Anda di halaman 1dari 12

A.

DEFINISI

Osteoporosis adalah suatu keadaan penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan
memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang Sehingga
meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis,
kecuali apabila telah terjadi fraktur. Pada osteoporosis, terjadi penurunan kualitas tulang dan
kuantitas kepadatan tulang, padahal keduanya sangat menemui…l kekuatan tulang sehingga
penderita osteoporosis mudah mengalami patah tulang atau fraktur. Lokasi kejadian patah tulang
osteoporosis yang paling sering terjadi adalah Pada patah tulang vertebra (tulang punggung),
tulang leher femur, dan tulang gelang tangan (patah tulang Colles). Adapun frekuensi patah
tulang leher femur adalah 20% dari total jumlah patah tulang osteoporosis.

Di antara semua patah tulang osteoporosis, yang paling memberikan masalah di bidang
morbiditas, mortalitas, beban sosisoekonomik, dan kualitas hidup adalah patah tulang leher
femur. Bila tidak diambil tindakan untuk mengatasi osteoporosis diperkirakan pada tahun 2050
jumlah patah tulang leher femur di seluruh dunia akan mencapai 6,26 juta dan lebih dari
separuhnya di Asia. Frekuensi tertinggi osteoporosis postmenopause nada wanita adalah pada
usia 50-70 tahun.

Osteoporosis adalah kelainan metabolic tulang dimana terdapat penurunan masa tulang tanpa
disertai pada matriks tulang. (Chairuddin Rasjad)

B. ETIOLOGI

Osteoporosis (sekunder dan fraktur osteoporotic) disebabkan oleh glukokortikoid yang


mengganggu absorbs kalsium diusus dan peningkatan ekstraksl kalsium lewat ginjal sehingga
akan menyebabkan hipokalsemia, hlperparatlroidisme sekunder dan peningkatan kerja osteoklas.
Terhadap osteoblas glukokortikoid akan menghambat kerjanya, sehingga formasi tulang
menurun. Dengan adanya penin gkatan resorpsi tulang oleh osteoklas dan penurunan formasi
tulang oleh osteoblas, maka akan terjadi osteoporosis yang progresif. (Sudoyo Aru)

Factor-faktor resiko terjadinya osteoporosis adalah:

1. Umur ; sering terjadi pada usia lanjut

2. Has; kulit putih mempunyai resiko paling tinggi

3. Faktor keturunan; ditemukan riwayat keluarga dengan keropos tulang

4. Adanya kerangka tubuh yang lemah dan skoliosis vertebra. Terutama terjadi pada wanita
umur 50-60 Thn dengan densitas tulang yang rendah dan di atas umur 70 Thn dengan BMI yang
rendah. (BMI= Mody Mass Index yaitu berat badan dibagi kuadrat tinggi badan)

5. Aktivitas fisik yang kurang


6. Tidak pernah melahirkan

7. Menopause dini (menopause yang terjadi p'ada umur 46 Thn)

8. Gizi (kekurangan protein dan kalsium dalam masa kanak-kanak dan remaja)

9. Hormonal yaitu kadar esterogen plasma yang kurang

10. Chat misalnya kortikosteroid

11. Kerusakan tulang akibat kelelahan fisik

12. Jenis kelamin :3 kali lebih sering terjadi pada wanita

Klasifikasi osteoporosis: (Chairuddin Rasjad)

1. Osteoporosis primer

Osteoporosis primer terbagi atas 2 tipe, yaitu: ..

 Tipe 1: tipe yang timbul pada wanita pasca menopous


 Tipe 2: terjadi pada orang lanjut usia baik pada pria maupun wanita

2. Osteoporosis sekunder Disebabkan oleh penyakit-penyaklt tulang erosif (misalnya myeloma


multiple, hipertiroidisme, hiperparatiroidlsme) dan akibat obat-obatan yang toksik untuk tulang
(misalnya glukokortlkold)

3. Osteoporosis idiopatik osteoporosis yang tidak dlketahui penyebabnya dan ditemukan pada:

 Usia kanak-kanak (juvenil)


 Usia remaja (adolesen)
 Wanita par-menopause
 Pria usia pertengahan

C. PATOHSIOLOGI

Osteoporosis adalah abnormalitas pada proses remodeling tulang di mana resorpsi tulang
melebihi formasi tulang menyebabkan hilangnya massa tulang. Mineralisasi tulang tetap terjadi.
Remodeling tulang digambarkan dengan keseimbangan fungsi osteoblas dan osteoklas.
Meskipun pertumbuhan terhenti, remodeling tulang berlanjut. Proses dinamik ini meliputi
resorpsi pada satu permukaan tulang dan deposisi pembentukan tulang pada tempat yang
berlawanan. Hal ini dipengaruhi oleh beban berat badan dan gravitasi, sama halnya dengan
masalah seperti penyakit sistemik. Proses seluler dilaksanakan oleh sel tulang spesifik dan
dimodulasi oleh hormon lokal dan sistemik, serta peptida.
Remodeling tulang terjadi pada tiap permukaan tulang dan berlanjut sepanjang hidup.]ika massa
tulang tetap pada dewasa, menunjukkan terjadinya keseimbangan antara formasi dan resorpsi
tulang. Keseimbangan ini dilaksanakan oleh osteoblas dan osteoklas pada unit remodeling
tulang. Remodeling dibutuhkan untuk menjaga kekuatan tulang.

Kondisi osteoporosis merupakan suatu hasil interaksi yang kompleks menahun antara faktor
genetik dan faktor lingkungan. Berbagai faktor terlibat dalam interaksi ini dengan menghasilkan
suatu kondisi penyerapan tulang lebih banyak dibandingkan dengan pembentukan yang baru.
Kondisi ini memberikan manifestasi penurunan massa tulang total (Gambar 7.4). Kondisi
osteoporosis yang tidak mendapatkan intervensi akan memberikan dua manifestasi penting, di
mana tulang menjadi rapuh dan terjadinya kolaps tulang (terutama area vertebra yang mendapat
tekanan tinggi pada saat berdiri). Hal in'; ikan berlaniut Dada berbagai kondisi dan masalah pada
pasien dengan osteoporosis.

D. MENIFESTASI KLINIK

1. Manifestasi umum : penurunan tinggi badan, Iordosis, nyeri pada tUlan' atau fraktur, biasanya
pada vertebra, pinggul atau lengan bagian bawah.

2. Nyeri tulang: tqrutama pada tulang belakang yang intensitas serangan meningkat pada malam
hari

3. Deformitas tulang: dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis
anguler yang dapat menyebabkan medulla spinali tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.

4. Nyeri fraktur akut dapat diatasi dalam 2 hingga 3 bulan. Nyeri fraktur kronl; dimanifestasikan
sebagai rasa nyeri yang dalam dan dekat dengan tempat patahan.

5. (Tanda McConkey) didapatkan protuberensia abdomen, spasme otot paravertebral dan kulit
yang tipis.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto rontgen poIos

2. CT-Scan: dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting
dalam diagnostik dan terapi follow up.

3. Pemeriksaan DEXA: digunakan untuk mengukur densitas tulang dan menghitung derajat
osteopenia (kehilangan tulang ringan-sedang) atau osteoporosis (kehilangan tulang berat).

4. Pemeriksaan Laboratorium KadarCa, P, Fosfatase aIka|i tidak menunjukkan kelainan yang


nyata

 Kadar HPT (pada pascamenoupouse


 kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)
 Kadar 1,25-(0H)2-D3 absorbsi Ca menurun
 Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

Penatalaksanaan kurang-kurangnya 50 tahun di Inggris. Sejak tahun 2009 telah terjadi banyak
pembaharuan di lapangan terutama dalam tatalaksana oneoporosls yang diinduksi
glukokortikoid, lalu peran calcium dan vitamin 0 m keuntungan dan risiko terapi bisphosphonate,
seperti vans dikatakan oleh J. Common, MD darl tho University of Cambridge School of
Clinical Medicine, United Kingdom, dan kolega dari the NOGG.

Beberapa hal yang disorot dalam guldcllno NOGG 2013:

1. Terapi farmakologi yang dapat menurunkan risiko terjadinya fraktur vertebra (dan
bobonpa haul fraktur tulang panggut) seperti blsphosphonate, donowmb, rekombinan
hormon parathyroid, raloxlfem, dan strontium nnoloto. Pada NOGG 2009, terapi yang
diakui untuk kasus traktur vertebra. non vertebra dan frakturr tulang panggul hanya
aloendronate,zoledronate dan terpai sulit hormon.

2. Alendronate generik direkomendasikan sebagai terapi llnl pertama karena kerja spektrum
luasnya sebagai agen antifraktur dengan harga terjangkau.

3. Ibandronate, risedronate, zoledronlc acid, denosumab, raloxifene atau strontium ranelate


digunakan sebagai terapi pilihan tika alendronate dikontraindikasikan atau tidak dapat
ditoleransi dengan bai oleh pasien.

4. Karena harga yang mahal, maka rekombinan hormon parathyrold hanya diberikan pada
pasien dengan risiko sangat tinggi fraktur terutama pada vertebra. .

5. Wanita postmenopause dapat mendapatkan manfaat dari calcitrlol, etidronate, dan terapi
hormon pengganti.

6. Terapi untuk pria dengan risiko tinggi terjadi fraktur harus dimulai dengan alendronate,
risedronate, zoledronate, atau teriparatide.

7. Bagi wanita post menopause, terapi yang diakui untuk pencegahan dan pengobatan
osteoporosis akibat glukokortikoid yaitu alendronate, etidronate dan risedronate,
sementara itu terapi pilihan yang diakui baik untuk wanita dan juga pria adalah
teriparatide dan zoledronate.

8. Suplemen calcium dan vitamin D secara luas direkomendasikan untuk para lansia dan
sebagai terapi osteoporosis.

9. Efek potensial pada kardiovaskuler akibat pemberian suplemen calcium masih


kontroversial, namun sangat bijaksana jika asupan calcium melalui makanan ditingkatkan
dan menggunakan suplemen vitamin D saia daripada mengkonsumsi suplemen calcium
dan vitamin D bersamaan.

10. Penghentian mendadak bisphosphonate dihubungkan dengan penurunan BMD dan bone
turn over setelah 2 3 tahun diterapi dengan alendronate dan risedronate. ,

11. Terapi bisphosphonate dilanjutkan meskipun tanpa evaluasi lebih lanjut terutama pada
pasien dengan risiko sangat tinggi terjadi fraktur, dimana reyiew terapi dan evaluasi
fungsi ginjal cukup dilakukan tiap S tahun sekali.

12. Jika bisphosphonate dihentikan, risiko fraktur dievaluasi ulang tiap kali :etelah terjadinya
fraktur baru, atau setelah 2 tahun jika tidak terjadi fraktur baru.

13. Setelah 3 tahun diterapi dengan zoledronate, manfaat yang tlmbul pada BMD akan tetap
ada sampai dengan 3 tahun setelah terapi dihentikan. Kebanyakanfaslen harus
menghentikan pengobatan setelah terapi selama 3 tahun, dan okter harus melakukan
evaluasi ulang akan kebutuhan untuk melanjutkan terapi dalam 3 tahun mendatang.

14. Pasien dengan fraktur vertebra sebelumnya atau terapi awal osteoporosis tulang panggul
dengan skor T BMD -2,5 SD dapat mengalami peningkatan risiko fraktur vertebra jika
zoledronate dihentikan.

Rekomendasi pada guideline ini dimaksudkan untuk membantu dalam keputusan tatalaksana
osteoporosis dengan tidak mangenyampingkan keputusan klinik bagi pasien.

F. PENATALAKSANAAN
a. Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan
peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi
terhadap demineralisasi tulang
b. Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan
progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah
tulang yang diakibatkan.
c. Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis
termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat. Efek samping (misal :
gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya
kadang-kadang dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan
pembentukan tulang.
d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri
punggung
G. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Keluhan Utama:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yangdipakai, atau pernahkah
pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
2. Pemeriksaan fisik
B1 (breathing )
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi : traktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki
B2 (blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan pusing, adanya pulsus
perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang berkaitan dengan
efek obat
B3 (brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat mengeluh pusing
dan gelisah
B4 (Bladder)
Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem perkemihan
B5 (bowel)
Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji juga frekuensi,
konsistensi, warna serta bau feses
B6 (Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukkan
kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan. Ada perubahan gaya berjalan,
deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah
antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah yang biasa terjadi pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut :
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan
klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat
fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan
skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh
kemampuan gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun,
dan terdapat penurunan tinggi badan.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan
ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun,
tulang belakang terlihat bungkuk.

Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Do : klien mengatakan nyeri Usia lanjut (menopause) Nyeri akut
Ds : klien tampak menyeringai

Defesiensi vitamin D aktifitas


1-ldroksilase, resistensi
vitamin D
Pel reabsopsi kalsium di ginjal
Pendidikan absorpsi kalsium
di usus

Hipokalemia

PHT (paratiroid hormone)

Hiperparatioidisme sekunder

Resorpsi tulang

Osteoporosis

Fraktur

Pergeseran frakmen tulang

Nyeri akut
Ds : Fraktur Hambatan mobilitas fisik
defisit perawatan diri

Pergeseran fragmen tulang


Nyeri akut

Deformitas

Gang. Fungsi ekstremitas

Hambatan mobilitas fisik


defisit perawatan diri
Gangguan keseimbangan Resiko cedera
penurunan aktivitas dan
kekuatan otot

Resiko jatuh

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Nyeri akut yang Setelah diberikan  Evaluasi keluhan  Mempengaruhi


berhubungan tindakan keperawatan nyeri/ketidaknyama pilihan/pengawasan
nan, perhatikan
dengan dampak diharapkan nyeri keefektifan intervensi
lokasi dan
sekunder dari berkurang dengan karakteristik
fraktur vertebra kriteria hasil klien termasuk intensitas
(skala 1-10).
ditandai dengan dapat
Perhatikan petunjuk
klien mengeluh mengekspresikan nyeri nonverbal
nyeri tulang perasaan nyerinya, (perubahan pada
tanda vital dan
belakang, klien dapat tenang dan
emosi/prilaku
mengeluh istirahat, klien dapat  alternative lain
 Ajarkan klien
untuk mengatasi
bengkak pada mandiri dalam tentang alternative
nyeri misalnya
lain untuk
pergelangan penanganan dan mengatasi dan kompres hangat,
tangan, terdapat perawatannya secara mengurangi rasa mengatur posisi
nyerinya untuk
fraktur sederhana.
 Dorong  Memfokuskan
traumatic pada menggunakan kembali perhatian,
vertebra, klien teknik manajemen meningkatkan rasa
stress contoh control dan dapat
tampak
relaksasi progresif, meningkatkan
meringis. latihan nafasa kemampuan koping
dalam, imajinasi dalam manajemen
visualisasi, sentuhan nyeri yang mungkin
teraupetik menetap untuk
periode lebih lama
 diberikan untuk
 Kolaborasi dalam
menurunkan nyeri.
pemberian obat
sesuai indikasi

Hambatan setelah dilakukan  Kaji tingkat  sebagai dasar untuk


mobilitas fisik tindakan keperawatan kemampuan klien memberikan
yang masih ada alternative dan
yang diharapkan klien
latihan gerak yang
berhubungan mampu melakukan sesuai dengan
dengan mobilitas fisik dengan kemampuannya
 latihan akan
disfungsi criteria hasil klien  Rencanakan tentang
meningkatkan
sekunder akibat dapat meningkatkan pemberian program
pergerakan otot dan
perubahan mobilitas fisik, latihan, ajarkan
stimulasi sirkulasi
skeletal berpartisipasi dalam klien tentang
darah
(kifosis) , nyeri aktivitas yang aktivitas hidup
sekunder, atau diinginkan/diperlukan, sehari-hari yang
fraktur baru klien mampu dapat dikerjakan
 kemajuan aktivitas
ditandai dengan melakukan aktivitas  Berikan dorongan
untuk melakukan bertahap mencegah
klien mengeluh hidup sehari-hari
aktivitas /perawatan peningkatan kerja
kemampuan secara mandiri
diri secara bertahap jantung tiba-tiba,
gerak cepat jika dapat
memberikan
menurun, klien ditoleransi. Berikan
bantuan sesuai bantuan hanya
mengatakan
badan terasa kebutuhan sebatas kebutuhan
lemas, stamina akan mendorong
menurun, dan kemandirian dalam
terdapat melakukan aktivitas.
penurunan
tinggi badan

Risiko cedera yang cedera tidak terjadi  Ciptakan  menciptakan


berhubungan dengan kriteria hasil lingkungan yang lingkungan yang
bebas dari bahaya aman mengurangi
dengan dampak klien tidak jatuh dan
missal : tempatkan risiko terjadinya
sekunder tidak mengalami klien pada tempat kecelakaan.
perubahan fraktur, klien dapat tidur rendah,
berikan penerangan
skeletal dan menghindari aktivitas
yang cukup,
ketidakseimban yang mengakibatkan tempatkan klien
gan tubuh fraktur pada ruangan yang
mudah untuk
ditandai dengan
diobservasi.
klien mengeluh  Ajarkan pada klien  pergerakan yang
kemampuan untuk berhenti cepat akan
gerak cepat secara memudahkan
perlahan,tidak naik terjadinya fraktur
menurun,
tangga dan kompresi vertebra
tulang belakang mengangkat beban pada klien
terlihat berat. osteoporosis
bungkuk
 Observasi efek
samping obat-
 obat-obatan seperti
obatan yang
diuretic, fenotiazin
digunakan.
dapat menyebabkan
pusing, mengantuk
dan lemah yang
merupakan
predisposisi klien
untuk jatuh

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai