Anda di halaman 1dari 20

KASUS-KASUS DILEMA ETIK

(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan)

Disusun oleh :

Agung alamsyah

E.0105.17.044

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas
mata kuliah etika keperawatan yang berjudul “Kasus-Kasus Dilema Etik” tepat
waktu. Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai
pihak.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa
mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Cimahi, 19 March 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................... i

Kata Pengantar............................................................................................ ii

Daftar Isi .................................................................................................... iii

Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................... 4

Bab II. Pembahasan

2.1 Contoh kasus............................................................................. 5

2.2 Analisis kasus........................................................................... 6

2.3 Pemecahan Kasus..................................................................... 7

Bab III. Penutup

3.1 Kesimpulan............................................................................... 19

3.2 Saran......................................................................................... 19

Daftar Pustaka............................................................................................. 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting


pada pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran
perawat ditantang ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk
memutuskan mana yang benar dan salah; apa yang dilakukannya jika tak ada
jawaban benar atau salah; dan apa yang dilakukan jika semua solusi tampak
salah.Dilema etik dapat bersifat personal ataupun profesional. Dilema sulit di
pecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih
prinsip etis. Penetapan keputusan terhadap satu pilihan, dan harus membuang
yanglain menjadi sulit karena keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan
keburukanapalagi jika tak satupun keputusan memenuhi semua kriteria.
Berhadapan dengan dilema etis bertambah pelik dengan adanya dampak
emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan
keputusan rasional. Pada pasien dengan kasus-kasus terminal sering ditemui
dilema etik, misalnya pada kasus dibawah ini yang kami akan bahas.

1.2 Rumusan masalah

1. Contoh kasus tentang dilema etik.


2. Pemecahan kasus

1.3 Tujuan

1. Mengetahui contoh kasus


2. Mengetahui pemecahan kasus

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KASUS :
1. Seorang laki-laki usia 65 tahun menderita kanker kolon terminal
dengan metastase yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi
dan radiasi dibawa ke IGD karena jatuh dari kamar mandi dan
menyebabkan robekan di kepala. laki-laki tersebut mengalami
nyeri abdomen dan tulang dan kepala yang hebat dimana sudah
tidak dapat lagi diatasi dengan pemberian dosis morphin intravena.
Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika istirahat dan
nyeri bertambah hebat saat laki-laki itu mengubah posisinya.
Walapun klien tampak bisa tidur namun ia sering meminta
diberikan obat analgesik. Kondisi klien semakin melemah dan
mengalami sesak yang tersengal-sengal sehingga mutlak
membutuhkan bantuan oksigen dan berdasar diagnosa dokter, klien
maksimal hanya dapat bertahan beberapa hari saja.
Melihat penderitaan pasien yang terlihat kesakitan dan
mendengar informasi dari dokter, keluarga memutuskan untuk
mempercepat proses kematian pasien melalui euthanasia pasif
dengan pelepasan alat-alat kedokteran yaitu oksigen dan obat
obatan lain dan dengan keinginan agar dosis analgesik ditambah.
Dr spesilalist onkologi yang ditelp pada saat itu memberikan advist
dosis morfin yang rendah dan tidak bersedia menaikan dosis yang
ada karena sudah maksimal dan dapat bertentangan dengan UU
yang ada. Apa yang seharusnya dilakukan oleh anda selaku
perawat yang berdinas di IGD saat itu menghadapi desakan
keluarga yang terus dilakukan?.
2. Suatu hari ada seorang bapak-bapak dibawa oleh keluarganya ke
salah satu Rumah Sakit di kota Surakarta dengan gejala demam
dan diare kurang lebih selama 6 hari. Selain itu bapak-bapak

5
tersebut (Tn. A) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak sembuh-
sembuh, dan berat badannya turun secara berangsur-angsur.
Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir ini badannya
kurus dan telah turun 10 Kg dari berat badan semula. Tn. A ini
merupakan seorang sopir truk yang sering pergi keluar kota karena
tuntutan kerjaan bahkan jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu
sekali bahkan sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari dokter untuk diopname
di ruang penyakit dalam karena kondisi Tn. A yang sudah sangat
lemas. Keesokan harinya dokter yang menangani Tn. A melakukan
visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada perawatnya
untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil
sampel darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya
meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu penyakitnya
setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00
WIB hasil pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan
telah dibaca oleh dokternya. Hasilnya mengatakan bahwa Tn. A
positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut
memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang
menangani Tn. A. Bersama dokter dan seijin dokter tersebut,
perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan penyakitnya.
Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga meminta kepada
dokter terutama perawat untuk tidak memberitahukan penyakitnya
ini kepada Tn. A. Keluarga takut Tn. A akan frustasi, tidak mau
menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi
dia harus memenuhi permintaan keluarga namun di sisi lain
perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang dialami oleh
Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan
informasi.

6
2.2 PEMECAHAN KASUS
 Pemecahan Kasus Satu

Kasus di atas merupakan salah satu contoh masalah dilema etik (ethical
dilemma). Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana
tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif
yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik
tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang etis,
seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan
emosional. Kerangkan pemecahan dilema etik banyak diutarakan dan
pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / pemecahan
masalah secara ilmiah (Thompson & Thompson, 1985).

Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik


sebagai berikut :

1. Mengembangkan data dasar


2. Mengidentifikasi konflik
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau
konsekuensi tindakan tersebut
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
6. Membuat keputusan

PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK

1. Mengembangkan data dasar :


Mengembangkan data dasar disini adalah dengan
mencari lebih lanjut informasi yang ada mengenai dilema etik
yang sedang dihadapi. Mengembangkan data dasar melalui :
a) Menggali informasi lebih dalam terhadap pihak pihak
yang terlibat meliputi : Klien, keluarga dokter, dan
perawat.

7
b) Identifikasi mengenai tindakan yang diusulkan : tidak
menuruti keinginan keluarga untuk melepas alat bantu
nafas atau juga untuk memberikan penambahan dosis
morphin.
c) Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak
membahayakan diri klien dan tidak melanggar peraturan
yang berlaku.
d) Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak
menuruti keluarga untuk melepas alat bantu nafas dan
tidak diberikan penambahan dosis morphin, klien dan
keluarganya menyalahkan perawat karena dianggap
membiarkan pasien menderita dan apabila keluarga klien
kecewa terhadap pelayanan di IGD mereka bisa
menuntut ke rumah sakit.
2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :
Penderitaan klien dengan kanker colon yang sudah
mengalami metastase mengeluh nyeri yang tidak berkurang
dengan dosis morphin yang telah ditetapkan. Keluarga meminta
penambahan dosis pemberian morphin untuk mengurangi
keluhan nyerinya dan memutuskan untuk tidak memberikan alat
bantu apapun termasuk oksigen, Keluarga mendukung
keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri. Konflik yang
terjadi adalah :
a) Tidak memberikan Oksigen dan penambahan dosis
pemberian morphin dapat mempercepat kematian klien
yang berarti melanggar prinsip etik Beneficience-
Nonmaleficience
b) Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan
pelanggaran hak klien yang dapat melanggar nilai
autonomy.
3. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan konsekuensi tindakan tersebut

8
a) Tidak menuruti keinginan pasien tentang penambahan
dosis obat pengurang nyeri dan melepaskan oksigen
Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian klien
2) Membiarkan Klien meninggal sesuai proses
semestinya
3) Tidak melanggar peraturan mengenai pemberian
morfin
4) Keluhan nyeri pada klien akan tetap berlangsung
5) Pelanggaran terhadap hak pasien untuk
menentukan nasibnya sendiri
6) Keluarga dan pasien cemas dengan situasi
tersebut
b) Tidak menuruti keinginan klien, dan perawat membantu
untuk manajemen nyeri.
Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian pasien
2) Klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi
pada nyerinya (meningkatkan ambang nyeri)
3) Keinginan klien untuk menentukan nasibnya
sendiri tidak terpenuhi
c) Menuruti keinginan klien untuk menambah dosis
morphin namun tidak sering dan apabila diperlukan.
Konsekuensi :
1) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat
dikurangi
2) Klien pada saat tertentu bisa merasakan terbebas
dari nyeri sehingga ia dapat cukup beristirahat.
3) Hak klien sebagian dapat terpenuhi.
4) Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat
sedikit dikurangi.
5) Beresiko melanggar peraturan yang berlaku.

9
d) Tidak menuruti keinginan keluarga dan membantu
keluarga dalam proses berdukanya
Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian klien
2) Keluarga dapat melewati proses berduka dengan
seharusnya
3) Keluarga tidak menginginkan dilakuakn
euthanasia terhadap pasien
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :
Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat
keputusan, karena dokterlah yang secara legal dapat
memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini
perlu didiskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai efek
samping yang dapat ditimbulkan dari penambahan dosis
tersebut. Perawat membantu klien dan keluarga klien dalam
membuat keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi
pasien dan terlibat langsung dalam asuhan keperawatan yang
dapat mengobservasi mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan
mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen nyeri, sistem
dukungan dari keluarga serta sistem berduka keluarga dan lain-
lain.
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
1) Memfasilitasi klien dalam manajemen nyeri yang sesuai
2) Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri /
meningkatkan ambang nyeri
3) Mengoptimalkan sistem dukungan keluarga untuk pasien
4) Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinannya
5) Membantu Keluarga untuk menemukan mekanisme koping
yang adaptif terhadap masalah yang sedang dihadapi
6) Memfasilitasi sistem berduka keluarga dengan memberikan
support.

10
6. Membuat keputusan
Dalam kasus di atas terdapat dua tindakan yang memiliki
risiko dan konsekuensi masing-masing terhadap klien. Perawat
dan dokter perlu mempertimbangkan pendekatan yang paling
menguntungkan / paling tepat untuk klien. Namun upaya
alternatif tindakan lain perlu dilakukan terlebih dahulu misalnya
manajemen nyeri (relaksasi, pengalihan perhatian, atau
meditasi) beserta perbaikan terhadap sistem berduka keluarga
dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila terbukti efektif
diteruskan namun apabila alternatif tindakan tidak efektif maka
keputusan yang sudah ditetapkan antara petugas kesehatan dan
klien/ keluarganya akan dilaksanakan.
 Pemecahan Kasus Dua.
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana
dilema etik itu didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan
dua ( atau lebih ) landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat
dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap
alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema
etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus
ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan,
tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson &
Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit
dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi dimana
alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Untuk
membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir
rasional dan bukan emosional.
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang sesuai dengan etika dan legal yaitu dia menghargai
keputusan yang dibuat oleh pasien dan keluarga. Selain itu dia juga
harus melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam memenuhi
hak-hak pasien salah satunya adalah memberikan informasi yang
dibutuhkan pasien atau informasi tentang kondisi dan penyakitnya. Hal

11
ini sesuai dengan salah satu hak pasien dalam pelayanan kesehatan
menurut American Hospital Assosiation dalam Bill of Rights.
Memberikan informasi kepada pasien merupakan suatu bentuk interaksi
antara pasien dan tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini penting karena
merupakan faktor utama dalam menentukan hasil pelayanan kesehatan.
Keputusan keluarga pasien yang berlawanan dengan keinginan pasien
tersebut maka perawat harus memikirkan alternatif-alternatif atau solusi
untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi
dari masing-masing alternatif tindakan.
Dalam pandangan Etika penting sekali memahami tugas perawat
agar mampu memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami
konsep kebutuhan dasar manusia dan bertanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan dasar tersebut tidak hanya berfokus pada
pemenuhan kebutuhan fisiknya atau psikologisnya saja, tetapi semua
aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika perawat melandasi
perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan
etika keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility)
terhadap tugas-tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk
mengatasinya karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi
perbedaan pendapat antar tim medis yang terlibat termasuk dengan
pihak keluarga pasien. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut maka
akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama antar tim medis
menjadi tidak optimal. Hal ini jelas akan membawa dampak
ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan.
Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan
masalah dilema etik ini antara lain model dari Megan, Kozier dan Erb,
model Murphy dan Murphy, model Levine-ariff dan Gron, model
Curtin, model Purtilo dan Cassel, dan model Thompson dan thompson.
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik
perawat yang merawat Tn. A ini dapat dibentuk kerangka penyelesaian
sebagai berikut :

12
1. Mengkaji situasi
Dalam hal ini perawat harus bisa melihat situasi,
mengidentifikasi masalah/situasi dan menganalisa situasi. Dari
kasus diatas dapat ditemukan permasalahan atau situasi sebagai
berikut :
a. Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk
mengetahui penyakit yang dideritanya sekarang sehingga
Tn. A meminta perawat tersebut memberikan informasi
tentang hasil pemeriksaan kepadanya.
b. Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat
keluarganya berniat menyembunyikan informasi tentang
hasil pemeriksaan tersebut dan meminta perawat untuk
tidak menginformasikannya kepada Tn. A dengan
pertimbangan keluarga takut jika Tn. A akan frustasi tidak
bisa menerima kondisinya sekarang
c. Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua
pilihan dimana dia harus memenuhi permintaan keluarga,
tapi disisi lain dia juga harus memenuhi haknya pasien
untuk memperoleh informasi tentang hasil pemeriksaan
atau kondisinya.
2. Mendiagnosa Masalah Etik Moral
Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka bisa
menimbulkan permasalahan etik moral jika perawat tersebut
tidak memberikan informasi kepada Tn. A terkait dengan
penyakitnya karena itu merupakan hak pasien untuk
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien termasuk
penyakitnya.
3. Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan
Alternatif-alternatif rencana harus dipikirkan dan
direncanakan oleh perawat bersama tim medis yang lain dalam
mengatasi permasalahan dilema etik seperti ini. Adapun
alternatif rencana yang bisa dilakukan antara lain :

13
a. Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa
memberikan informasi hasil pemeriksaan/penyakit Tn. A
kepada Tn. A saat itu juga, tetapi memilih waktu yang tepat
ketika kondisi pasien dan situasinya mendukung.
Hal ini bertujuan supaya Tn. A tidak panic yang
berlebihan ketika mendapatkan informasi seperti itu karena
sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan oleh
perawat. Selain itu untuk alternatif rencana ini diperlukan
juga suatu bentuk motivasi/support sistem yang kuat dari
keluarga. Keluarga harus tetap menemani Tn. A tanpa ada
sedikitpun perilaku dari keluarga yang menunjukkan denial
ataupun perilaku menghindar dari Tn. A. Dengan demikian
diharapkan secara perlahan, Tn. A akan merasa nyaman
dengan support yang ada sehingga perawat dan tim medis
akan menginformasikan kondisi yang sebenarnya.
Ketika jalannya proses sebelum diputuskan untuk
memberitahu Tn. A tentang kondisinya dan ternyata Tn. A
menanyakan kondisinya ulang, maka perawat tersebut bisa
menjelaskan bahwa hasil pemeriksaannya masih dalam
proses tim medis.
Alternatif ini tetap memiliki kelemahan yaitu
perawat tidak segera memberikan informasi yang
dibutuhkan Tn. A dan tidak jujur saat itu walaupun pada
akhirnya perawat tersebut akan menginformasikan yang
sebenarnya jika situasinya sudah tepat. Ketidakjujuran
merupakan suatu bentuk pelanggaran kode etik
keperawatan.
b. Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai
perawat dalam memenuhi hak-hak pasien terutama hak Tn.
A untuk mengetahui penyakitnya, sehingga ketika hasil
pemeriksaan sudah ada dan sudah didiskusikan dengan tim
medis maka perawat akan langsung menginformasikan
kondisi Tn. A tersebut atas seijin dokter.

14
Alternatif ini bertujuan supaya Tn. A merasa
dihargai dan dihormati haknya sebagai pasien serta perawat
tetap tidak melanggar etika keperawatan. Hal ini juga dapat
berdampak pada psikologisnya dan proses
penyembuhannya. Misalnya ketika Tn. A secara lambat
laun mengetahui penyakitnya sendiri atau tahu dari anggota
keluarga yang membocorkan informasi, maka Tn. A akan
beranggapan bahwa tim medis terutama perawat dan
keluarganya sendiri berbohong kepadanya. Dia bisa
beranggapan merasa tidak dihargai lagi atau berpikiran
bahwa perawat dan keluarganya merahasiakannya karena
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) merupakan “aib” yang
dapat mempermalukan keluarga dan Rumah Sakit. Kondisi
seperti inilah yang mengguncangkan psikis Tn. A nantinya
yang akhirnya bisa memperburuk keadaan Tn. A. Sehingga
pemberian informasi secara langsung dan jujur kepada Tn.
A perlu dilakukan untuk menghindari hal tersebut.
Kendala-kendala yang mungkin timbul :
1. Keluarga tetap tidak setuju untuk memberikan
informasi tersebut kepada Tn. A
Sebenarnya maksud dari keluarga tersebut adalah benar
karena tidak ingin Tn. A frustasi dengan kondisinya.
Tetapi seperti yang diceritakan diatas bahwa ketika Tn.
A tahu dengan sendirinya justru akan mengguncang
psikisnya dengan anggapan-anggapan yang bersifat
emosional dari Tn. A tersebut sehingga bisa
memperburuk kondisinya. Perawat tersebut harus
mendekati keluarga Tn. A dan menjelaskan tentang
dampak-dampaknya jika tidak menginformasikan hal
tersebut. Jika keluarga tersebut tetap tidak mengijinkan,
maka perawat dan tim medis lain bisa menegaskan
bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab atas
dampak yang terjadi nantinya. Selain itu sesuai dengan

15
Kepmenkes 1239/2001 yang mengatakan bahwa
perawat berhak menolak pihak lain yang memberikan
permintaan yang bertentangan dengan kode etik dan
profesi keperawatan.
2. Keluarga telah mengijinkan tetapi Tn. A denial dengan
informasi yang diberikan perawat.
Denial atau penolakan adalah sesuatu yang wajar ketika
seseorang sedang mendapatkan permasalahan yang
membuat dia tidak nyaman. Perawat harus tetap
melakukan pendekatan-pendekatan secara psikis untuk
memotivasi Tn. A. Perawat juga meminta keluarga
untuk tetap memberikan support sistemnya dan tidak
menunjukkan perilaku mengucilkan Tn. A tersebut. Hal
ini perlu proses adaptasi sehingga lama kelamaan Tn. A
diharapkan dapat menerima kondisinya dan mempunyai
semangat untuk sembuh.
4. Melaksanakan Rencana
Alternatif-alternatif rencana tersebut harus dipertimbangkan
dan didiskusikan dengan tim medis yang terlibat supaya tidak
melanggar kode etik keperawatan. Sehingga bisa diputuskan
mana alternatif yang akan diambil. Dalam mengambil
keputusan pada pasien dengan dilema etik harus berdasar pada
prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk membuat secara
spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau
diizinkan dalam situasi tertentu ( John Stone, 1989 ), yang
meliputi :
a. Autonomy / Otonomi
Pada prinsip ini perawat harus menghargai apa yang
menjadi keputusan pasien dan keluarganya tapi ketika
pasien menuntut haknya dan keluarganya tidak setuju
maka perawat harus mengutamakan hak Tn. A tersebut
untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.
b. Benefesience / Kemurahan Hati

16
Prinsip ini mendorong perawat untuk melakukan
sesuatu hal atau tindakan yang baik dan tidak
merugikan Tn. A. Sehingga perawat bisa memilih
diantara 2 alternatif diatas mana yang paling baik dan
tepat untuk Tn. A dan sangat tidak merugikan Tn. A
c. Justice / Keadilan
Perawat harus menerapkan prinsip moral adil dalam
melayani pasien. Adil berarti Tn. A mendapatkan
haknya sebagaimana pasien yang lain juga
mendapatkan hak tersebut yaitu memperoleh informasi
tentang penyakitnya secara jelas sesuai dengan
konteksnya/kondisinya.
d. Nonmaleficience / Tidak merugikan
Keputusan yang dibuat perawat tersebut nantinya
tidak menimbulkan kerugian pada Tn. A baik secara
fisik ataupun psikis yang kronis nantinya.
e. Veracity / Kejujuran
Perawat harus bertindak jujur jangan menutup-
nutupi atau membohongi Tn. A tentang penyakitnya.
Karena hal ini merupakan kewajiban dan tanggung
jawab perawat untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan Tn. A secara benar dan jujur sehingga Tn. A
akan merasa dihargai dan dipenuhi haknya.
f. Fedelity / Menepati Janji
Perawat harus menepati janji yang sudah disepakati
dengan Tn. A sebelum dilakukan pemeriksaan yang
mengatakan bahwa perawat bersdia akan
menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Tn. A jika
hasil pemeriksaannya sudah selesai. Janji tersebut harus
tetap dipenuhi walaupun hasilnya pemeriksaan tidak
seperti yang diharapkan karena ini mempengaruhi
tingkat kepercayaan Tn. A terhadap perawat tersebut
nantinya.

17
g. Confidentiality / Kerahasiaan
Perawat akan berpegang teguh dalam prinsip moral
etik keperawatan yaitu menghargai apa yang menjadi
keputusan pasien dengan menjamin kerahasiaan segala
sesuatu yang telah dipercayakan pasien kepadanya
kecuali seijin pasien.

Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip moral tersebut


keputusan yang bisa diambil dari dua alternatif diatas lebih
mendukung untuk alternatif ke-2 yaitu secara langsung
memberikan informasi tentang kondisi pasien setelah hasil
pemeriksaan selesai dan didiskusikan dengan semua yang
terlibat. Mengingat alternatif ini akan membuat pasien lebih
dihargai dan dipenuhi haknya sebagai pasien walaupun kedua
alternatif tersebut memiliki kelemahan masing-masing. Hasil
keputusan tersebut kemudian dilaksanakan sesuai rencana
dengan pendekatan-pendekatan dan caring serta komunikasi
terapeutik.

5. Mengevaluasi Hasil
Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan
dievaluasi sejauh mana Tn. A beradaptasi tentang informasi
yang sudah diberikan. Jika Tn. A masih denial maka
pendekatan-pendekatan tetap terus dilakukan dan support
sistem tetap terus diberikan yang pada intinya membuat pasien
merasa ditemani, dihargai dan disayangi tanpa ada rasa
dikucilkan.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang


melibatkan interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut
penentuan antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan
kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan
menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi
permasalah klien.

Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut


dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan
tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan
yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa
nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan.

3.2 Saran

Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya
nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan
berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).

Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara


mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan
untuk menyelesaikan suatu dilema etik.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/289080236/MAKALAH-Dilema-Etik

https://gustinerz.com/8-prinsip-etika-dalam-keperawatan/

https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/serangan-jantung/perbandingan-penyakit-
paru-obstruktif-kronis-dan-gagal-jantung-kongestif/

http://penyuburkandunganherbal.com/penyebab-sesak-nafas-pada-penderita-
diabetes/

http://www.sehatdengaherbal.com/pengertian-penyebab-gejala-dan-cara-
pencegahan-penyakit-diabetes-melitus/

https://khairunnisa2109.wordpress.com/2015/10/21/kebingungan-seorang-asisten-
perawat-dilema-etik-keperawatan/

http://karyatanganzaenalmibrahim.blogspot.co.id/2015/06/makalah-dilema-etik-
keperawatan.html

https://ekaediawati.blogspot.co.id/2009/05/resusitasi-jantung-paru.html

20

Anda mungkin juga menyukai