DISUSUN OLEH:
NIM : 10210135
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Rita Wulandari.
i
DAFTAR ISI
Sampul
BAB 1
BAB 2
Pembahasan.................................................................................................................3
BAB 3
Simpulan ..................................................................................................................12
Saran ........................................................................................................................12
Daftar Pustaka ................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1
4. Sebagai pemberi motivasi untuk mengembangkan pelayanan dan pendidikan
kebidanan di wilayah yang ditempati sekarang.
C.Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada zaman pemerintah hindia belanda,angka kematian ibu dan anak sangat
tinggi.Tenaga penolong persalinan adalah dukun,pada tahun 1807,dimasa pemerintah
gubernur jenderal hendrik William Deandeals,para dukun dilatih untuk melakukan
pertolongan persalinan tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. (Th. Endang
Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Kemudian pada tahun 1849,dibuka pendidikan dokter jawa di batafia,tepatnya
dirumah sakit militer belanda yang sekarnng dikenal dengan RSPAD gatot subroto. (Th.
Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan melalui kursus
tambahan seiring dengan pelatihan tersebut didirikan pula balai kesehatan ibu dan
anak,bermula bidan yang bertugas di puskesmas berpungsi memberikan pelayanan
kesehatan bagi ibu dan anak diberikan diluar gedung adalah pelayanan keluarga
berencana dan pelayanan di pos pelayanan terpadu (Posyandu). (Th. Endang
Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Titik tolak tugas bidan di rumah sakit mencakup pelayanan dipoli klinik
antenatal,poli klinik keluarga bencana,ruang peri natal,kamar bersalin,kamar operasi
kebidanan dan ruang nifas. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
3
kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Permenkes tersebut terdiri atas:
3. Permenkes No. 572/VI/1996 yang mengatur tentang registrasi dan praktik bidan.
Bidan dalam melaksanakan praktiknya diberi kewenangan yang mandiri.
4
Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta dilakukan pula di
kota-kota besar di nusantara. Seiring pelatihan tersebut, didirikan pula Balai Kesehatan
Ibu dan Anak (BKIA) dengan bidan sebagai penangung jawab. Pelayanan yang
diberikan mencakup antenatan, postnatal, pemeriksaan bayi dan anak.Pada tahun 1957
bermula dari BKIA, kemudian terbentuklah sustu pelayanan terintegrasi bagi
masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Pelayanan yang
diberikan yaitu kesehatan ibu dan anak, serta keluarga berencana. Pelayanan kebidanan
di Posyandu mencakup pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga berencana,
imunisasi gizi, dann kesehatan lingkungan. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi
Walyani,2019)
Sejak tahun 1990, pelayanan kebidanan diberikan secara merata sesuai
kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini merupakan Instruksi Presiden disampaikan pada
Sidang Kabinet Tahun 1992. Kebijakan ini mengenai perlunya mendidik bidan untuk
ditempatkan di desa dengan tugas pokok sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya
ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir termasuk
pembinaan dukun bayi.Titik tolak Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun
1994 menekankan pada kesehatan reproduksi, memperluas area garapan pelayanan
kebidanan. Area tersebut meliputi:
(Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
2. Permenkes No. 363/IX/1980 diubah menjadi Permenkes No. 326 /1989 bahwa
wewenang bidan dibagi menjadi wewenang umum dan khusus. Dalam
5
wewenang khusus ditetapkan bahwa bidan melaksanakan tindakan dibawah
pengawasan dokter.
Pada pertengahan abad ke- 17, bidan adalah profesi penting dan di hormati di
komunitas kolonial Belanda. Kebidanan hanya salah satu bentuk pelayanan yang
diberikan para bidan kepada komunitas kolonial. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth
Siwi Walyani,2019)
Terdapat berbagai faktor yanng menurunkan derajat bidan di masyarakat.
Faktor-faktor tersebut mencakup : (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi
Walyani,2019)
6
a. Perilaku Religius
Pada awal abad ke- 17, banyak bidan berasal dari inggris yang keberadaannya
merupakan bantuan dari pihak gereja sehingga penilaian moral lebih di tekankan.
Seorang bidan dituntut untuk memiliki karakter/perilaku yang baik. Bidan
tersebut disumpah dan memiliki kewenangan untuk mendengarkan pengakuan
dosa dan melakukan pembaptisan. Akan tetapi, kewenangan tersebut
menimbulkan kontroversi karena dalam sumpahnya. (Th. Endang Purwoastuti,
Elisabeth Siwi Walyani,2019)
b. Kebutuhan Ekonomi
Pada awal abad ke- 18,imbalan yang diberikan kepada bidan tidak lagi
mencukupi. Bidan hidup dalam ekonomi yang morat-marit, meskipun mereka tinggal
dikota besar. Pada saat itu, tidak ada lembaga atau organisasi yang mengatur standar
upah yang layak bagi bidan.
Pada awal abad ke-18 itu pula masyarakat kelas atas cenderung lebih percaya
pada dokter yang didominasi pria sehingga mereka meremehkan keberadaan bidan yang
sebagian besar adalah wanita. Bahkan dokter Walner Channing, lulusan Harvard dengan
tegas berpendapat dalam bukunya bahwa ia tidak setuju dengan keberadaan bidan
wanita.
7
f. Status Wanita Yang Direndahkan
1. Rumah sakit tidak di anggap sebagai perawatan obstetri sehingga tidak tersedia
sumber daya yang cukup untuk mengatasi keadaan darurat atau komplikasi.
3. Praktik obstetri hanya terbatas pada periode intrapartum dan postpartum saja.
8
Di Amerika Serikat, pendidikan kebidanan harus memenuhi standar yang dibuat
oleh American College of Nurse-Midwives ( ACNM ), karena juga mencangkup
perawatan kesehatan primer untuk ;perawat-kebidanan bersertifikat adalah seseorang
yang telah dididik dalam dua disiplin ilmu yaitu keperawatan dan kebidanan. Sertifikasi
tersebut diberikan kepada orang yang telah lulus ujian nasional yang diselenggarakan
oleh American of Nurse-Midwives-Certification-Council (ACC). Sertifikasi tersebut
merupakan bukti bahwa orang tersebut telah memenuhi standar professional untuk
melakukan praktik yang aman.
Sertifikasi tersebut juga melindungi hak publik dan membedakan bidan dan
sertifikasi ACC- yang dididik dan dipersiapkan dengan baik-dari orang yang menyebut
menyebut dirinya bidan atau berperan dalam sebagian praktik kebidanan tanpa
mengenyam program pendidikan kebidanan. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi
Walyani,2019)
Praktik perawat kebidanan adalah manajemen perawat kesehatan wanita yang
bersifat independen, umumnya berfokus pada periode kehamilan, pelahiran,
pascamelahirkan, perawatan bayi baru lahir, perencanaan keuarga, serta kebutuhan
ginekologis untuk wanita. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Perawatan kebidanan yang bersertifikat dapat berpraktik dalam sistem perawatan
kesehatan yang menyediakan konsultasi, manajemen kolaborasi, ataupun referensi
( rujukan ) yang di dasarkan pada status kesehatan klien. Perawat kebidanan
bersertifikat dapat berpraktik berdasarkan standar praktik perawat-keperawatan standar
praktik perawat-kebidanan, seperti yang didefinisikan oleh ACNM bahwa “ perawat-
kebidanan bersertifikat dapat praktik di rumah sakit, rumah, ataupun di rumah bersalin.
Di tempat apa pun, keselamatan ibu dan bayi merupakan perhatian utama”. (Th. Endang
Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
9
Praktik kebidanan di inggris diatur oleh sejumlah undang-undang yaitu
Midwives Rules, The midwife’s Code of practice, dan United Kingdom Central council
( UKCC ) for Nursing, Midwifery and Health Visitor. (Th. Endang Purwoastuti,
Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Di dalam UKCC ditemukan bahwa yang harus dimiliki oleh seorang bidan
bukan hanya pendidikan kebidanan tetapi juga kemampuan menghargai latar belakang
wanita ( klien ) karena hal tersebut dapat mempengaruhi keadaan ibu dan bayi. Lebih
jelasnya, UKCC menguraikan keterampilan yang harus dimiliki oleh bidan, mencakup :
(Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
1. Promise kesehatan
2. Pengkajian fisik
3. Perawatan pasien
4. Tindakan mandiri
8. Penelitian berkelanjutan
10
3. Bertanggung jawab terhadap keluarga pasien
Setiap tahun pada bulan maret, bidan mengajukan permohonan untuk bias
berprakitik di daerah tertentu kepada suvervisor sambil memperihatkan bukti bahwa
mereka telah mengikuti up date pendidikan kebidanan terbaru. Up date pendidikan
berbentuk khusus singkat yang diadakan setiap lima tahun. (Th. Endang Purwoastuti,
Elisabeth Siwi Walyani,2019)
Sejak April 1995, semua bidan yang akan memperbarui surat izin praktiknya
harus mengikuti pendidikan berkelanjutan yang disebut PREP (postregistrasion
Education and Practice ). Materi yang diberikan mencakup: (Th. Endang Purwoastuti,
Elisabeth Siwi Walyani,2019)
1. Perkembangan teknologi
2. Perubahan dalam masyarakat, peran pria dan wanita dalam keluarga serta
masyarakat.
11
berkaitan dengan bidan. Tujuan dari RCM adalah untuk meningkatkan seni dan
ilmu kebidanan serta meningkatkan standar profesionalisme. Sekretariatnya
berada di London, mereka memiliki anggota 37.000 orang bidan dan 200 cabang
di pelosok negeri untuk mempermudah akses para anggotanya.
Sampai saat ini, di inggris terdapat 105,723 orang bidan yang terdiri dari 112
pria dan 105.611 wanita. Para bidan tersebut bekerja di berbagai macam institusi:
31.496 bidan bekerja di rumah sakit NHS ( Ntional health Services ) dan/ atau
komunitas, 2.363 bidan dipekerjakan oleh perserikat bidan, 804 bidan bekerja sebagai
tenaga pengajar kebidanan, 301 bidan diperkerjakan oleh sebuah agensi, 106 bidan di
institusi swasta, 100 bidan bekerja sendiri dalam praktik swasta. Jumlah keseluruhannya
lebih dari yang terdaftar berpraktik, karena banyak bidan yang menjalankan lebih dari
satu jenis praktik. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth Siwi Walyani,2019)
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
12
awal kehidupan atau awal peradaban manusia. Zaman dahulu persalinan dan perempuan
menstruasi di anggap kotor dan menjijikan sehingga cara persalinan terkesan tidak
manusiawi. Tidak ada yang mencatat kapan dimulainya persalinan dilakukan oleh
bidan. Dalam sejarah, perem[uan dalam proses melahirkan dapat dilakukan sendiri atau
dibantu oleh suami mereka. Ketika manusia tidak lagi berpindah-pindah dan
membentuk kelompok masyarakat, Para ibu melahirkan dijaga atau ditolong oleh
seorang perempuan yang dianggap mampu, yaitu seorang perempuan setengah baya
yang telah menikah dan melahirkan, melalui percobaan dan tukar pengetahuan dia
mengembangkan keahliannya yang disebut dukun bayi. Terdapat catatan yang
menunjukkan tindakan yang dilakukan bidan, terdapat ada patung Mochicha (500 SM),
lukisan Papyri dan Tomb dalam Old Testament (Chamberlein, 1981), catatan tentang
bidan yahudi (Shipah dan Puah) yang berani mengambil risiko membel keselamatan
bayi laki-laki Bangsa Yahudi yang diperintahkan. (Th. Endang Purwoastuti, Elisabeth
Siwi Walyani,2019)
B.Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,segala kritik dan saran dari pembaca
akan penyusun terima dengan lapang dada untuk perbaikan penyusunan yang lebih baik
lagi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14