Anda di halaman 1dari 19

Sejarah

Perkembangan
Bidan di
Indonesia
Risma Ananda Puspitasari
Yunita Dwi Wulandari

D3 Kebidanan
Universitas IPWIJA
Perkembangan Bidan Pada Fase Penjajahan

1935
1911
1851
1902

1918
Seorang dokter militer Belanda (dr.
Willem Bosch) membuka pendidikan
bidan bagi wanita pribumi di Batavia
bersamaan dengan pendidikan dokter
1851

indonesia (Dokter jawa).

Tidak berlangsung lama karena


kurangnya peserta didik akibat
larangan atau pembatasan bagi wanita
untuk keluar rumah.
1902
Dibuka kembali pendidikan Bidan untuk pribumi di
RS Militer Batavia.

1904
● Pendidikan Bidan dibuka di Makassar.
● Lulusan dari pendidikan ini harus bersedia untuk
ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan
mau menolong masy yang tidak/kurang mampu
secara cuma-cuma
● Mendapat tunjangan dari pemerintah ± 15-25
gulden/bln kemudian dinaikan menjadi 40
Gulden/blm (tahun 1922)
1911 - 1914
● Dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara
terencana di RSUP Semarang dan Batavia.
● Calon yang diterima dari HIS (SD 7 tahun) dengan
pendidikan keperawatan 4 tahun, awalnya terbatas
pada pria. Kemudian tahun 1914 diterima peserta
didik wanita pertama, dan lulusannya dapat
melanjutkan pendidikan bidan selama 2 tahun.
1918
Budi Kemuliaan membuka RS Bersalin dan pendidikan Bidan. Murid murid dari juru rawat
wanita, ditempuh 2 tahun.
1935-1938

● pemerintah Belanda mulai mendidik bidan lulusan Mulo (setingkat SLP bagian B)
● Hampir secara bersamaan dibuka di beberapa kota besar lain seperti: RSB Budi Kemuliaan,
RSB Palang Dua di Jakarta dan RSB Mardi Waluyo Semarang
● Pada tahun yang sama keluar peraturan untuk bedakan lulusan bidan berdasarkan latar
belakang pendidikan
● Bidan dengan dasar pendidikan Mulo dan kebidanan 3 tahun disebut bidan kelas satu
(Vroedvrouweerste class)
● Bidan dari lulusan perawat (mantri) disebut bidan kelas dua (Vroedvrouweerste tweede class),
beda kelas ketentuan gaji pokok dan tunjangan.
● Jaman penjajahan Jepang didirikan sekolah perawat/sekolah bidan dengan nama & dasar yang
berbeda tetapi persyaratan mirip dengan jaman penjajahan belanda, peserta kurang minat,
mendaftar terpaksa, tidak ada alternatif pendk. lain.
Perkembangan Bidan Pada Zaman
Kemerdekaan - Sekarang

1994
1975
1948
1954

1989

Sekarang
1950 - 1953
● dr. Mochtar dan dr. Soeliyanti membentuk bagian KIA di Depkes -> 475 dokter dan 4000 perawat
sekaligus bidan (Setelah th 1950 pend. bidan maju pesat).
● dibuka sekolah bidan lulusan dari SMP, batas usia min. 17 tahun, lama pendk. 3 tahun.
Perkembangan Kebidanan di Indonesia

● Kebutuhan tenaga penolong persalinan dibuka pendk. Pembantu bidan Penjenang Kesehatan E
(PK/E), lanjut hingga 1976 & setelahnya ditutup. Peserta PK/E lulusan SMP plus 2 tahun
kebidanan dasar. Lulusan ini banyak yang lanjut ke pendk. Bidan (2 tahun).

1948 1953
● dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB) di
dr. H. Sinaga mengeluarkan stensilan untuk Yogyakarta, lamanya 7-12 minggu, tahun 1960
pend. bidan; dan dr. S. A. Goelam mengeluarkan KTB pindah ke Jakarta dan tutup tahun 1967.
Buku Ilmu Kebidanan II (bagian patologi). ● Tujuan KTB: mengenalkan perkembangan
program KIA dan yankesmas, sebelum bidan
mulai tugas di BKIA.
1954
dibuka pend. guru bidan
bersamaan dengan guru perawat
dan perawat kesmas di Bandung,
berkembang selama 3 tahun.
Tahun 1972 dilebur menjadi SGP
(Sekolah Guru Perawat),
menerima calon dari sekolah
perawat dan sekolah bidan.

1970
dibuka pendk. Bidan yang 1974
terima dari SPR + 2 tahun Mengingat jenis nakes menengah & bawah
pend. Bidan disebut Sekolah sangat banyak, Depkes menyederhanakan
Pendidikan Lanjut Jurusan pend. nakes. non sarjana. Sekolah bidan
Kebidanan (SPLJK), tetapi ditutup & dibuka SPK, tujuan adanya
tidak merata disemua tenaga multi purpose di lapangan yang
propinsi. salah satu tugasnya menolong persalinan,
karena beda falsafah & kurikulum terutama
berkaitan dengan kemampuan bidan, tujuan
tdk tercapai.
untuk tingkatkan kemampuan 1981SPK dalam yan. KIA termasuk
kebidanan, dibuka D I KIA, pendk. Berlangsung 1 tahun & tidak
dilakukan oleh semua institusi. Th 1981, dibuka D1 KIA unk
meningkatkan kemampuan SPK dalam yan KIA termasuk
Perkembangan Kebidanan di Indonesia

kebidanan -> berlangsung 1 th dan tdk dilakukan oleh semua


institusi.

1975 - 1984 1985 dibuka lagi


AKI dan AKB meningkat,
Program Pend. Bidan dari lulusan SPR &
● sekolah bidan ditutup, tetapi IBI tetap ada SPK, saat itu dibutuhkan bidan yang memiliki
● Pendidikan bidan di Indonesia dapat kewenangan untuk meningkatkan yan. KIA &
dikatakan tragis, dibandingkan profesi KB, lama pend. 1 tahun, lulusan
kesehatan lain, pernah tutup selama 9 dikembalikan ke institusi pengirim.
tahun (1975-1984).
1993
● dibuka PPB B dr Akper -> menjadi pendidik PPB A
karena hasil tidak menunjukan kompetensi yg
diharapkan tercapai maka slth 2 angkatan ditutup.
● Kenyataan lulusan tidak miliki pengetahuan &
ketrampilan sebagai bidan profesional, karena lama
1989 pendidikan singkat, jumlah peserta terlalu besar
● dibuka pendidikan bidan scra sehingga kesempatan untuk praktik klinik kebidanan
nasional yg memperbolehkan sangat kurang.
● lulusan SPK tidak cukup penuhi kebutuhan bidan,
lulusan SPK untuk langsung masuk
PPB dibuat program cepat pend. Bidan (PPB/C) dengan
● dikenal sebagai Program latar SMP yang diselenggarakan di 11 propinsi
Pendidikan Bidan A (PPB/A), lama (Aceh, Bengkulu, Lampung dan Riau, Kalbar,
pend. 1 tahun, lulusan ditempatkan Kaltim, Kalsel, NTT, Maluku dan Irja, dgn kurikulum
didesa dengan tujuan memberikan 3700 jam dlm 6 semester
yankes terutama terhadap ibu &
anak didaerah pedesaan dalam
rangka meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan
turunkan AKI & anak.
Tahun 1995-1998 IBI bekerja sama1995 - 1998
langsung dengan mother care melakukan
pelatihan bidan RS dan bidan Puskesmas serta bidan di Desa di provinsi
Kalsel

1994
● PBB A dielenggarakan dengan peserta yang cukup besar, dengan harapan tahun 1996 sebagian desa sudah memiliki
bidan. Dari hasil penelitian dianggap tidak kompeten karena lama pendidikan singkat, hanya berlangsung 2 tahun
(1995-1996).
● Sebetulnya tahun 1994 RS St. Carolus sudah melaksanakan pend. Bidan dari lulusan SMA, lamanya 3½ tahun, tidak
berlangsung lama.
● Pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
1996
Untuk penuhi tuntutan profesionalisme tahun 1996 Kepmenkes RI no 4118 tahun 1987 dan Kepmendikbud no
009/U/1996, dibuka D-III kebidanan dengan institusi AKBID di 6 propinsi menerima calon dari SMA
Mulai th 1996 status menjadi Bidan PTT, kontrak selama 3 th kemudian diperpanjang 2-3 th berikutnya dan Bidan
ditempatkan di setiap desa menjadi PNS golongan II.
Penempatan ini menyebabkan orientasi sebagi nakes berubah. Bidan harus disiapkan sebaik-baiknya tidak hanya
kemampuan profesional bidan tapi juga kemampuan komunikasi, konseling & mampu menggerakkan masy desa
dalam tingkatkan taraf KIA.
2000
Saat ini kurikulum D III keb telah direvisi mengacu pada Kep. Mendiknas 232 tahun 2000 tentang pedoman penyusunan
kurikulum pendidikan tinggi dan disahkan dengan Kepmenkes RI. No. HK.00.06.2.4.1583.
Tahun 2001 tercatat 65 institusi D III keb. (45 DEPKES, 20 swasta) diseluruh Indonesia
Sampai tahun 2008 telah tercatat ± 310 institusi D III Keb.
Tahun 2000 telah ada pelatihan Asuhan Persalinan Normal yang dikoordinasikan dengan Maternal Neonatal Health
(MNH). Pelatihan life skill S (LSS) dan Asuhan Persalinan Normal (APN) tidak hanya untuk pelayanan tetapi juga
guru, dosen-dosen dari akbid
Selain pendidikan formal dan pelatihan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan diadakan seminar dan
lokakarya organisasi. Dilaksanakan tiap tahun selama 2 kali tahun 1996-2000 dengan biaya dari UNICEF.
Jumlah institusi banyak + jumlah guru kompeten terbatas, tahun
2000 dibuka Program Pend. Diploma IV Bidan Pendidik yang
diselenggarakan di FKUGM, lamanya 2 smt, telah hasilkan 7
angkatan dengan gelar S.SiT
Institusi lain penyelenggara D IV seperti UNPAD (2002), USU
(2004), Stikes Ngudi Waluyo Semarang, Stikim Jakarta
(2003), Poltekkes Kalsel dan Kaltim (2009) dan tempat lain
Awalnya program dirancang hasilkan bidan pendidik 1000 lulusan.
Hanya dilaksanakan sebagai masa transisi dalam upaya
pemenuhan kebutuhan dosen
Bulan Mei 2006 UNPAD membuka S2 kebidanan, menerima dari
DIV bidan
S1 Kebidanan tahun 2008 di UNAIR, Brawijaya dan Unhas juga
dibuka.
1807 1920 1957
Perkembangan Pelayanan

Gub. Jend. Hendrik Dr. Piverrli didirikan BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan
Williams Deandels ada mendirikan Biro Anak) dgn bidan sbg penanggung jawab
Kebidanan

dukun di latih Konsultasi Ibu dan yankes pd masyarakat.


melakukan pertolongan Anak di Jakarta dgn Diluar itu bidan melakukan pertolongan
persalinan, tetapi tidak nama Consultatie persalinan dan kunjungan rumah  Dari
lama karena tidak ada Bureu Vorr Moeder en BKIA berkembang menjadi Puskesmas ->
pelatih kebidanan. Kind. Di Jabar berintegrasi bagi masyarakat  Puskesmas
Pada saat itu pelayanan dipelopori oleh dr. memberikan pelayanan di dlm dan d luar
kebidanan hanya untuk Poerwosoewarjo dan gedung -> berorientasi pd wilayah kerja bidan
orang-orang Belanda dr. Soemaroe dgn  Yan-kes di luar gedung adalah yan-kes
di Indonesia mengikutsertakan keluarga di Posyandu, meliputi: pemeriksaan
dukun bayi -> cikal kehamilan, KB, imunisasi, gizi dan kesehatan
bakal pend. dukun lingkungan
1990
Perkembangan Pelayanan

mulai diberikan secara Titik tolak Konferensi Kepundudukan Dunia di


merata dan dekat dgn Kairo (1994), menekankan pd kespro, memperluas
Kebidanan

masy -> Inpres (1992),  area pelayanan kesehatan bidan, meliputi:


Pelayanan BIDANSA • Safe Motherhood; termasuk BBL dan perawatan
berorientasi pd kes-masy, abortus
sedangkan bidan di RS •KB
mencakup pelayanan pd •PMS, termasuk ISK
poliklinik, yg bisa meluas •Kespro remaja
sampai pada kes-pro, dll. •Kespro orang tua
Permenkes No. 5380/IX/1963 -> wewenang terbatas pd pertolongan persalinan normal scra
mandiri, didampingi tugas lain.
Permenkes No. 363/IX/1980, kemudian diubah mjd Permenkes No. 623/1989 -> bidan
melaksakan tindakan khusus dibawah pengawasan dokter.
Permenkes NO. 572/VI/1996 -> regristrasi & praktik bidan, bidan diberi kewenangan mandiri,
yg mencakup: pelayanan kebidanan (ibu dan anak), KB, dan kes-masy.
Permenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 -> regristrasi & praktik bidan, bidan diberi
kewenangan: pelayanan kebidanan (pranikah, antenatal, natal, postnatal, BBL & balita)
dan KB – Bidan diwajibkan merujuk kasus-kasus yg tdk dpt ditangani, menyimpan
rahasia, meminta persetujuan tindakan medis -> Juklak dlm lampiran Keputusan Dirjen
Binkesmas No. 1506/Tahun 1997 – UU No 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan.
Permenkes No. 1464 Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
KEPMENKES 320 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR PROFESI BIDAN
Kepmenkes (KMK) Nomor HK.01.07/MENKES/1261/2022 Tentang Standar Kompetensi
Kerja Bidang Kebidanan
Terima Kasih
— Risma & Yunita

Anda mungkin juga menyukai