Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 5 : Neng Gina Suhardiatiningsih

Neng Siti Rahmah


Noviana Wardah
Nur Haryati
Ratyka Nurfauzi
Rehan Novitasari
Saeri

Resume Issue Etik Bidan Dan Organisasi Profesi


A. Pengertian Kebidanan
Kebidanan merupakan salah satu profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat
manusia. Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu-
ibu yang melahirkan. Profesi ini telah mendudukan peran dan posisi seorang bidan
menjadi terhormat dimasyarakat karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam
upaya memberikan semangat dan membesarkan hati ibu-ibu. Disamping itu dengan setia
mendampingi dan menolong ibu-ibu dalam melahirkan sampai sang ibu dapat merawat
bayibya dengan baik. Pelayanan kebidanan terintegrasi dengan pelayanan kesehatan.
Selama ini pelayanan kebidanan tergantung pada sikap sosial masyarakat dan keadaan
lingkungan dimana bidan bekerja kemajuan sosial ekonomi merupakan parameter yang
amat penting dalam pelayanan kebidanan.
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat
dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etika sebagai akibat
kemajuan teknologi /ilmu pengatahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus
kesejahteraan ini tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan.
Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol
dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan
terjadinya penyimpangan etik.
Etika merupakan bagian dari filosofi yang berhubunagn erat denagn nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiaannya
baik atau buruk (Jones,1994). Moral merupakan pengatahuan atau keyakinan tentang
adanya hal yang baik dan buruk serta mempengaruhi sikap seseorang seiring dengan
pengaruh lingkunagn, pendidikan,sosial budaya, agama dsb, hal inilah yang disebut
kesadaran moral atau kesadaran etik. Moral juga merupakan keyakinan individu bahwa
sesuatu adalah ,utlak bauk atau buruk walaupun situasi berbeda.
B. Issue Etik Bidan Dan Organisasi Profesi
Issue etik yang terjadi antara bidan dan organisasi profesi adalah suatu topic masalah
yang menjadi bahan pembicaraan antara bidan dengan organisasi profesi karena
terjadinya suatu hal-hal yang menyimpang dari aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Angka kematian ibu di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Melihat kondisi seperti itu, pemerintah perlu mengupayakan dan bertanggung
jawab terhadap setiap wanita hamil dan melahirkan untuk memperoleh layanan kesehatan
yang berkualitas. Pemberian kemudahan akses baik transportasi maupun layanan sangat
diperlukan, mulai dari wanita hamil, melahirkan, dan ketika ada komplikasi. Selain itu,
perlu mempersiapkan generasi muda yaitu remaja puteri untuk mempunyai kesehatan
yang baik, sehingga sudah dipersiapkan untuk menjadi calon ibu yang sehat.
Mengingat besarnya tanggung jawab dan beban kerja bidan dalam melayani
masyarakat, pemerintah bersama dengan IBI telah mengupayakan pendidikan bagi bidan
agar dapat menghasilkan lulusan yang mampu memberikan pelayanan yang berkualitas
dan dapat berperan sebagai tenaga kesehatan professional.
Permasalahan yang dihadapi saat ini ialah semakin banyaknya bidan memiliki izin
untuk melakukan kegiatan medis dengan begitu mudahnya, sehingga memungkinkannya
muncul bidan-bidan yang tidak berkompeten dan ini dibahas mengenai etika seorang
bidan yang melanggar etika profesinya sehingga dihadapkan dengan sanksi organisasi
serta sampai ke ranah hukum.
Contoh Kasus: Seorang ibu yang ingin bersalin di BPS pada bidan A sejak awal
kehamilan ibu tersebut memang sudah sering memeriksakan kehamilannya. Menurut hasil
pemeriksaan bidan Ibu tersebut mempunyai riwayat hipertensi. Maka kemungkinan lahir
pervaginanya sangat beresiko Saat persalinan tiba. Tekanan darah ibu menjadi tinggi. Jika
tidak dirujuk maka beresiko terhadap janin dan kondisi si Ibu itu sendiri. Resiko pada
janin bisa terjadi gawat janin dan perdarahan pada ibu. Bidan A sudah mengerti resiko
yang akan terjadi. Tapi ia lebih mementingkan egonya sendiri karena takut kehilangan
komisinya dari pada dirujuk kerumah sakit. Setelah janin lahir Ibu mengalami perdarahan
hebat, sehingga kejang-kejang dan meninggal. Saat berita itu terdengar organisasi profesi
(IBI), maka IBI memberikan sanksi yang setimpal bahwa dari kecerobohannya sudah
merugikan orang lain. Sebagai gantinya,ijin praktek (BPS) bidan A dicabut dan
dikenakan denda sesuai dengan pelanggaran tersebut.
C. Issue etik
Terjadi malpraktek dan pelanggaran wewenang bidan.
D. Dilema
Warga yang mengetahui hal tersebut segera melaporkan kepada organisasi profesi dan
diberikan “AMP” (Audit Maternal Perinatal).
AMP menurut Departemen Kesehatan adalah suatu kegiatan untuk menelusuri
kembali sebab kesakitan dan kematioan ibu dan perinatal dengan tujuan mencegah
kesakitan dan kematian yang akan datang.
Dari kegiatan ini dapat ditentukan :
1. Sebab dan faktor-faktor terkait dalam kesakitan / kematian ibu dan perinatal
2. Tempat dan alasan berbagi sistem dan program gagal dalam mencegah kematian
3. Jenis intervensi yang dibutuhkan.
Otopsi verbal adalah informasi tentang sebab kematian digunakan untuk prioritas
kesehatan masyarakat, pola penyakit, tren penyakit dan untuk evaluasi dampak upaya
preventif ataupun promotif.
a. Tujuan Umum : meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah dalam rangka
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal
b. Tujuan Khusus :
 Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara
teratur dan berkesinambungan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota, RS
kabupaten dan puskesmas.
 Menentukan intervensi untuk masing-masing pihak yang diperlukan untuk
mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam mengatasi pembahasan kasus.
 Mengembangkan mekanisme koordinasi antara DKK, RS kabupaten/daerah, dan
puskesmas dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi terhadap
intervensi yang disepakati.
E. Solusi
a. Setiap pasien yang datang ke klink/ BPM (Bidan Praktek Mandiri) harus dilakukan:
pelayanan secara komprehensif (menyeluruh):
 mulai dari pengkajian:  Biodata, Keluhan Utama (What, Where, Tell Spesific,
What are she doing?), Riwayat Menstruasi, HPHT, Tafsiran Persalinan,
Riwayat ANC, Riwayat Penyakit, Riwayat KB.
 Pemeriksaan: Lihat (tanda perdarahan, mekonium / bagian organ yg lahir ,
bekas SC, warna kulit ikterus/sianosis), Raba (kapan waktunya tiba,
menentukan ibu sudah waktunya melahirkan), Periksa (Hipertensi?, DJJ
bradikardi/takikardi)
 Penegakan Diagnosa: Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
 Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan
Segera: Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita
mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim
kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan
klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi
setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang
paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
 Merencanakan Pelaksanaan Asuhan: Pada langkah ini direncanakan asuhan
yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah
psikologis. Setiap rencana haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh
bidan dan klien, agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien merupakan
bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini
tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil
pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama
sebelum melaksankannya.
 Melaksanakan Perencanaan : Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh
seperti yang telah diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika
bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan dalam manajemen
asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana
asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan
mengurangi waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
 Evaluasi Dokumentasi:
 Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi dalam
masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
sesuai dengan masalah dan diagnosis klien, juga benar dalam pelaksanaannya.
Disamping melakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang telah diberikan,
bidan juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses asuhan yang telah
diberikan. Dengan harapan, hasil evaluasi proes sama dengan hasil evaluasi
secara keseluruhan.
 Dokumentasi dalam bidang kesehatan atau kebidanan adalah suatu pencatatan
dan pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien
dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan,
dokter/perawat dan petugas kesehatan lainnya).
 Pendokumentasi dari asuhan kebidanan di Rumah Sakit dikenal dengan istilah
rekam medik. Dokumentasi kebidanan menurut SK MenKes RI No. 749 a
adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen yang berisi tentang identitas:
anamnesa, pemeriksan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada
seseorang pasien selama dirawat di Rumah Sakit yang dilakukan unit-unit rawat
termasuk UGD dan unit rawat inap.
b. Pada kasus tersebut bidan harus mengambil langkah perencanaan melaksanakan
konseling untuk dilakukan kolaborasi dan rujukan, sejak saat diketahui pasien yang
bersangkutan mengalami tekanan darah tinggi dalam kehamilan.
c. Seorang bidan harus bekerja sesuai dengan kewenangan dan standar, agar kualitas
pelayanan dapat terjaga dengan baik sehingga pasien terhindar dari
kegawatdaruratan dan kematian.
F. Pemecahan Masalah
a. Deteksi dini (19 penapisan)
 Riwayat SC
 Perdarahan Per Vaginam
 Usia Kehamilan < 37 Minggu
 Ketuban Pecah Mekonium Kental
 Ketuban Pecah Lama ( > 24 jam)
 Ketuban Pecah Usia Kehamilan < 37 Minggu
 Ikterus
 Anemia Berat
 Tanda/Gejala Infeksi
 Preeklamsi atau Hipertensi Kehamilan
 TFU > 40 cm
 Gawat Janin
 Primipara Dalam Fase Aktif Persalinan Dengan Palpasi Kepala Janin Masih 5/5
 Presentasi BUKAN belakang Kepala
 Presentasi Majemuk
 Presentasi Gamelli
 Tali Pusat Menumbung
 Syok
 Kehamilan dengan Penyakit Penyerta
b. Melakukan konseling & informed consent untuk persetujuan tindakan rujukan.
c. Merujuk pasien ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (Rumah Sakit Bersalin
Dokter Spesialis atau Rumah Sakit).
d. Seorang bidan dalam kasus ini, bidan harus berpikir dapat mengambil keputusan
demi keselamatan ibu dan bayinya dengan tidak berpikir untuk keuntungan
pribadinya.
e. Jika ke empat pemecahan diatas dilaksanakan dengan baik kasus kematian ibu ini
tidak terjadi dan bahkan si bidan terhindar dari sanksi dari organisasi dan jerat
hukum.
DAFTAR PUSTAKA
           
Dr. Ir. Lilis Heri Mis Cicih, MSi. 2017. Info Demografi. Jakarta: LD-FE Universitas
Indonesia.
Heni Puji Wahyuningsih. 2008. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya
IBI, 2004. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI, Jakarta
Soepardan, Suryani dan Anwar Hadi, Dadi. 2008. Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai