Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Secara umum pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi

tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan

untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak-

anak.Pelayanan kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan

kesejahteraan ibudan bayinya. Perkembangan pelayanan kebidanan di dalam

negeri terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan

kebidanan merupakan hal yang penting untuk dipahami oleh petugas kesehatan

khususnya bidan yang bertugas sebagai bidan dalam pelayanannya di

lapangan.Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan

adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin,

khususnya di negara Indonesia yaitu sekitar 25-50%.

Mengingat hal diatas, Tingginya angka kematian ibu dan penurunan yang

lambat merupakan masalah prioritas yang harus segera di atasi. Oleh karena itu

pemerataan pelayanan kebidanan dalam hal ini tenaga maupun fasilitas penunjang

juga menjadi prioritas yang harus segera di atasi.  Sehingga pemerintah

melakukan berbagai upaya untuk mengatasi hal ini dan salah satu upaya tersebut

adalah peningkatan kualitas pelayanan kebidanan secara merata. Salah satu contoh

kasus adalah perlu adanya peningkatan pelayanan kebidanan di desa-desa binaan

yang notabene kurang mendapat pelayanan secara optimal. Berdasarkan hal

1
tersebut, kami tertarik untuk membahas lebih dalam tentang “perkembangan

pelayanan kebidanan di indonesia”.

B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latarbelakang di atas, kami merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan pelayanan kebidanana di Indonesia.

2. Bagaimana perkembangan pendidikan kebidanan di indonesia pada fase

kemerdekaan

C.     TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu mengetahui tentang

perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidanan di Indonesia pada setelah

kemerdekaan

D.    MANFAAT PENULISAN

Agar kami lebih memahami bagaimana perkembangan pendidikan dan pelayanan

kebidanan di Indonesia pada setelah kemerdekaan

E.     METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu menggunakan metode

studi literature, dimana sumber yang digunakan adalah referensi dari Buku dan

internet.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Kebidanan Pada Zaman Kemerdekaan Sampai Sekarang

1. Pada tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan

batasan usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat

kebutuhan tenaga untuk menolong persalinan cukup banyak, maka dibuka

pendidikan pembantu bidan yang disebut Penjenjang Kesehatan E atau

Pembantu Bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan

setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2

tahun kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar melanjutkan

pendidikan bidan selama dua tahun. 8 Tahun 1953 dibuka Kursus

Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta, lamanya kursus antara 7 sampai

dengan 12 minggu. Pada tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta. Tujuan

dari KTB ini adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan

mengenai perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan

masyarakat, sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai  bidan terutama

menjadi bidan di BKIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup (discountinued).

Adapun peran fungsi tugas bidan telah diatur tersendiri dalam Peraturan

Menteri Kesehatan (Permenkes). Berikut beberapa Peraturan Menteri

Kesehatan mengenai profesi bidan yaitu: Permenkes No. 5380/IX/1963,

wewenang bidan terbatas pada pertolongan  persalinan normal secara

3
mandiri, didampingi tugas lain. Permenkes No. 363/IX/1980, yang

kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi

menjadi dua yaitu wewenang umum dan khusus ditetapkan bila bidan

meklaksanakan tindakan khusus di bawah  pengawasan dokter.

Pelaksanaan dari Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan praktek

perorangan di bawah pengawasan dokter. Permenkes No. 572/VI/1996,

wewenang ini mengatur tentang Permenkes registrasi dan praktek bidan.

Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri.

Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan

tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup : Pelayanan kebidanan

yang meliputi pelayanan ibu dan anak, Pelayanan Keluarga Berencana,

Pelayanan Kesehatan Masyarakat. Kepmenkes No.

900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan  praktek bidan revisi dari

Permenkes No. 572/VI/1996.

2. Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan

guru  perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada

awalnya pendidikan ini berlangsung satu tahun, kemudian menjadi dua

tahun dan terakhir berkembang menjadi tiga tahun. Pada awal tahun 1972

institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP).

Pendidikan inimenerima calon dari lulusan sekolah  perawat dan sekolah

bidan.

3. Pada tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan

dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan

4
yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK).

Pendidikan ini tidak dilaksanakan secara merata diseluruh provinsi

4. Pada tahun 1974 mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah

sangat  banyak, Departemen Kesehatan (Depkes) melakukan

penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan non sarjana. Sekolah bidan

ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan

adanya tenaga multi purpose di lapangan di mana salah satu tugasnya

adalah menolong persalinan normal. Namun karena adanya  perbedaan

falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan

seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong

persalinan tidak tercapai atau terbukti tidak berhasil.

5. Pada tahun 1975 –1984 institusi pendidikan bidan ditutup, sehingga

selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi

bidan (IBI) tetap ada dan hidup secara wajar.

6. Tahun 1981 untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK)

dalam  pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka

pendidikan Diploma I Kesehatan Ibu dan Anak. Pendidikan ini hanya

berlangsung 1 tahun dan tidak dilakukan oleh semua institusi.

7. Pada tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan yang disebut

(PPB) yang menerima lulusan SPR dan SPK. Lama pendidikan satu tahun

dan lulusannya dikembalikan kepada institusi yang mengirim

8. Tahun 1989 dibuka crash program pendidikan bidan secara nasional yang

memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan

5
bidan. Program ini dikenal sebagai Program Pendidikan Bidan A (PPB/A).

Lama  pendidikan satu tahun dan lulusannya ditempatkan di desa-desa.

Untuk itu  pemerintah menempatkan seorang bidan di tiap desa sebagai

pegawai negeri sipil (PNS Golongan II).

9. Mulai tahun 1996 status bidan di desa sebagai pegawai tidak tetap (Bidan

PTT) dengan kontrak selama tiga tahun dengan pemerintah, yang

kemudian dapat diperpanjang 2x3 tahun lagi. Penempatan bidan ini

menyebabkan orientasi sebagai tenaga kesehatan berubah. Bidan harus

dipersiapkan dengan sebaik-baiknya tidak hanya kemampuan klinik,

sebagai bidan tapi juga kemampuan untuk berkomunikasi, konseling dan

kemampuan untuk menggerakkan masyarakat desa dalam meningkatkan

taraf kesehatan ibu dan anak. Program Pendidikan Bidan (A)

diselenggarakan dengan peserta didik cukup besar.

10. Diharapkan pada tahun 1996 sebagian besar desa sudah memiliki

kemampuan dan keterampilan yang diharapkan seorang bidan

professional, karena pendidikan terlalu singkat dan jumlah peserta didik

terlalu besar dalam kurun waktu 1 tahun akademik, sehingga kesempatan

tingkat kemampuan yang dimiliki seorang bidan juga kurang.

11. Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan Program B yang

peserta didiknya dari lulusan Akademi Perawat (Akper) dengan lama

pendidikan satu tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan

tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A. Berdasarkan hasil

penelitian terhadap kemampuan klinik kebidanan dari lulusan ini tidak

6
menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena lama pendidikan yang

terlalu singkat yaitu hanya setahun. Pendidikan ini hanya  berlangsung

selama dua angkatan (1995 dan1996) kemudian ditutup.

12. Pada tahun 1993 juga dibuka pendidikan bidan Program C (PPB C), yang

menerima lulusan dari SMP. Pendidikan ini dilakukan di 11 Propinsi

yaitu: Aceh, Bengkulu, Lampung dan Riau (Wilayah Sumatera),

Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan (Wilayah

Kalimantan), Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya. Pendidikan

ini memerlukan kurikulum 3700 jam dan dapat diselesaikan dalam waktu

6 semester.

13. Pada tahun 1994 – 1995 pemerintah juga menyelenggarakan uji coba

Pendidikan Bidan Jarak Jauh (Distance learning) di tiga propinsi yaitu

Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebijakan ini dilaksanakan

untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan

yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan  peningkatan mutu pelayanan

kesehatan. Pengaturan penyelenggaraan ini telah diatur dalam SK Menkes

No.1247/Menkes/SK/XII/1994Diklat Jarak Jauh Bidan (DJJ) adalah DJJ

Kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan diharapkan

berdampak  pada penurunan AKI dan AKB.

14. Tahun 1996 dibuka Pendidikan Diploma III Kebidanan dengan raw input

dari SMA. Diterapkan melalui surat keputusan menteri pendidikan dan

kebudayaan RI No 009/U/1996 di 6 propinsi dengan menerima calon

7
peserta didik dari SMA. Saat ini kurikulum DIII kebidanan telah direvisi

mengacu pada Kep. Mendiknas tiga puluh dua tahun 2000 tentang

pedoman penyusunan pada kurikulum pendidikan tinggi dan hasil revisi

tersebut telah diserahkan dengan keputusan/persetujuan menteri kesehatan

RI.No.HK.00.06.2.4.1583. Pada tahun 2001 tercatat ada enam puluh lima

institusi yang menyelenggarakan pendidikan diploma III kebidanan

diseluruh Indonesia, sampai dengan tahun ini tercatat jumlah institusi DIII

kebidanan 310.

15. Pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawat daruratan

maternal dan neonatal.

16. Pada tahun 1995  – 1998 (IBI) bekerjasama langsung dengan mother care

melakukan  pelatihan bidan Rumah Sakit dan bidan puskesmas serta bidan

didesa Provinsi Kalimantan Selatan.

17. Pada tahun 2000 telah ada pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN)

yang di koordinasikan oleh Maternal Neonatal health (MNH) yang sampai

saat ini telah melatih APN di beberapa propinsi/kabupaten. Pelatihan life

skill S (LSS) dan APN tidak hanya untuk pelatihan pelayanan tetapi juga

guru, dosen-dosen dari Akademi Kebidanan.

18. Selain melalui pendidikan formal dan pelatihan, untuk meningkatkan

kualitas  pelayanan kebidanan juga diadakan seminar dan Lokakarya

organisasi dilaksanakan setiap tahun sebanyak 2 kali mulai tahun 1996

– 2000 dengan biaya dari UNICEP.

8
19. Tahun 2000 dibuka program D-IV bidan pendidik di FK UGM

Yogyakarta, dengan lama pendidikan 2 semester. Saat ini terdapat juga di

UNPAD (2002) di USU (2004), STIKES Ngudi Waluyo Semarang,

STIKIM Jakarta (2003). Akhir-akhir ini minat masyarakat untuk membuka

program D.IV bidan pendidik juga sudah mulai  banyak seperti adanya

beberapa usulan yang sudah masuk Pusdiknakes dari  pemrakarsa program

D.IV bidan pendidik pada awalnya dilaksanakan pada masa transisi dalam

upaya kebutuhan dosen. Sebagaimana kita ketahui bahwa D.IV bidan

pendidik dengan masa studi 1 tahun terdiri dari beban materi profesi

kurang lebih dari 60% dan 40% beban materi kependidikan. Hal ini

sebelumnya belum memenuhi ketentuan yang ditetapkan Depdiknas

bahwa kualifikasi dosen minimal D.IV kebidanan atau S1 kebidanan.

Dengan memperhatikan permasalahan tersebut mungkin sudah waktunya

untuk mulai memikirkan dan membuat rancangan D.IV  pada kebidanan

klinik dan S1 kebidanan. Tidak kemungkinan pula untuk mengembangkan

jenjang S2 maupun SP1 dan SP2. Penyusunan kompetensi ini dilakukan

oleh IBI bersama-sama dengan unsur terkait lainnya seperti Departemen

Kesehatan, organisasi profesi. Adapun pembinaan dan pengawasan yang

telah diupayakan oleh Pusdiknaskes antara lain mulai dari penyusunan dan

penetapan standar kompetensi bidan, penilaian ijin institusi baru, seleksi

mahasiswa baru,  penyusunan kurikulum, akreditasi pendidikan.

Sehubungan dengan hal tersebut, kedepan kita sudah waktunya untuk

9
meninjau ulang dan menata kembali pola  pendidikan berjenjang dan

berkelanjutan bagi bidan.

20. Selain itu bulan April tahun 2006 dibuka S2 Kebidanan di UNPAD

Bandung, menerima dari DIV kebidanan dengan lama kependidikan

minimal 4 – 10 semester.

21. Pada tahun 2008 departemen kesehatan RI bekerja sama dengan pakultas

kesehatan masyarakat UI mengembangkan pendidikan S1 kesehatan

masyarakat peminatan kebidanan komunitas (S1 Bidkom) dengan peserta

dri lulusan D3 kebidanan dari institusi pendidikan yang terakreditasi dan

pernah atau sedang bekerja di puskesmas, asal instansi dari puskesmas

atau dinas kesehatan kabupaten/kota. Program ini berlangsung sampai

sekarang.

22. Pada tahun 2008/2019 di bika program pendidikan S1 k3bidanan di

fakultas kedokteran di fakultas airlangga. Program pendidikan S1 bidan

dengan dua jalur A dan B. Jenjang pendidikan kebidanan S1 yang di

tempuj selama 5 tahun termasuk pedidikan profesi kebidanan dua

semester.

23. Tahun 2009/2010 di buka program pendidikan S1 kebidanan di fakultas

kedokteran universitas brawijaya malang dengan latar belakang

pendidikan SLTA. Tahap pendidikan meliputi tahap pendidikan akademik

dan tahap pendidikan profesi setelah lulus mendapat gelar sarjana

kebidanan (S.Keb) dan gelar bidan (Bd) di berikan setelah menyelesaikan

seluruh tahap

10
24. Saat ini sudah ada program pendidikan S2 kebidanan di universitas

padjajaran dengan izin DIKTI tahun 2007 yang masih berlangsumg hingga

sekarang dan tahun 2012 program pendidikan S2 kebidanan di universitas

Gadjah Mada Yogyakarta.

B. Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia

Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab

profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak-

anak.Pelayanan kebidanan yang tepat akan meningkatan keamanan dan

kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan

meliputi :

a. Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas

tanggung jawab bidan.

b. Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota

tim secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian

pelayanan kesehatan.

c. Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung jwab

layanan oleh bidan kepada sistem layanan yang lebih tinggi atau yang lebih

kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab layanan/menerima

rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti rujukan.

Awalnya pada zaman perintahan Hindia Belanda, dikarenakan angka

kematian ibu dan anak sangat tinggi dan tenaga penolong persalinan pada saat itu

adalah dukun, maka pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William

11
Deandels) para dukun tersebut dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi

keadaan ini tidak tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.

Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda

yang ada di Indonesia. Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia

(Di Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu

kebidanan belum merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus

Austria dan Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan

dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan

bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W.

Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun

dan bidan. Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar

dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan

keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di

masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah

Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya

dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara. Seiring dengan pelatihan

tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Dari BKIA inilah

yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang

dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957.

Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang

bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan

anak termasuk pelayanan keluarga berencana.

12
Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat

dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada

Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan

bidan di desa, kebijakan-kebijakan seperti inilah yang sekarang di era baru 2016

perlu diatur dan di kembangkan sedemikian rupa agar bagaimana pemerataan

dapat dilakukan seiring dengan adanya peningkatan populasi-populasi warga di

berbagai daerah yg terus terjadi.  Adapun tugas pokok bidan di desa adalah

sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu

hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Pembinaan

dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan

kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan

pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan Pondok

Bersalin sesuai denga kebutuhan masyarakat setempat. Hal di atas adalah

pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang diberikan

berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang

bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada

individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal,

gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil,

pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan

ruang perinatal. Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada

tahun 1994 yang menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi),

memperluas area garapan pelayanan bidan.

Area tersebut meliputi :

13
 Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus

 Family Planning

 Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi

 Kesehatan reproduksi pada remaja

 Kesehatan reproduksi pada orang tua.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pelayanan kebidanan di Indonesia perlu ditingkatkan mengingat

masih tingginya angka kematian ibu dan anak (AKIA). Perubahan-

perubahan yang dilakukan dalam pelayanan kebidanan zaman dahulu

dengan pelayanan kebidanan zaman sekarang merupakan wujud

peningkatan pelayanan kebidanan. Tetapi dalam melakukan perubahan

tersebut tidaklah mudah, butuh proses dan waktu yang tidak singkat untuk

mewujudkan pelayanan kebidanan yang berkualitas. Ini terbukti dengan

adanya contoh kasus yang sampai sekarang masih terjadi yaitu masih

sangat minimnya pelayanan kebidanan di berbagai daerah khususnya di

desa-desa binaan yang umumnya merupakan desa-desa terpencil.

B. SARAN

Dengan penulisan makalah ini kami berharap lembaga kesehatan

dalam hal ini para bidan mampu meningkatkan pelayanan kebidanan dan

pendidikan kebidanan guna membangun generasi muda dan generasi

penerus bangsa menjadi manusia yang sehat. Selain itu, fasilitas penunjang

pelayanan kebidanan perlu mendapat perhatian.

15
DAFTAR PUSTAKA

Evi Sri Suryani, S.ST.2011.Buku Ajar Konsep Kebidanan. Yogyakarta.

Graha Ilmu : Yogyakarta. Kemenkes.2007. bidan menyongsong masa depan 50

tahun IBI Ilmu kebidanan.

http://www.bidanindonesia.org/index.asp?part, (diakses pada tanggal 24

september 2019 pukul 20.00 WIB)

http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/11/02/profesi-bidan-di-indonesia/,

(Diakses pada tanggal 24 September 2019 pukul 20.23 WIB)

http://mamah-alvito.blogspot.com/2009/01/sejarah-kebidanan.html

http://yoanabidantoday.blogspot.com/2008/05/perkembangan-kebidanan-di-

indonesia.html

Jakarta Tadjuddin norma.2004 Poltekkes Kemenkes Makassar

16

Anda mungkin juga menyukai