A. Pendahuluan
1. Deskripsi Materi
Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi tertua
didunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan lahir sebagai perempuan
terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu-ibu yang melahirkan. Profesi ini
telah memdudukan peran dan posisi seorang bidan menjadi terhormat
dimasyarakat. Hal ini terjadi karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam
upaya memberikan semangat dan membesarkan hati ibu. Selain itu, bidan dengan
setia mendampingi dan menolong setiap persalinan sampai sang ibu dapat merawat
bayinya dengan baik. Sejak zaman prasejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat
bidan dari Mesir ( Sifra dan Pua, kitab keluaran I:15-16) yang berani mengambil
resiko membela keselamatan bayi laki-laki bangsa Israel (sebagai orang-orang
terjajah oleh bangsa Mesir) yang diperintahkan oleh Firaun untuk dibunuh. Mereka
sudah menunjukkan sikap etika moral yang tertinggi dan takwa kepada Tuhan
dalam membela orang-orang yang berada pada posisi lemah, yang pada zaman ini
kita peran advokasi.
Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan
pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas ibu, khhususnya dinegara
berkembang dan miskin. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui perkembangan
pelayanan dan pendidikan, kebidanan baik secara nasional maupun internasional.
Ini semua diperlukan untuk menambah wawasan kita sebagai bidan.
2. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui sejarah singkat tentang kebidanan nasional dan
internasional.
3. Strategi Pembelajaran
Menurut IBI Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
dengan persyaratan yang berlaku dicatat (register), diberi izin secara sah untuk
menjalankan praktek.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara pormal agar
dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Khususnya untuk dukun
masih berlangsung sampai dengan sekarang yang memberi kursus adalah
bidan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan
ibu dan anak secara menyeluruh dimasyarakat dilakukan melalui kursus
tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada
tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain
di nusantara ini. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai
Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab
pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan
antenatal, post natal dan pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan
penyuluhan gizi. Sedangkan diluar BKIA, bidan memberi pertolongan
persalinan di rumah keluarga dan pergi melakukan kunjungan rumah sebagai
upaya tindak lanjut dari pasca persalinan.
Hal tersebut diatas adalah yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan
yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat beda halnya dengan bidan
yang bekerja dirumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi dengan
individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal,
gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil,
pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan
ruang perinatal.
Titik tolak dari Konferensi Kepandudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994
yang menekankan pada reproductive (kesehatan reproduksi), memperluas area
garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :
1). Safe Motherhood. Termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus.
Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang
ditunjukkan untuk menyelamatkan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa
bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan,
pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Di samping itu bidan
diwajibkan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, memberikan informasi serta
melakukan rekam medis dengan baik. Untuk memberikan pertunjukan pelaksanaan
yang lebih rinci mengenai kewenangan bidan yang dituangkan dalam Lampiran
Keputusan Dirjend Binkesmas No. 1506/Tahun 1997.
4. Indikator Penilaian
c. Mahasiswa mampu memahami dan mampu menjelaskan tentang Konsep
kebidanan sebagai profesi
d. Mahasiswa mampu memahami dan mampu menjelaskan tentang pola
pengembangan karier dan pedidikan kebidanan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan awal kebangkitan bidan
f. Mahasiswa mampu menguraikan macam organisasi profesi bidan
g. Mahasiswa mampu menganalisa tujuan pendidikan kebidanan.
B. Uraian Materi
1. Konsep Bidan Sebagai Profesi
Bidan adalah seorang yang telah berhasil menyelesaikan program pendidikan
kebdanan yang diaakui di negaranya, berdasarkan pada kompetensi inti ICM untuk
praktik keboidanan dasar dan kerangka standar global ICM untuk didaftarkan dan atau
secara hukum memiliki lisensi untuk praktik kebidanan dan menggunakan sebutan
‘Bidan’ serta kompeten dalam praktik kebidanan.
Bidan diakui seorang profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel yang
bekerja dalam kemitraan dengan perempuan untuk memberikan dukungan yang
diperlukan, asuhan dan nasehat selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas, serta
bertanggung jawab untuk memimpin persalinan dan meyediakan asuhan untuk bayi
baru lahir dan bayi. Asuhan initermasuk tindakan pencegahan, promosi persalinan
normal. Deteksi komplikasi pada ibu dan anak, akses pelayanan medis atau rujukan
kebidanan dan pelayanan kegawatdaruratan.
Bidan memiliki tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya untuk perempuan, tetapi juga dalam keluarga dan masyarakat. Tugas ini
melibatkan pendiidkan antenatal dan persiapan menjadi orang tua, bahkan sampai
kepada kesehatan perempuan, seksual dan reproduksi. Seorang bidan dapat praktik
dalam berbagai lingkungan termasuk rumah, masyarakat, rumah sakit klinik atau unit
kesehatan.
Kebidanan adalah ilmu yang terbentuk dari sintesis berbagai disiplin ilmu yang
terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu
sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, dan ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu
manajemen, untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa prakonsepsi,
hamil, bersalin, postpartum, dan bayi baru lahir. Pelayanan kebidanan tersebut
meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, serta melaksanakan
konseling dan pendidikan kesehatan terhadapa individu, keluarga, dan masyarakat.
Bidan sebagai suatu profesi memepelajari ilmu kebidanan. Mengacu kepada
keputusan kesehatan No. 369/MENKES/SK/III/2007, kebidanan adalah satu bidang
ilmu yang mempelajari keilmuan, dan seni yang mempersiapkan kehamilan, menolong
persalinan, nifas, dan meyusui, masa interval, dan pengaturan kesuburan, klimaterium
dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi-fungsi reproduksi manusia, serta
memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan khusus dalam
ilmu atau seni khususnya dan hal yang dipelajari dalm proses yaitu hukum, ilmu
agama, atau pengobatan. Namun dalam kenyataannya sosial sangat kompleks.
Profesional berarti memiliki sifat profesional (profesonal = ahli ). Secara
populer seorang pekerja apapun sering dikatakan profesional. Seorang profesional
dalam bahasa kesehariannya adlah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam
kerjanya, biarpun keterampilan tersebut produk dari fungsi minat dan belajar dari
kebiasaan.
Dalam hal ini, pengertian profesional perlu dibedakan dari jenis pekerjaan
yang menuntut dan dapat dipenuhi melalui kebiasaan melkaukan keterampilan tertentu
(magang, terlibat langsung bekerja dalam situasi dilingkungannya, dan keterampilan
sebagai warisan orang tua atau pendahulunya). Seorang pekerja profesional perlu
dibedakan dengan seorang pekerja stekhnisi. Keduanya dapat saja terampil dalam
unsur kerja yang sama, tetapi seorang pekerja profesional dituntut menguasai visi yang
mendasari keterampilan yang menyangkut wawasan filosofi , pertimbangan rasional,
dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan dan mengembangkan mutu
kerja. Pekerjaan yang berkualitas profesional memilki ciri-ciri tertentu , yaitu
memerlukan persiapan pendidikan khusus bagi calon pelakunya. Profesinal
memerlukan persyaratan yang telah dilakukan oleh pihak yang berwenang dan jabatan
profesional tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan pemerintah.
2. Pola pengembangan karier dan pedidikan kebidanan
a. Pola pengembangan karier bidan
Pengembangan karier bidan meliputi karier fungsional dari karier struktural.
Pada saat ini pengembangan karier bidan secara fungsional telah disiapkan dengan
jabatan fungsional bagi bidan, serta melalui pendidikan yang berkelanjutan baik
secara foramal maupun non-formal yang akhirnya akan meningkatkan kemampuan
prodfesional bidan dalam melaksanakan fungsinya. Fungsi bidan antara lain
sebagai pelakasana, pengelola, pendidik, peneliti, bidan koordinator, dan bidan
penyedia.
Sementara itu, karier bidan dalam jabatan struktural tergantung tempat bidan
bertugas, apakh di RS, puskesmas, bidan desa, atau institusi swasta. Karier tersebut
dapat dicapai oleh bidan di tiap tatanan pelayanan kebidanan / kesehatan sesuai
dengan tingkat kemampuan kesehatan dan kebijakan yang ada.
b. Pola pengembangan pendidikan bidan
Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu
terhadap pelayanan kesehatan, perubahan yang cepat dalam pemerintahan maupun
dalam masyarakat dan perkembangan iptek, serta perzsaingan yang ketat di era
globalisasi, dibutuhkan tenaga kesehatan khususnya bidan yang berkualitas baik
dalam kognitif, psikomotor, dan efektif.
Pengembangan pendidikan yang telah direncanakan secara berkesinambungan,
berjenjang, dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup guna
mempertahankan profesionalme bidan baik melalui pendidikan formal maupun
non-formal.
Pendidikan formal yang telah direncanakan dan diselenggarakan oleh
pemerintah dan swasta bekerja sama dengan IBI adalah program D-III, D-IV
Kebidanan, S-1 Kebidanan, dan S-2 Kebidanan. Pemerintah telah mengupayakan
penyediaan dan bagi bidan di sektor pemerintahan melalui pengiriman tugas belajar
keluar negri.
Sementara itu, pendidikan non-formal telah dilaksankan melalui program
pelatihan, magang, dan seminar / lokakarya guna meningkatkan kinerja bidan.
Selain itu, dikembangkan juga program mentoship, yaitu bidan senior membimbing
bidan junior dalam konteks profesionalisme kebidanan.
3. Awal kebangkitan Bidandan
a. Model Medis
Pada pertengahan abad ke-20, profesi medis dinegara-negara bagian
Amerika Serikat menjadi lenih terorganisasi dan para dokter meyerukan tentang
penghapusan bidan. Penletian terhadap keselamatan ibubtelah mengalami
perubahan kelahiran dari rumah ke rumah sakit dan memindahkan dari tangan
bidan sketangan dokter. Sejak saat itu bidan dianggap sebagi sub ordinasi
dokter. Keadaan ini memperlihatkan adanya ketimpangan kebijakan yang
mengakui status praktusu bidan, tetapi tidak memberi aturan mandiri, yaitu hak
untuk menentukan wilayah wewenang profesi bidan.
Saat itu parktik kebidanan banyak dipengaruhi dan mengunakan banyak
teori dan model. Model yang banyak mempengaruhi prakti kebidanan yaitu
model medis, serta ilmu pengetahuan dasar untuk model medis yaitu anatomi,
fisiologi, dan biokimia. Ilmu medis memiliki kecenderungan mereduksi
manusia menjadi sistem dan impersonal. Model medis berfokus pada individu
dan proses penyakit serta mengoreksi/mengobati ketidaksempurnaan.
b. Model Kesehatan Untuk Semua
Model ini pertama kali diperkenalkan oleh WHO sejak tahun 1978. Model
ini mefokuskan pada perempuan, keluarga, dan komunitasnya. Model ini
memberi kesempatan untuk berkomunikasi antara bidan dari berbagai negara.
Model ini memberikan pengaruh banyak pada kebijakan pemerintah yang
memiliki peran penting bagi praktik kebidanan. Model kesehatan untuk semua
meliputi lima konsep yaitu sebagai berikut :
1). Keadilan ketentuan pelayanan kesehatan oleh pencakupan universal dari
populasi dengan pemberian pelayanan berdasarkan kebutuhan.
2). Pelayanan bersifat promotif preventif, kuartif dan rehabilitatif, dan
dilakukan secraa terintegrasi.
3). Pelayanan harus efektif dan dapat diterima secara kultural, terjangkau, dan
dapat ditangani.
4). Masyarakat harus dilibatkan dlam pengembangan, ketentuan, dan monitor
dari pelayanan.
c. Kolaborasi secara lintas sektor.
Nilai-nilai IBI :
a. Mengutamaka kebersamaan
b. Mempersatukan diri dalam satu wadah.
c. Pengayoman terhadap anggota
d. Pengembangan diri
e. Peran serta dalam komunitas
f. Mempertahankan citra bidan
g. Sosialisasi pelayanan berkualitas.
Visi IBI :
Ai yeyeh Rukiyah, Lia Yulianti. Konsep kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info
Media. 2011
BAB III
Filosofi Bidan
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Materi
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswi untuk
memahami konsep kebidanan dengan pokok bahasan : Pengertian filosofi, tinjauan
filosofi dalam illmu kebidanan, filosofi Kebidanan, filosofi asuhan kebidanan,
asuhan Kebidanan, woman centre care.
5. Manfaat
Mahasiswa mempunyai pengetahuan yang berkualitas tentang filosofi bidan,
sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan kebidanan dengan professional dan
berkualitas.
6. Strategi Pembelajaran
7. Indikator Penilaian
h. Mahasiswa mampu memahami dan mampu menjelaskan tentang pengertian
filosofi
i. Mahasiswa mampu memahami dan mampu menjelaskan tentang tinjauan
filosofi dalam illmu kebidanan
j. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang filosofi Kebidanan
k. Mahasiswa mampu menguraikan filosofi asuhan kebidanan
l. Mahasiswa mampu menganalisa asuhan Kebidanan
m. Mahasiswa mampu memahami tentang woman centre care.
C. Uraian Materi
1. Filosofi Bidan
a. Pengertian Filosofi
Pengertian filosofi secara umum adalah ilmu yang mengkaji tentang
akal budi mengenai hakikat yang ada. Filosofi Kebidanan adalah keyakinan
atau pandangan hidup bidan yang digunakan sebagai kerangka pikir dalam
memberikan asuhan kebidanan.
Falsafah atau filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu “falsafa”
(timbangan) yang dapat diartikan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal
budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya (Harun
Nasution, 1979). Menurut bahasa Yunani “philosophy“ berasal dari dua kata
yaitu philos (cinta) atau philia(persahabatan, tertarik kepada)
dan sophos (hikmah, kebijkasanaan, pengetahuan, pengalaman praktis,
intelegensi).
2. Tinjauan Filosofi dalam ilmu Kebidanan
a. Pendekatan ontology
Secara ontology, ilmu membatasi lingkup penelaah keilmuannya hanya berada
pada daerah-daerah dalam jangkauan pengalaman manusia. Pendekatan ontology
adalah penafsiran yang hakikatnya realitas dari objek ontology keilmuan. Secara
metafisika, ilmu terbatas dari nilai-nilai yang bersifat dogmatic. Suatu pernyataan
dapat diterima sebagai premis dalam argumentasi ilmiah setelah melaui
pengkajian/penelitian berdasarkan epistemology keilmuan.
b. Pendekatas epistemology
Landasan epistemology ilmu tercermin secara operasional dalam metode
ilmiah. Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan
menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan hal-hal berikut:
a. Kerangka pemikiran
b. Menjabarkan hipotesis
c. Melakukan verifikasi
c. Pendekatan aksiologi
Aksiologi keilmuan menyangkut nilai-nilai yang berkaitan dengan
pengetahuan ilmiah baik secara internal, eksternal, maupun social. Nilai internal
berkaitan dengan wujud dan kegiatan ilmiah dalam memperoleh pengetahuan tanpa
mengesampingkan fitrah manusia. Nilai eksternal menyangkut nilai-nilai yang
berkaitan dengan penggunaan pengetahuan ilmiah. Nilai social menyangkut
pandangan masyarakat yang menilai keberadaan suatu pengetahuan dan profesi
tertentu.
d. Tanggung jawab ilmuwan (professional dan moral)
Pendekatan ontology, aksiologi, dan epistemology memberikan 18 asas moral
yang terkait dengan kegiatan keilmuan. Keseluruhan asas moral ini pada
hakikatnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok asas moral yang
membentuk tanggung jawab professional dan kelompok tanggung jawab social.
Tanggung jawab social professional ditujukan kepada masyarakat keilmuan dalam
mempertanggungjawabkan moral yang berkaitan dengan landasan epistemology,
sedangkan tanggung jawab social yaitu pertanggungjawaban keilmuan terhadap
masyarakat yang menyangkut asas moral mengenai pemilihan etis terhadap objek
penelaahan keilmuan dan penggunaan pengetahuan ilmiah.
3. Filosofi Kebidanan
Falsafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan
dalam memberikan pelayanan kebidanan. Falsafah kebidanan tersebut adalah:
a. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam undang-undang maupun peraturan
pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan kesehatan
professional dan secara internasional diakui oleh ICM, FIGO dan WHO.
b. Tugas, tanggung jawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam
beberapa peraturan maupun keputusan menteri kesehatan ditujukan dalam rangka
membantu program pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam rangka
menurunkan AKI, AKP, KIA, Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas yang aman,
pelayanan Keluarga Berencana (KB), pelayanan kesehatan masyarakat dan
pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
c. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan
perbedaan budaya. Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri,
mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di segala aspek pemeliharaan
kesehatannya.
d. Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan menopause adalah
proses fisiologi dan hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi medic.
e. Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila tidak
dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.
f. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita
usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang
berkualitas.
g. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang
membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa remaja.
h. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan dan
pelayanan kesehatan.
i. Intervensi kebidanan bersifat komprehensif mencakup upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
j. Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam
rangka meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang professional dan
interaksi social serta asas penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi
manajemen secara terpadu.
k. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian
berlangsung sepanjang hidup manusia perlu dikembangkan dan diupayakan untuk
berbagai strata masyarakat.
Kebidanan (midwifery) merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai
disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi ilmu
kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu perilaku, ilmu sosial budaya, ilmu kesehatan
masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu
dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir. Dalam
menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam
memberikan asuhan. Keyakinan tersebut meliputi :
a. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan. Hamil dan bersalin merupakan
suatu proses alamiah dan bukan penyakit.
b. Keyakinan tentang Perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang unik
mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu perempuan
harus berpartisipasi aktif dalam stiap asuhan yang diterimanya.
c. Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah
mengupayakan kesejahteraan ibu & bayinya, proses fisiologis harus dihargai,
didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi
tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan
& janin/bayinya.
d. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan. Perempuan
harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan
keluarganya melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling.
Pengambila keputusan merupakan tanggung jawab bersama antara
perempuan, keluarga & pemberi asuhan.
e. Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan
kebidanan berfokus pada: pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistik,
diberikan dg cara yang kreatif & fleksibel, suportif, peduli; bimbingan, monitor
dan pendidikan berpusat pada perempuan; asuhan berkesinambungan, sesuai
keinginan & tidak otoriter serta menghormati pilihan perempuan
f. Keyakinan ttg Kolaborasi dan Kemitraan. Praktik kebidanan dilakukan dengan
menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap
perempuan, sebagai satu kesatuan fisik, psikis, emosional, social, budaya, spiritual
serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya
yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
g. Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang bidan
menganut filosofis yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa semua
manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik
merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu
yang sama.
h. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan
kebudayaan. Setiap individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan
informasi yang cukup dan untuk berperan disegala aspek pemeliharaan
kesehatannya.
i. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita
usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat pelayanan yang
berkualitas.
j. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang
membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa masa remaja. Keluarga-
keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk masyarakat kumpulan
dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia.
Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya dalam
lingkungan yang bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang
terorganisir.
4. Filosofi Asuhan Kebidanan
Falsafah asuhan kebidanan merupakan keyakinan/ pandangan hidup bidan
yang digunakan sebagai kerangka berpikir dalam memberikan asuhan kepada klien.
a. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan
Bidan yakin bahwa kehamilan dan persalinan adalah proses alamiah dan
bukan suatu penyakit, namun tetap perlu diwaspadai karena kondisi yang
semula normal dapat tiba – tiba menjadi tidak normal.
b. Keyakinan tentang wanita
Bidan yakin bahwa perempuan meupakan pribadi yang unik,
mempunyai hak mengkontrol dirinya sendiri, memiliki kebutuhan, harapan dan
keinginan yang patut dihormati.
c. Keyakinan mengenai fungsi profesi dan pengaruhnya
Fungsi utama asuhan kebidanan adalah memastikan kesejahteraan
perempuan bersalin dan bayinya. Bidan mempunyai kemampuan
mempengaruhi klien dan keluarganya.
d. Keyakinan tentang pemberdayaan dan pembuatan keputusan
Bidan yakin bahwa pilihan dan keputusan dalam asuhan kebidanan patut
dihormati. Keputusan yang dipilih merupakan tanggung jawab bersama antara
perempuan, keluarga, dan pemberi keputusan.
e. Keyakinan tentang asuhan
Bidan yakin bahwa fokus asuhan kebidanan adalah upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan yang menyeluruh, meliputi pemberian informasi yang
relevan dan objektif, konseling dan menfasilitasi klien yang menjadi tanggung
jawabnya. Oleh karena itu, asuhan kebidanan harus aman, memuaskan,
menghormati dan mengoptimalkan wanita serta keluarganya.
f. Keyakianan tentang kalaborasi
Bidan meyakini bahwa dalam memberikan asuhan harus tetap
mempertahankan, mendukung dan menghargai proses fisiologi. Intervensi dan
penggunaan teknologi dalam asuhan hanya bedasarkan indikasi. Bidan adalah
praktisi yang mandiri, yang bekerja sama mengembangkan kemitraan dengan
anggota tim kesehatan lainnya.
g. Keyakinan tentang fungsi profesi dan manfaatnya
Bidan meyakini bahwa mengembangkan kemandirian profesi, kemitraan
dan pemberdayaan wanita serta tim kesehatan yang lainnya selama pemberian
asuhan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Falsafah kebidanan merupakan pandangan hidup atau penuntun bagi bidan
dalam memberikan pelayanan kebidanan. Falsafah kebidanan tersebut adalah :
a. Profesi kebidanan secara nasional diakui dalam Undang – Undang maupun
peraturan pemerintah Indonesia yang merupakan salah satu tenaga pelayanan
kesehatan professional dan secara internasional diakui oleh International
Confederation of Midwives (ICM), FIGO dan WHO.
b. Tugas, tanggungjawab dan kewenangan profesi bidan yang telah diatur dalam
beberapa peraturan maupun keputusan menteri kesehatan ditujukan dalam
rangka membantu program pemerintah bidang kesehatan khususnya ikut dalam
rangka menurunkan AKI, AKP, KIA, Pelayanan ibu hamil, melahirkan, nifas
yang aman dan KB.
c. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia dan
perbedaan budaya. Setiap individu berhak untuk menentukan nasib sendiri,
mendapat informasi yang cukup dan untuk berperan di segala aspek
pemeliharaan kesehatannya.
d. Bidan meyakini bahwa menstruasi, kehamilan, persalinan dan menopause
adalah proses fisiologi dan hanya sebagian kecil yang membutuhkan intervensi
medic.
e. Persalinan adalah suatu proses yang alami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.
f. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap
wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapat
pelayanan yang berkualitas.
g. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga yang
membutuhkan persiapan mulai anak menginjak masa remaja.
h. Kesehatan ibu periode reproduksi dipengaruhi oleh perilaku ibu, lingkungan
dan pelayanan kesehatan.
i. Intervensi kebidanan bersifat komprehensif mencakup upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat.
j. Manajemen kebidanan diselenggarakan atas dasar pemecahan masalah dalam
rangka meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan yang professional dan
interaksi social serta asas penelitian dan pengembangan yang dapat melandasi
manajemen secara terpadu.
k. Proses kependidikan kebidanan sebagai upaya pengembangan kepribadian
berlangsung sepanjang hidup manusia perlu dikembangkan dan diupayakan
untuk berbagai strata masyarakat.
5. Woman Centre Care
a. Kesehatan perempuan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kesehatan perempuan adalah percaya bahwa perempuan mempunyai
hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatah yang menyeluruh selama
hidupnya bukan hanya tugasnya sebagi seorang ibu. Kaum perempuan biasanya
mempunyai kekuasaa, sumber daya, dan kedudukan lebih lemah dari pria baik
di keluarga mauoun masyrakat. Hal ini berpengaruh terhadap derajat kesehatan
reproduksi perempuan. Beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi drajat
kesehatan reproduksi perempuan adalah sebagai berikut :
1).Kemiskinan
2). Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat
3). Akses kefasilitas kesehatan
4). Kualitas pelayanan kesehatan reproduksi yang kurang memadai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi akses perempuan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
1). Kebutuhan
Kebutuhan kesehatan perempuan lebih luas darin pria. Perempuan
membutuhkan pelayanan kesehatan ketika mereka mengusahakan untuk
mencegah kehamilan, pemeriksaan kehamilan, dan untuk persalinan.
Penelitian menunjukkan bahwa perempuan membutuhkan informasi
yang jelas dan konsisten agar dapat berorientasi pada situasi yang terjadinpada
dirinya. Kebutuhan akan informasi ini tejadi pada tiap tahap asuhan kebidanan
dan menjadi aspek penting yang menentukan kepuasan perempuan terhadap
asuhan, sehingga perempuan dapat mempertimbangkan pilihan dan mengambil
keputusan.perempuan yang mendapat cukup informasi yang sesuai dan
dilibatkan dala proses persalinan akan memiliki outcome yang baik.
2). Perizinan
Merupakan faktor sosial yang menentukan perempuan dapat mencari
pelayanan kesehatan diluar rumahnya. Oleh karena adanya sosial budaya, perempuan
mengharuskannya meminta izin suami atau anggota keluarga yang lebih tua sebelum
mencari pelayanan kesehatan.
3). Kemampuan
Faktor ekonomi yaitu ketidakmampuan perempuan untuk mendapat pelayanan
kesehatan, dikarenakan perempuan merasa malu untuk mendiskusikan tentang
masalah kesehatan reproduksi dengan suami sehingga masalah kesehatan lambat
ditangani.
4). Tersedianya pelayanan kesehatan untuk perempuan
Masih sedikitnya dokter perempuan, karena pada umumnya perempuan marasa
malu untuk memeriksakkan dirinya pada dokter pria. Oleh karena itu penting
memberikan pelayanan kesehatan yang spesifik untuk pada setia level.
b. Prinsip-prinsip dasar kesehatan reproduksi pada perempuan
Kesehatan reproduksi berdampak pada masyrakat untuk mendapat kepuasan
dan kehidupan seks yang aman, serta mempunyai kapabilitas untuk reproduksi dan
kebenaran untuk memutuskan kapan dan seberapa sering untuk melakukannya. Hak
kesehatan reproduksi adalah komponen kunci dari hak reproduksi perempuan dan pria.
Oleh karena itu, pencapaian kesehatan reproduksi dan hak seksualnya. Selain hak
kesehatan reproduksi, ada pula hal-hali berikut ini :
a). Membuat keputusan reproduksi
b). Persamaan hak untuk perempuan dan pria
c). Keamanan reproduksi dan seksual
Ruang lingkup kesehatan reproduksi sangat luas krena mencakup keseluruhan
kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Untuk itu, digunakan pendekatan siklus
hidup, sehingga diperoleh komponen pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan.
c. Hak perempuan dalam mendapat pelayanan kesehatan
Deklarasi Barcelona tentang hak asasi ibu adalah sebagai berikut :
a). Melhirkan merupakan pilihan bebas.
b). Semua perempuan berhak memperoleh pendidikan dan informasi yang memadai
mengenai kesehatan reproduksi, kehamilan, persalinan, dan perwatan bayi baru lahir.
c). Semua perempua berhak mendapat jaminan dari pemerintah dinegara manapun
untuk memperoleh perolongan yang benar dan suatu kehamilan tanpa resiko yang
berarti.
d). Semua perempuan berhak mendapat informasi tentang prosedur dan perkembangan
teknologi, penerapan teknologi tersebut terhadap kehamilan dan persalinan, serta dapat
memperoleh prosedur yang paling aman dan tersedia.
e). Semua perempuan berhak memperoleh gizi yang cukup selama kehamilan.
f). Semua perempuan bekerja berhak untuk dikeluarkan hanya karena kehamilan.
g). Semua perempuan berhak untuk menerima diskriminasi dan hukuman dikuculkan
masyarakat akibat mengalami gangguan kehamilan.
h). Hak untuk melahirkan tidak boleh dibatasi atas dasar tatanan sosial.
i). Setiap ibu berhak membagintanggung jawab dengan bapak berkaitan dengan
pengambilan keputusan dan proses reproduksi.
j). Semua perempuan berhak mendapat informasi tentang menyusui dan didorong agar
segera menyusui setelah persalinan.
k). Semua perempuan berhak turut dalam proses pengambilan keptusan (diagnosa atau
terapi) yang mungkin mempengaruhi dirinya atau janinnya.
l). Perempuan yang melahirkan disuatu institusi berhak memutuskan mengenai
pakaian lyang dikenakan.
m). Perempuan hamil dengan ketergantungan obat, AIDS, penyakit lainnya, ataupun
masalah sosial yang mungkin mereka dijauhi masyrakat, berhak mendapat pertolongan
khusus.
d. Asuhan yang berpusat pada perempuan
Bagian isu ilegal memepertimbangkan hubungan perempuan dan hak mereka
dalam persalinan. Dimulai dengan pertimbangan latar belakang terhadap ketentuan
pelayanan kebidanan dan dampak ilegalnya, seperti hak untuk memberi persetujuan,
kepercayaan diri, akses dan hak fetus.
Dalam model asuhan pada perempuan, kehamilan dan bersalin merupakan
siklus yang normal terjadi dalam siklus kehidupan perempuan, sehingga perempuan
terhadap kehamilan dan persalinan hatus ditingkatkan. Partsisipasi aktif dari
perempuan dan kntrol atas dirinya harus dihormati.Indikator kesuksesan dalam
kegiatan pelayanan adalah sebagai berikut :
4). Setidaknya 80% dari perempuan harus mempunyai bidan sebagai tenagan
profesional.
5). Setiap perempuan harus mengetahui tenag profesional yang mempunyai peran
penting dalam merencakan asuhan.
8). Setidaknya 30% perempuan yang dikirim ke unit kebidanan mendapat asuhan di
bawah manajemen bidan.
9). Jumlah kunjungan antenatal dengan kehamilan tanpa komplikasi harus ditinjau
ulang dengan pemeriksaan yang lebiih teliti.
10). Semua staf ambulan harus mempunyai akses terhadap paramedis yang kompeten
untuk membantu bidan yang dibutuhkan saat merujuk perempaun ke RS pada kasus
darurat.
11). Semua perempuan harus mempunyai akses terhadap informasi tentang pelayanan
yang mudah didapat dilokasi mereka.
8). menopause
2. mendengarkan denyut jantung janin setiap jam pada fase laten dan
30 menit pada fase aktif.
3. palpasi kontraksi uterus setiap jam setiap fase laten dan 30 menit pada fase
aktif.
6. menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga
atau temandekat untuk mendampingi ibu.
7. Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan selanjutnya serta
kemajuan persalinan dan meminta persetujuan ibu untuk rencana asuhan
selanjutnya.
8. mengatur aktifitas dan posisi dan membimbing relaksasi sewaktu ada his.
11. memberi rasa aman dan menghindari rasa panas, mengurangi rasa nyeri
ketika his misalnya dengan membuat rasa sejuk dan masase.
14. menciptakan rasa kedekatan antara bidan dan ibu misalnya dengan
sentuhan.
6. melakukan pemantauan keadaan ibu dan denyut jantung bayi terus menerus
7. melakukan amniotomi
10. melonggarkan atau melepaskannya, bila ada lilitan tali pusat pada kepala
dan badan bayi.
13. klem/jepit tali pusat didua tempat dan potong dengan gunting steril/DTT
a. melakukan palpasi uterus untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam 2
menit
- segera diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi, jika bayi tunggal
- jika oksitosin tidak tersedia, rangsang putting payudara ibu dan susukan
4. meletakkan bayi segera mungkin, kurang dari 30 menit setelah lahir bila
Memungkinkan.
4. kala IV: 2jam Post partum
Vital
d. jika uters tidak berkontraksi dengan baik, lakukan masase fundus dan
hipertensi).
memasasenya.
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir adalah Asuhan yang di berikan
Bidan pada bayi baru lahir. Pada bayi baru lahir Bidan memotong tali plasenta,
memandikan, mengobservasi ada tidaknya gangguan pada pernafasan dsb dan
memakaikan pakaian dan membendong dengan kain.
f. Asuhan kebidanan KB
Asuhan Kebidanan pada pelayanan KB adalah Asuhan yang diberikan
Bidan pada Ibu yang akan melakukan pelayanan KB. Bidan memberikan
asuhan tentang macam-macam KB, efek dan dampak dari pemakaian KB,
serta memberikan wewenang terhadap IBu untuk memilih macam-macam
KB yang akan di gunakan.
g. Asuhan kebidanan gangguan saluran reproduksi
Asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan Reproduksi adalah
Asuhan yang di berikan Bidan pada wanita yang mengalami gangguan
reproduksi. Bidan memberikan KIE (Konseling Informasi Edukasi) tentang
gangguan-gangguan reproduksi yang sering muncul pada wanita seperti
keputihan, menstruasi yang tidak teratur.
B. Penutup
1. Rangkuman
Filosofi Kebidanan adalah keyakinan atau pandangan hidup bidan yang
digunakan sebagai kerangka pikir dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Soal dan latihan
a. Jelaskan secara singkat tentang Pengertian Filosofi !
b. Uraikan tentang Tinjauan filosofi dalam illmu kebidanan !
c. Jelaskan tentang filosofi kebidanan !
d. Jelaskan tentang woman centre care !
k. Daftar Pustaka
Ai yeyeh Rukiyah, Lia Yulianti. Konsep kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info
Media. 2011.
Salmiati, Juraida Roito, Fathunikmah, Yanti. 2011.Konsep kebidanan manajemen
dan standar pelayanan. Jakarta : EGC.
BAB IV
Peran dan fungsi bidan, wewenang bidan, serta hak dan kewajiban bidan.
A. Pendahuluan
1. Deskripsi Materi
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswi untuk memahami
konsep kebidanan dengan pokok bahasan : Peran dan fumgsi bidan, kompetensi,
wewenang bidan, hak dan kewajiban bidan
2. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui sejarah singkat tentang Peran dan fungsi bidan,
wewenang bidan, serta hak dan kewajiban bidan.
3. Strategi Pembelajaran
Adapun strategi yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah strategi
pembelajaran kooperatif.
4. Indikator Penilaian
a. Mahasiswa mampu memahami dan mampu menjelaskan tentang Peran dan fumgsi
bidan.
b. Mahasiswa mampu memahami dan mampu menjelaskan tentang kompetensi,
wewenang bidan, hak dan kewajiban bidan
B. Uraian Materi
1. Peran dan Fungsi Bidan, Wewenang Bidan, Hak dan Kewajiban Bidan
a. Peran Bidan
1). Peran Sebagai Pelakasana
a). Tugas Mandiri
Tugas mandiri bidan yaitu tugas yang menjadi tanggung jawab bidan
sesuai kewenangannya, meliputi:
1). Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang
diberikan.
2). Memberi pelayanan dasar pra nikah pada remaja dengan melibatkan mereka
sebagai klien
3). Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
4). Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien /keluarga
5). Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
6). Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas dengan
melibatkan klien /keluarga
7). Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan
pelayanan KB.
8). Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem
reproduksi dan wanita dalam masa klimakretium dan nifas.
a. Tugas Kolaborasi
Merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang
kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari
proses kegiatan pelayanan kesehatan.
1). Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2). Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
3). Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan
resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama
dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
4). Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga
5). Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama
dengan tindakan kolaborasi dengan meliatkan klien dan keluarga
6). Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang
mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan keluarga
b. Tugas Ketergantungan
yaitu tugas yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan
oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan,
juga layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan
kesehatan lain secara horisintal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan
lainnya.
1). Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai
dengan fungsi rujukan keterlibatan klien dan keluarga
2). Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu
hamil dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan
3). Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa
persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga
4). Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu
dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawatdaruratan dengan
melibatkan klien dan keluarga.
5). Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan
keluarga.
6). Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu
dan kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan
Langkah yang diperlukan dalam melakukan peran sebagai pelaksana:
1). Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan
anak untuk meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan
di wilayah kerjanya bersama tim kesehatan dan pemukiman masyarakat.
2). Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil kajian bersama masyarakat
3). Mengelola kegiatan pelayanan kesehatan khususnya KIA/KB sesuai dengan
rencana.
4). Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader dan dukun atau
petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program/ kegiatan pelayanan
KIA/KB.
5).Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
khususnya KIA KB termasuk pemanfaatan sumber yang ada pada program dan
sektor terkait.
6).Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta
memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang ada
7). Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta keamanan praktik
profesional melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan kegiatan dalam
kelompok profesi
8). Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan
b. Berpartisipasi dalam tim
Bidan berpartisi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan
sektor lain melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader, dan tenaga
kesehatan lain yang berada di wilayah kerjanya, meliputi :
1). Bekerjasama dengan Puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam
memberi asuhan kepada klien bentuk konsultasi, rujukan & tindak lanjut
2). Membina hubungan baik dengan dukun bayi, kader kesehatan, PLKB dan
masyarakat.
3). Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas
kesehatan lain.
4). Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi
5). Membina kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan
2. Peran sebagai Pendidik
Sebagai pendidik bidan mempunyai 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan
penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader
a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga
dan masyarakat tentang penanggulanagan masalah kesehatan khususnya
KIA/KB
b. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan/keperawatan serta
membina dukun di wilayah kerjanya.
3. Peran Sebagai Peneliti
Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik
secara mandiri maupun kelompok.
C. Penutup
1. Rangkuman
Dalam menjalankan praktek profesionalnya wewenang bidan diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.900/ Menkes/SK/VII/2002. Pemberian
kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan
kegawatan obstetri dan neonatal kepada setiap ibuhamil/bersalin, nifas dan bayi baru
lahir agar penanganan dini atau pertolongan pertama sebelum rujukan dapat dilakukan
secara cepat dan tepat waktu.
2. Soal dan Latihan
a. Uraikan peran dan Fungsi Bidan !
b. Sebutkan defenisi dari kompetensi bidan !
c. jelaskan wewang bidan !
d. Uraikan secara singkat hak dan kewajiban bidan !
3. Daftar Pustaka
Hidayat Asri,dkk. 2011. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan plus materi Bidan Delima,
Mitra Cendikia Press: Yogyakarta
BAB V
A. Pendahuluan
1. Deskriptif
2. Manfaat
3. Strategi
Adapun strategi yang digunakan dalam materi ini adalah strategi pembelajaran
teacher centre learning
B. Uraian Materi
1. Konseptual Kebidanan
A. Pengertian
Model adalah contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu.Konseptual
model asuhan kebidanan adalah suatu bentuk pedoman/acuan yang merupakan
kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dipengaruhi oleh
filosofi yang dianut bian(filosofi asuhan kebidanan ) meliputi unsur-unsur yang
terdapat dalam paradigma kesehatan(manusia-prilaku,lingkungan dan pelayanan
kesehatan.
C. Penutup
1. Rangkuman
3. Daftar Pustaka
Ai yeyeh Rukiyah, Lia Yulianti. Konsep kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info Media. 2011.
BAB VI
A. Pendahuluan
1. Deskriptif
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswi untuk memahami
konsep kebidanan dengan pokok bahasan : Konsep dasar kebidanan komunitas,
pelayanan kebidanan komunitas, peran bidan komunitas, kegiatan bidan komunitas.
2. Manfaat
Mahasiswa mempunyai pengetahuan yang berkualitas tentang Konsep Kebidanan
komunitas, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan kebidanan dengan
professional dan berkualitas.
3. Strategi
Adapun strategi yang digunakan dalam materi ini adalah strategi pembelajaran
teacher centre learning
B. Uraian Materi
1. Konsep dasar Kebidanan Komunitas
Bidan komunitas adalah bidan yang melayani keluarga dan masyarakat
diwilayah tertentu. Ada juga istilah bidan desa, yaitu bidan yang ditempatkan dan
bertugas didesa yang mempunyai wilayah kerja satu sampai dua desa. Selain itu dalam
melaksanakan tugas pelayanan medis yang baik dalam maupun diluar jam kerjanya,
bidan tetap bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas.
Praktisi bidan yang berbasis komunutas harus dapat memberikan supervisi
yang dubutuhkan oleh perempuan selama masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir secara komrehensif.
2. Pelayanan Kebidanan Komunitas
Pelayanan bidan konitas pada hakikiataya adalah upaya yang dilakukan oleh
bidan untuk pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak balita didalam keluarga dan
lingkungan masyarakat. Pelayanan ini mencakup upaya pencegahan penyakit
pemeliharaan dans peningkatan kesehatan, penyembuhan, serta pemulihan kesehatan.
Pelayanan kebidanan komunitas dilakasanakan oleh bidan secara mandiri dan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang terkait. Bila pelayanan tersebut memerlukan
dukungan tekhnologi yag lebih lengkap dan canggih, maka diperlukan rujukan.
a. Prinsip Pelayanan Kebidanan Komunitas
Beberapa prinsip dalam pelyanan kebidanan adalah sebagai berikut :
1). Informed choice, perempuan yang mau melahirkan diberikan pilihan dalam
pengambilan keputusan yang utama, yakni bidan memberikan informasi untuk
melakukan tindakan.
2). Pilihan tempat melahirkan.
3). Bidan akan mengizinkan ibu untuk memilih tempat persalinan
4). Pendekatan dengan menggunakan tekhnologi yang sederhana
5). Asuhan yang berkelanjutan
b. Tempat kerja bidan komuntas
Bidan Komunitas dapat bekerja sendiri atau bersama mitra kerja setia hari.
Dibeberapa daerah bidan komunitas dapat memiliki pekerjaan yang banyak dan
sekaligus sebagai bidan di RS atau sebagai tenaga kesehatan di masyarakat.
c. Faktor-faktor lingkunga yang mempengaruhi pelayanan kebidanan komunitas
Bidan dalam memberikan pelayanan kepada ibu dan anak di komunitas perlu
memperhatikan faktor lingkungan yang mencakup :
1). Lingkungan fisik
Keadaan fisik lingkungan yang tidak sehat dapat menimbulkan penyakit pada
masyarakat di suatu wilayah.
2). Lingkungan sosial
3). Lingkungan Flora dan Fauna
d. Sasaran pelayanan kebidanan komunitas
Sasaran kehidupan komunitas masyarakat. Dalam masyarakat, terdapat
kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok. Sasaran utama
pelayanan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut :
1). Ibu : masa pranikah / calon ibu, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu
menyusui, dan ibu dalam masa interval, menopause.
2). Anak : bayi, balita, usia sekolah, remaja.
3). Keluarga : nuclear family, dan extended family,
4). Masyarakat
5). Bidan di Desa
3. Peran bidan Komunitas
a. Sebagai Pendidik
Sebagai tenaga kesehatan, bidan membantu keluarga dan masyarakat agar
selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Informasi yang disampaikan
oleh bidan sesuai dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. Sebagai pendidik
bidan selalu berupaya agar sikap dan perilaku komunitas diwilayah kerjanya dapat
berubah sesuai dengan kaidah kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan penguasaan
tekkhnik pendidikan, mengingat sasaran bidan adalah obu, dukun, kader kesehatan
maka pendekatan yang dilakukan adalah pendidikan orang, secara dewasa.
b. Sebagai Pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan harus mengetahui dan menguasai pengetahuan dan
tekhnologi kebidanan yang berkembang, serta melakukan kegiatan berikut :
1). Mengenal wilayah, struktur masyarakat, dan kompetisi penduduk
2). Sistem pemerintahan yang ada diwilayah
3). Bimbingan terhadap kelompok remaja masa prepranikah
4). Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, nifas, menyusui, dan masa interval (antara
dua persalinan ).
5). Pertolongan persalinan di rumah
6). Tindakan pertolongan pertama pada kasus kegawatdaruratan obstetrik
dikeluarga.
7). Pemeliharaan kesehatan kelompok perempuan dengan gangguan sistem
reproduksi.
8). Pemeliharaan kesehatan bayi, balita, serta memantau pertumbuhan dan
perkembangannya.
9). Melaksanaka n UKS pada lingkungan sekolah
10). Melaksanakan pembimbingan anak prasekolah dan TK
11). Melayani akseptor KB
12). Melaksanakan rujukan kesehatan.
c. Sebagai Pengelolah
Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktik
mandiri. Bidan dapat mengelolah sendiri pelayanan dan perencanaan yang
dilakukannya. Selain itu, bidan juga dapat memimpin dan mengelolah bidan lain
atau tenaga kesehatan yang pendidikannnya lebih rendah.
d. Sebagai Peneliti
Bidan harus memiliki kemampuan meneliti perkembangan kesehatan klien
yang dilayani. Dasar-dasar penelitian perlu diketahui oleh bidan, seperti pencatatan,
pengolahan dan analisis data.
C. Penutup
1. Rangkuman
Bidan komunitas adalah bidan yang melayani keluarga dan masyarakat
diwilayah tertentu. Ada juga istilah bidan desa, yaitu bidan yang ditempatkan dan
bertugas didesa yang mempunyai wilayah kerja satu sampai dua desa. Selain itu
dalam melaksanakan tugas pelayanan medis yang baik dalam maupun diluar jam
kerjanya, bidan tetap bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas.
2. Soal dan Latihan
a. jelaskan defenisi dari konsep dasar kebidanan komunitas !
b. uraiakan apa saja Pelayanan kebidanan komunitas !
c. apa saja Peran bidan komunitas !
d. sebutkan Kegiatan bidan komunitas !
3. Daftar Pustaka
Ai yeyeh Rukiyah, Lia Yulianti. Konsep kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info Media.
2011.
BAB VII
A. Pendahuluan
1. Deskriptif
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswi untuk memahami
konsep kebidanan dengan pokok bahasan : . Perbedaan perawat, bidan, dan dokter,
Kerjasama antara bidan dengan dokter, bidan dengan farmasi, dan bidan dengan
perawat.
2. Manfaat
Mahasiswa mempunyai pengetahuan yang berkualitas tentang hubungan bidan
dengan sesama petugas kesehatan, sehingga dapat memberikan pelayanan
kesehatan kebidanan dengan professional dan berkualitas.
3. Strategi Pembelajaran
Adapun strategi yang digunakan dalam materi ini adalah strategi pembelajaran
teacher centre learning.
B. Uraian Materi
1. Hubungan Bidan dengan Sesama Petugas Kesehatan
Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena
lingkup kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain
mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat bidan
juga harus memiliki etika yang baik sebagai pedoman bersikap/ bertindak dalam
memberikan suatu pelayanan khususnya pelayanan kebidanan.
Pada masyarakat daerah, bidan yang di percaya adalah bidan yang beretika.
Hal ini tentu akan sangat menguntungkan baik bidan yang mempunyai etika yang baik
karena akan mudah mendapatkan relasi dengan masyarakat sehingga masyarakat juga
akan percaya pada bidan. Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama
diberbagai tempat, dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi
pelayanan kebidanan terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses yang
menyeluruh sehingga membutuhkan bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan
keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam memberikan pelayanan kepada ibu
sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan
intensif pada neonatal, dan postpartum serta mempersiapkan ibu untuk pilihannya
meliputi persalinan di rumah, kelahiran seksio sesaria, dan sebagainya. Bidan sebagai
pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional dan akuntibilitas serta
aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan sebagai praktisi pelayanan harus
menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence based ( Fakta yang ada)
sehingga berbagai dimensi etik dan bagaimna kedekatan tentang etika merupakan hal
yang penting untuk digali dan dipahami.
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
(Nursalam, 2007).
Pengertian Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan
atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama dapat berlangsung
manakala individu-individu yang bersangkutan memiliki kepentingan yang sama dan
memiliki kesadaran untuk bekerja sama guna mencapai kepentingan mereka tersebut.
A. Harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda ,yang dapat
bekrja sama secra timbal balik dengan baik.
B. Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerja sama.
C. Kelompok harus memberi pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi
pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim tersebut.
DOKUMENTASI KEBIDANAN
A. Pendahuluan
1. Deskripsi
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswi untuk memahami
konsep kebidanan dengan pokok bahasan : Konsep dokumentasi, tujuan
dokumentasi, prinsip dokumentasi, model pendokumentasian, sistem dalam
pendokumentasian.
2. Manfaat
Mahasiswa mempunyai pengetahuan yang berkualitas tentang dokumentasi
kebidanan, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan kebidanan dengan
professional dan berkualitas.
3. Strategi
Adapun strategi yang digunakan dalam materi ini adalah strategi pembelajaran
teacher centre learning.
B. Uraian Materi
1. Dokumentasi Kebidanan
a. Konsep Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti bahan pustaka, baik yang
berbentuk tulisan maupun rekaman lainnya seperti dengan pita
suara/cassete,vidio,film,gambar dan foto (suyono trino). Dalam kamus besar bahasa
indonesia adalah surat yang tertulis/tercetak yang dapat di pakai sebagai bukti
keterangan (seperti akta kelahiran, surat nikah, surat perjanjian, dan sebagainya).
Dokumen dalam bahasa inggris berarti satu atau lebih lembar kertas resmi
(offical) dengan tulisan di atasnya. Secara umum dokumentasi dapat di artikan sebagai
suatu catatan otentik atau semua surat asli yang dapat di rtikan sebagai suatu catatan
otentik atau semua surat asli yang dapat di buktikan atau di jadikan bukti dalam
persoalan hukum. Dokumentasi adalah suatu proses pencatatan, penyimpanan
informasi data atau fakta yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan(peter Sali).
Menurut frances fischbbaach (1991) isi dan kegiatan dokumentasi apabila di
terapkan dalam asuhan kebidanan adalah sebagai berikut:
1. Tulisan yang berisi komunikasi tentang kenyataan yang essensial untuk menjaga
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi untuk suatu periode tertentu.
2. Menyiapkan dan memelihara kejadian-kejadian yang di perhitungkan melalui
gambaran, catatan /dokumentasi.
3. Membuat catatan pasien yang otentik tentang kebutuhan asuhan kebidanan.
4. Memonitor catatan profesional dan data dari pasien, kegiatan perawatan,
perkembangan pasien menjadi sehat atau sakit dan hasil asuhan kebidanan.
5. Melaksanakan kegiatan perawatan, mengurangi penderitaan dan perawatan pada
pasien yang hampir meninggal dunia.
b. Tujuan Dokumentasi
catatan pasien merupakan suatu dokumentasi legal berbentuk tulisan, meliputi
keadaan sehat dan sakit pasien pada masa lampau dan masa sekarang,
menggambarkan asuhan kebidanan yang diberikan. Dokumentasi asuhan kebidanan
pada pasien dibuat untuk menunjang tertibnya administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan ditempat-tempat pelayanan kebidanan antara lain:
Puskesmas, rumah bersalin, atau bidan praktik swasta.
Semua instansi kesehatan memilih dokumen pasien yang dirawatnya walaupun
bentuk formulir dokumen masing-masing instansi berbeda. Tujuan dokumen pasien
adalah untuk menunjang tertibnya administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan
kesehatan dirumah sakit/puskesmas.selain sebagai suatu dokumen rahasia, catatan
tentang pasien juga mengidentifikasi pasien dan asuhan kebidanan yang telah
diberikan. Adapun tujuan dokumentasi kebidanan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sarana komunikasi
Komunikasi terjadi dalam tiga arah:
a. Ke bawah untuk melakukan instruksi
b. Ke atas untuk member laporan
c. Ke samping (lateral) untuk member saran
Dokumentasi asuhan kebidanan yang dilaksanakan secara baik dan benar akan
membantu para siswa kebidanan maupun siswa kesehatan lainnya dalam proses
belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya, baik
teori maupun praktek lapangan.
9. Untuk mencatat
c. Prinsip Dokumentasi
Membuat suatu dokumentasi haruslah memperhatikan beberapa prinsip
sebagai berikut:
1. Simplicity (kesederhanaan)
Pendokumentasian menggunakan kata-kata yang sederhana, mudah dibaca,
dimengerti, dan perlu dihindari istilah yang dibuat-buat sehingga mudah dibaca.
2. Conservatism (akurat)
Dokumentasi harus benar-benar akurat yaitu didasari oleh informasi dari data
yang dikumpulkan. Dengan demikian jelas bahwa data tersebut berasal dari pasien,
sehingga dapat dihindari kesimpulan yang tidak akurat. Sebagai akhir catatan ada
tanda tangan dan nama jelas pemberi asuhan.
3. Kesabaran
Gunakan kesabaran dalam membuat dokumentasi dengan meluangkan waktu
untuk memeriksa kebenaran terhadap data pasien yang telah atau sedang diperiksa.
4. Precision (ketepatan)
Ketepatan dalam pendokumentasian merupakan syarat yang sangat diperlukan.
Untuk memperoleh ketepatan perlu pemeriksaan dengan mengunakan teknologi
yang lebih tinggi seperti menilai gambaran klinis dari pasien, laboratorium dan
pemeriksaan tambahan
5. Irrefutability (jelas dan obyektif)
Dokumentasi memerlukan kejelasan dan objektivitas dari data-data yang ada,
bukan data samaran yang dapat menimbulkan kerancuan.
6. Confidentiality (rahasia).
Informasi yang didapat dari pasien didokumentasikan dan petugas wajib
menjaga atau melindungi rahasia pasien yang bersangkutan. Dapat dibuat catatan
secara singkat, kemudian dipindahkan scara lengkap (dengan nama dan
identifikasi yang jelas).
7. Tidak mencatat tindakan yang belum dilaksanakan
Hasil observasi atau perubahan yang nyata harus segera dicatat.
Dalam keadaan emergenci dan bidannya terlibat langsung dalam tindakan, perlu
ditugaskan seseorang khusus untuk mencatat semua tindakan secara berurutan.
Selalu tulis nama jelas dan jam serta tanggal tindakan dilaksanakan.
d. Model Pendokumentasian
Model Pendokumentasian ada 5, yaitu :
1. POR (Problem Oriented record)
Pendekatan orientasi masalah pertama kali dikenalkan oleh Dr. Lawrence
Weed tahun 1960 dari Amerika Serikat yang kemudian disesuaikan pemakaiannya
oleh perawat. Dalam format aslinya pendekatan orientasi masalah ini dibuat untuk
memudahkan pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang terintegritas
dengan sistem ini semua tim petugas kesehatan mencatat observasinya dari suatu
daftar masalah. Pelaksanaan dari Pendekatan Orientasi Masalah ini (PORS), dapat
disamakn dengan membuat satu sebagai bab-bab dari buku-buku tersebut.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan sistem pencatatan ini yaitu :
a. PORS : Problem Oriented Record, juga dikenal sebagai orientasi pada
masalah
b. POR : Problem Oriented Record
c. POMR : Problem Oriented Medical Record
d. PONR : Problem Oriented Nursing Record, yaitu Metode untuk menyusun
data pasien yang diatur untuk mengidentifikasikan masalah keperawatan
dan medik.
Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun
menurut masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data
mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain
yang terlibat dalam pemberian layanan kepada klien. Model dokumentasi ini terdiri
dari empat komponen, yaitu :
a. Data Dasar
Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pertama
kali masuk Rumah Sakit. Data dasar mencakup pengkajian keperawatan, riwayat
penyakit/kesehatan, pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi dan hasil laboratorium.
Data dasar yang telah terkumpul selanjutnya digunakan sebagai sarana
mengidentifikasi masalah klien
b. Daftar Masalah
Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar.
Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah.
Daftar masalah ditulis pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien
atau orang yang diberi tanggung jawab. Daftar masalah ini dapat mencakup masalah
fisiologis, psikologis, sosio kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan
lingkungan. Daftar ini kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan.
Daftar ini berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal,
nomor, berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi tanggal, nomor,
dirumuskan dan dicantumkan nama orang yang menemukan masalah tersebut.
Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter
menulis instruksinya, sedang perawat menulis instruksi keperawatan atau rencana
asuhan keperawatan.
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang
mengelola pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri,
dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan
perkembangan penyakit, perawat menggunakan catatan keperawatan, begitu pula
disiplin lain mempunyai catatn masing-masing. Catatan berorientasi pada sumber
terdiri dari lima komponen, yaitu :
Riwayat medik/penyakit
Catatan perawat
CBE adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif hasil atau
penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar. Keuntungan CBE
yaitu mengurangi penggunaan waktu untuk mencatat sehingga lebih banyak waktu
untuk asuhan langsung pada klien, lebih menekankan pada data yang penting saja,
mudah untuk mencari data yang penting, pencatatan langsung ketika memberikan
asuhan, pengkajian yang terstandar, meningkatkan komunikasi antara tenaga
kesehatan, lebih mudah melacak respons klien dan lebih murah. CBE
mengintegrasikan 3 komponen penting, yaitu :
Sistem ini terdiri dari serangkaian kartu yang disimpan pada indeks file
yang dapat dengan mudah dipindahkan yang berisikan informasi yang
diperlukan untuk asuhan setiap hari. Informasi yang terdapat dalam kardeks
meliputi : data demografi dasar, diagnosis medik utama, instruksi dokter
terakhir yang harus dilaksanakan perawat, rencana asuhan keperawatan tertulis
9digunakan jika rencana formal tidak ditemukan dalam catatan klien), instruksi
keperawatan, jadwal pemeriksaan dan prosedur tindakan, tindak pencegahan
yang dilakukan dalam asuhan keperawatan serta faktor yang berhubungan
dengan kegiatan hidup sehari-hari. Karena sering ditulis dengan pensil kecuali
jika kardeks digunakan sebagai bagian permanen dari catatan klien. Potter dan
Perry (1989) menekankan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penulisan rencana asuhan pada kardeks, yaitu : rencana asuhan ditulis ketika
perawat :
e. Penutup
1. rangkuman
Secara umum dokumentasi dapat di artikan sebagai suatu catatan otentik atau
semua surat asli yang dapat di rtikan sebagai suatu catatan otentik atau semua surat
asli yang dapat di buktikan atau di jadikan bukti dalam persoalan hukum.
Dokumentasi adalah suatu proses pencatatan, penyimpanan informasi data atau
fakta yang bermakna dalam pelaksanaan kegiatan(peter Sali).
2. soal dan latihan
a. Apa defenisi dari dokumentasi kebidanan !
b. Sebutkan macam-macam dokumentasi kebidanan !
3. daftar pustaka
Hidayat Asri,dkk. 2011. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan plus materi Bidan
Delima, Mitra Cendikia Press: Yogyakarta
Sarwono P. Ilmu Kebidanan, Jakarta, 2010