Mata Kuliah :
Manajemen Kepemimpinan dalam Pelayanan Kebidanan
Dosen Pengajar :
Syamsuryanita, S.ST, M.Kes
Disusun Oleh :
Kelompok II
Kesya Trimardona A1A223080
Titin Sariani Sahid A1A223081
Rahayu A1A223109
Herlina A1A223134
Nurmuhaemi A1A223135
dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu penulis mengharapkan tanggapan, kritikan dan saran dari
pembaca, karna tanggapan dari pembaca merupakan motivasi bagi kami dalam
KELOMPOK II
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
A. Sejarah Kebidanan.................................................................................................4
A. Kesimpulan.........................................................................................................19
B. Saran...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang
khusus mempelajari segala soal yang bersangkutan dengan lahirnya bayi.
Dengan demikian, yang menjadi objek ilmu ini ialah kehamilan, persalinan,
nifas, dan bayiyang baru dilahirkan. Kata "obstetri" atau "obstetrix" dalam
bahasa Latin rupanya ada hubungannya dengan kata "obstare", yang berarti
berdiri di sampingnya dalam hal ini di samping wanita yang sedang bersalin.
Akan tetapi, keterangan ini tidak diterima oleh semua pihak. Pendapat lain
menyebutkan bahwa kata aslinya ialah "adstetrix" ymg berani membantu
seseorang yang sedang bersalin (Saifuddin, AB. 2020)
Tenaga yang sejak dulu kala sampai sekarang memegang peran penting
dalam pelayanan kebidanan ialah dukun bayi (nama lain: dukun beranak,
dukun bersalin, dukun peraji) dalam lingkungannya dukun bayi merupakan
tenaga terpercaya dalam segala soal yang bersangkutan dengan reproduksi. Ia
diminta pertimbangannya pada masa kehamilan, mendampingi wanita yang
bersalin sampai persalinan selesai, dan mengurus ibu serta bayinya dalam
masa nifas. Ia menyelenggarakan pula abortus buatan dan kontrasepsi
(Saifuddin, AB. 2020).
Praktik kebidanan modern dimasukkan di Indonesia oleh dokter-dokter
Belanda yang bekerja pada pemerintahan Hindia Belanda atau pada pihak
swasta dalam tahun 1850 dibuka kursus bidan yang pertama yang kemudian
ditutup pada tahun 1873. Pendidikan bidan dimulai lagi pada tahun 1879 dan
sejak itu jumlah sekolah bidan serta jumlah yang lulus sebagai
bidan terus bertambah. Pendidikan dokter secara sangat sederhana dimulai
pada tahun 1815 dengan didirikannya Sekolah dokter jawa titik pendidikan
Ini lambat laun ditingkatkan dan diperluas; ilmu kebidanan yang mula-mula
tidak diajarkan, mulai tahun 1902 dimasukkan dalam kurikulum. Pada tahun
1927 pendidikan mencapai tingkat universitas dengan didirikannya
1
2
Tahun 1978 peran dukun masih dominan titik jumlah persalinan oleh
dukun kurang lebih 72,6%. Departemen Kesehatan melalui program
penempatan bidan di desa sebanyak 54.956, dapat meningkatkan cakupan
persalinan dari 52 per send menjadi 64%. Persalinan dukun menurun menjadi
36% tetapi persalinan di rumah ibu hamil masih tinggi (Saifuddin, AB. 2020).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penulisan makalah yaitu bagaimanakah sejarah pelayanan kebidanan ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah
yaitu untuk mengetahui sejarah pelayanan kebidanan.
D. Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai yaitu penulis dan pembaca dapat
memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah pelayanan
kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kebidanan
Pada suatu masa dalam sejarah evolusi manusia di dunia terdapat
kepercayaan di antara semua bangsa bahwa kehidupan manusia serta alam di
sekitarnya dikuasai oleh kekuatan-kekuatan gaib. Kekuatan-kekuatan ini
dapat mempunyai pengaruh baik atau buruk atas keselamatan manusia,
termasuk kesehatannya; Oleh karena itu orang yang sakit serta keluarganya
berupaya dengan berbagai Jalan agar pengaruh yang membahayakan dapat
disingkirkan dari lingkungan orang yang sedang menderita. Dalam hubungan
ini terdapat orang-orang yang oleh masyarakat sekitarnya dianggap lebih
mampu untuk menjadi perantara antara manusia biasa dan kekuatan gaib
mereka yang mempunyai kemahiran demikian itu merupakan golongan yang
disegani dan mempunyai kedudukan yang terhormat dalam masyarakat
(Saifuddin, AB. 2020).
Akan tetapi, di samping adanya kepercayaan yang diuraikan di atas,
manusia dianugerahi pula dengan daya observasi daya berpikir, daya
menghubungkan apa yang dialami dengan apa yang dipikirkan, serta daya
untuk mengumpulkan dan menyimpan pengalaman-pengalaman dalam
ingatannya. Gaya observasi dan daya asosiasi memungkinkan dia untuk
menambah pengetahuannya mengenal anatomi dan fungsi berbagai alat dalam
tubuh manusia titik dengan pengetahuan yang terbatas dan sering salah
tentang anatomi dan fisiologi alat-alat itu, ia dapat menghubungkan berbagai
anatomi dan fisiologi alat-alat itu, ia dapat menghubungkan berbagai penyakit
dengan terganggunya fungsi alat-alat tertentu. Hal itu dipakai sebagai dasar
bagi usaha-usaha untuk menyembuhkan penderita dari penyakit-
penyakit bersangkutan (Saifuddin, AB. 2020).
Dalam sejarah manusia terdapat peradaban-peradaban diantaranya yaitu
peradaban Yunani Romawi India Tiongkok di mana praktik kedokteran sudah
mencapai tingkat yang tinggi titik tanpa mengurangi jasa-jasa orang lain yang
4
5
penyakit dan kelainan dalam masa hamil persalinan dan nifas dapat dicegah
atau dapat diketahui lebih tinggi sehingga dapat diusahakan menghindarkan
akibat-akibat buruk yang dapat ditimbulkannya (Saifuddin, AB. 2020).
Walaupun dalam buku-buku yang diterbitkan sebelumnya soal-soal
bersangkutan dengan penyakit-penyakit dalam masa hamil sudah disebut
secara sepintas lalu namun buku pertama yang khusus membahas penanganan
wanita hamil ditulis dalam tahun 1837 oleh Thomas. Pinard dalam tahun
1878 menulis pula tentang bahaya kelainan letak janin dalam uterus dan
menganjurkan pemeriksaan wanita hamil untuk mengetahui letak janin dalam
kandungan titik selanjutnya dalam tahun 1895 beliau memberitahukan
tentang adanya rumah di Paris untuk merawat wanita hamil yang terlantar dan
menerangkan bahwa bayi-bayi yang dilahirkan oleh wanita-wanita ini
umumnya lebih besar dan sehat daripada bayi wanita-wanita yang bekerja
terus sampai persalinan dimulai (Saifuddin, AB. 2020).
Di Inggris (Edinburg) dalam tahun 1899 mulai disediakan pula tempat
untuk merawat wanita hamil pada The Royal maternity Hospital titik dokter
yang paling berjasa dalam menganjurkan diadakannya promaternity Hospital
untuk wanita hamil yang memerlukan perawatan ialah dokter Ballentyne.
Selanjutnya di Amerika Serikat tepatnya di Boston dilangsungkan usaha baru,
di mana anggota-anggota Instructive Nursing Association mengadakan
kunjungan rumah secara rutin pada wanita-wanita hamil. Akhirnya dalam
tahun 1911 didirikan klinik antenatal di Boston lying-in hospital untuk
pemeriksaan dan penanggulangan wanita hamil. Prakarsa ini dicontoh oleh
negara-negara lain dan kini klinik antenatal sudah tersebar di seluruh dunia
dengan hal ini dan dengan peningkatan usaha pencegahan pada pertolongan
persalinan kebidanan memasuki lingkungan preventive health (Saifuddin,
AB. 2020).
Di negara-negara maju penyelenggaraan pelayanan kebidanan beraneka
ragam. Bentuknya sangat tergantung dari perkembangan historis di negara
masing-masing. Bila di Amerika Serikat dokter yang menyelenggarakan
pengawasan antenatal serta pertolongan persalinan di hampir semua wanita
8
mengambil alih peran dukun beranak . Pada tahun 1873 sekolah bidan ditutup
karena masyarakat masih lebih memilih melahirkan dengan dukun. Pada
tahun 1879 sekolah bidan yang diasuh oleh dokter militer dibuka kembali
titik sejak itu sekolah bidan dan jumlah bidan bertambah(Saifuddin, AB.
2020).
Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan pelayanan
kesehatan anak mulai tahun 1950-an dilaksanakan program Kesejahteraan Ibu
dan Anak (KIA) yang didirikan tidak saja di kota-kota, tetapi juga di daerah
luar kota. Balai-balai KIA umumnya dipimpin oleh seorang bidan. Pada
balai-balai ini diselenggarakan pemeriksaan antenatal, pemeriksaan postnatal,
pemeriksaan dan pengawasan bayi dan anak di bawah 5 tahun atau balita,
Keluarga Berencana, penyuluhan kesehatan khususnya dalam bidang gizi,
dan pelatihan dukun bayi. Walaupun banyak pula Balai Kia didirikan (sampai
tahun 1973 jumlahnya 6.810) hasilnya tidak seberapa memuaskan titik ini
disebabkan oleh karena umumnya balai-balai tersebut dikunjungi oleh mereka
yang tinggalnya tidak terlampau jauh dari tempat tersebut, sehingga yang
mendapat pengawasan hanya sebagian kecil dari masyarakat (Saifuddin, AB.
2020).
Pada tahun 1902 ilmu kebidanan mulai diajarkan dan masuk ke dalam
kurikulum Sekolah dokter jawa yang dengan pendidikan sederhana telah
didirikan sebelumnya pada tahun 1815. Pada tahun 1937 terdapat perubahan
yaitu desentralisasi penanganan kesehatan rakyat, penyerahan kepada
pemerintah provinsi, kabupaten kota, juga peningkatan atau pengembangan
pelayanan kebidanan (Saifuddin, AB. 2020).
Pada tahun 1950 setelah kemerdekaan Indonesia diakui oleh seluruh
dunia, terdapat 475 dokter dan kurang lebih 4000 tenaga paramedis. Jumlah
dokter spesialis dalam bidang obstetri dan ginekologi hanya 6 orang. Berkat
peningkatan dalam segala bidang pendidikan termasuk pendidikan kesehatan
Dalam tahun 1952 telah setelah kemerdekaan Indonesia di tiap
Kabupaten mulai didirikan Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA). Sampai
akhir tahun 1973 telah didirikan 6810 BKIA yang kemudian diintegrasikan ke
11
diskriminasi sangat bervariasi diberbagai negara atau wilayah. Tidak ada satu
wilayah pun di negara di dunia ketika dimana perempuan telah menikmati
kesetaraan dalam hak-hak hukum, sosial dan ekonomi. Kesenjangan gender
dalam kesempatan dan kendali atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan, dan
partisipasi politik terjadi dimana-mana.
Perempuan dan anak perempuan menanggung beban paling berat akibat
ketidak setaraan yang terjadi, namun pada dasarnya ketidaksetaraan itu
merugikan semua orang. Oleh sebab itu, kesetaraan gender merupakan
persoalan pokok suatu tujuan pembangunan yang memiliki nilai tersendiri.
1. Permasalahan perempuan saat ini
a. Tingginya angka pernikahan anak
Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia
Pasifik yang memiliki prevalensi pernikahan anak yang tinggi
(UNICEF,2014). Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
2018 BPS tercatat angka perkawinan anak di indonesia terbilang
cukup tinggi yaitu mencapai 1,2 juta kejadian. Dari jumlah tersebut
proporsi perempuan umur 20-24 tahun yang berstatus kawin
sebelum umur 18 tahun adalah 11,21% dari total jumlah anak
artinya sekitar 1dari 9 perempuan usia 20-24 tahun menikah saat
usia anak. Jumlah ini berbanding kontras dengan laki-laki dimana 1
dari 100 laki-laki berumur 20-24 tahun menikah saat usia anak.
Ada sejumlah 20 dari 34 provinsi di Indonesia memiliki proporsi
perempuan di bawah usia 18 tahun yang pernah menikah lebih
tinggi dari angka nasional, khususnya di pedesaan.
Peraturan pemerintah tentang pelaksanaan Undang-undang
perkawinan menyusul ditetapkannya Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang perkawinan yaitu usia minimum perkawinan
menjadi 19 Tahun, baik bagi laki-laki maupun perempuan serta
menanggapi peraturan Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2019
tentang Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin.
16
dan tradisi yang hidup dan dihayati di dalam komunitas. Ketiga domain ini
saling berhubungan satu sama lain, misal: kondisi psikologis yang baik akan
mendukung efektifnya jaringan sosial dan pada akhirnya berkontribusi
terhadap tetap langgengnya nilai kekeluargaan/gotong-royong yang dianggap
penting dalam suatu komunitas tertentu.
Undang-Undang No 4 Tahun 2019 menyebutkan bahwa bidan
memberikan pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa sebelum
hamil, masa kehamilan, persalinan, pascapersalinan, masa nifas, bayi baru
lahir, bayi, balita, dan anak prasekolah, termasuk kesehatan Reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan wewenangnya.
Selain memberikan asuhan kebidanan, bidan juga merupakan garda
terdepan yang dapat memberikan dukungan kesejahteraan emosional bagi
para klien/pasiennya. Seorang bidan menganut filosofis yang mempunyai
keyakinan di dalam dirinya bahwa semua manusia adalah makhluk bio-psiko-
sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan
rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama”. Dalam
implementasinya: “Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan
perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan,
sebagai satu kesatuan fisik, psikis, emosional, sosial, budaya, spiritual serta
pengalaman reproduksi”. Profesi bidan berperan dalam memberikan asuhan
yang aman, bersifat holistik, dan berpusat pada individu di segala batasan usia
dan berbagai setting kehidupan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang berperan dalam kesehatan ibu
dan anak diharapkan agar dapat memberikan asuhan dengan pemahaman
holistik terhadap wanita. Mengutip dari Fatma Sylvana Dewi Harahap (2018)
"merekonstruksi bangunan keseimbangan kesehatan dengan sinergitas fisik,
psikis, dan spiritualitas perlu dilakukan melalui pendidikan dan pelayanan
kebidanan"
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, AB. 2020. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Cetakan ke-6. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wijayanti, Ika. et. al. 2022. Konsep Kebidanan. Sumatra Barat : PT. Global
Eksekutif Teknologi