Oleh:
Kelompok 5
Morin Mandatjan
Nur Anisafauziah Ilham
Triwidayanti
Irma Sagita Setiawati Halim
Firdaus Mubayyina
Amik Rahayu Wahyudi
Elva Febri Ashari
Agusliani
Harnianingsih
Selina Boseren
Eni Nahumuri
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator derajat kesehatan. Namin. masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih
merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi
prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka
Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan
nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan
karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Setiap
ibu hamil sangat berharap mendapatkan bayi yang sehat dan kehamilan yang tidak bermasalah.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 menunjukkan AKI
di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (KH), masih jauh dari
Target Millenium Development Goals (MDG’s) ke- 5, yaitu menurunkan angka kematian ibu
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Sedangkan AKB di Indonesia telah menurun menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI
2007). Ini pun masih 2-5 kali lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya. Penurunan angka
kematian bayi mengalami stagnasi. Beberapa masalah dan tantangan di antaranya adalah masih
tingginya disparitas tingkat sosial ekonomi – golongan kaya dan miskin, antar kawasan dan
antar perkotaan dan pedesaan. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) mengindikasikan tingkat kesejahteraan penduduk masih rendah.
Pembahasan
B. Seribu Hari Pertama Kehidupan/ Golden Periode (1000 HPK) 270 hari – 2 tahun
Masa 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) terdiri atas 270 hari selama kehamilan
dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan. Dampak pada masa periode emas akan sangat
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak hingga dewasanya. Hari pertama kehidupan
berkaitan erat dengan pemenuhan gizi di awal kehidupan buah hati. Pada gilirannya, ini sangat
penting untuk mendukung tumbuh kembang buah hati sekaligus berpengaruh terhadap
kesehatannya. (Artikel BKKBN : Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)).
Tidak memenuhi nutrisi optimal pada 1000 HPK anak bisa berdampak buruk terhadap
pertumbuhan otak yang tidak optimal. Jika pertumbuhan otak tidak optimal, perkembangan
kognitif anak pun akan terhambat. Ini dapat berakibat berkurangnya kecerdasan anak serta
ketangkasan berpikirnya. Ketika dewasa, hal ini dapat berisiko anak tidak berprestasi saat di
sekolah dan tidak produktif saat bekerja.
Kualitas hidup anak di masa depan sangat dipengaruhi gizi yang diterima selama 1.000
HPK. Inilah yang menjadikan masa 1.000 HPK disebut sebagai periode emas untuk membangun
dasar tumbuh kembang buah hati yang solid. (Zevulun, Daniëlle,2018).
Artikel BKKBN : Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dan Zevulun, Daniëlle,
2018 menjelaskan beberapa kebutuhan pada masa gold period.
1. Definisi 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)
1000 HPK adalah fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin pada saat
kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). Pada periode inilah
organ-organ vital (otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki dan organ
tubuh lainnya mulai terbentuk dan terus berkembang.
2. 1000 HPK adalah golden periode
1000 HPK disebut periode emas karena pada periode ini terjadi perkembangan yang
sangat cepat sel-sel otak dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-
cabangnya sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks. Perkembangan otak
ini hampir sempurna yaitu mencapai 80%, sehingga akan menentukan kualitas manusia
dimasa depan.
Asupan gizi pada masa kehamilan adalah semua nutrisi yang didapat bayi berasal
dari ibu. Bayi “memakan” apa yang dimakan ibu. Kebutuhan gizi akan meningkat pada
fase kehamilan, khususnya energi, protein, beberapa vitamin dan mineral seperti zat besi,
asam folat, kalsium serta nutrisi lain untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Ibu hamil harus memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang
dikonsumsinya karena dapat menentukan kesehatan seumur hidup seorang anak –
termasuk faktor pencetus terhadap penyakit tertentu. Ibu hamil sebaiknya memakan
makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.
Sedangkan pada masa setelah kelahiran sampai dengan usia anak 2 tahun, perlu
diperhatikan asupan gizi diantaranya Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Eksklusif hingga
usia 6 bulan, ASI diteruskan hingga usia anak 2 tahun, dan Makanan Pendamping ASI
(MPASI) sejak bayi berusia 6 bulan.
b. Stimulasi
Stimulasi harus dilakukan secara terus menerus, dilakukan baik oleh orang tua
maupun pengasuh, dalam suasana yang menyenangkan dan melibatkan sebanyak
mungkin bentuk stimulasi. Stimulasi bisa berupa stimulasi visual (merangsang
penglihatan anak dengan melakukan kontak mata, bermain dengan mainan berbagai
warna), auditory (merangsang pendengaran dan bahasa anak dengan mengajaknya
bicara), taktil (merangsang sensor raba seperti dengan membelai anak) dan lainnya.
c. Pola Pengasuhan
Dengan pola pengasuhan yang baik maka kebutuhan kesehatan dan gizi, kebutuhan
kasih sayang dan kebutuhan stimulasi anak akan terpenuhi.
d. Perawatan Kesehatan
Anak yang sehat akan tercegah dari berbagai infeksi penyakit. Bila anak terkena
infeksi akan mempengaruhi nafsu makan sehingga akan mengganggu pemenuhan gizi
anak. Selain itu, untuk mencegah anak tertular penyakit infeksi, anak perlu diberikan
imunisasi.
Kolustrum adalah Air Susu Ibu (ASI) pertama keluar yang berwarna kekuningan, dan
diproduksi dalam beberapa hari setelah persalinan.
Karena ASI tetap yang terbaik dan kaya nutrisi dibandingkan dengan susu formula, dalam
ASI mengandung zat anti bodi yang bermanfaat bagi kekebalan tubuh dari serangan virus
dan bakteri, serta dapat mencegah resiko alergi dan asma pada anak.
Bayi sama sekali tak memperoleh Air Susu Ibu (ASI), pertumbuhannya bisa tetap
optimal, selama pemberian sufor alias susu formulanya bagus. Sufor diberikan secara tepat,
mulai dari takaran (tidak terlalu encer atau pekat), jumlah (sesuai kebutuhan sehingga anak
tidak kegemukan atau kekurangan gizi), hingga teknis kombinasinya dengan makanan lain
(jangan sampai anak tak mau makan dan diganti dengan minum susu yang sebanyak
mungkin). Selain itu, sufor harus benar-benar higienis atau terjaga kebersihan
a. Usia bayi sudah cukup aman (usia 6 bulan) untuk diberikan makanan.
b. Bayi sudah menunjukkan tanda kesiapan menerima makanan padat seperti kepala sudah
tegak, refleks menelan sudah baik.
c. Frekuensi dan jumlah takaran pemberian, serta tekstur makanan sesuai usia bayi.
E. Imunisasi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi. untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya suatu penyakit melalui imunisasi.
1. Definisi Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
2. Definisi Vaksin
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang
ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu,
Imunisasi Program terdiri atas:
a. Imunisasi rutin;
b. Imunisasi tambahan; dan
c. Imunisasi khusus.
Imunisasi Program harus diberikan sesuai dengan jenis Vaksin, jadwal atau waktu
pemberian yang ditetapkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Imunisasi rutin dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, terdiri atas
Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia
1 (satu) tahun. terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit:
a. hepatitis B;
b. poliomyelitis;
c. tuberkulosis;
d. difteri;
e. pertusis;
f. tetanus;
g. pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib); dan
h. campak.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat
kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan
Imunisasi dasar. diberikan pada:
a) anak usia bawah dua tahun (Baduta) ; Imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus
Influenza tipe b (Hib), serta campak.
b) anak usia sekolah dasar ; yaitu Imunisasi terhadap penyakit campak, tetanus,
dan difteri
c) wanita usia subur (WUS) ; terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit tetanus
dan difteri.
Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok
umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis
pada periode waktu tertentu. Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang
dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. berupa Imunisasi terhadap
meningitis meningokokus, yellow fever (demam kuning), rabies, dan poliomyelitis.
F. Pengelolaan dan Penanganan bayi dan balita sakit melalui Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM) dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
1. Definisi MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu manajemen melalui pendekatan
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik
mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan
balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan (Modul Keterampilan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS)2015). MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi
penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan
kembali.
2. Manfaat MTBS telah digunakan di lebih dari 100 negara dan terbukti dapat:
a Menurunkan angka kematian balita,
b Memperbaiki status gizi,
c Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,
d Memperbaiki kinerja petugas kesehatan,
e Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah.
3. Komponen MTBS
Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain
dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien
apabila sudah dilatih);
b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan
dalam 1 kali pemeriksaan MTBS);
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan).
Daftar Tilik Pencacatan Bayi Muda Umur Kurang dari 2 Bulan
Formulir Pencacatan Tata laksana Balita Sakit Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun
G. Pemantauan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat
diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian.
1. Periode Tumbuh Kembang Anak.
Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.Tumbuh kembang anak
terbagi dalam beberapa periode.
a. Anak dilibatkan dalam kegiatan di mana intervensi dapat dengan mudah diintegrasikan
(misalnya Akademik, Perawatan Diri, dan Bermain dengan Lainnya).
b. Keluarga menghabiskan kurang dari sepertiga (26,1%) dari kegiatan mereka berpartisipasi
dalam intervensi.
c. Penilaian dan konsultasi pertama kemudian dilakukan oleh terapis psikolog. untuk anak-
anak dengan autis, dirujuk sebelum usia dari 2,5 tahun. Anak-anak dengan autism yang
dikonfirmasi Kursus orang tua balita atau tindak lanjut dengan telepon
H. Bantuan Hidup Dasar Bantuan Hidup Dasar (BHD)
1. Definisi
Bantuan Hidup Dasar Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah dasar untuk menyelamatkan
nyawa ketika terjadi henti jantung. Bantuan hidup dasar pada anak atau sering disebut
Pediatric Basic Life Support (BLS) merupakan hal yang penting untuk kelangsungan dan
kualitas hidup anak. Pediatric Chain Survival berdasarkan American Heart Association
tahun 2010 meliputi tindakan preventif, resusitasi jantung paru (RJP) segera dengan
mengutamakan pijat jantung (teknik C-A-B atau Circulation-AirwayBreathing),
mengaktifkan akses emergensi atau emergency medical system (EMS), bantuan hidup lanjut,
serta melakukan perawatan pasca henti jantung. Pediatric chain survival
2. Tujuan
Tujuan akhir RJP adalah kembalinya sirkulasi spontan yang normal atau disebut return of
spontaneous circulation (ROSC) dan tidak adanya gangguan neurologis pasca henti jantung.
Sebagian besar kasus henti jantung pada anak disebabkan oleh hipoksia, pada anak jarang
dijumpai gangguan primer jantung yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak. Hal
ini menyebabkan teknik A-B-C masih banyak dikerjakan pada pasien anak, meskipun proses
Airway-Breathing dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin
Lingkaran dasar basic life support
Airway
Pada anak yang tidak sadar, lidah sering jatuh ke belakang dan
dapat menyebabkan sumbatan jalan napas. Penolong harus mem-
buka jalan napas dengan manuver head tilt dan chin lift yang dapat
dikerjakan baik pada pasien trauma maupun nontrauma. Teknik
jaw thrust dilakukan bila terdapat kecurigaan trauma servikal.
Manuver head tilt dan chin lift
I. Hambatan atau tantangan dalam pemenuhan kebutuhan mulai dari awal kelahiran sampai
dengan balita
1. Kinerja sektor kesehatan yang belum optimal
Meningkatkan cakupan universal pelayanan kesehatan ibu, bayi dan balita yang
berkualitas dengan upaya mengurangi disparitas cakupan melalui pemetaan untuk perencanaan
pelayanan, penghitungan logistik; pengaturan tenaga kesehatan; dan pemantauan.
Memastikan kesinambungan dan integrasi pelayanan kesehatan reproduksi, ibu, bayi dan
anak, pencegahan penyakir menular (IMS/HIV, malaria, hepatitis B) serta penyakit tidak
menular, yang disertai dengan upaya meningkatkan kualitas pelayanan.
Kebijakan 3 Penguatan Regulasi, Kelembagaan dan Tata Kelola
Menguatkan regulasi, kelembagaan dan tata kelola dalam program kesehatan ibu, bayi,
anak, kesehatan reproduksi dengan memastikan adanya dukungan perundangan yang efektif
dalam penyelenggaraan program termasuk melakukan identifikasi dan revisi atas regulasi dan
kebijakan yang menghambat pelaksanaan program. komitmen dan kemandirian dan akuntabilitas
daerah dalam semua aspek pengelolaan program harus ditingkatkan.
Meningkatkan penyediaan data yang akurat dan tepat waktu untuk program kesehatan
ibu, bayi, anak dan remaja serta memperkuat pemanfaatan data untuk program melalui
peningkatan surveilans pencatatan kematian atau memperluas sistem pencatatan sipil dan
statistik vital untuk memantau kemajuan program. Selain itu melakukan peningkatan kualitas,
kelengkapan dan validitas data rutin serta meningkatan sinergitas data dengan sektor terkait lain
untuk optimalisasi pemanfaatan data.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Golden Period
Masa 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) terdiri atas 270 hari selama kehamilan
dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan. Dampak pada masa periode emas akan
sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak hingga dewasanya. Hari pertama
kehidupan berkaitan erat dengan pemenuhan gizi di awal kehidupan buah hati. Pada
gilirannya, ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang buah hati sekaligus
berpengaruh terhadap kesehatannya. (Artikel BKKBN : Seribu Hari Pertama Kehidupan
(1000 HPK)).
Tidak memenuhi nutrisi optimal pada 1000 HPK anak bisa berdampak buruk terhadap
pertumbuhan otak yang tidak optimal. Jika pertumbuhan otak tidak optimal, perkembangan
kognitif anak pun akan terhambat. Ini dapat berakibat berkurangnya kecerdasan anak serta
ketangkasan berpikirnya. Ketika dewasa, hal ini dapat berisiko anak tidak berprestasi saat di
sekolah dan tidak produktif saat bekerja.
Kualitas hidup anak di masa depan sangat dipengaruhi gizi yang diterima selama 1.000
HPK. Inilah yang menjadikan masa 1.000 HPK disebut sebagai periode emas untuk
membangun dasar tumbuh kembang buah hati yang solid. (Zevulun, Daniëlle,2018).
2. Kebutuhan yang perlu diperhatikan dalam periode emas anak agar optimal
a. Asupan Gizi
Asupan gizi pada masa kehamilan adalah semua nutrisi yang didapat bayi berasal
dari ibu. Bayi “memakan” apa yang dimakan ibu. Kebutuhan gizi akan meningkat pada
fase kehamilan, khususnya energi, protein, beberapa vitamin dan mineral seperti zat
besi, asam folat, kalsium serta nutrisi lain untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Ibu hamil harus memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan
yang dikonsumsinya karena dapat menentukan kesehatan seumur hidup seorang anak –
termasuk faktor pencetus terhadap penyakit tertentu. Ibu hamil sebaiknya memakan
makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman. Asupan gizi yang sangat di
butuhkan sejak lahir.
1) Kolustrum
Merupakan Air Susu Ibu (ASI) pertama keluar yang berwarna kekuningan, dan
diproduksi dalam beberapa hari setelah persalinan.dan sangat sempurna untuk
pemenuhan kebutuhan bayi baru lahir.
Kandungan dan kegunaan yang terdapat dalam kolustrum?
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman yang lain,
termasuk air putih sampai bayi berusia 6 bulan. Obat-obatan diperbolehkan selama
ada petunjuk dokter atau petugas kesehatan.
ASI tetap yang terbaik dan kaya nutrisi dibandingkan dengan susu formula, dalam
ASI mengandung zat anti bodi yang bermanfaat bagi kekebalan tubuh dari serangan
virus dan bakteri, serta dapat mencegah resiko alergi dan asma pada anak.
3) MPASI
MPASI merupakan makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayi usia 6
bulan sampai 2 tahun
a. Usia bayi sudah cukup aman (usia 6 bulan) untuk diberikan makanan.
b. Bayi sudah menunjukkan tanda kesiapan menerima makanan padat seperti
kepala sudah tegak, refleks menelan sudah baik.
c. Frekuensi dan jumlah takaran pemberian, serta tekstur makanan sesuai usia bayi.
b. Stimulasi
Stimulasi harus dilakukan secara terus menerus, dilakukan baik oleh orang tua maupun
pengasuh, dalam suasana yang menyenangkan dan melibatkan sebanyak mungkin bentuk
stimulasi. Stimulasi bisa berupa stimulasi visual (merangsang penglihatan anak dengan
melakukan kontak mata, bermain dengan mainan berbagai warna), auditory (merangsang
pendengaran dan bahasa anak dengan mengajaknya bicara), taktil (merangsang sensor
raba seperti dengan membelai anak) dan lainnya.
c. Pola Pengasuhan
Dengan pola pengasuhan yang baik maka kebutuhan kesehatan dan gizi, kebutuhan
kasih sayang dan kebutuhan stimulasi anak akan terpenuhi.
d. Perawatan Kesehatan
Anak yang sehat akan tercegah dari berbagai infeksi penyakit. Bila anak terkena
infeksi akan mempengaruhi nafsu makan sehingga akan mengganggu pemenuhan gizi
anak. Selain itu, untuk mencegah anak tertular penyakit infeksi, anak perlu diberikan
imunisasi.
B. Saran
1. Selain orang tua tugas pengasuhan dan pemenuhan kebutuhan hifup anak dari lahir
merupakan tanggung jawab tenaga kesehatan, di manan bidan juga dapat memberi
informasi, melakukan deteksi dan menemukan hambatan yang timbul serta memberikan
informasi dan bersama orang tua mencari pemecahan masalahnya.
2. Perlunya keterlibatan dalam semua pihak demi tercapainya tujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengurangi berbagai resiko yang muncul, demi tercapainya bangsa yang
berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, Riznawati Imma., Kesehatan Reproduksi, Ibu, Bayi Baru Lahir, Anak Dan Remaja Policy
Brief.Bappenas.2020.
Artikel BKKBN : Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Operator: I Gede Prawira Santosa 26
Juni 2020 10:51:27 WITA. http://sepang-buleleng.desa.id/index.php/first/artikel/600
Salem, Norman et al., Nutritional gaps and supplementation in the first 1000 days.2019.
Cohen, Shana R; Miguel, Jessica; Wishard Guerra, Alison (2019). Child-rearing routines among
Mexican-heritage children with autism spectrum disorder. Autism, (),
136236131984924–. doi:10.1177/1362361319849244
Formulir pencatatan MTBS
Vera Damayanti, Dr Sugiarto, Septian., Keterampilan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.2015.