Dosen Pengampu:
Nurwinda Saputri S.ST, Mkeb
Disusun Oleh:
Kelompok 3
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang…………………………………………………………..
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….
1.3 Tujuan……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Pendidikan Kebidanan Pada Fase Penjajahan...................
2.2 Pendidikan Kebidanan Pada Zaman Kemerdekaan sampai saat ini..........
2.3 Pelayanan Kebidanan di Indonesia..........................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………....
3.2 Saran…………………………………………………………………..
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
lulusan bidan berdasarkan latar belakang pendidikan Bidan
dengan dasar pendidikannya Mulo dan pendidikan
Kebidanan selama tiga tahun disebut Bidan Kekas Satu
(Vreodrouweerste Klas) dan bidan dari lulusan perawat
(mantri) disebut Bidan Kelas 2 (Vreodrouw tweede klas).
Perbedaan ini menyangkut ketentuan gaji pokok dan
tunjangan bagi bidan.
3
Mulai tahun tahun 1996 status bidan di desa sebagai
pegawai tidak tetap (BidanPPT) dengan kontrak selama tiga
tahun dengan pemerintah, yang kemudian dapat
diperpanjang 2x3 tahun lagi. Diharapkan pada tahun ini
sebagian besar desa sudah memiliki kemampuan dan
keterampilan yang diharapkan seorang bidan profesional.
Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan
Program B yang peserta didiknya dari lulusan Akademik
Perawat (Akper) dengan lama pendidikan satu tahun.
Pendidikan ini hanya berlangsung selama dua angkatan
(1995 dan 1996) kemudian ditutup.
Pada tahun 1993 dibuka pendidikan bidan Program C (PPB
C). Pendidikan ini dilakukan di 11 provinsi yaitu; Aceh,
Bengkulu, Lampung, dan Riau (Wilayah Sumatera),
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan (Wilayah Kalimantan), Nusa Tenggara Timur,
Maluku dan Irian Jaya.
Pada tahun 1994-1995 pemerintah menyelenggarakan uji
coba Pendidikan Bidan Jarak Jauh (Distance learning) di
tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan.
Pada tahun 1996 dibuka pendidikan Diploma III
Kebidanan. Diterapkan melalui surat keputusan menteri
pendidikan dan kebudayaan RI No 009/U/1996 di enam
provinsi dengan menerima calon peserta SMA. Saat ini
kurikulum DIII kebidanan telah direvisi mengacau pada
Kep.Mendiknas 32 tahun 2000 tentang pedoman
penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan hasil revisi
tersebut telah diserahkan dengan keputusan menteri
kesehatan RI.No.HK.00.06.2.4.1583.
Pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan
kegawat daruratan maternal dan neoternal.
Pada tahun 1995-1998 (IBI) bekerja sama langsung dengan
mother care melakukan pelatihan bidan Rumah Sakit dan
bidan puskesmas serta bidan didesa di Provinsi Kalimantan
Selatan.
Pada tahun 2000 ada pelatihan Asuhan Persalinan Normal
(APN) yang dikoordinasi oleh Maternal Neonatal bealth
(MNH) yang sampai saat ini telah melatih APN di beberapa
provinsi/kabupaten. Selain melalui pendidikan formal dan
pelatihan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan juga diadakan seminar dan Lokarya organisasi
dilaksanakan setiap tahunsebanyakmdua kali mulai dari
tahun 1996-2000 dengan biaya dari UNICEP.
4
Tahun 2000 dibuka program D-IV bidan pendidik di FK UGM
Yogyakarta, dengan lama pendidikan 2 semester. Saat ini
terdapat juga di UNPAD (2002) di USU (2004), STIKES Ngudi
Waluyo Semarang, STIKIM Jakarta (2003). Akhir-akhir ini minat
masyarakat untuk membuka program D.IV bidan pendidik
dengan masastudi 1 tahun terdiri dari beban materi profesi
kurang lebih dari 60% dan 40% beban materi kependidikan. Hal
ini sebelumnya belum memenuhi ketentuan yang ditetapkan
Depdiknas bahwa kualifikasi dosen minimal D.IV kebidanan
atau SI kebidanan. Dengan memperhatikan permasalahan
tersebut mungkin sudah waktunya untuk mulai memikirkan dan
membuat rancangan D.IV kebidanan klinik dan SI kebidanan.
Tidak kemungkinan pula untuk mengembangkan jenjang S2
maupun SPI dan SP2. Penyusunan kompotensi ini dilakukan oleh
IBI bersama-sama dengan unsur terkait lainnya seperti
Departemen Kesehatan, orgnisasi profesi. Adapun pembinaan
dan pengawasan yang telah diupayakan oleh pusdiknaskesantara
lain mulai dari penyususan dan penetapan standar kompotensi
bidan, penilaian ijin institusi baru, seleksi mahasiswa baru,
penyusunan kurikulum, akreditasi pendidikan. Sehubungan
dengan hal tersebut, kedepan kita sudah waktunya untuk
meninjau ulang dan menata kembali pola pendidikan berjenjang
dan berkelanjutan bagi bidan.
Tahun 2006 dibuka S2 Kebidanan di UNPAD Bandung.
5
Pemantauan tumbuh kembang bayi,anak balita,dan anak
prasekolah
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB yang diberikan
meliputi :
Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan KB
Pelayanan kontrasepsi oral, kondom,dan suntikan.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perkembangan pendidikan kebidanan di Indonesia mulai ada di
zaman penjajahan Belanda pada tahun 1851, dengan adanya seorang
dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) yang membuka pendidikan bidan
bagi wanita di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung karena kurangnya
peserta didik yang disebabkan karena adanya larangan ataupun
pembatasan bagi wanita untuk keluar.
Dari tahun-ketahun perkembangan pendidikan kebidanan di
Indonesia terus meningkat, mulai dari tahun 1950-1953 dibuka sekolah
bidan lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan lama
pendidikan 3 tahun. Tahun 1996 dibuka Pendidikan Diploma III kebidanan
dengan input dari SMA .Adapun pembinaan yang telah diupayakan oleh
Pusdiknaskesantara lain mulai dari penyusunan dan penetapa potensi
bidan, penilaian izin institusi baru, seleksi mahasiswa baru, penyusunan
kurikulum, akreditas pendidikan.
3.2 SARAN
7
DAFTAR PUSTAKA