Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN PELAYANAN DAN PENDIDIKAN


KEBIDANAN

DISUSUN OLEH:

NAMA: Rita Wulandari

NIM : 10210135

DOSEN PENGAMPU: Indri Ramadhani,SST.,M.Kes

AKADEMI KEBIDANAN AGUNG HUSADA KAYUAGUNG


KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kayu agung , 27 September 2021


Penyusun

Rita Wulandari.

i
DAFTAR ISI

Sampul

Kata Pengantar .................................................................................................................i

Daftar Isi ...........................................................................................................................ii

BAB 1

A. Latar Belakang .....................................................................................................1


B. Tujuan Penulisan .................................................................................................1
C. Rumusan Masalah ................................................................................................2

BAB 2

Pembahasan.................................................................................................................3

1.1 Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Dalam Negeri ..................................3


1.2 Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Dalam Negeri .................................4
1.3 Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri .....................................6
1.4 Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Luar Negeri ....................................8

BAB 3
Simpulan ..................................................................................................................12
Saran ........................................................................................................................12
Daftar Pustaka ................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan setiap waktu


mengalami perkembangan ,baik suatu kemajuan atau justru kemunduran. Perkembangan
ini terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sejarah kebidanan dimulai sejak
awal kehidupan atau awal peradaban manusia. Zaman dahulu persalinan dan perempuan
menstruasi dianggap kotor dan menjijikan sehingga cara persalinan terkesan tidak
manusiawi. Tidak ada yang mencatat kapan dimulainya persalinan dilakukan oleh
bidan. Dalam sejarah, perempuan dalam proses melahirkan dapat dilakukan sendiri atau
dibantu oleh suami mereka. Ketika manusia tidak lagi berpindah-pindah dan
membentuk kelompok masyarakat, para ibu melahirkan dijaga atau ditolong oleh
seorang perempuan yang diangga mampu,yaitu seorang perempuan setengah baya yang
telah menikah dan melahirkan, melalui percobaan dan tukar pengetahuan dia
mengembangkan keahliannya yang disebut dukun bayi. Terdapat catatan yang
menunjukan tindakan yang dilakukan bidan, terdapat ada patung Mochicha (500 SM),
lukisan Papyri dan Tomb dalam Old Testament (Chamberlein, 1981), catatan tentang
bidan Yahudi (Shipah dan Puah) yang berani mengambil risiko membel keselamatan
bayi laki-laki Bangsa Yahudi yang diperintahkan utuk dibunuh oleh Firaun. (Th.
Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan


Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan” sebagai berikut:

1.Sebagai tugas mata kuliah Konsep Kebidanan materi “Sejarah Perkembangan


Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Dalam dan Luar Negeri”.

2. Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan pelayanan kebidanan di


Indonesia dan di luar negeri.

3. Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan pendidikan kebidanan di


Indonesia dan di luar negeri.

1
4. Sebagai pemberi motivasi untuk mengembangkan pelayanan dan pendidikan
kebidanan di wilayah yang ditempati sekarang.

C.Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan pelayanan kebidanan didalam dan diluar


negeri...?
2. Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan kebidanan didalam dan diluar
negeri...?

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Dalam Negeri

Pada zaman pemerintah hindia belanda,angka kematian ibu dan anak sangat
tinggi.Tenaga penolong persalinan adalah dukun,pada tahun 1807,dimasa pemerintah
gubernur jenderal hendrik William Deandeals,para dukun dilatih untuk melakukan
pertolongan persalinan tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. (Th. Endang
Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Kemudian pada tahun 1849,dibuka pendidikan dokter jawa di batafia,tepatnya
dirumah sakit militer belanda yang sekarnng dikenal dengan RSPAD gatot subroto. (Th.
Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan melalui kursus
tambahan seiring dengan pelatihan tersebut didirikan pula balai kesehatan ibu dan
anak,bermula bidan yang bertugas di puskesmas berpungsi memberikan pelayanan
kesehatan bagi ibu dan anak diberikan diluar gedung adalah pelayanan keluarga
berencana dan pelayanan di pos pelayanan terpadu (Posyandu). (Th. Endang
Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Titik tolak tugas bidan di rumah sakit mencakup pelayanan dipoli klinik
antenatal,poli klinik keluarga bencana,ruang peri natal,kamar bersalin,kamar operasi
kebidanan dan ruang nifas. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)

Memperluas area garapan pelayanan bidan:


1.Safe motherhood Termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus
2.Keluarga berencana
3.Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi
4.Kesehatan reproduksi remaja
5.Kesehatan reproduksi orang tua

Bidan dalam melaksanakan peran,fungsi,dan tugasnya didasarkan pada kemampuan


serta kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Perarturan
Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu
mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat serta

3
kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Permenkes tersebut terdiri atas:

1. Permenkes No. 5380/IX/1963 yang menyatakan bahwa wewenang bidan


terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas
lain.

2. Pemenkes No. 363/IX/1980 yang kemudian diubah menjadi Permenkes


623/1989, menyatakan bahwa wewenang bidan dibagi menjadi dua, yaitu
wewenang umum dan khusus.

3. Permenkes No. 572/VI/1996 yang mengatur tentang registrasi dan praktik bidan.
Bidan dalam melaksanakan praktiknya diberi kewenangan yang mandiri.

4. Permenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 yang mengatur tentang registrasi dan


praktik bidan. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)

1.2 Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Dalam Negeri

Perkembangan pelayanan kebidanan dimulai ketika Belanda menjajah Indonesia.


Pada masa pemerintahan Belanda, Indonesia masih mengikuti kebiasaan lama,ibu
ditolong oleh dukun paraji. Persalinan oleh dukun menggunakan mantra-mantra dan
mengurut perut ibu. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Perkembangan pelayanan kebidanan di Indonesia menurut catatan dimulai pada
tahun1807 ketika angka kematian ibu dan bayi tinggi sehingga dukun dilatih untuk
pertolongan persalinan di zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Dandels, tetapi
keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Adapun
pelayanan kebidanan hanya diperuntukan bagi orang Belanda yang ada di Inonesia. (Th.
Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Tahun 1849 dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia tepatnya di Rumah Sakit
Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto. Seiring dengan dibukanya pendidikan
dokter tersebut, pada tahun 1851,dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di
Batavia oleh seorang dokter militer Belanda W.Bosch. Mulai saat itu pelayanan
kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bayi.Pada tahun 1952 ,mulai diadakan
pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan,
pelatihan untuk dukun masih berlangsung sampai sekarang yang diberikan oleh bidan.
(Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)

4
Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta dilakukan pula di
kota-kota besar di nusantara. Seiring pelatihan tersebut, didirikan pula Balai Kesehatan
Ibu dan Anak (BKIA) dengan bidan sebagai penangung jawab. Pelayanan yang
diberikan mencakup antenatan, postnatal, pemeriksaan bayi dan anak.Pada tahun 1957
bermula dari BKIA, kemudian terbentuklah sustu pelayanan terintegrasi bagi
masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Pelayanan yang
diberikan yaitu kesehatan ibu dan anak, serta keluarga berencana. Pelayanan kebidanan
di Posyandu mencakup pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga berencana,
imunisasi gizi, dann kesehatan lingkungan. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi
Walyani,2019)
Sejak tahun 1990, pelayanan kebidanan diberikan secara merata sesuai
kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini merupakan Instruksi Presiden disampaikan pada
Sidang Kabinet Tahun 1992. Kebijakan ini mengenai perlunya mendidik bidan untuk
ditempatkan di desa dengan tugas pokok sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya
ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir termasuk
pembinaan dukun bayi.Titik tolak Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun
1994 menekankan pada kesehatan reproduksi, memperluas area garapan pelayanan
kebidanan. Area tersebut meliputi:
(Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)

1. Safe motherhood termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus.


2. Keluarga berencana.
3. Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi.
4. Kesehatan reproduksi remaja
5. Kesehatan reproduksi orang tua.

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi, dan tugasnya didasarkan pada


kemampuan serta kewenangan yang diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan
(Permekes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami
perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan masyarakat serta kebijakan pemerintah
dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Permenkes tersebut terdiri atas :
(Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)

1. Permenkes No. 5380/IX/1963 yang menyatakan wewenang bidan terbatas


pada pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas lain.

2. Permenkes No. 363/IX/1980 diubah menjadi Permenkes No. 326 /1989 bahwa
wewenang bidan dibagi menjadi wewenang umum dan khusus. Dalam

5
wewenang khusus ditetapkan bahwa bidan melaksanakan tindakan dibawah
pengawasan dokter. 

3. Permenkes No. 527/VI/1996 mengatur tentang registrasi dan praktik


kebidanan. Bidan dalam melaksanakan praktiknya diberikan kewenangan
yang mandiri yang disertai kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam
wewenang tersebut mencakup :
a. Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak
b. Pelayanan keluarga berencana
c. Pelayanan kesehatan masyarakat

4. Permenkes No. 900/Menkes/SK/XII/2002 mengatur tentang registrasi dan


praktik bidan. Bidan dalam praktiknya diberi kewenangan  untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan pranikan, antenatal,
intranatal,, postnatal, bayi baru lahir, dan balita.
b. Pelayanan keluarga berencana yang meliputi pemberian obat dan alat
kontrasepsi melalui oral, suntikan, pemasangan dan pencabutan alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBR)
tanpa penyulit.Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi,
konsultasi, dan rujukan sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan, serta
kemampuannya.

Wewenang bidan dalam pelayanan kebidanan  di bidang keluarga berencana


mencakup penyedian alat kontrasepsi :oral (pil KB), suntik, kondom, tisu vaginal, alat
kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit , baik pemasangan maupun
pencabutan. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)

1.3 Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri

Pada pertengahan abad ke- 17, bidan adalah profesi penting dan di hormati di
komunitas kolonial Belanda. Kebidanan hanya salah satu bentuk pelayanan yang
diberikan para bidan kepada komunitas kolonial. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth
Siwi Walyani,2019)
Terdapat berbagai faktor yanng menurunkan derajat bidan di masyarakat.
Faktor-faktor tersebut mencakup : (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi
Walyani,2019)

6
a. Perilaku Religius
Pada awal abad ke- 17, banyak bidan berasal dari inggris yang keberadaannya
merupakan bantuan dari pihak gereja sehingga penilaian moral lebih di tekankan.
Seorang bidan dituntut untuk memiliki karakter/perilaku yang baik. Bidan
tersebut disumpah dan memiliki kewenangan untuk mendengarkan pengakuan
dosa dan melakukan pembaptisan. Akan tetapi, kewenangan tersebut
menimbulkan kontroversi karena dalam sumpahnya. (Th. Endang Purwoastuti,
Elisabeth Siwi Walyani,2019)

b. Kebutuhan Ekonomi

Pada awal abad ke- 18,imbalan yang diberikan kepada bidan tidak lagi
mencukupi. Bidan hidup dalam ekonomi yang morat-marit, meskipun mereka tinggal
dikota besar. Pada saat itu, tidak ada lembaga atau organisasi yang mengatur standar
upah yang layak bagi bidan.

c. Pengambilalihan Tugas dan Tanggung Jawab Oleh Dokter

Pada awal abad ke-18 itu pula masyarakat kelas atas cenderung lebih percaya
pada dokter yang didominasi pria sehingga mereka meremehkan keberadaan bidan yang
sebagian besar adalah wanita. Bahkan dokter Walner Channing, lulusan Harvard dengan
tegas berpendapat dalam bukunya bahwa ia tidak setuju dengan keberadaan bidan
wanita.

d. Pendidikan Yang Tidak Mendukung dan Tidak Adanya


Organisasi Kebidanan

Abad ke-18 dan 19 merupakan titik pesatnya perkembangan dunia medis,


keperawatan, serta praktik obstetri. Tetapi sayangnya, perkembangan ini tidak dialami
profesi kebidanan.

e. Peningkatan Jumlah Imigran

Pada masa revolusi industri, sejumlah negara mengalami peningkatan imigrasi,


namun kondisi kebidanan masih tetap sama. Hal ini terjadi karena banyak bidan imigran
yang tidak bisa berbahasa inggris dan tidak memiliki akses ke sistem pelayanan
kesehatan yang ada, khususnya bidan kulit hitam, karena masalah rasisme

7
f. Status Wanita Yang Direndahkan

Turunnya pamor bidan di mata masyarakat diperburuk dengan status wanita


yang direndahkan saat itu. Pada tahun 1906 di adakan penelitian mengenai kematian ibu
dan anak di New York. Penelitian ini menunjukan bahwa 40% persalinan dilakukan
oleh bidan yang tidak kompeten walaupun kelalaian dokter turut menjadi faktor
penyebab tingginya angka kematian ibu juga disebabkan oleh factor-faktor berikut: (Th.
Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)

1. Rumah sakit tidak di anggap sebagai perawatan obstetri sehingga tidak tersedia
sumber daya yang cukup untuk mengatasi keadaan darurat atau komplikasi.

2. Materi pengajaran mengenai obstetri tidak di anggap penting sehingga sering di


abaikan.

3. Praktik obstetri hanya terbatas pada periode intrapartum dan postpartum saja.

4. Sedikitnya peraturan yang mengatur kewenangan dan tanggung jawab bidan

Pada abad ke-19 (1846-1847),terjadi migrasi penduduk dari Illinois ke Utah


menggunakan kereta kuda. Selama perjalanan tersebut terjadi banyak proses persalinan
yang di bantu bidan. Peristiwa ini tercatat dalam sejarah. (Th. Endang Purwoastuti,
Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Pada tahun 1990-an, muncul sebuah artikel mengenai kebidanan yang berjudul
Changing Childbirth yang menekankan bahwa layanan maternitas seharusnya berpusat
pada wanita dan berfokus pada pemenuhan kebutuhan wanita yang menggunakan
layanan tersebut. Dengan dipublikasikannya laporan tersebut, maka posisi bidan
semakin penting dan nyata. Peran bidan pun mendapat tantangan, khususnya dalam
pelayanan maternitas. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Dua dekade pertama pada abad ke-20 tercatat sebagai masa pelayanan matenitas
yang sangat buruk, dan untuk mengatasinya dibentuk dua organisasi, yaitu Children’s
Burcau di Washington dan maternity Center Association di NewYork yang berfokus
pada perbaikan pelayanan maternitas. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi
Walyani,2019)

1.4 Perkembangan Pendidikan Kebidanan di Luar Negeri

8
Di Amerika Serikat, pendidikan kebidanan harus memenuhi standar yang dibuat
oleh American College of Nurse-Midwives ( ACNM ), karena juga mencangkup
perawatan kesehatan primer untuk ;perawat-kebidanan bersertifikat adalah seseorang
yang telah dididik dalam dua disiplin ilmu yaitu keperawatan dan kebidanan. Sertifikasi
tersebut diberikan kepada orang yang telah lulus ujian nasional yang diselenggarakan
oleh American of Nurse-Midwives-Certification-Council (ACC). Sertifikasi tersebut
merupakan bukti bahwa orang tersebut telah memenuhi standar professional untuk
melakukan praktik yang aman.

Sertifikasi tersebut juga melindungi hak publik dan membedakan bidan dan
sertifikasi ACC- yang dididik dan dipersiapkan dengan baik-dari orang yang menyebut
menyebut dirinya bidan atau berperan dalam sebagian praktik kebidanan tanpa
mengenyam program pendidikan kebidanan. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi
Walyani,2019)
Praktik perawat kebidanan adalah manajemen perawat kesehatan wanita yang
bersifat independen, umumnya berfokus pada periode kehamilan, pelahiran,
pascamelahirkan, perawatan bayi baru lahir, perencanaan keuarga, serta kebutuhan
ginekologis untuk wanita. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Perawatan kebidanan yang bersertifikat dapat berpraktik dalam sistem perawatan
kesehatan yang menyediakan konsultasi, manajemen kolaborasi, ataupun referensi
( rujukan ) yang di dasarkan pada status kesehatan klien. Perawat kebidanan
bersertifikat dapat berpraktik berdasarkan standar praktik perawat-keperawatan standar
praktik perawat-kebidanan, seperti yang didefinisikan oleh ACNM bahwa “ perawat-
kebidanan bersertifikat dapat praktik di rumah sakit, rumah, ataupun di rumah bersalin.
Di tempat apa pun, keselamatan ibu dan bayi merupakan perhatian utama”. (Th. Endang
Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)

Sedangkan pendidikan kebidanan di inggris terdiri dari dua bagian, yaitu :

1. Pre-registrasion three year programmeldirect entry. Program ini ditunujan bagi


mereka yang belum pernah mengenyam pendidikan keperawatan dasar, dengan
lama pendidikan selama 3-4 tahun. Program ini sangat diminati oleh banyak
wanita muda dewasa Karen waktunya pendek serta cukupo ekonomis dan segi
biaya.

2. Pre-registration ( shortened ) 18 months programme. Program ini ditunjukan


bagi mereka yang pernah mengenyam pendidikan keperawatan dasar, dengan
lama pendidikan 18 bulan-2 tahun.

9
Praktik kebidanan di inggris diatur oleh sejumlah undang-undang yaitu
Midwives Rules, The midwife’s Code of practice, dan United Kingdom Central council
( UKCC ) for Nursing, Midwifery and Health Visitor. (Th. Endang Purwoastuti,
Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Di dalam UKCC ditemukan bahwa yang harus dimiliki oleh seorang bidan
bukan hanya pendidikan kebidanan tetapi juga kemampuan menghargai latar belakang
wanita ( klien ) karena hal tersebut dapat mempengaruhi keadaan ibu dan bayi. Lebih
jelasnya, UKCC menguraikan keterampilan yang harus dimiliki oleh bidan, mencakup :
(Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)

1. Promise kesehatan

2. Pengkajian fisik

3. Perawatan pasien

4. Tindakan mandiri

5. Melakukan kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lainnya.

6. Melakukan perawatan yang disarankan oleh dokter

7. Komunikasi dengan pasien

8. Penelitian berkelanjutan

9. Kerja sama dalam tim

10. Bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.

11. Sadar dengan perkembangan masalah-masalah etika.

12. Bertanggung jawab atas hasil kerjanya.

Tanggung jawab bidan, mencakup:

1. Melaksanakan kompetensi profesiona;.

2. Menyimpan semua catatan/rekam medis.

10
3. Bertanggung jawab terhadap keluarga pasien

4. Bertanggung jawab pada profesi.

5. Bertanggung jawab pada masyarakat.

Setiap tahun pada bulan maret, bidan mengajukan permohonan untuk bias
berprakitik di daerah tertentu kepada suvervisor sambil memperihatkan bukti bahwa
mereka telah mengikuti up date pendidikan kebidanan terbaru. Up date pendidikan
berbentuk khusus singkat yang diadakan setiap lima tahun. (Th. Endang Purwoastuti,
Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Sejak April 1995, semua bidan yang akan memperbarui surat izin praktiknya
harus mengikuti pendidikan berkelanjutan yang disebut PREP (postregistrasion
Education and Practice ). Materi yang diberikan mencakup: (Th. Endang Purwoastuti,
Elisabeth Siwi Walyani,2019)

1. Perkembangan teknologi

2. Perubahan dalam masyarakat, peran pria dan wanita dalam keluarga serta
masyarakat.

3. Perubahan dalam dunia kerja.

4. Perubahan dalam dunia pendidikan.

5. Perubahan dalam organisasi sumber daya serta manajemen perawatan kesehatan.

6. Perubahan dalam perilaku kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut oleh


masyarakat.

Selain pendidikan berkelanjutan, untuk menambah wawasannya, bidan juga


diharapkan terus membaca jurnal, laporan, penelitian, dan berita terbaru mengenai
perkembangan kebidanan yang akan merangang pola piker analitisnya. (Th. Endang
Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)

Organisasi Profesional Kebidanan di inggris :

1. RCM ( Royal College of Miwives ), merupakan lembaga yang mendukung


bidan dalam upayanya meningkatkan standar keperawatan bagi ibu, bayi, dan
keluarganya. Lembaga ini merupakan satu-satunya organisasi di inggris yang

11
berkaitan dengan bidan. Tujuan dari RCM adalah untuk meningkatkan seni dan
ilmu kebidanan serta meningkatkan standar profesionalisme. Sekretariatnya
berada di London, mereka memiliki anggota 37.000 orang bidan dan 200 cabang
di pelosok negeri untuk mempermudah akses para anggotanya.

2. ICM ( International Conferation of Midwives ), merupakan konfederasi bidan


dunia yang sekretariatnya berada di London. Tujuan dari ICM adalah
meningkatkan standar perawat bagi wanita, bayi, dan keluarga di seluruh dunia
melaui penggunaan, pendidikan, dan penyediaan bidan yang professional. ICM
bekerja sama dengan program Safe Motherbood WHO. ICM mengadakan
kongres setiap 3 tahun, setiap 4 kali dalam setahun ICM menerbitkan bulletin
yang memudahkan bidan mengetahui perkembangan dan isu kebidanan di
seluruh dunia.

3. European Community Midwives Directive, merupakan analiansi bidan se-eropa


yang berfokus pada peningkatan kelitas pelayanan kebidanan.

Sampai saat ini, di inggris terdapat 105,723 orang bidan yang terdiri dari 112
pria dan 105.611 wanita. Para bidan tersebut bekerja di berbagai macam institusi:
31.496 bidan bekerja di rumah sakit NHS ( Ntional health Services ) dan/ atau
komunitas, 2.363 bidan dipekerjakan oleh perserikat bidan, 804 bidan bekerja sebagai
tenaga pengajar kebidanan, 301 bidan diperkerjakan oleh sebuah agensi, 106 bidan di
institusi swasta, 100 bidan bekerja sendiri dalam praktik swasta. Jumlah keseluruhannya
lebih dari yang terdaftar berpraktik, karena banyak bidan yang menjalankan lebih dari
satu jenis praktik. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan setiap waktu


mengalami perkembangan, baik suatu kemajuan atau justru kemunduran. Perkembangan
ini terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sejarah kebidanan dimulai sejak

12
awal kehidupan atau awal peradaban manusia. Zaman dahulu persalinan dan perempuan
menstruasi di anggap kotor dan menjijikan sehingga cara persalinan terkesan tidak
manusiawi. Tidak ada yang mencatat kapan dimulainya persalinan dilakukan oleh
bidan. Dalam sejarah, perem[uan dalam proses melahirkan dapat dilakukan sendiri atau
dibantu oleh suami mereka. Ketika manusia tidak lagi berpindah-pindah dan
membentuk kelompok masyarakat, Para ibu melahirkan dijaga atau ditolong oleh
seorang perempuan yang dianggap mampu, yaitu seorang perempuan setengah baya
yang telah menikah dan melahirkan, melalui percobaan dan tukar pengetahuan dia
mengembangkan keahliannya yang disebut dukun bayi. Terdapat catatan yang
menunjukkan tindakan yang dilakukan bidan, terdapat ada patung Mochicha (500 SM),
lukisan Papyri dan Tomb dalam Old Testament (Chamberlein, 1981), catatan tentang
bidan yahudi (Shipah dan Puah) yang berani mengambil risiko membel keselamatan
bayi laki-laki Bangsa Yahudi yang diperintahkan. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth
Siwi Walyani,2019)

B.Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,segala kritik dan saran dari pembaca
akan penyusun terima dengan lapang dada untuk perbaikan penyusunan yang lebih baik
lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani. Buku Konsep Kebidanan


(2019)

14

Anda mungkin juga menyukai