Anda di halaman 1dari 39

Andri Hapan, MM

S1 Kebidanan STIKES Salsabila Serang


BIDAN

BIDAN (midwife)


Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang
diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara
Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan
kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
(Ikatan Bidan Indonesia/IBI).

Tugasnya memberikan konseling dan pendidikan kesehatan,


tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga
dan masyarakat mencakup pendidikan antenatal dan
persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada
kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan
reproduksi dan asuhan anak.
Sejarah Perkembangan

 Perkembangan pendidikan dan pelayanan
kebidanan di Indonesia tidak terlepas dari masa
penjajahan Belanda, era kemerdekaan
politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan
pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan
masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.
 Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka
kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga
penolong persalinan adalah dukun.
1807

 Zaman Gubernur Jenderal
Hendrik William Deandels
 Tidak adanya pelatih kebidanan
 Dokter dilatih dalam
petolongan persalinan
 Pelayanan kebidanan hanya
diperuntukkan bagi orang-
orang Belanda yang ada di
Indonesia
 Tidak berlangsung lama
1849

 Membuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di
Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot
Subroto)
1851

 Dr Willem Bosch seorang dokter
militer Belanda membuka pendidikan
bidan bagi wanita pribumi di Batavia
 Lulusan dipekerjakan dirumah sakit
juga di masyarakat
 Pelayanan kesehatan ibu dan anak
dilakukan oleh dukun dan bidan
 Adanya larangan bagi wanita untuk
keluar rumah
 Tidak berlangsung lama (2 tahun)
karena kurang peserta didik
1902 - 1904

 Pembukaan pendidikan bidan bagi wanita pribumi di
Rumah Sakit militer di Batavia
 Pendidikan bidan bagi wanita Indo dibuka di Makasar
tahun 1904
 Lulusan dari pendidikan ini harus bersedia ditempatkan
di mana saja tenaganya dibutuhkan dan mau menolong
masyarakat yang tidak atau kurang mampu secara cuma-
Cuma
 Tunjangan dari pemerintah <> 15 - 25 Gulden per bulan
 Nilai 1 Gulden belanda = Rp. 7.974,86 (https://
brainly.co.id / tugas / 3331162)
1912 - 1914

 Pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di
Centrale Burgelijke Ziekenhuis /CBZ (Rumah Sakit
Umum Pusat /RSUP) Semarang dan Batavia
1911/1912
 Hollandsch Inlandsche School /HIS (pendidikan setara
SD) dengan pendidikan keperawatan selama 4 tahun
 Perawat wanita yang lulus bisa melanjutkan
kependidikan bidan selama 2 tahun
1919 - 1938

 Ide untuk membentuk organisasi bidan internasional
dimulai di Belgia pada tahun 1919
 Asosiasi kebidanan berbagai negara membentuk Uni
Bidan Internasional
 Kongres Internasional Pertama pada tahun 1922 – 1938
 Pecah perang dunia para bidan memprakarsa ide bagi
para bidan, diantaranya membahas; pengangguran
masal, kemiskinan di perkotaan dan pedesaan dan gizi
buruk, bangkitnya fasisme dan belakangan tentang
adanya kemungkinan perang yang akan datang
1935

Pemerintah kolonial Belanda mulai mendidik bidan lulusan
Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (Mulo) (setingkat SLTP
bagian B) dan hampir bersamaan dengan itu dibuka sekolah
bidan di beberapa kota besar antara lain: di Jakarta di
Rumah Sakit Bersalin Budi Kemulyaan, RSB Palang Dua dan
RSB Mardi Waluyo di Semarang. Pada tahun itu juga
dikeluarkan peraturan yang membedakan lulusan bidan
berdasarkan latar belakang pendidikan. Yaitu:
 Bidan dengan latar pendidikan Mulo dengan lama
pendidikan 3 tahun disebut bidan kelas satu.
 Bidan dari lulusan perawat (mantri) disebut bidan kelas
dua
1950 - 1953

 Dibuka sekolah bidan dari lulusan Sekolah Perawat
(SP), dg batas usia min 17 thn
 Lama pendidikan 3 tahun.
 Dibuka juga Penjenang Kesehatan E (PK-E) atau
pembantu bidan
 PK-E adalah lulusan SMP + 2 tahun kebidanan
dasar.
1951

 Konferensi Bidan Pertama di Jakarta pada tanggal 24
Juni 1951 berdomisili di Jakarta
 24 Juni 1951 dipandang sebagai hari lahirnya Ikatan
Bidan Indonesia (IBI)
Konferensi IBI

Pada konferensi IBI saat itu juga dirumuskan tujuan IBI, yaitu:
 Menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan
serta kaum wanita pada umumnya, dalam rangka
memperkokoh persatuan bangsa.
 Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam
profesi kebidanan, khususnya dalam pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) serta kesejahteraan keluarga.
 Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional,
terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
 Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam
masyarakat
1953 - 1954

 World Congress bidan pertama di Perancis setelah
perang dunia kedua di London pada tahun 1954
 Pada Kongres tersebut disepakatilah nama baru
organisasi yaitu "International Confederation of
Midwife" (ICM)
 Sekretariat ICM disepakati pada "Royal College of
Midwives" (RCM) yang berkantor pusat di London
1953

 Dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta,
lamanya kursus antara 7-12 minggu
 Tujuan KTB adalah untuk memperkenalkan kepada
lulusan bidan mengenai perkembangan program KIA
dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sebelum lulusan
tersebut memulai tugasnya sebagai bidan, terutama
menjadi bidan di BKIA
 Tahun 1960 KTB dipindah ke Jakarta dan tahun1967 KTB
ditutup
 Pendirian Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA ) yang
memiliki kegiatan antara lain, pelayanan antenatal, post
natal, pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan
penyuluhan tentang gizi
1954

 Dibuka pendidikan guru bidan
 Lama pendidikan 1 tahun, lalu menjadi 2 tahun,
kemudian 3 tahun
1957

 BKIA menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada
masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas)
 Kegiatan Puskesmas di dalam gedung & diluar
gedung yang berorientasi pada wilayah kerja
 Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak
termasuk pelayanan keluarga berencana

 Pelayanan kebidanan yang diberikan di luar gedung
adalah pelayanan kesehatan keluarga dan pelayanan
di pos pelayanan terpadu (Posyandu)
 Pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga
berencana, imunisasi, gizi, dan kesehatan
lingkungan.
1963

 Permenkes No.5380/IX/1963, wewenang bidan
terbatas pada pertolongan persalinan normal secara
mandiri, didampingi tugas lain

1970

 Dibuka program pendidikan bidan yang menerima
lulusan dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) dengan
tambahan pendidikan 2 tahun yang disebut Sekolah
Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK)
 Pendidikan tidak merata di seluruh provinsi di
Indonesia
1974

 Jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat
banyak (24 kategori)
 Depkes R.I. kemudian melakukan penyederhanaan
pendidikan tenaga kesehatan non-sarjana
 Sekolah bidan ditutup
 Pembukaan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)
dengan tujuan adanya tenaga "multi purpose" di
lapangan, dimana salah satu tugasnya adalah
menolong persalinan normal

 Adanya perbedaan falsafah dan kurikulum,
terutama yang berkaitan dengan kemampuan
seorang bidan
 Tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong
persalinan tidak tercapai atau terbukti tidak berhasil
1975 - 1984

 Institusi pendidikan bidan ditutup
 Selama 10 thn tdk menghasilkan bidan
 IBI masih ada dan terus berkembang
 1981 dibuka pendidikan diploma I kesehatan ibu &
anak
 Pendidikan ini hanya berlangsung 1 tahun serta saat
itu tidak diberlakukan oleh seluruh institusi
pendidikan
1985

 Dibuka Program Pendidikan Bidan (PPB) yang
menerima lulusan dari SPR dan SPK
 Lama pendidikannya 1 tahun
 lulusannya dikembalikan kepada institusi yang
mengirimkan
1989

 Dibuka crash program pendidikan bidan secara nasional
yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung
masuk program pendidikan bidan
 Program ini dikenal sebagai Program Pendidikan Bidan
A (PPB/A), lama pendidikannya 1 tahun dan lulusannya
kemudian ditempatkan di desa-desa
 Pemerintah menempatkan bidan di setiap desa sebagai
PNS golongan II
 Mulai 1996 menjadi Bidan Pegawai Tidak Tetap (PTT),
kontrak 3 thn, boleh perpanjang 2 – 3 thn
 Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah
menjadi Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi
menjadi dua yaitu wewenang umum dan khusus
Permenkes 623/1989

 Dalam wewenang khusus ditetapkan bila bidan
melaksanakan tindakan khusus dibawah
pengawasan dokter
 Bidan dalam melaksanakan praktek perorangan
dibawah pengawasan dokter
 Bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak
bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
tindakan yang dilakukan
1990

 Pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan
dekat dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
1992

 Instruksi Presiden pada sidang kabinet tentang
perlunya mendidik bidan untuk penempatannya di
Desa (Bidan Desa).
1993

 Dibuka Program Pendidikan Bidan B (PPB/B) yang
peserta didiknya adalah lulusan AKPER dengan
lama pendidkan 1 tahun
 Tujuan pendidikan ini adalah untuk mempersiapkan
tenaga pengajar pada PPB A
 Tidak menunjukkan kompetensi yang diharapkan
karena lama pendidikan yang juga hanya 1 tahun
 Berlangsung sebanyak 2 angkatan (1995 dan 1996)
1993

 Dibuka Program Pendidikan Bidan C (PPB/C)
 Menerima peserta didik dari lulusan SMP
 Pendidikan ini dilakukan di 11 provinsi yaitu: Aceh,
Bengkulu, Lampung, Riau, Kalimantan Barat,
Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan,
Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku
dan Irian Jaya
 Kurikulum sebanyak 3700 jam dan dapat
diselesaikan dalam 6 semester
1994 - 1995

 Pemerintah menyelenggarakan uji coba pendidikan
bidan jarak jauh (Distance Learning) di tiga provinsi
yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur
 Kebijakan ini dilakukan untuk memperluas cakupan
upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan yang
sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan
 Pengaturan penyelenggaraan ini diatur dalam SK
Menkes No. 1247/Menkes/SK/XII/1994
1996

 Pelatihan LSS (life saving skill), koordinator Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat (Ditjen Binkesmas)
 IBI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan
American Colloge Of Nurse Midwife (ACNN) dan rumah
sakit swasta mengandalkan Training Of Trainer (TOT)
kepada anggota IBI
 Dibuka diploma III kebidanan dengan surat keputusan
menteri pendidikan dan kebudayaan RI No. 009/U/1996
(Akademi Kebidanan/ AKBID)
 Permenkes no. 572/VI/1996, tentang registrasi & praktik
Bidan

 Pelaksanaan Diklat Jarak Jauh (DJJ) ditujukan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan
diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan
AKB
 Diadakan seminar dan lokakarya organisasi
(Organization Development/ OD) yang dilaksanakan
setiap tahun sebanyak 2 kali mulai tahun 1996
sampai dengan 2000 dengan biaya dari UNICEF
1998

 IBI bekerja sama langsung dengan "Mother Care"
melakukan pelatihan dan peninjauan kualitas (peer
review) bagi bidan RS, bidan Puskesmas, dan bidan
di desa di propinsi Kalimantan selatan
2000

 Dibentuk tim pelatih Asuhan Pelatihan Normal
(APN) yang dikoordinasikan oleh maternal neonatal
(MNH/ Maternal Neonatal Health) yang sampai saat
ini telah melatih APN dibeberapa propinsi/
kabupaten
 Pelatihan LSS (Live, Saving, Skill) dan APN tidak
hanya untuk pelatihan pelayanan tetapi juga guru,
dosen-dosen dari akademi kebidanan
 Dibuka program D-IV Kebidanan
Pelayanan Kebidanan

 Permenkes no. 900/menkes/SK/VI/2002 tentang
Registrasi dan Praktik bidan
 Kepmenkes no. 369/menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Bidan
 UU RI Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan
 Dll.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai