Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH

Pada Nn“W” WUS DENGAN SUNTIK TT PRANIKAH


DI PUSKESMAS PROPPO

Di SUSUN OLEH :

SUHARNI LISTIYOWATI
NPM : 721650086

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui :
ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH
Pada Nn“W” WUS DENGAN SUNTIK TT PRANIKAH
DI PUSKESMAS PROPPO

Mahasiswi

SUHARNI LISTIYOWATI
NPM : 721650086

Menyetujui Mengetahui
Pembimbing Lahan Praktek Pembimbing Akademik

(Suci Handayani S.ST) (AHMANIYAH, S.ST.M.Tr.keb)


NIP : 197201011992032011 NIDN : 0726058501

DAFTAR ISI
Sampul Depan i
Lembar Pengesahan 1
Daftar Isi 2
Kata Pengantar 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan 4
C. Batasan Masalah 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
Teori Perkawinan
A. Definisi Perkawinan 5
B. Alasan untuk Menikah 5
C. Bentuk Perkawinan 5
D. Usia Ideal Menikah 6
E. Regulasi Dalam Perkawinan 6
F. Dasar Pertimbangan Memilih Jodoh 7
Teori Imunisasi TT
A. Definisi Imunisasi TT 8
B. Efek Samping Suntik TT 9
Teori Asuhan Kebidanan 10
BAB III TINJAUAN KASUS Nn “W” 13
BAB IV PENUTUP 17
A. Kesimpulan 17
B. Saran 17
Daftar Pustaka 18

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Pada Nn“ W” WUS
dengan Suntik TT Pranikah Di Puskesmas Proppo.
Penyusunan laporan ini dapat terselesaikan berkat dukungan bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Atas terselesainya laporan ini saya sampaikan terima kasih kepada:
1. Dosen Pembimbing Praktek.
2. Bidan Pembimbing Praktek
3. Klien yang telah memberikan bantuan selama saya melaksanakan pengkajian
4. Orang tua, teman, dan semua pihak yang telah membantu sampai terselesainya laporan
ini.
Laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya mengharap dan kritik dan saran
yang membangun sebagai bekal penulisan laporan selanjutnya.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

PAMEKASAN, 23 OKTOBER 2021


Mahasiswa

SUHARNI LISTIYOWATI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara maju tetanus sangat jarang dijumpai yaitu berkat imunisasi yang teratur
dan tertib, bukti bahwa imunisasi tetanus sangat bermanfaat dapat diketahui dari
frekuensi tetanus selama Perang Dunia II yaitu hanya didapatkan 6 kasus dari setengah
juta prajurit Amerika Serikat yang luka, dibanding dengan 700 kasus selama perang
dunia I.
Di negara yang sudah maju, Tetanus neonatorum sudah tidak terdapat lagi karena
setiap kelahiran ditolong oleh tenaga terdidik. Di Indonesia penyakit ini terjadi karena
masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun yang memotong tali pusat dengan
sebilah bambu, pisau atau gunting yang kotor dapat pula terjadi.
Cara mencegah tetanus neonatorum selain kebersihan sewaktu dan sesudah
persalinan juga dapat dilakukan dengan cara pemberian toksoid sebelum pra nikah
dimana tujuannya utuk melindungi janin ketika ibu tersebut melahirkan. Selain itu TT
juga bisa diberikan lagi ketika ibu tersebut hamil. TT diberikan seumur hidup kurang
lebih 5 kali. Sehingga apabila imunisasi TT digunakan secara teratur dan tertib dengan
demikian insident tetanus neonatorum dapat diperkecil 0,5 % dari semua kelahiran.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan selama dilapangan mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan
Kebidanan secara nyata dengan menerapkan teori yang telah ada.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada pasien.
b. Mahasiswa mampu merumuskan masalah yang terjadi.
c. Mahasiswa mampu menentukan rencana yang akan dilakukan pada pasien.
d. Mahasiswa mampu menentukan rencana tindakan medis pada pasien.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi secara sistematis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Teori Perkawinan
A. Pengertian Perkawinan
Perkawinan adalah suatu proses dimana sepasang mempelai, penghulu dan kepala
agama tentunya juga para saksi dan sejumlah hadirin untuk kemudian disyahkan secara
resmi menjadi suami istri dengan ucapan dimana pada akhirnya para sepasang pria dan
wanita disatukan untuk memiliki satu sama lain.
Perkawinan merupakan hubungan permanen antara laki-laki dan perempuan yang
diakui sah oleh masyarakat yang bersangkutan yang berdasarkan atas peraturan
perkawinan yang berlaku. Bentuk perkawinan tergantung budaya setempat bisa berbeda-
beda dan tujuannya bisa berbeda-beda juga. Tapi umumnya perkawinan itu ekslusif dan
mengenal konsep perselingkuhan sebagai pelanggaran terhadap perkawinan. Perkawinan
umumnya dijalani dengan maksud untuk membentuk keluarga. Ikatan perkawinan yang
sah dibuktikan dengan adanya dokumen berupa akta perkawinan. (Johanes. Lowwellyn
Bert, 2006)

B. Alasan untuk menikah


1. Primer
Hasrat berdamping hidup bebahagia dengan pribadi yang dicintai, khususnya
dengan perkawinan. Orang mengharapkan bisa mendapatkan pengalaman hidup
baru bersama dengan seseorang yang secara esklusif menjadi milik untuk
mendapatkan pengakuan dan jaminan hidup sepanjang hidupnya.
2. Sekunder
a) Hasrat untuk mendapatkan kewenangan hidup.
b) Ambisi yang besar untuk mendapatkan sicial yang tinggi.
c) Mempunyai keinginan untuk mendapatkan asuransi hidup dimasa tua.
d) Mempuyai keinginan mendapatkan kepuasan sex dengan pasangan hidupnya.
e) Dorongan cinta terhadap anak ingin mendapatkan keturunan.
f) Keinginan mendapatkan nama luhur.

C. Bentuk Perkawinan
Bentuk Perkawinan menurut jumlah suami-istri, seperti :
1. Monogami (mono berarti satu, gamos berarti kawin) yaitu perkawinan antara satu
orang laki-laki dan satu orang perempuan.
2. Poligami (poli berarti banyak) yaitu perkawinan antara satu orang laki-laki atau
wanita dan lebih dari satu wanita atau laki-laki. Dengan kata lain, beristri atau
bersuami lebih dari satu orang. Poligami dibagi menjadi dua yaitu:
3. Poligini, yaitu seorang laki-laki beristri lebih dari satu orang. Poligini sendiri dibagi
menjadi 2 macam, yaitu:
a) Poligini sororat, bila para istrinya beradik-kakak.
b) Poligini non-sororat, bila para istrinya bukan beradik-kakak.
4. Poliandri, yaitu seorang istri bersuami lebih dari satu orang. Poliandri dibagi
menjadi 2 macam, yaitu:
a) Poliandri fraternal, bila para suami beradik-kakak.
b) Poliandri non-fraternal, bila para suami bukan beradik-kakak. Poliandri antara
lain terdapat pada orang Eskimo, Markesas (Oceania), Toda di India Selatan
dan beberapa bangsa di Afrika Timur dan Tibet.

D. Usia Ideal Untuk Menikah


Usia Ideal Perkawinan Dalam kamus Bahasa Indonesia kata ideal berarti sangat
sesuai dengan yang dicita-citakan atau diangan-angankan atau dikehendaki. Perkawinan
menurut istilah “syara” adalah ijab qabul (aqad) yang menghalalkan persetubuhan antara
laki-laki dan perempuan, yang tidak ada hubungan mahram, sehingga dengan akad
tersebut terjadi hak dan kewajiban antara kedua insan. Istilah ini menyebutkan
perkawinan adalah sunnah karunia yang apabila dilaksanakan mendapat pahala tetapi
apabila tidak dilaksanakan tidak mendapat dosa tetapi di makruhkan karena todal
mengikuti sunnah Rasul.2 Jadi yang dimaksud dengan usia ideal perkawinan adalah usia
yang dianggap cocok secara fisik dan mental untuk melakukan perkawinan sehingga
terpenuhinya hak dan kewajiban suami dan istri.  Umur ideal yang matang secara
biologis dan psikologis adalah 20-25 tahun bagi wanita, kemudian umur 25-30 tahun
bagi pria. Usia tersebut dianggap masa yang paling baik untuk berumah tangga, karena
sudah matang dan bisa berpikir dewasa secara rata-rata. Rekomendasi ini ditujukan demi
untuk kebaikan masyarakat, agar pasangan yang baru menikah memiliki kesiapan
matang dalam mengarungi rumah tangga, sehingga dalam keluarga juga tercipta
hubungan yang berkualitas.

E. Regulasi dalam Perkawinan


Kebudayaan manusia terdiri dari landasan norma-norma untuk menetapkan batas-
batas hak kewajiban setiap individu seperti hukum dan regulasi terhadap perkawinan
berlandaskan kepada kepentingan insaniah untuk menjamin keamanan pribadi dan
stabilisasi sosial sehingga dapat mencegah perbuatan merampas hak anak istri serta
orang lain. Regulasi / peraturan perkawinan meliputi : Faktor umur seks, upacara
perkawinan, pembayaran uang nikah, hak dan kewajiban suami istri, batas kekuasaan
sebagai suami, pembagian harta dan warisan, peraturan perceraian dan kewajiban
memelihara anak keturunan dan sebagaimana. Regulasi sosial mengenai perkawinan kita
sampai pada banyak suku bangsa primitif yang kebudayaannya relatif sangat rendah.
F. Dasar Pertimbangan Memilih Jodoh
a) Faktor Bibit
Mempertimbangkan benih asal keturunan yaitu memilih sumber bibit keluarga
yang sehat jasmani dan rohaninya dari kasus penyakit keturunan atau penyakit
mental tertentu, sebab bibit yang baik akan menurunkan / menghasilkan keturunan
baik dan sehat.
b) Faktor Bebet
Berarti keluarga, keturunan dianggap seorang calon suami istri yang
mempunyai keturunan bangsawan (darah biru) akan menghasilkan orang cerdik
pandai yang mempunyai martabat yang baik, berani dan selalu introspeksi diri, tepat,
teliti, akurat, menjalankan ibadah dan hukum serta kepribadian terpuji. Sehingga
dengan faktor keturunan yang unggul itu diharapkan sepasang suami istri memiliki
atribut-atribut terpuji untuk selanjutnya mampu membina keluarga bahagia dan
mendapatkan keturunan yang baik.
c) Faktor Bobot
Artinya berbobot yaitu mempunyai harkat. Ilmu pengetahuan yang lengkap
memiliki harta kekayaan, kekuasaan dan status sosial yang cukup mantap sehingga
dihargai oleh masyarakat memiliki kekayaan spiritual dan nilai rohaniah serta akhirat
yang mantap.
Dijaman modern sekarang pada umumnya seseorang akan mengawini seorang
pribadi. Karena orang telah dikenalnya. Dimana cinta itu akan berkembamg dengan
lewatnya waktu lebih lama, cinta kasih keduanya akan semakin terbiasa terhadap
satu sama lain dalam satu periode tertentu.
Peristiwa tersebut mendorong kita untuk tidak memungkiri adanya proses jatuh
cinta pada pandangan pertama yang akan diperkuatnya dengan peristiwa mengenal
lebih inti sehingga timbullah kesadaran menerima dan mentoleransi ciri-ciri
karakteristik masing-masing kedua belah pihak (pria dan wanita).
Biasanya seorang pria akan mengawini seorang wanita, karena itu mencintai
atau suka pada wanita tersebut, tidak disebabkan represonsederhana ciri-ciri feminine
yang unggul tetapi person ini contreton atau pribadi tertentu yang dicintainya.
Namun demikian akibat-akibat dari seorang wanita itu menentukan suksesnya suatu
perkawinan. Sedangkan criteria akibat dari seorang wanita itu jauh sebelum usia
perkawinan tiba sudah dikhayalkan dan ditentukan tadi.
Berdasarkan penelitian bahwa ada kecenderungan sangat kuat untuk melakukan
perkawinan dengan lawan jenis dari status sosial yang atau hampir sama tingkat nya
seperti kalangan kaum wanita melihat terdapat kecenderungan untuk melakukan
perkawinan dengan pertner pria dar status ekonom lebih tinggi. Sedangkan pada
pihak kaum pria dengan profesi uang tinggi terdapat tendensi untuk kawin
membawah yaitu mengawini wanita dari status intelektual dan ekonomi sedikit lebih
rendah dari strata sosialnya sendiri ada 2 teori dalam tendensi umum perkawinan :
1) Homogami (ikatan perkawinan berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu).
2) Pasangan yang berjodoh mempunyai sifat karakteristik yang justru bertentangan,
namun saling melengkapi. Mengisi dan sifatnya komplementer.

II. Teori Imunisasi TT


A. Imunisasi Tetanus Toxoid
1. Pengertian
Imunisasi TT adalah tindakan untuk memberi kekebalan dalam tubuh klien
bertempat langsung mencegah terjadinya tetanus neonatorum dengan memasukkan
kuman yang sudah dilemahkan.
2. Jenis dan Vaksinasi
Vaksinasi yang digunakan untuk imunisasi aktif kemasan tunggal vaksin
Tetanus Texoid (TT) kombinasi defteri (DI) kombinasi defteri tetanus pertusis
(DPT) vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ATS (Anti Tetanus Serum)
dapat digunakan untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit tetanus.
Cara penyimpanan vaksin TT pada lemari es rak no 2 dengan suhu 8-9C. Cara
dan jadwal pemberian vakssin TT adalah pada calon pengantin wanita 2 kali
langsung terjadi kehamilan dengan jarak waktu ≥ 2 tahun dilakukan TT ulang pada
ibu hamil masing-masing pada kehamilan ke 7 dan ke 8. Dimasa mendatang
diharapkan setiap perempuan telah menghadapi imunisasi tetanus 5 kali, sehingga
daya perlindungan terhadap tetanus seumur hidup, dengan demikian bayi yang
dikandung kelak akan terlindung dari penyakit tetanus neonatorum. Bentuk vaksin
TT cir agak putihkeruh dalam vial dosis 0,5 ml/ dalam di olutus maxi atau lengan.

Dosis Saat pemberian % perlindungan Lama perlindungan


TT I Pada saat kunjungan pertama 0% 1tahun
atau sedini mungkin pada
kehamilan
TT II Minimal 4 minggu setelah TT I 80 % 2   tahun
TT III Minimal 6 bulan setelah TT II 95 % 5 tahun
atau selama kehamilan
berikutnya
TT IV Minimal setahun setelah TT III 99 % 10 tahun
kehamilan berikutnya
TT V Minimal setahun setelah TT 99% Selama seumur
kehamilan berikutnya hidup

Imunisasi TT 5 x untuk kesadaran penuh


TT 1 Langkah awal untuk mengembangkan kekebalan tubuh terhadap infeksi
TT 2 4 minggu setelah TT I untuk menyempurnakan kekebalan
TT 3 6 bulan atau lebih setelah TT 2 untuk menguatkan kekebalan
TT 4 1 tahun atau lebih setelah TT 3 untuk meneluarkan kekebalan
TT 5 1 tahun atau lebih setelah TT 4 untuk mendapat kekebalan penuh

B. Efek Samping Suntik TT


Efek samping suntik tetanus yang terjadi sebagian besar bersifat ringan. Efek
samping ini bisa muncul, karena tubuh sedang membangun sistem imun yang akan
digunakan untuk melawan bakteri tetanus di kemudian hari, apabila orang sudah
terpapar. Namun pada beberapa orang yang mengalami alergi atau gangguan kesehatan
lainnya, suntik tetanus malah bisa memicu efek samping yang cukup parah.
1. Efek Samping Suntik Tetanus Yang Ringan
Berikut ini beberapa gejala ringan yang dapat timbul setelah menjalani suntik TT :
a) Nyeri
Setelah disuntik TT, pasien bisa saja merasakan nyeri di area bekas penyuntikan.
Kemerahan dan bengkak di area yang sama juga sering terjadi. Namun, hal ini
tidaklah berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.
b) Demam
Demam juga merupakan efek samping suntik tetanus yang umum terjadi. Suhu
tubuh bisa turun dengan sendirinya setelah beberapa saat. Namun, bisa juga
mengonsumsi obat penurun panas untuk meringankan gejala demam.
c) Sakit badan
Setelah suntik tetanus, memungkinkan akan merasakan nyeri di badan. Jika nyeri
cukup mengganggu, bisa meredakannya dengan mengonsumsi obat pereda nyeri
seperti paracetamol atau ibuprofen.
d) Efek samping lainnya
Selain ketiga efek samping di atas, gejala lain juga bisa muncul sebagai akibat
dari suntikan tetanus, seperti lemas, mual, muntah, dan sakit kepala.
2. Efek samping suntik tetanus yang parah
Bagi beberapa orang, efek samping suntik tetanus bisa bisa cukup parah,
terutama jika alergi terhadap vaksin ini. Gejala alergi yang mungkin muncul antara
lain berupa: bentol-bentol di kulit, gatal, kesulitan bernapas, kesulitan menelan, kulit
memerah terutama di sekitar telinga, pembengkakan pada wajah, dan tubuh yang
tiba-tiba sangat lemas.
Alergi terhadap vaksin tetanus sangat jarang terjadi, sehingga tidak perlu terlalu
khawatir akan hal tersebut. Namun apabila mengalami gejala di atas setelah
menjalani imunisasi, segera kunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk menerima
perawatan alergi.
Suntik tetanus tetaplah penting dilakukan meski ada efek sampingnya. Tetanus
adalah penyakit berbahaya yang disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani. Bakteri
ini hidup di tanah dan kotoran binatang. Artinya, bakteri tersebut tersebar di berbagai
tempat dan sangat sulit untuk sepenuhnya dihindari. Bakteri penyebab tetanus bisa
masuk ke tubuh melalui permukaan kulit yang terbuka akibat luka atau goresan kecil.
Setelah masuk ke tubuh, bakteri ini bisa mengeluarkan racun yang memicu kejang,
bahkan kematian. Maka dari itu, meski ada kemungkinan efek samping yang bisa
terjadi, suntik tetanus tetap penting untuk dilakukan. Manfaat yang didapatkan dari
imunisasi ini lebih besar dibanding risiko yang mungkin muncul.

III. Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu pasien
atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara :
1. Bertahap dan sistematis.
2. Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan.
Manajemen kebidanan menurut Varney, 1997
1) Pengertian
(a) Proses pemecahan masalah.
(b) Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah.
(c) Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkian atau tahapan yang logis.
(d) Untuk pengambilan suatu keputusan.
(e) Yang berfokus pada klien.
2) Langkah-langkah
(a) Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien
secara keseluruhan.
(b) Menginterprestasikan data untuk mengindentifikasi diagnosa atau masalah.
(c) Mengindentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
(d) Menetapkan tindakan terhadap kebutuhan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatanlain serta rujukan berdasarkan kondisi pasien.
(e) Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
(f) Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
(g) Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, mengulang kembali
manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
3) Langkah-langkah dalam Asuhan Kebidanan
(a) Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar.
Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang
terdiri dari data subjektif data objektif. Data subjektif adalah yang
menggambarkan pendekumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa. Yang termasuk data subyektif antara lain biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas,
biopsikologis spiritual, pengetahuan klien.
Data objektif adalah yang menggambarkan pendekumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik
yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), pemeriksaan
penunjang (laboratorium, catatan baru dan sebelumnya).
(b) Langkah II : Interprestasi Data Dasar.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
(c) Langkah III : Mengindentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial Dan
Mengantisipasi penanganannya.
Pada langkah ini kita mengindentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa atau
masalah potensial ini benar-benar terjadi.
(d) Langkah IV : menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk
melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien. Mengidentifikasi perlunya tindakan segara oleh bidan atau
dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan ang lain sesuai dengan kondisi klien.
(e) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh.
Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.

(f) Langkah VI : pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman.


Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebaian lagi
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak
melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya.
(g) Langkah VII : Evaluasi.
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
tetap terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi
didalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika
memang benar dalam pelaksanaannya.

BAB III
TINJAUAN KASUS
Tangga : 23 Oktober 2021
Jam : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Proppo

A. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF


1. Biodata
Nama : Nn “W”
Umur : 25 Tahun
Suku / Bangsa : Madura / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Mapper
2. Alasan berkunjung
Klien mengatakan ingin suntik TT sebelum nikah.
3. Riwayat kesehatan sekarang.
Klien mengatakan sudah mengikuti konseling pranikah di KUA setempat dan
mengatakan bahwa salah satu syarat klien harus mendapatkan imunisasi TT
pranikah, saat ini klien merasa sehat dan siap diimunisasi pranikah.
4. Riwayat kesehatan keluarga.
Klien mengatakan baik dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menurun seperti kencing manis, asma, darah tinggi, dan tidak ada penyakit
menular seperti TBC, Hepatitis.
5. Riwayat kesehatan yang lalu.
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti kencing
manis, asma, darah tinggi, dan tidak ada penyakit menular seperti TBC, Hepatitis.
6. Riwayat Haid
Menarche : 13 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lama haid : 7 Hari
Jumlah : ± 3 x / hari ganti kotex. Konsistensi encer.
Nyeri haid : Kadang-kadang.
Flour albus : Ada sebelum haid tidak bau, tidak gatal.
7. Riwayat kebiasaan sehari-hari.
a. Pola Nutrisi.
Makan 3 x/ hari dengan porsi, nasi lauk, sayur, minum ± 6-8 gelas/hari air
putih. Tidak ada pantang makanan, dan tidak ada alergi.
b. Pola Istirahat dan Tidur.
Tidur siang ± 1-2 jam, dan tidur malam ± 7-8 jam.
c. Pola Aktivitas.
Pekerjaan klien setiap hari di perusahaan swasta dan jika libur klien
membantu pekerjaan orang tuanya. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga
seperti membantu. Mencuci dan menyetrika.
d. Personal Hygiene
Mandi 2 x / hari,gosok gigi 3 x / hari, ganti pakaian 2 x / hari atau bila kotor,
keramas 2-3 x / minggu atau bila perlu ganti celana dalam 2-3 x / hari.
e. Pola Eleminasi.
BAB I x / hari konsistensi lembek, dan BAK 4-5 x / hari warna kuning jernih,
bau khas, tidak ada nyeri.
f. Pola Kebiasaan Lain
Klien mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu, minum alkohol, dan
obat - obatan
8. Riwayat Psiklogis dan Spiritual
Klien mengatakan sudah siap lahir batin melaksanakan pernikahan yang
direncanakan 1 bulan lagi, klien mengatakan cukup bahagia dengan rencana
pernikahannnya dan kedua belah pihak keluarga sudah menyetujui atas rencana
pernikahannya. Hubungan dengan keluarga baik, hubungan dengan petugas
kesehatan baik klien mau menjawab pertanyaan petugas dengan terbuka. Klien
beragama islam dan mengatakan rajin beribadah.

B. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Antropometri :
BB : 65 kg TB : 155 cm
IMT : 23,88 kg/m2 LILA : 27cm
d. Tanda-Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit Suhu : 36o C
e. Pemeriksaan fisik
Cara berjalan baik, bentuk tubuh sedang
Rambut : Tidak ada ketombe,bersih, tidak rontok
Muka : Tidak pucat
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada pengeluaran atau sekret
Telinga : Tidak ada serumen pendengaran baik
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis, lidah bersih
Gigi : Tidak ada karies
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar lympe, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada massa
Dada : Nafas normal, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
Perut : Tidak ada pembesaran, tidak kembung
Kaki : Simetris, pergerakan baik, tidak ada odem, tidak ada varices
Vulva dan Anus : Tidak ada odem, tidak ada varices, tidak ada hemoroid
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

D. DIAGNOSA KEBIDANAN
Wanita usia subur dengan Imunisasi TT Pranikah

E. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu Klien tentang hasil pemeriksaan
Evaluasi : klien mengetahui hasil pemeriksaannya
2. Menjelaskan tentang pengertian Imunisasi TT Pranikah
Evaluasi : klien mengerti penjelasan bidan
3. Menjelaskan tujuan dari pemberian imunisasi TT
Evaluasi : klien mengerti penjelasan bidan
4. Menjelaskan pada Klien tentang status imunisasi pada saat ini Status TT Lengkap
sehingga tidak perlu untuk disuntik TT
Evaluasi : klien mengerti penjelasan bidan

F. DATA PERKEMBANGAN
Tanggal 23 Oktober 2021 Jam : 10.10 WIB
S : Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan dari bidan
O : Keadaan umum ibu baik
Ibu tampak mengerti setelah mendapat konseling dari nakes
A : WUS Dengan Imunisasi TT Pranikah
P : Anjurkan pasien untuk kontrol jika ada masalah / keluhan setelah di imunisasi TT.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Data Subjektif, Objektif
Dalam hasil ini akan dibahas hasil asuhan kebidanan melalui pengkajian data

Subjektif, Objektif, Interpretasi data, perencanaan, planing dan evaluasi. Data Subjektif,

Objektif dan Interpretasi Data Dasar Dalam kasus Ny.W, mengatakan bahwa riwayat

pendidikannya sarjana dan saat ini ibu ingin mendapat konseling tentang pranikah

didapatkan hasil pemeriksaan TD 110/70 Mmhg N 84 x/mnt S 36 RR 20 x/mnt dan ibu

tidak memiliki tumor.

2. Implementasi dan Planing

Dari Kasus diatas dilakukan perencanaan dan Implementasi dalam asuhan kebidanan

konseling tentang pranikah dan ibu bersedia untuk dilakukan penyuntikan TT .

3. Evaluasi

Dari Perencanaan dan Implementasi maka didapatkan Evaluasi, Ibu mengatakan

mengerti dengan penjelasan dari bidan Dan ibu sudah diimunisasi TT

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada Nn.”W” dengan pranikah dan
mengacu pada tujuan yang ada maka dapat ditemukan suatu diagnosa kebidanan yaitu :
1. Wus dengan imunisasi TT Pranikah
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini pasien mempunyai pengaruh terhadap
palaksanaan asuhan kebidanan antara lain :
1. Pasien memberikan kepercayaan petugas.
2. Keterbukaan pasien dalm mengungkapkan masalah kepada petugas.
3. Kesediaan pasien dalam menjalankan saran tulis.
4.  Adanya pengertian dan kesadaran pasien dalam mempersiapkan pernikahannya dan
dukungan keluarga serta petugas.
5. Faktor penghambat yaitu adanya keterbatasan waktu dan kemampuan penulis atau
petugas dalam memberikan asuhan kebidanan dan konseling pada pasien pranikah.

B. SARAN
1. Untuk tenaga kesehatan
a) Menggunakan komunikasi terapeutik
b) Menunjukkan sikap bersedia mau membantu pasien
c) Memberikan motivasi atau dukungan
2. Untuk Pasien
Hendaknya pasien dan calon suaminya mempersiapkan sematang mungkin
pernikahannya. Memegang teguh norma perkawinan (regulasi) dan mematangkan
diri secara bertanggung jawab melalui kehidupan bersama yang akan dijalani yaitu
sebagai suami istri.Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual
sehingga tenang dan lancar dalam menghadapi kehidupannya. Hendaknya mau
kotrol ke bidna setelah 1 bulan TT 1 untuk mendapatkan TT II.

DAFTAR PUSTAKA
Jones lewcilnya Derek, 2006. Kesehatan Wanita. Jakarta : Gaya favorit
Kartono kartini, 2007. Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung : CV Mandar
Maju.
Kartono kartini, 2008. Konseling Pra Perkawinan. Bandung : CV Mandar Maju.

Anda mungkin juga menyukai