Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PENDIDIKAN BIDAN

DI INDONESIA

OLEH :
REVI RAHMA YANTI
SEJARAH KEBIDANAN DI INDONESIA

 Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda,
era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan
masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi. Perkembangan kebidanan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
ibu dan anak.

 Manfaat dari belajar sejarah antara lain :


1. mengetahui keadaan zaman dahulu
2. membandingkan zaman dahulu dengan sekarang
3. memilih praktik dan pengalaman masa lampau yang baik dan membuang yang kurang baik
4. mengetahui perkembangan praktik kebidanan hingga didapatkan kondisi yang sekarang
 Sejarah kebidanan dimulai sejak awal peradaban manusia. Pada zaman dahulu
persalinan dan wanita menstruasi dianggap kotor dan menjijikkan sehingga cara-cara
persalinan terkesan tidak manusiawi.
 Pada saat itu, wanita dalam proses melahirkan dapat mengatasi sendiri atau dibantu
oleh suami. Ketika manusia tidak lagi berpindah-pindah dan membentuk kelompok
masyarakat, para ibu melahirkan ditolong seorang wanita setengah baya yang
dianggap mampu serta telah menikah dan melahirkan, melalui percobaan dan menukar
pengetahuan dia mengembangkan keahliannya yang disebut dukun bayi.
Click icon to add picture

PERKEMBANGA
N PENDIDIKAN
BIDAN
Pada tahun 1851, seorang dokter
militer Belanda (Dr. W. Bosch)
membuka pendidikan bidan bagi
wanita pribumi di Batavia
#Pada tahun 1902 Pendidikan Bidan bagi wanita
pribumi dibuka kembali di Rumah Sakit Militer di
Batavia.

#Pada tahun 1904, pendidikan bidan bagi wanita


Indonesia juga dibuka di Makasar.

#Pada tahun 1911-1912 dimulai program


pendidikan tenaga keperawatan secara terencana
di Rumah Sakit Umum Pusat Semarang dan
Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo
di Batavia dengan lama pendidikan selama empat
tahun.

#Pada tahun 1914, peserta didik wanita mulai


diterima untuk mengikuti program pendidikan
keperawatan.
#Pada tahun 1935-1938 :
>Pemerintah colonial Belanda mulai membuka
pendidikan bidan lulusan Mulo (setingkat SMP).

>Dibuka sekolah bidan di Jakarta (RSB Budi


Kemuliaan) dan Semarang (RSB Palang Dua
dan RSB Mardi Waluyo).

>Dikeluarkan peraturan yang


mengklasifikasikan lulusan bidan berdasarkan
latar belakang pendidikan yang menyangkut
ketentuan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan.

>Pada zaman penjajahan Jepang, pemerintah


mendirikan sekolah perawat atau sekolah bidan.
 Pada tahun 1950-1953 :
 Dibuka sekolah bidan untuk lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan
lama pendidikan tiga tahun.
 Dibuka pendidikan pendidikan pembantu bidan yang disebut Penjenang Kesehatan E
(PK/E) atau Pembantu Bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan
setelah itu ditutup.
 Pada tahun 1953 dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta, lama kursus
antara 7 sampai dengan 12 minggu.
 Pada tahun 1960, KTB dipindahkan ke Jakarta.
 Pada tahun 1967, KTB tutup.
 Pada tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan dan guru perawat serta perawat kesehatan masyarakat di
Bandung.
 Pada awal tahun 1972, institusi pendidikan guru bidan dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP).
 Pada tahun 1970, dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan dari Sekolah Pengatur Rawat
(SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan
(SPLJK).
 Pada tahun 1974 :
 Departemen Kesehatan melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan nonsarjana.
 Sekolah bidan ditutup
 Dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)
 Pada tahun 1975 sampai tahun 1984 : institusi pendidikan bidan ditutup
 Pada tahun 1981 dibuka pendidikan diploma I kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan
kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk
kebidanan.
 Pada tahun 1985 dibuka kembali program pendidikan bidan (PPB) yang menerima lulusan
dari SPR dan SPK.
 Pada tahun 1989 dibuka program pendidikan bidan secara nasional yang memperbolehkan
lulusan SPK untuk langsung masuk Program pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai
Program Pendidikan Bidan A (PPB/A) dengan lama pendidikan satu tahun. Diharapkan pada
tahun 1996, sebagian besar desa sudah memiliki minimal seorang bidan.
# Mulai tahun 1996 status bidan di desa adalah sebagai
pegawai tidak tetap (Bidan PTT), kontrak dengan
pemerintah selama tiga tahun yang kemudian dapat
diperpanjang sampai 2-3 tahun lagi.
> Penempatan bidan di desa (BDD) menyebabkan
orientasi tenaga kesehatan berubah.
> BDD juga harus memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi, konseling dan kemampuan untuk
menggerakkan masyarakat desa dalam meningkatkan
taraf kesehatan ibu dan anak.
# Pada tahun 1993 dibuka pendidikan Bidan Program
C. Pendidikan ini dilakukan di 11 provinsi yaitu Aceh,
Bengkulu, Lampung dan Riau (wilayah Sumatera),
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan (wilayah Kalimantan), Sulawesi Selatan, Nusa
Tenggara Timur, Maluku, dan Irian Jaya.
 Sejak tahun 1994-1995 pemerintah juga menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan Jarak Jauh
(distance learning) di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan JAwa Timur.
 Pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal (Life
Saving Skill, LSS) dengan materi pembelajaran berbentuk 10 modul.
 Pada tahun 1996, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan
American College of Nurse Midwife (ANCM) serta rumah sakit swasta mengadakan Training of Trainer
(TOT) LSS yang pesertanya adalah anggota IBI berjumlah 8 orang yang kemudian menjadi tim pelatih
LSS inti di Pengurus Pusat IBI.
 Pada tahun 1995-1998, IBI bekerjasama dengan Mother Care melakukan pelatihan dan peer review bagi
bidan rumah sakit, bidan puskesmas, serta bidan desa di Provinsi Kalimantan Selatan.
 Pada tahun 2000 telah ada tim pelatih Asuhan Persalinan Noemal (APN) yang
dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal Health (MNH) yang sampai saat ini telah memberi
pelatihan APN di beberapa provinsi/kabupaten. Pelatihan LSS dan APN tidak hanya ditujukan
untuk bidan di pelayanan tetapi juga bidan yang menjadi guru atau dosen di sekolah/akademi
kebidanan.
 Selain malalui pendidikan formal dan pelatihan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan juga
diadakan seminar dan lokakarya organisasi. Lokakarya organisasi dengan materi
pengembangan organisasi (Organization Development, OD) dilaksanakan setiap tahun
sebanyak dua kali mulai tahun 1996 sampai 2000 dengan biaya dari UNICEF.
 Pada tahun 2000 dibuka DIV bidan pendidik yang diselenggarakan di FK UGM Yogyakarta, dengan lama pendidikan 2
semester.
 Selain itu terdapat juga di UNPAD (2002), USU (2004), STIKES Ngudi Waluyo Semarang, STIKIM Jakarta (2003).
 Tahun 2006 dibuka S2 Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran .
 Tahun 2008 dibuka S1 + Profesi Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
 Tahun 2009 dibuka S1 + Profesi Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
 Tahun 2011 dibuka S2 Kebidanan di Universitas Andalas Padang dan Universitas Brawijaya Malang.
 Tahun 2012 dibuka S2 Kebidanan di Universitas Hassanudin Makassar.
 Tahun 2013 Dibuka S1 + Profesi Kebidanan di Universitas Andalas Padang.
 Tahun 2014 dibuka S2 Kebidanan di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.
 Hingga tahun 2018 sudah berdiri 32 Program Studi Profesi Bidan.
DAFTAR PUSTAKA

 Buku :
 Purwandari, Atik. 2008. Konsep Kebidanan : Sejarah dan Profesionalisme. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC
 Soepardan, Suryani. 2007. Konsep Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

 Internet :
 https://www.ibi.or.id/m/article_view/A20150112006/pendidikan.html . Diakses pada
tanggal 22 September 2019 pukul 06.50 WIB

Anda mungkin juga menyukai