baru adalah partnership. Dasar dari
model partnership adalah komunikasi dan negoisasi.
Bidan di Selandia Baru juga harus memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan
baik dengan klien, dan selalu menjunjung profesional.
 
• SARAN

Kita sebagai tenaga medis di idonesia, harus lebih meningkatkan lagi kemampuan
untuk mengurus pasien, terutama ibu bersalin, sehingga kita tidak kalah dengan tenaga
medis yang ada di luar negeri seperti di selandia baru. Yang kita harapkan adalah kita
tenaga medis indonesia bisa membawa nama baik indonesia melalui kebidanan agar
dapat di kenal di seluruh dunia, dan dapat menjadi contoh bagi negara – negara lain
untuk meningkatkan kualitas bahwa negara indonesia juga memiliki tenaga medis yang
mumpuni dan ahli dalam bidang nya.
 
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai