Anda di halaman 1dari 7

Etik Issue dan Dilema

Isu adalah topik yang menarik untuk didiskusikan dan sesuatu yang

memungkinkan setiap orang mempunyai pendapat. Pendapat yang timbul akan bervariasi,

isu muncul dikarenakan perbedaan nilai-nilai dan kepercayaan.

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia

dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya

baik atau buruk (Jones, 1994).

Dalam praktek kebidanan seringkali bidan dihadapkan pada permasalahan yang

dilematis, artinya pengambilan keputusan sulit berkenaan dengan etik. Dilema muncul

karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin atau pertentangan antara nilai2

yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada.

           1.            Agama/Kepercayaan

           2.            Hubungan dengan pasien

           3.            Hubungan dengan dokter

           4.            Kebenaran

           5.            Pengambilan keputusan

           6.            Pengambilan data

           7.            Kematian yang tenang

           8.            Kerahasiaan

           9.            Aborsi

       10.            AIDS

       11.            In-vitro fertization

1
Issue Moral

Isu moral adalah merupakan topik yang penting berhubungan dengan benar dan

salah dalam kehidupan sehari-hari, sebagai contoh nilai-nilai yang berhubungan dengan

kehidupan orang sehari hari menyangkut kasus abortus, euthanasia, keputusan untuk

terminasi kehamilan. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian luar biasa dalam

kehidupan sehari-hari, seperti menyangkut konflik, perang, dsb.

Dilema dan Konflik Moral

Dilema moral adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada 2 alternatif pilihan,

yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah.

Banyak kasus  yang timbul dalam masyarakat dapat menimbulkan permasalahan

bgi tenaga medis. Permasalahan itu mengakibatkan dilema dalam tinadakan profesi,

karena apabila tenaga medis melakukan tindakan yang tidak disetujui oleh klien ataupun

di luar wewenangnya, hal ini akan dapat  mempengaruhi moral yang mengakibatkan

tindakan melanggar hukum.

Dilema moral yang dihadapi seorang bidan dipengaruhi oleh kode etik profesi

dengan batasan-batasan yang menegaskan  garis kewenangannya. Kode etik kebidanan

sebenarnya tidak menimbulkan dilema,  karena di satu sisi bidan diminta untuk

meningkatkan dan menjaga kesehatan klien serta berusaha untuk memenuhi  kebutuhan

klien, namun bidan juga harus menjamin bahwa tindakannya tidak akan membahayakan

klien.

2
TANGGAPAN YANG BERKAITAN DENGAN KODE ETIK BIDAN

Majelis Etika Profesi merupakan badan perlindungan hukum terhadap para bidan
sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan dan tidak
melakukan indikasi pemyimpangan hukum.

Realisasi majelis etika profesi bidan adalah dalam bentuk MPEB (Majelis Pertimbangan
Etika Bidan) dan MPA (Majelis Pembelaan Anggota).

Majelis Pertimbangan Etika Bidan (MPEB) dan Majelis Pembelaan anggota (MPA) secara
internal berperan memberikan saran, pendapat dan buah pikiran tentang masalah pelik
yang sedang dihadapi khususnya yang menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan
pembelaan anggota.

Dewan Pertimbangan Etika Bidan (DPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota (MPA)
memiliki fungsi antara lain :

1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidan sesuai dengan ketetapan Pengurus


Pusat.

2. Melaporkan hasil kegiatan sesuai dengan bidang dan tugasnya secara berkala

3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas Pengurus Pusat

4. Membentuk Tim Teknis sesuai dengan kebutuhan

SOLUSI PENYELESAIAN PERMASALAHAN KODE ETIK BIDAN

Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang ada.

1. 5 (lima) hal pokok dalam pengambilan keputusan/solusi

1. Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh

2. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus


meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap nsuatu kasus.

3. Fakta, keputusan lebih riel, valid dan baik.

4. Wewenang lebih bersifat rutinitas.

5. Rasional, keputusan bersifat obyektif, transparan, konsisten.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan/Solusi :

1. Posisi/kedudukan
3
2. Masalah, terstruktur, tidak tersruktur, rutin dan insidentil

3. Situasi: faktor konstan, faktor tidak konstan

4. Kondisi, faktor-faktor yang menentukan daya gerak

5. Tujuan antara atau obyektif

3.Ciri-ciri pengambilan keputusan/solusi yang etis :

1.Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah

2.Sering menyangkut pilihan yang sukar

3. Tidak mungkin dielakkan

4. Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman,lingkungan social

4.Pengambilan Keputusan/Solusi Klinis yang benar dan tepat :

1. Menghindari pekerajan atau tindakan rutin yang tidak sesuai dengan kebutuhan klien

2. Meningkatkan efektitivitas dan efisiensi pelayanan yang diberikan

3. Membiasakan Bidan berfikir dan bertindak sesuai standart

4. Memberikan kepuasan pelanggan

5.Teori-teori Pengambilan Keputusan/Solusi

1. Teori Utilitarisme

Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan, meminimalkan ketidaksenangan.

2. Teori Deontology

Menurut Immanuel Kant, sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik. Contoh bila berjanji
ditepati, bila pinjam harus dikembalikan

3. Teori Hedonisme

Menurut Aristippos , sesuai kodratnya, setiap manusia mencari kesenangan dan


menghindari ketidaksenangan.

4. Teori Eudemonisme

Menurut Filsuf Yunani Aristoteles , bahwa dalam setiap kegiatannya, manusia mengejar
suatu tujuan, ingin mencapai sesuatu yang baik bagi kita.

4
5. Teori Etika

Teori etika adalah proses yang ditempuh dalam membenarkan suatu keputusan etis
tertentu.

1. Konsekuensialisme

Menjawab pertanyaan” apa yang harus saya lakukan ?” dengan memandang


konsekuensi dari berbagai jawaban.

2. Deontologi

Keputusan yang diambil berdasarkan keterikatan/berhubungan dengan tugas.

3. Hak

Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda
dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan.

4. Intuisionisme

Memecahkan dilema-dilema etis dengan berpijak pada intuisi. Intuisi kemungkinan


yang dimiliki seseorang untuk mengetahui secara langsung apakah sesuatu baik atau
buruk.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaitannya dengan etika karena lingkup
kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat. Karena itu, selain mempunyai
pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat  bidan juga harus
memiliki etika yang baik sebagai pedoman bersikap/ bertindak dalam memberikan suatu
pelayanan khususnya pelayanan kebidanan.  Agar mempunyai etika yang baik dalam
pendidikannya bidan dididik etika dalam mata kuliah Etika profesi namun semuanya mata
kuliah tidak ada artinya jika peserta didik tidak mempraktekannya dalam kehidupannya di
masyarakat.
Pada masyarakat daerah, bidan yang di percaya adalah bidan yang beretika. Hal ini tentu
akan sangat menguntungkan baik bidan yang mempunyai etika yang baik karena akan
mudah mendapatkan relasi dengan masyarakat sehingga masyarakat juga akan percaya
pada bidan.

Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana
sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan terhadap etika.
Pelayanan kebidanan adalah proses yang menyeluruh sehingga membutuhkan bidan yang
mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya. Bidan harus berpartisipasi dalam
memberikan pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening antenatal,
pelayanan intrapartum, perawatan intensif pada neonatal, dan postpartum serta
mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan di rumah, kelahiran seksio
sesaria, dan sebagainya. Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan
yang profesional dan akuntibilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Bidan
sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan evidence
based ( Fakta yang ada) sehingga berbagai dimensi etik dan bagaimna kedekatan tentang
etika merupakan hal yang penting untuk digali dan dipahami.

Dari uraian diatas, makalah ini akan membahas tentang “tanggapan dan solusi
masalah penyelesaian kode etik bidan ” dalam masyarakat agar pembacanya dapat
termotivasi dan terpacu untuk menjadi bidan yang beretika, profesional dan berdedikasi
tinggi di kalangan masyarakat yang dapat dipelajari dalam kode etik bidan dan etik
profesi.

3.2 saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswa kebidanan mampu
mempraktekan ilmu yang kita peroleh berdasarkan materi dalam makalah ini yakni
mengenai “tanggapan berkaitan kode etik bidan”

6
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuningsih, Heni Puji.2008.Etika Profesi Kebidanan;Fitramaya,Yogyakarta.


Marimbi, Hanum.2008.Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan; Mitra Cendikia,
Yogyakarta.

P .1989.ETIKA MEDIS. Pustaka Filsafat, Kanisius, Jakarta

Synthia Dewi Nilda. 2011.ETIKA PROFESI KEBIDANAN.Rohima, Yogyakarta

Marimbi, Hanum.2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan, Mitra Cendikia Press.
Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai