A.
Latar Belakang
Ilmu kebidanan adalah ilmu yang mempelajari tentang kehamilan, persalinan, dan kala
nifas serta kembalinya alat reproduksi ke keadaan normal. Tujuan ilmu kebidanan adalah untuk
mengantarkan kehamilan, persalinan, dan kala nifas serta pemberian ASI dengan selamat dengan
kerusakan akibat persalinan sekecil-kecilnya dan kembalinya alat reproduksi kekeadaan normal.
Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi
rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka
kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan
kesehatan. Indonesia, di lingkungan ASEAN, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan
perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segara
untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh
dan lebih bermutu.
Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat
dijabarkan bahwa:
1. Angka kematian ibu sebesar 19.500-20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit.
Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5 %, infeksi 22,5.%, gestosis 17,5 %, dan
anestesia 2,0 %.
2. Kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18- 20 menit
sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60 %, infeksi 24-34 %,
prematuritas/BBLR 15-20 %, trauma persalinan 2-7 %, dan cacat bawaan 1-3 %.
Memperhatikan angka kematian ibu dan bayi, dapat dikemukakan bahwa:
1. Sebagian besar kematian ibu dan perinatal terjadi saat pertolongan pertama sangat
dibutuhkan.
2. Pengawasan antenatal masih belum memadai sehingga penyulit hamil dan hamil dengan risiko
tinggi tidak atau terlambat diketahui.
3. Masih banyak dijumpai ibu dengan jarak hamil pendek, terlalu banyak anak, terlalu muda, dan
terlalu tua untuk hamil.
4. Gerakan keluarga berencana masih dapat digalakkan untuk meningkatkan sumber daya
manusia melalui norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS).
peningkatan
pelayanan
kebidanan
yang
menyeluruh
dan
bermutu
yaitu
dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah
dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktek terbaru yang lebih aman dan diharapkan
dapat mengendalikan asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih
bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
perinatal.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui informasi tentang evidence based kebidanan
2. Untuk mengetahui informasi evidence based pada asuhan persalinan terkini
C. Manfaat
1. Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based kebidanan
2.
Untuk meningkatkan pengetahuan pada mahasiswa tentang evidence based pada asuhan
persalinan terkini
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Evidence Based Midwifery (Practice)
EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat
profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM Bidan
Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah lama berisi
bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan pengetahuan dan praktek. Pada awal abad ini,
peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan
mengeksploitasi baru kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan yang
berkembang diakui untuk platform untuk yang paling ketat dilakukan dan melaporkan
penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM secara resmi
diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan
di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk
membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan
utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi '(Silverton, 2003).
EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktek dan
profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis
filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi,
terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan benar dapat menilai arti dan implikasi untuk
praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
B. Asuhan Persalinan Normal
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin,10)
Sedangkan persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan.
Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara
37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi
sehat.
Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut juga sebagai 5 (lima) benang
merah yang perlu mendapatkan perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu:
1. Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan Keputusan
Klinik (Clinical Decision Making).
2. Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi
3. Aspek Pencegahan Infeksi
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Contoh EBM Pada Asuhan Persalinan
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama
disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran.
Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat
dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir
semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang
sangat rendah.
Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:
a) Keluarga Berencana
Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan
b) Asuhan Antenatal Terfokus
Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan
persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi
c) Asuhan Pascakeguguran
Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap
kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya
d) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu
merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian
e) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.
Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan
kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi
petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat,
keadaan dan tempat terjadinya
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan
kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman
serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan
atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya
pergeseran paradigma tersebut diatas:
1. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini.
Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan,
diantaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan
melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini
terhadap persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.
2.
Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena
dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh
tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.
3. Retensio plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat
proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir
dan melakukan penegangan tali pusat terkendali.
4.
Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan penggunaan
partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan. Dukungan
suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman selama proses
persalinan berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses
persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien
asfiksia
pada
bayi
baru
lahir
dilakukan
melalui
upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur
denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa
nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik
meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan
upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat,
penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan
buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan
pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.
6.
Asuhan
Sayang
Ibu
dan
Bayi
sebagai
kebutuhan
dasar
persalinan
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan
dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses
persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah
persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan
berlangsung lebih cepat.
Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai
martabatnya.
2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain
selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya yang berdasarkan evidence based terkini,
terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi
manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru
lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan
kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka
paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua
penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini
secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan pertolongan secara
adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan yang optimal maka semua upaya tersebut
dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
B. Saran
Diharapkan akan adanya peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian,akan
pengetahuan berdasar bukti mengenai asuhan kebidanan khususnya dalam memberikan
pelayanan kesehatan pada ibu dan anak dalam upaya penurunan AKI dan AKB.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2001, Catatan Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan, EGC : Jakarta..
Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal. Edisi Baru Dengan Resusitasi, Jakarta.
Pusdiknakes WHO JHPIEGO, 2003, Asuhan Intrapartum, Jakarta.
www.google.com
diperlukan/tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada proses persalinan yang
diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu
dan angka kematian bayi
2.2 PERSALINAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup
kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Proses persalinan ini terdiri dari 4 kala yaitu :
1. Kala I
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap yaitu 10 cm.
Dimana kala I ini dibagi menjadi dua yaitu :
a. Fase laten
Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 78 jam.
b. Fase aktif Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :
a) Periode akselerasi Berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal Selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 jam.
c)
Periode deselarasi Berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau
lengkap.
2. Kala II
Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan
mendorong janin keluar hingga lahir.
Persalinan kala II dimulai saat pembukaan serviks lengkap (10cm) dan berakhir dengan
keluarnya janin.
Tanda dan gejala kala II :
a) Ibu ingin mengeran (dorongan mengeran/doran)
b) Perineum menonjol (perjol)
c) Vulva membuka (vulka)
d) Tekanan anus (teknus)
Sebelum EBM
Setelah EBM
.
1.
bebas
apapun
mereka sukai
posisi Ibu hanya boleh bersalin Ibu bebas untuk
Pengaturan
persalinan
memilih
yang
3.
4.
Menahan
yang
nafas
posisi
mereka
inginkan
saat Ibu harus menahan nafas Ibu boleh bernafas
mengeran
Tindakan epsiotomi
Bidan
rutin
saat mengeran
melakukan Hanya dilakukan
Semua tindakan tersebut diatas telah dilakukan penelitian sehingga dapat di kategorikan
aman jika dilakukan pada saat ibu bersalin. Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada :
1. Asuhan sayang ibu pada persalinan kala
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Sehingga saat penting sekali diperhatikan pada saat seorang ibuakan
bersalin.
Adapun asuhan sayang ibu berdasarkan EBM yang dapat meningkatkan tingkat kenyamanan
seorang ibu bersalin antara lain :
Ibu tetap di perbolehkan makan dan minum karenan berdasarkan EBM diperleh kesimpulan
bahwa :
i.
Pada saat bersalin ibu mebutuhkan energy yang besar, oleh karena itu jika ibu tidak
makan dan minum untuk beberapa waktu atau ibu yang mengalami kekurangan gizi dalam
proses persalinan akan cepat mengalami kelelahan fisiologis, dehidrasi dan ketosis yang dapat
menyebabkan gawat janin.
ii.
Ibu bersalin kecil kemungkinan menjalani anastesi umum, jadi tidak ada alasan
glukosa intravena yang telah dibuktikan dapat berakibat negative terhadap janin dan bayi baru
lahir oleh karena itu ibu bersalin tetap boleh makan dan minum. Ha ini berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Larence 1982, Tamow-mordi Starw dkk 1981, Ruter Spence dkk 1980,
Lucas 1980.
Ibu diperbolehkan untuk memilih siapa pendamping persalinannya
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Dimana dengan asuhan sayang ibu ini kita dapat membantu ibu merasakan
kenyamanan dan keamanan dalam menghadapi proses persalinan. Salah satu hal yang dapat
membentu proses kelancaran persalinan adalah hadirnya seorang pendamping saat proses
persalinan ini berlangsung. Karena berdasarkan penelitian keuntungan hadirnya seorang
pendemping pada proses persalinan adalah :
Pendamping persalinan dapat meberikan dukungan baik secara emosional maupun pisik kepada
ibu selama proses persalinan.
Kehadiran suami juga merupakan dukungan moral karena pada saat ini ibu sedang mengalami
stress yang sangat berat tapi dengan kehadiran suami ibu dapat merasa sedikit rileks karena
merasa ia tidak perlu menghadapi ini semua seorang diri.
Pendamping persalinan juga dapat ikut terlibat langsung dalam memberikan asuhan misalnya
ikut membantu ibu dalam mengubah posisi sesuai dengan tingkat kenyamanannya masing
masing, membantu memberikan makan dan minum.
Pendamping persalinan juga dapat menjadi sumber pemberi semangat dan dorongan kepada ibu
selama proses persalinan sampai dengan kelahiran bayi.
Dengan adanya pendamping persalinan ibu merasa lebih aman dan nyaman karena merasa lebih
diperhatikan oleh orang yang mereka sayangi.
Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami waktu persalinan
yang lebih singkat, intervensi yang lebih sedikit, sehingga hasil persalinan akan lebih baik.
2. Pengaturan posisi persalinan pada persalinan kala II
Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk mulai mengatur
posisi telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata posisi
telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada proses persalinan, hal ini
dikarenankan :
Bahwa posisi telentang pada proses persalinan dapat mengakibatkan berkurangnya aliran darah
ibu ke janin.
Posisi telentang dapat berbahaya bagi ibu dan janin , selain itu posisi telentang juga mengalami
konntraksi lebih nyeri, lebih lama, trauma perineum yang lebih besar.
Posisi telentang/litotomi juga dapat menyebabkan kesulitan penurunan bagian bawah janin.
Posisi telentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya akan menekan aorta,
vena kafa inferior serta pembluh-pembuluh lain dalam vena tersebut. Hipotensi ini bisa
menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin.
Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di punggung dan aka nada
rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada masa post partum (nifas).
Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain posisi setengah duduk,
berbaring miring, berlutut dan merangkak. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Bhardwaj, Kakade alai 1995, Nikodeinn 1995, dan Gardosi 1989. Karenan posisi ini mempunyai
kelebihan sebagai barikut :
a. Posisi tegak dilaporkan mengalami lebih sedikit rasa tak nyaman dan nyeri.
b. Posisi tegak dapat membantu proses persalinan kala II yang lebih seingkat.
c. Posisi tegak membuat ibu lebih mudah mengeran, peluang lahir spontan lebih besar, dan
robekan perineal dan vagina lebih sedikit.
d. Pada posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan terjadinya peregangan
bagian bawah simfisis pubis akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya
perluasan pintu panggul.
e. Posisi tegak dalam persalinan memiliki hasil persalinan yang lebih baik dan bayi baru lahir
memiliki nilai apgar yang lebih baik.
f. Posisi berlutut dapat mengurangi rasa sakit, dan membantu bayi dalam mengadakan posisi
rotasi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga mengurangi keluhan haemoroid.
g. Posisi jongkok atau berdiri memudahkan dalam pengosongan kandung kemih. Karena
kandung kemih yang penuh akan memperlambat proses penurunan bagian bawah janin.
h. Posisi berjalan, berdiri dan bersandar efektif dalam membantu stimulasi kontraksi uterus serta
dapat memanfatkan gaya gravitasi.
Oleh karena itu sebaiknya sebelum bidan hendak menolong persalinan sebaiknya melakukan hal
hal sebagai berikut
a. Menjelaskan kepada ibu bersalina dan pendamping tentang kekurangan dan kelebihan
berbagai posisi pada saat persalinan.
b. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang dirasakan nyaman.
c. Mebicarakan tentang posisi-posisi pada ibu semasa kunjungan kehamilan.
d. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu sebelum memasuki kala II.
e. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.
f. Mengajak semua petugas untuk meninggalkan posisi litotomi.
g. Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi kebebasan menggunakan berbagai
posisi dan mudah dibersihkan.
3. Menahan nafas pada saat mengeran
Pada saat proses persalinan sedang berlangsung bidan sering sekali menganjurkan pasien untuk
menahan nafas pada saat akan mengeran dengan alasan agar tenaga ibu untuk mengeluarkan bayi
lebih besar sehingga proses pengeluaran bayi pun enjadi lebih cepat. Padahal berdasarkan
penelitian tindakan untuk menahan nafas pada saat mengeran ini tidak dianjurkan karena :
a. Menafas nafas pada saat mengeran tidak menyebabkan kala II menjadi singkat.
b. Ibu yang mengeran dengan menahan nafas cenderung mengeran hanya sebentar.
c. Selain itu membiarkan ibu bersalin bernafas dan mengeran pada saat ibu merasakan
dorongan akan lebih baik dan lebih singkat.
4. Tindakan episiotomi
Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin dilakukan terutama pada primigravida.
Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin ini tidak boleh dilakukan secara rutin pada proses
persalinan karena :
a. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomy yang dilakukan terlalu dini,
yaitu pada saat kepala janin belum menekan perineum akan mengakibatkan perdarahan yang
banyak bagi ibu. Ini merupakan perdarahan yang tidak perlu.
b. Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena luka episiotomi dapat
enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi dan kesehatan ibu kurang baik.
c. Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada ibu.
d. Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas menjadi derajat tiga dan
empat.
e. Luka episiotomi membutuhkan waktu sembuh yang lebih lama.
Karena hal hal di atas maka tindakan episiotomy tidak diperbolehkan lagi. Tapi ada juga
indikasi yang memperbolehkan tindakan epsiotomi pada saat persalinan. Antara lain indikasinya
adalah :
a. Bayi berukuran besar
Jika berat janin diperkirakan mencapai 4Kg, maka hal ini dapat menjadi indikasi dilakukannya
episiotomy. Tapi asalkan pinggul ibu luas karena jika tidak maka sebaiknya ibu dianjurkan untuk
melakukan SC saja untuk enghindari factor resiko yang lainnya.
b. Perineum sangat kaku
Tidak semua persalinan anak pertama dibarengi dengan perineum yang kaku. Tetapi bila
perineum sangat kaku dan proses persalinan berlangsung lama dan sulit maka perlu dilakukan
episiotomi.
c. Perineum pendek
Jarak perineum yang sempit boleh menjadi pertimbangan untuk dilakukan episiotomi, Apalagi
jika diperkirakan bayinya besar. Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera pada anus
akibat robekan yang melebar ke bawah.
c) Asuhan Pascakeguguran
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu
merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian.
e) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.
Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan
kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi
petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat,
keadaan dan tempat terjadinya
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan
kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman
serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan
atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya
pergeseran paradigma tersebut diatas:
1. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini.
Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan,
diantaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan
melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini
terhadap persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.
2.
Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena
dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh
tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.
3. Retensio plasenta
Memanggil
ibu
sesuai
namanya,
menghargai
dan
memperlakukannya
sesuai
martabatnya.
2.
Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut
3.
4.
Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5.
6.
7.
Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain
selama
Mengajarkan
suami
dan
anggota
keluarga
mengenai
cara
memperhatikan
dan
Menganjurkan
ibu
untuk
mencoba
berbagai
posisi
selama
persalinan
dan
kelahiran bayi.
12.
Menganjurkan
ibu
untuk
minum
cairan
dan
makan
makanan
ringan
bila
ia
menginginkannya.
13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi
pengaruh yang merugikan.
14.
Menghindari
tindakan
berlebihan
dan
mungkin
membahayakan
(episiotomi,
Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
Mempersiapkan
perlengkapan
dan
persalinan
obat-obatan
dan
kelahiran
yang
diperlukan.
bayi
Siap
dengan
baik,
melakukan
bahan-bahan,
resusitasi
bayi
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/makalah-evidence-based-kebidanandalam.html
http://ayu-delfia.blogspot.com/2012/12/evidence-based-persalinan.html
a.
Pendahuluan
Sebelum berbicara tentang isu terkini dalam praktik kebidanan, pertama-tama filosofi kebidanan
harus ditengok kembali sehingga bukti ilmiah yang kita pakai sebagai bidan tidak melenceng
dari filosofi perofesi bidan itu sendir. Filosofi dasar profesi kebidanan terdiri dari 6 filosofi dasar
antara lain:1
1)
2)
3)
Continuity of care
4)
Empowering women
5)
b.
Pada kenyataannya, banyak diantara kita mengakses temuan ilmiah namun bukan pada domain
kebidanan yakni mengupayakan proses reproduksi berjalan dengan fisilogis, tetapi lebih kearah
medical. Misalnya penggunaan medikamentosa untuk manajemen nyeri persalinan dengan ILA
dan lain sebagainya. Berkiblat pada filosofi diatas, maka manajemen nyeri haruslah
memanfaatkan alam dan kompetensi bidan yang ada misalnya dengan touch in labor. 2, 3
Isu Terkini dalam praktik kebidanan lain yang sangat fenomenal adalah lotus birth yang
membuat Robin Lim mendapat penghargaan yang membanggakan sejawat di seluruh dunia.
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali pusat yang
tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses fisiologis normal dalam
perubahan Whartons jelly yang menghasilkan pengkleman internal alami dalam 10-20 menit
pasca persalinan.
Tali pusat kemudian Kering dan akhirnya lepas dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya
terjadi 3-10 hari setelah lahir.Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) menekankan pentingnya
penyatuan atau penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan menyatakan dengan
jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:, Geneva, Swiss, 1997) Penundaan
Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam perawatan tali pusat,
dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan intervensi yang masih memerlukan pembuktian
lebih lanjut.Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di klinik dan
rumah bersalin, sehingga proses bonding attachment antara ibu dan bayi dapat dilakukan, hal ini
tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir .
Meskipun merupakan suatu fenomena alternatif yang baru, penundaan pemotongan tali pusat
sudah ada dalam budaya Bali dan budaya orang Aborigin.Oleh karena itu, keputusan untuk
dilakukannya Lotus Birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi karena Lotus Birth
merupakan tanggungjawab dari klien yang telah memilih dan membaut keputusan tentang
tindakan tersebut.
Praktik Modern dari Lotus Birth menunjukkan bahwa mamalia yang mempunyai 99% bahan
genetik hampir sama dengan manusia, yaitu simpanse pun membiarkan plasenta utuh, tidak
merusak atau memotongnya. Hal tersebut dikenal dengan fakta primatologistsSampai sekarang
belum ada penelitian lebih lanjut mengenai adanya kehilangan berat badan bayi dan penyakit
kuning karena tindakan Lotus Birth.Referensi mengenai Lotus Birth ini terdapat dalam ajaran
Budha, Hindu, serta Kristen dan Yahudi.
4) Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai masa
pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
5) Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi. Sebagian besar
pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga plasenta telah lepas.
6) Alasan rohani atau emosional.
7) Tradisi budaya yang harus dilakukan.
8) Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.
9) Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup antara
plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
10) Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya luka membutuhkan
waktu untuk penyembuhan.sedangkan jika tidak ada luka, waktu penyembuhan akan minimal).
Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
4) Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu
yang lebih lama untuk bounding attachment.
5) Dr Sarah Buckley mengatakan :bayi akan menerima tambahan 50-100ml darah yang
dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfusi ini mengandung zat besi, sel darah merah,
keeping darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama.
Hilangnya 30 mL darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600 mL darah untuk
orang dewasa. Asuhan persalinan umum dengan pemotongan tali pusat sebelum berhenti
berdenyut memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60 mL darah, yang setara dengan 1200mL
darah orang dewasa.
2. Evidence Base Praktik Kebidanan
1. Definisi
Pengertian evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka evidence Base
dapat diartikan sebagai berikut:
Evidence : Bukti, fakta
Base : Dasar
Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.
Pengertian Evidence Base menurut sumber lain:
The process of systematically finding, appraising and using research findings as the basis for
clinical decisions.4
Evidence base adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan menggunakan hasil
penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
2)
3) Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan yang
bermutu
4) Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien mengharapkan
asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Midwifery Today :
http://www.midwiferytoday.com/articles/midwifestouch.asp
3) International Breastfeeding
Journal :http://www.internationalbreastfeedingjournal.com/content
4)
5)
http://www.ejmanager.com/mnstemps/86/86-1363938342.pdf?t=1370044205
6) American Journal of Obstetric and Gynecology : http://ajcn.nutrition.org/
7) American Journal of Clinical Nutrition : http://ajcn.nutrition.org/
8) American Journal of Public Health : http://ajcn.nutrition.org/
9) American Journal of Nursing :
http://journals.lww.com/ajnonline/pages/default.aspx
1C
2a
2b
2c
3a
1)
3b
EBM-ANC
kekurangan kalsium
Diet untuk memcegah bayi
besar
Aktititas dan
mobilisasi/latihan (senam
hamil dll) saat masa
kehamilan menurunkan
kejadian PEB, gestasional
diabetes dan BBLR dan
persalinan SC
2)
Berkaitan dengan
peredaran darah dan
kontraksi otot. (lihat
jurnal)8
KETERANGAN
Tampon Vagina
NEWBORN CARE
TEMUAN ILMIAH
Breastfeeding berhubungan dengan perkembangan
neurodevelopment pada usia 14 bulan.12
DAFTAR PUSTAKA
1) Yuniati I. Filosofi Kebidanan. Bandung: Program Pascasarjana Program Studi Magister
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung; 2011.
2) Simkin P. Comfort in Labor. How you can help your self to a normal satisfying childborth
2007. Available from: http://Childbirthconnection.org.
3)
4) NICE. Antenatal Care, routine care for the healthy pregnant woman. 2 ed. London: Royal
College of Obstetricians and Gynaecologists; 2008.
5) Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D, editors. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2002.
6) Sandip S, Asha K, Paulin G, Hiren S, Gagandeep S, Amit V. A comparative study of serum
uric acid, calcium anf magnesium in preeclampsia and normal pregnancy. Journal of Advance
Research in Biological Sciences. 2013;5(1):55-8.
7) Black S, Yu H, Lee J, Sachchithananthan M, Medcalf RL. Physiologic concentration of
magnesium and placental apoptosis: prevention by antioxidants. Obstetrics & Gynecology.
2001;98(2):319-24.
8) Dignon A, Reddington A. The physical effect of exercise in pregnancy on-pre-eclampsia,
gestational diabetes, birthweight and type of delivery. Evidence Based Midwifery.
2013;11(2):60-6.
9)
infection: result of the multiple indicator cluster survey 2003. J Nutr Educ Behav.
2007;25(2):195-204.
PERSALINAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uri) yang dapat hidup kedunia
luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Proses persalinan ini terdiri dari 4 kala yaitu :
a. Kala I
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap yaitu 10 cm.
Dimana kala I ini dibagi menjadi dua yaitu :
1. Fase laten
Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 78 jam.
2. Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :
(1) Periode akselerasi
Berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
(2) Periode dilatasi maksimal
Selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 jam.
(3) Periode deselarasi
Berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
b. Kala II
Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan
mendorong janin keluar hingga lahir.
c.
Kala III
Waktu pelepasan dan pengeluaran ari.
d. Kala IV
Mulai dari lahirnya uri sampai 1-2 jam.
Salah satu tahapan dalam proses persalinan yang sangan penting adalah pada kala II
persalinan. Dimana kala II persalinan ini dimulai pada saat pembukaan lengkap (pembukaan
lengkap=10cm) sampai dengan lahirnya janin. Pada kala II persalinan ini sering terjadi perlakuan
perlakuan yang terkadang dinilai tidak perlu bahkan membahayakan bagi ibu. Oleh karena itu
beberapa peneliti mulai melakukan peneitian pada kala II persalinan yang dianggap
membahayakan bagi ibu berdasarkan evidence based.
II.
PERSALINAN KALA II
Persalinan kala II dimulai saat pembukaan serviks lengkap (10cm) dan berakhir dengan
keluarnya janin.
Tanda dan gejala kala II :
a. Ibu ingin mengeran (dorongan mengeran/doran)
b. Perineum menonjol (perjol)
c.
pasien. Itulah evidence based, melalui paradigm baru ini maka pedekatan medic barulah
dianggap accountable apabila didasarkan pada temuan terkini yang secaca medic, ilmiah dan
metodologi dapat diterima.
Atau dengan kata lain Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM
adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan
bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan (Sackett et
al,1997).
Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena
dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindaka tindakan yang tidak diperlukan/tidak
bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada proses persalinan yang diharapkan
berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi
IV.
Sebelum EBM
Setelah EBM
.
1.
bebas
apapun
mereka sukai
posisi Ibu hanya boleh bersalin Ibu bebas untuk
Pengaturan
persalinan
memilih
yang
3.
Menahan
mengeran
yang
nafas
posisi
mereka
inginkan
saat Ibu harus menahan nafas Ibu boleh bernafas
pada saat mengeran
4.
Tindakan epsiotomi
Bidan
rutin
melakukan Hanya
dilakukan
Semua tindakan tersebut diatas telah dilakukan penelitian sehingga dapat di kategorikan
aman jika dilakukan pada saat ibu bersalin. Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada :
A. Asuhan sayang ibu pada persalinan kala
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Sehingga saat penting sekali diperhatikan pada saat seorang ibuakan
bersalin.
Adapun asuhan sayang ibu berdasarkan EBM yang dapat meningkatkan tingkat kenyamanan
seorang ibu bersalin antara lain :
1.
Ibu tetap di perbolehkan makan dan minum karenan berdasarkan EBM diperleh kesimpulan
bahwa :
a. Pada saat bersalin ibu mebutuhkan energy yang besar, oleh karena itu jika ibu tidak makan dan
minum untuk beberapa waktu atau ibu yang mengalami kekurangan gizi dalam proses persalinan
akan cepat mengalami kelelahan fisiologis, dehidrasi dan ketosis yang dapat menyebabkan gawat
janin.
b. Ibu bersalin kecil kemungkinan menjalani anastesi umum, jadi tidak ada alasan untuk melarang
makan dan minum.
c.
Kehdiran suami juga merupakan dukungan moral karena pada saat ini ibu sedang mengalami
stress yang sangat berat tapi dengan kehadiran suami ibu dapat merasa sedikit rileks karena
merasa ia tidak perlu menghadapi ini semua seorang diri.
c.
Pendamping persalinan juga dapat ikut terlibat langsung dalam memberikan asuhan misalnya
ikut membantu ibu dalam mengubah posisi sesuai dengan tingkat kenyamanannya masing
masing, membantu memberikan makan dan minum.
d. Pendamping persalinan juga dapat menjadi sumber pemberi semangat dan dorongan kepada ibu
selama proses persalinan sampai dengan kelahiran bayi.
e. Dengan adanya pendamping persalinan ibu merasa lebih aman dan nyaman karena merasa lebih
diperhatikan oleh orang yang mereka sayangi.
f.
Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami waktu persalinan
yang lebih singkat, intervensi yang lebih sedikit, sehingga hasil persalinan akan lebih baik.
Posisi telentang/litotomi juga dapat menyebabkan kesulitan penurunan bagian bawah janin.
d. Posisi telentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya akan menekan aorta,
vena kafa inferior serta pembluh-pembuluh lain dalam vena tersebut. Hipotensi ini bisa
menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin.
e. Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di punggung dan aka nada
rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada masa post partum (nifas).
Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain posisi setengah duduk,
berbaring miring, berlutut dan merangkak. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Bhardwaj, Kakade alai 1995, Nikodeinn 1995, dan Gardosi 1989. Karenan posisi ini mempunyai
kelebihan sebagai barikut :
a. Posisi tegak dilaporkan mengalami lebih sedikit rasa tak nyaman dan nyeri.
b. Posisi tegak dapat membantu proses persalinan kala II yang lebih seingkat.
c.
Posisi tegak membuat ibu lebih mudah mengeran, peluang lahir spontan lebih besar, dan
robekan perineal dan vagina lebih sedikit.
d.
Pada posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan terjadinya peregangan
bagian bawah simfisis pubis akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya
perluasan pintu panggul.
e.
Posisi tegak dalam persalinan memiliki hasil persalinan yang lebih baik dan bayi baru lahir
memiliki nilai apgar yang lebih baik.
f.
Posisi berlutut dapat mengurangi rasa sakit, dan membantu bayi dalam mengadakan posisi rotasi
yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga mengurangi keluhan haemoroid.
g. Posisi jongkok atau berdiri memudahkan dalam pengosongan kandung kemih. Karena kandung
kemih yang penuh akan memperlambat proses penurunan bagian bawah janin.
h. Posisi berjalan, berdiri dan bersandar efektif dalam membantu stimulasi kontraksi uterus serta
dapat memanfatkan gaya gravitasi.
Oleh karena itu sebaiknya sebelum bidan hendak menolong persalinan sebaiknya melakukan hal
hal sebagai berikut
a. Menjelaskan kepada ibu bersalina dan pendamping tentang kekurangan dan kelebihan berbagai
posisi pada saat persalinan.
b. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang dirasakan nyaman.
c.
d. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu sebelum memasuki kala II.
e. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.
f.
g. Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi kebebasan menggunakan berbagai posisi
dan mudah dibersihkan.
C. Menahan nafas pada saat mengeran
Pada saat proses persalinan sedang berlangsung bidan sering sekali menganjurkan pasien untuk
menahan nafas pada saat akan mengeran dengan alasan agar tenaga ibu untuk mengeluarkan bayi
lebih besar sehingga proses pengeluaran bayi pun enjadi lebih cepat. Padahal berdasarkan
penelitian tindakan untuk menahan nafas pada saat mengeran ini tidak dianjurkan karena :
a. Menafas nafas pada saat mengeran tidak menyebabkan kala II menjadi singkat.
b. Ibu yang mengeran dengan menahan nafas cenderung mengeran hanya sebentar.
c.
Selain itu membiarkan ibu bersalin bernafas dan mengeran pada saat ibu merasakan dorongan
akan lebih baik dan lebih singkat.
D. Tindakan episiotomi
Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin dilakukan terutama pada primigravida.
Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin ini tidak boleh dilakukan secara rutin pada proses
persalinan karena :
a. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomy yang dilakukan terlalu dini, yaitu
pada saat kepala janin belum menekan perineum akan mengakibatkan perdarahan yang banyak
bagi ibu. Ini merupakan perdarahan yang tidak perlu.
b. Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena luka episiotomi dapat enjadi
pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi dan kesehatan ibu kurang baik.
c.
d.
Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas menjadi derajat tiga dan
empat.
Jika berat janin diperkirakan mencapai 4Kg, maka hal ini dapat menjadi indikasi dilakukannya
episiotomy. Tapi asalkan pinggul ibu luas karena jika tidak maka sebaiknya ibu dianjurkan untuk
melakukan SC saja untuk enghindari factor resiko yang lainnya.
b. Perineum sangat kaku
Tidak semua persalinan anak pertama dibarengi dengan perineum yang kaku. Tetapi bila
perineum sangat kaku dan proses persalinan berlangsung lama dan sulit maka perlu dilakukan
episiotomi.
c.
Perineum pendek
Jarak perineum yang sempit boleh menjadi pertimbangan untuk dilakukan episiotomi, Apalagi
jika diperkirakan bayinya besar. Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera pada anus
akibat robekan yang melebar ke bawah.
1.
2.
Depkes RI, 2004. Asuhan Persalinan Normal, Edisi Baru dengan Resusitasi, Jakarta.
3.
Handonowati,Anis.2009.Hubungan Pendamping Suami dengan Kelancaran Proses Persalinan. Diakses pada tanggal 1 mei 2009.
4.
5.
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia,2006. Asuhan Kebidanan Terkini Hasil Evidence Based,MIDWIVES SEMINAR, Pengukuhan Bidan Delima
6.
7.
8.
9.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,POGI JHPIEGO,Jakarta.
SUMSEl.
Rutinitas
Evidence based
Alasan
vit C mengandung
Antioksidan sebagai
penangkal radikal bebas,
vitamin c juga dapat
meningkatkan sistem imun
dalam tubuh , sehingga
daya tahan tubuh lebih
terjaga
Jadi gampang
pikun kalau
mengandung
janin
perempuan
Penelitian di Kanada
menunjukkan para ibu
yang mengandung janin
laki-laki memiliki nilai
tes yang lebih baik
secara bermakna
dibanding para ibu yang
mengandung janin
perempuan dalam tes
daya ingat, berhitung,
dan visualisasi. Para
peneliti menduga ini
karena faktor bawaan
janin yang belum
diketahui yang
mempengaruhi
kemampuan kognisi ibu
Minum minuman
bersoda
menyebabkan
gangguan
kehamilan
Minuman bersoda
merupakan minuman
dengan nilai kalori yang
cukup tinggi tetapi kosong
nutrisinya
pantangan makan
ikan asin, ikan laut,
udang karena dapat
menyebabkan ASI
menjadi amis
dipandang secara
medis, tidak ada kaitan
antara ikan laut dengan
amisnya ASI. Justru ikan
laut merupakan salah
satu sumber gizi
penting bagi
peningkatan ASI. Entah
ASI itu berbau amis atau
tidak tetap harus
diberikan begitu bayi
lahir hingga bayi berusia
minimal 4 bulan. Karena
ASI merupakan
makanan bergizi tinggi
yang sulit ditandingi
oleh makanan apapun.
Tidak boleh
menutup lobang,
bisa mempersulit
persalinan nanti
proses persalinan
tergantung pada 3P (power,
passage, passanger).
pantang membunuh
makluk hidup spt
ayam, ikan, dll dpt
mempengaruhi fisik
janin
10 Jangan makan
daging mentah
(sushi) atau yang
dimasak kurang
matang
12 Membatasi
hubungan seksual
untuk mencegah
abortus dan
kelahiran premature
saat hamil
memperlancar
persalinan
13 Pemberian kalsium
untuk mencegah
kram pada kaki
15 Wanita hamil
dianjurkan minum
minyak kelapa (satu
sendok makan per
hari) menjelang
kelahiran
keputihan
melancarkan proses
pembuangan sisa-sisa
pencernaan.
bukti
inipun
tidak
sekedar
bukti.
Tapi
bukti
ilmiah
terkini
yang
bisa
dipertanggungjawabkan.
Hal ini terjadi karena ilmu kedokteran dan kebidanan berkembang sangat pesat.
Temuan dan hipotesis yang diajukan pada waktu yang lalu secara cepat digantikan
dengan temuan yang baru yang segera menggugurkan teori yang sebelumnya.
Sementara hipotesis yang diujikan sebelumnya bisa saja segera ditinggalkan karena
muncul pengujian pengujian hipotesis baru yang lebih sempurna. Misalnya saja pada
dunia kebidanan adalah jika sebelumnya diyakini bahwa posisi meneran secara
telentang/litotomi merupakan posisi yang biasanya atau rutin dipakai pada saat proses
persalinan, namun saat ini hal tersebut telah digugurkan oleh temuan yang
B. Tujuan
Untuk mengetahui perkembangan ilmu yang terbaru tentang Posisi Meneran saat
Persalinan.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Makalah
ini
diharapkan
dapat
menambah
ilmu
pengetahuan
dan
wawasan
2. Bagi Institusi
Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk posisi meneran saat persalinan
dan sebagai pelengkap buku diperpustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Syafrudin (2012) posisi dalam persalinan adalah posisi yang digunakan
untuk persalinan yang dapat mengurangi rasa sakit pada saat bersalin dan dapat
mempercepat proses persalinan.
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa disadari
dan mau tidak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan
rileks sedapata mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang
diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaliknya, peranan bidan adalah untuk
mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang dipilihnya, menyarankan
alternative-alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi
dirinya sedndiri atau bagi bayinya. Bila ada anggota keluarga yang hadir untuk melayani
sebagai pendamping ibu, maka bidan bisa menawarkan dukungan pada orang yang
mendukung ibu tersebut.
Bidan memberitahu ibu bahwa ia tidak perlu terlentang terus menerus dalam masa
persalinannya. Jika ibu sudah semakin putus asa dan merasa tidak nyaman, bidan bisa
mengambil tindakan-tindakan yang positif untuk merubah kebiasaan atau merubah
setting tempat yang sudah ditentukan 9seperti misalnya menyarankan agar ibu berdiri
atau berjalan-jalan). Bidan harus memberikan suasana yang nyaman dan tidak
menunjukkan ekspresi yang terburu-buru, sambil memberikan kepastian yang
menyenangkan serta pujian lainnya.
Saat bidan memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan, atau
membantu keluarga untuk memberikan dukungan persalinan, bidan tersebut harus
melakukan semuanya itu dengan cara yang bersifat sayang ibu meliputi;
1.
Aman, sesuai evidence based, dan member sumbangan pada keselamatan jiwa
ibu.
Tujuan
Keuntungan dan manfaat posisi meneran bagi ibu bersalin dan bayi
Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan
Lama kala II lebih pendek
Laserasi perineum lebih sedikit
Menghindari persalinan yang harus ditolong dengan tindakan
Nilai APGAR lebih baik
Posisi setengah duduk juga posisi melahirkan yang umum diterapkan di berbagai rumah
sakit atau klinik bersalin di Indonesia. Posisi ini mengharuskan ibu duduk dengan punggung
bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping.
Keuntungan : Posisi ini membuat ibu merasa nyaman karena membantu ibu untuk
beristirahat diantara kontarksi, alur jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa keluar lebih
pendek, suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung optimal, dan gaya grafitasi membantu ibu
melahirkan bayinya.
Kekurangan : Posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal di punggung dan kelelahan,
apalagi kalau proses persalinannya lama.
2.
Lateral
(miring)
Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu kaki
diangkat sedangkan kaki lainnya dalam keadaan lurus. Biasa dilakukan bila posisi kepala bayi
belum tepat. Normalnya posisi ubun-ubun bayi berada di depan jalan lahir, menjadi tidak normal
bila posisi ubun-ubun berada di belakang atau samping. Miring ke kiri atau ke kanan tergantung
posisi ubun-ubun bayi. Jika di kanan, ibu diminta miring ke kanan dengan harapan bayinya
akan memutar. Posisi ini juga bisa digunakan bila persalinan berlangsung lama dan ibu sudah
kelelahan dengan posisi lainnya.
Keuntungan : Peredaran darah balik ibu mengalir lancar, pengiriman oksigen dalam darah
ibu ke janin melalui plasenta tidak terganggu, karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan
berlangsung perlahan-lahan sehingga persalinan relatif lebih nyaman, dan dapat mencegah
terjadinya laserasi.
Kekurangan : Posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan membantu proses
persalinan, kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan, bila harus melakukan episiotomi
pun posisinya lebih sulit.
Beberapa suku di Indonesia Timur, mulai Lombok Timur hingga Papua, wanitanya
mempunyai kebiasaan melahirkan dengan cara jongkok.
Keuntungan : Posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh, ibu tak
harus bersusah-payah mengejan, bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan sendirinya
(membantu mempercepat kemajuan kala dua), memudahkan dalam pengosongan
kandung kemih, dan mengurangi rasa nyeri. Pada posisi jongkok berdasarkan bukti
radiologis dapat menyebabkan terjadinya peregangan bagian bawah simfisis pubis
akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu panggul.
Kekurangan : Bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat berpeluang membuat
kepala bayi cedera, sebab bayi bisa meluncur dengan cepat. Supaya hal ini tidak terjadi,
biasanya sudah disiapkan bantalan yang empuk dan steril untuk menahan kepala dan tubuh
bayi. Dokter atau bidan pun sedikit kesulitan bila harus membantu persalinan melalui episiotomi
atau memantau perkembangan pembukaan.
4.
Merangkak
Posisi
meragkak
sangat
cocok
untuk
persalinan
dengan
rasa
sakit
pada
punggung. Keuntungan : ibu merasa lebih nyaman dan efektif untuk meneran, mempermudah
janin dalam melakukan rotasi, membantu ibu mengurangi nyeri punggung, dan peregangan
pada perinium berkurang.
5. Menungging
Keuntungan : Mendorong kepala bayi keluar dari panggul selama kontraksi , kadang
kadang dianjurkan pada persalinan dini jika kontraksi sering terjadi dan untuk
mengurangi nyeri pinggang , serta mengurangi tekenan pada leher rahim yang
bengkak.
6. Berjalan-jalan
Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah dan bila ibunya masih
mampu untuk melakukannya. Posisi ini dapat menyebabkan ibu cepat menjadi lelah.
Keuntungan : Menyebabkan terjadinya perubah sendi panggul , dapat mmempercepat
turunnya kepala janin
bayi
Dapat menambah rasa sakit
Bisa memperlama proses persalinan
Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernafasan
Membuat buang air lebih sulit
Membatasi pergerakan ibu
Bisa membuat ibu merasa tidak berdaya
Bisa membuat kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum
Bisa menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung.
Patofisiologi
Jika ibu berbaring telentang maka berat uterus (isinya janin, cairan, ketuban dan
lain-lain) akan menekan vena kava interior, hal ini dapat mengakibatkan
kurangnya aliran darah ibu ke plasenta sehingga menyebabkan
hipoksia/difisiensi oksigen pada janin. Pada posisi ini juga akan menyulitkan ibu
untuk meneran.
Dibaca: 739
Komentar: 0
Praktik kedokteran masa kini untungnya kembali menekankan perlunya bukti ilmiah hasil
penelitian yang disebut evidence based medicine. Untuk itu, beberapa penelitian digabungkan
dan dianalisis (disebut meta-analisis) . Soal perlu tidaknya episiotomi ini diteliti oleh Cochrane
Collaboration yang membandingkan episiotomi rutin dan episiotomi yang dilakukan atas indikasi
pada pertolongan persalinan melalui vagina. Hasilnya, robekan ternyata lebih banyak terjadi
pada persalinan dengan episiotomi. Nyeri pascapersalinan juga lebih banyak dijumpai pada ibuibu yang menjalani episiotomi. Berdasarkan bukti ini, mulai sekarang episiotomi dilakukan harus
dengan indikasi, antara lain: - Bayi berukuran besar Jika berat janin diperkirakan mencapai 4 kg,
maka hal ini dapat menjadi indikasi untuk dilakukannya persalinan sesar (seksio sesarea). Alasan
yang menjadi buktinya yaitu, risiko komplikasi akan menjadi lebih besar dan berbahaya jika bayi
dilahirkan melalui vagina. Namun, mungkin saja risiko ini terlampaui jika ternyata rongga
panggul ibu cukup lebar. Begitu juga jika berat bayi baru mencapai 3,5 kg atau lebih dan rongga
panggul ibu cukup lebar untuk dilalui, maka diperkirakan ia dapat lahir melalui vagina. Jika
ditemukan risiko persalinan macet karena bahu bayi yang lebar, misalnya, barulah dilakukan
episiotomi. - Perineum sangat kaku Tidak semua persalinan anak pertama dibarengi perineum
yang kaku. Tetapi bila perineum sangat kaku sehingga persalinan perlangsung lama dan proses
persalinan menjadi sulit, perlu dilakukan episiotomi. - Perineum pendek Jarak perineum yang
sempit boleh menjadi pertimbangan dilakukannya episiotomi. Apalagi jika kepala bayi termasuk
besar. Hal ini meningkatkan kemungkinanterjadin ya cedera pada anus akibat robekan yang
melebar ke bawah. - Persalinan dengan alat bantu atau sungsang Episiotomi juga boleh dilakukan
bila persalinan dilakukan dengan menggunakan alat bantu, entah itu forseps atau vakum.
Tujuannya untuk mempermudah tindakan. Jalan lahir akan semakin lebar sehingga
meminimalkan risiko cedera akibat penggunaan alat bantu tersebut.Begitu pula pada persalinan
sungsang. Pada persalinan normal tanpa episiotomi, perlukaan yang terjadi ternyata relatif kecil
dan dapat dijahit dengan mudah dan rapi. Proses penyembuhannya pun cukup singkat, sekitar 23 hari saja. Pun ternyata tidak ada perbedaan dalam proses penyembuhan luka episiotomi dengan
robekan spontan perineum. Bahkan episiotomi yang dilakukan secara mediolateral (sayatan
miring) sering menimbulkan nyeri yang lebih besar.
RISIKO EPISIOTOMI
Berdasarkan indikasi tadi, langkah episiotomi boleh dilakukan. Namun, sebelum sampai pada
keputusan itu, ada beberapa kemungkinan komplikasi yang merupakan penyulit tindakan
episiotomi, antara lain: - Perdarahan Episiotomi yang dilakukan terlalu dini, yaitu pada saat
kepala janin belum menekan perineum, akan mengakibatkan perdarahan yang banyak pada ibu.
Ini merupakan perdarahan yang tidak perlu. Episiotomi seharusnya dilakukan ketika jaringan
perineum sudah melebar dan setipis mungkin. Saat ini kepala bayi sudah berada di panggul,
sehingga perdarahan dapat diminimalkan. - Infeksi Setiap luka tentunya berisiko mengalami
infeksi, apalagi jika status gizi dan kesehatan ibu kurang baik. Gejalanya yang umum, yaitu
vagina terasa sangat nyeri dan mungkin disertai demam. - Hematoma Reparasi luka yang tidak
akurat dan sering kali menyisakan pembuluh darah yang tidak terjahit dapat menyisakan
gumpalan darah di bawah kulit atau disebut hematoma.Hematoma yang tidak terdeteksi juga
dapat menyebabkan syok bahkan kematian akibat perdarahan yang tidak diketahui. - Nyeri Saat
Berhubungan Penyembuhan luka yang tidak baik dapat menimbulkan rasa nyeri berkepanjangan,
bahkan hingga masa nifas berakhir dan ibu mulai berhubungan intim lagi. Oleh karenanya,
episiotomi harus benar-benar dilakukan berdasarkan bukti indikasi saja. Kencangkan VAGINA
Tak perlu berkecil hati jika memang episiotomi benar-benar harus dilakukan. Dokter dan bidan
yang terampil tentu dapat melakukannya dengan hati-hati sehingga komplikasi tidak terjadi.
Kabar gembiranya lagi, episiotomi dapat merekonstruksi vaginayang kendur akibat dilewati
kepala janin agar kembali ke ukuran semula. Tindakan vaginoplasti, untuk mengembalikan
bentuk vagina dan perineum ke bentuk yang ideal juga dapat dilakukan bersamaan.
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/10/28/evidence-based-perlukahtindakan-episiotomi-504790.html
megurangi
persalinan
dengan
vakum,
cunam dan seksio
caesaria
( SC ) dan persalinan berlansung lebih cepat.
Asuhan sayang ibu dan bayi perlu diterapkan terutama saatproses
persalinan dan pascapersalinan.
a. Asuhan sayang ibu dan bayi dalam proses persalinan, antara lain :
1) Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya
2) Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut
3) Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarga
4) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir
5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
6) Berikan dukungan, besarkan hatinya dan tenteramkan perasaan ibu beserta anggota
keluarganya
7) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga yang lain selama
persalinan dan kelahiran bayinya
8) Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara cara bagaimana mereka dapat
memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya
9) Secara konsisten lakukan praktik praktik pencegahan infeksi yang baik
10) Hargai privasi ibu
11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi
12) Anjurkan ibu untuk minum dan makan ringan sepanjang ia menginginkannya
13) Hargai dan perbolehkan praktik praktik tradisional yang tidak merugikan kesehatan
ibu
14) Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan seperti episiotomi,
pencukuran dan klisma
15) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin
16) Membantu memulai pemberian ASI dalalm satu jam pertama setelah kelahiran bayi
17) Siapkan rencana rujukan ( bila perlu )
18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan bahan bahan,
perlengkapan dan obat obatan yang diperlukan. Siap untuk melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
b. Asuhan sayang ibu dan bayi dalam pascapersalinan, antara lain :
1) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya ( rawat gabung )
2) Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan pemberian ASI sesuai
dengan permintaan
3) Ajarkan ibu dan keluarga tentang nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkan
4) Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran
bayi
5) Ajarkan ibu dan anggota keluarga tentang gejala dan tanda bahaya yang mungkin terjadi
dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika timbul masalah atau rasa khawatir
3. PENCEGAHAN INFEKSI
Pencegahan infeksi ( PI ) harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan
lainnya.
Pencegahan infeksi ( PI ) adalah bagian yang esensialdari semua asuhan yang
diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat
menolong persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan asuhan selama kunjungan
antenatal atau pascapersalinan atau bayi baru lahir atau saat menetalaksana penyulit.
Tujuan tindakan PI dalam pelayanan asuhan kesehatan, antara lain :
a. Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan
jamur
b. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan
HIV / AIDS
Beberapa istilah tindakan dalam pencegahan infeksi:
a. Asepsis ( teknik aseptik )
Semua usaha mencegah masuknya mikroorganisme ke tubuh yang berpotensi untuk
menimbulkan infeksi dengan cara mengurangi atau menghilangkan sejumlah
mikroorganisme pada kulit, jaringan, dan benda mati ( alat ).
b. Antisepsis
Pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh dengan menggunakan larutan antiseptik
misalnya yodium ( 1-3% ), alkohol ( 60-90% ), hibiclon, savlon, dan betadine.
c. Dekontaminasi
Tindakan untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara
aman berbagai benda yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh.
d. Mencuci dan membilas
Tindakan tindakan untuk menghilangkan semua cemaran darah, cairan tubuh atau
benda asing misalnya debu, kotoran dari kulit atau instrumen atau peralatan.
e. Desinfeksi
Tindakan untuk menghilangkan hampir semua atau sebagian besar mikroorganisme
dari benda mati.
f. Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )
DEKONTAMINASI
Rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit
Otoklaf Panas kering (dry heat) Rebus / kukus Kimiawi
106kPa 1700 C Panci tertutup Rendam
1210 C 60 menit 20 menit 20 menit
30 menit (terbungkus)
20 menit (tidak terbungkus)
DINGINKAN
Peralatan yang sudah diproses dapat disimpan dalam wadah tertutup yang di DTT
SIAP DIGUNAKAN
Jika jarang dibuka bisa digunakan selama 1 minggu
Jika sering dibuka hanya bisa digunakan selama 3 hari
f. Menangani peralatan tajam dengan aman
Pedoman penggunaan peralatan tajam yaitu :
1) Letakkan benda benda tajam di atas baki steril atau DTT atau dengan menggunakan
daerah aman yang sudah ditentukan ( daerah khusus untuk meletakkan dan
mengambil peralatan tajam )
2) Hati hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tidak
sengaja
3) Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan pernah meraba jarum
ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan
4) Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau melepaskan jarum yang
akan dibuang
5) Buang benda benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika
sudah 2/3 penuh dan harus dibakar dalam insinerasi
6) Jika benda benda tajam tidak bisa dibuang secara aman dengan cara insinerasi, bilas
3 kali dengan larutan klorin 0,5 % ( dekontaminasi ), tutup kembali menggunakan teknik
satu tangan dan kemudian kuburkan.
Cara melakukan teknik satu tangan, yaitu :
a) Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata
b) Pegang tabung suntik dengan satu tangan dan gunakan ujung jarum untuk mengait
penutup jarum. Jangan memegang penutup jarum dengan tangan lainnya
c) Jika jarum sudah tertutup seluruhnya, pegang bagian bawah jarum dan gunakan tangan
yang lain untuk merapatkan penutupnya
( jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling
sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan )
c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya.
( ingat bahwa transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam kapan pun
waktunya )
d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah diperlukan
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat obatan dan bahan
bahan
f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak anak yang lain pada saat ibu tidak di
rumah
Dari
beberapa persiapan persiapan dan informasi yang harus dimasukkan dalam rencana
rujukan, untuk memudahkan bagi penolong untuk mengingat hal hal penting tersebut
maka terdapat singkatan BAKSOKUP ataupun BAKSOKUDA.
B : BIDAN : B
A : ALAT : A
K : KELUARGA : K
S : SURAT : S
O : OBAT : O
K : KENDARAAN : K
U : UANG : U
P : PAKAIAN ; DARAH : D
DOA : A
Kaji ulang rencana rujukan pada ibu dan keluarganya selama ibu melakukan
kunjungan asuhan anttenatal atau awal persalinan ( jika mungkin ). Jika ibu belum
membuat rencana rujukan selama kehamilannya, maka penting untuk mendiskusikan
rencana tersebut dengan ibu dan keluarganya di awal persalinan.
Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam
mendukung keselamatan ibu dan bayi baru lahir.
MBER :
war, Azrul. 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: JHPIEGO
p://suratbidanku.blogspot.com/2009/12/lima-benang-merah-dalam-asuhan.html