Anda di halaman 1dari 33

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN KESEHATAN PEREMPUAN SESUAI

KONSEP CR DI INDONESIA PADA MASA KELAHIRAN ANAK


SAMPAI DENGAN MASA BALITA

Oleh:
Kelompok 5

Morin Mandatjan
Nur Anisafauziah Ilham
Triwidayanti
Irma Sagita Setiawati Halim
Firdaus Mubayyina
Amik Rahayu Wahyudi
Elva Febri Ashari
Agusliani
Harnianingsih
Selina Boseren
Eni Nahumuri

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator derajat kesehatan. Namin. masalah kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih
merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi
prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka
Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan
nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan
karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Setiap
ibu hamil sangat berharap mendapatkan bayi yang sehat dan kehamilan yang tidak bermasalah.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 menunjukkan AKI
di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup (KH), masih jauh dari
Target Millenium Development Goals (MDG’s) ke- 5, yaitu menurunkan angka kematian ibu
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Sedangkan AKB di Indonesia telah menurun menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI
2007). Ini pun masih 2-5 kali lebih besar dibanding negara ASEAN lainnya. Penurunan angka
kematian bayi mengalami stagnasi. Beberapa masalah dan tantangan di antaranya adalah masih
tingginya disparitas  tingkat sosial ekonomi – golongan kaya dan miskin, antar kawasan dan
antar perkotaan dan pedesaan. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) mengindikasikan tingkat kesejahteraan penduduk masih rendah.

Child-rearing merupakan serangkaian proses menumbuhkembangkan anak serta interaksi


antara orangtua dengan anak, berbeda dari pengasuhan yang lebih menekankan pada
tanggungjawab dan kualitas dari perilaku orangtua. Seorang wanita yang mengemban peran
sebagai ibu menjadi pendidik pertama untuk anak-anaknya. Guna menjalankan perannya, wanita
harus terpenuhi dalam segala aspek kebutuhan fisik maupun psikologis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep kebutuhan Anak?
2. Apa yang dimaksud dengan Seribu Hari Pertama Kehidupan/ Golden Periode (1000 HPK)
270 hari – 2 tahun
3. Apa yang dimaksud dengan Inisiasi Menyusu Dini / IMD
4. Apa yang dimaksud dengan Asi Eksklusif
5. Apa yang dimaksud dnegan Imunisasi
6. Bagiamana Pengelolaan dan Penanganan bayi dan balita sakit melalui Manajemen Terpadu
Bayi Muda (MTBM) dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
7. Bagaimana cara pemantauan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK).
8. Bagaimana cara pemberian Bantuan Hidup Dasar Bantuan Hidup Dasar (BHD)
9. Apa saja hambatan atau tantangan dalam pemenuhan kebutuhan mulai dari awal kelahiran
sampai dengan balita
10. Apa saja rekomendasi Arah Kebijakan Untuk Mengatasi Hambatan Atau Tantangan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan konsep kebutuhan Anak?
2. Untuk mengetahui yang dimaksud Seribu Hari Pertama Kehidupan/ Golden Periode (1000
HPK) 270 hari – 2 tahun
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Inisiasi Menyusu Dini / IMD
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Asi Eksklusif
5. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Imunisasi
6. Untuk mengetahui cara Pengelolaan dan Penanganan bayi dan balita sakit melalui
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
7. Untuk mengetahuai cara pemantauan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK).
8. Untuk mengetahui cara pemberian Bantuan Hidup Dasar Bantuan Hidup Dasar (BHD)
9. Untuk mengetahui hambatan atau tantangan dalam pemenuhan kebutuhan mulai dari awal
kelahiran sampai dengan balita
10. Untuk mengetahui rekomendasi Arah Kebijakan Untuk Mengatasi Hambatan Atau
Tantangan
BAB II

Pembahasan

Identifikasi Kebutuhan Kesehatan Perempuan Sesuai Konsep CR di Indonesia pada Masa


Kelahiran Anak Sampai dengan Masa Balita

A. Konsep kebutuhan Anak

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


Hk.01.07/Menkes/320/2020, merumuskan beberapa kebutuhan pada bayi baru lahir sampai
dengan bayi dan balita

1. Bayi Baru Lahir (Neonatus)/ Golden Period


a Adaptasi fisiologis bayi baru lahir
b Asuhan esensial bayi baru lahir
c Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
d Asuhan bayi baru lahir usia 0-28 hari
e Masalah dan penyulit bayi baru lahir
f Tatalaksana awal kegawatdaruratan neonatal dan rujukan
2. Bayi dan Balita
a. Pertumbuhan dan Perkembangan
b. Pengelolaan dan Penanganan bayi dan balita sakit melalui Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
c. Pemantauan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).
d. Imunisasi
e. Asuhan kebidanan pada bayi, balita dan anak prasekolah
f. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
g. Tatalaksana awal kegawatdaruratan pada bayi, balita dan rujukan

B. Seribu Hari Pertama Kehidupan/ Golden Periode (1000 HPK) 270 hari – 2 tahun

Masa 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) terdiri atas 270 hari selama kehamilan
dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan. Dampak pada masa periode emas akan sangat
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak hingga dewasanya. Hari pertama kehidupan
berkaitan erat dengan pemenuhan gizi di awal kehidupan buah hati. Pada gilirannya, ini sangat
penting untuk mendukung tumbuh kembang buah hati sekaligus berpengaruh terhadap
kesehatannya. (Artikel BKKBN : Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)).
Tidak memenuhi nutrisi optimal pada 1000 HPK anak bisa berdampak buruk terhadap
pertumbuhan otak yang tidak optimal. Jika pertumbuhan otak tidak optimal, perkembangan
kognitif anak pun akan terhambat. Ini dapat berakibat berkurangnya kecerdasan anak serta
ketangkasan berpikirnya. Ketika dewasa, hal ini dapat berisiko anak tidak berprestasi saat di
sekolah dan tidak produktif saat bekerja.
Kualitas hidup anak di masa depan sangat dipengaruhi gizi yang diterima selama 1.000
HPK. Inilah yang menjadikan masa 1.000 HPK disebut sebagai periode emas untuk membangun
dasar tumbuh kembang buah hati yang solid. (Zevulun, Daniëlle,2018).
Artikel BKKBN : Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) dan Zevulun, Daniëlle,
2018 menjelaskan beberapa kebutuhan pada masa gold period.
1. Definisi 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK)
1000 HPK adalah fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin pada saat
kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). Pada periode inilah
organ-organ vital (otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki dan organ
tubuh lainnya mulai terbentuk dan terus berkembang.
2. 1000 HPK adalah golden periode

1000 HPK disebut periode emas karena pada periode ini terjadi perkembangan yang
sangat cepat sel-sel otak dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-
cabangnya sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang kompleks. Perkembangan otak
ini hampir sempurna yaitu mencapai 80%, sehingga akan menentukan kualitas manusia
dimasa depan.

3. Kebutuhan golden periode


a. Asupan Gizi

Asupan gizi pada masa kehamilan adalah semua nutrisi yang didapat bayi berasal
dari ibu. Bayi “memakan” apa yang dimakan ibu. Kebutuhan gizi akan meningkat pada
fase kehamilan, khususnya energi, protein, beberapa vitamin dan mineral seperti zat besi,
asam folat, kalsium serta nutrisi lain untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan
bayi. Ibu hamil harus memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang
dikonsumsinya karena dapat menentukan kesehatan seumur hidup seorang anak –
termasuk faktor pencetus terhadap penyakit tertentu. Ibu hamil sebaiknya memakan
makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.

Sedangkan pada masa setelah kelahiran sampai dengan usia anak 2 tahun, perlu
diperhatikan asupan gizi diantaranya Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Eksklusif hingga
usia 6 bulan, ASI diteruskan hingga usia anak 2 tahun, dan Makanan Pendamping ASI
(MPASI) sejak bayi berusia 6 bulan.

b. Stimulasi

Stimulasi harus dilakukan secara terus menerus, dilakukan baik oleh orang tua
maupun pengasuh, dalam suasana yang menyenangkan dan melibatkan sebanyak
mungkin bentuk stimulasi. Stimulasi bisa berupa stimulasi visual (merangsang
penglihatan anak dengan melakukan kontak mata, bermain dengan mainan berbagai
warna), auditory (merangsang pendengaran dan bahasa anak dengan mengajaknya
bicara), taktil (merangsang sensor raba seperti dengan membelai anak) dan lainnya.

c. Pola Pengasuhan

Dengan pola pengasuhan yang baik maka kebutuhan kesehatan dan gizi, kebutuhan
kasih sayang dan kebutuhan stimulasi anak akan terpenuhi.

d. Perawatan Kesehatan

Anak yang sehat akan tercegah dari berbagai infeksi penyakit. Bila anak terkena
infeksi akan mempengaruhi nafsu makan sehingga akan mengganggu pemenuhan gizi
anak. Selain itu, untuk mencegah anak tertular penyakit infeksi, anak perlu diberikan
imunisasi.

C. Inisiasi Menyusu Dini / IMD


1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
IMD adalah memberikan kesempatan bayi untuk memulai menyusu pada ibunya sendiri
segera setelah lahir, dengan meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan
membiarkan bayi merayap dengan nalurinya sendiri mencari puting susu ibu untuk
menyusu. IMD dilakukan setidaknya 1 jam atau lebih, sampai bayi selesai menyusu sendiri
mengidentifikasi adanya Hubungan positif menyusui pada 2, 6, dan 12 bulan diamati (IMD
dan ASI Ekslusif), untuk ibu dan bayinya.( Gleason, Stacy,2020).
2. Kolustrum

Kolustrum adalah Air Susu Ibu (ASI) pertama keluar yang berwarna kekuningan, dan
diproduksi dalam beberapa hari setelah persalinan.

Kandungan dan kegunaan yang terdapat dalam kolustrum

a. Zat antibody : melindungi terhadap infeksi dan alergi.


b. Banyak sel darah putih : melindungi terhadap infeksi.
c. Pencahar : membersihkan mekonium (kotoran yang dihasilkan bayi selama dalam
Rahim), membantu mencegah bayi kuning/ikterus.
d. Faktor-faktor pertumbuhan : membantu usus berkembang lebih matang dan mencegah
alergi.
e. Kaya vitamin A : mengurangi keparahan infeksi dan mencegah penyakit mata.
3. Manfaat IMD
Manfaat IMD bagi Bayi
a. Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia (suhu badan rendah dibawah 35
derajat Celsius) karena dada ibu dapat menghangati bayi dengan suhu yang tepat.
b. Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan anti bodi, penting untuk perkembangan
usus dan ketahanan bayi terhadap infeksi.
c. Bayi akan terhindar dari bakteri meskipun tanpa dibersihkan maupun tak dilapisi
pembungkus karena bayi akan memperoleh zat kekebalan dari ASI.
Manfaat IMD untuk ibu

a. Ibu dan bayi menjadi lebih tenang.


b. Jalinan kasih saying ibu dan bayi lebih baik.
c. Sentuhan, jilatan, usapan pada puting susu ibu akan merangsang pengeluaran Air Susu
Ibu (ASI).
d. Membantu kontraksi rahim, mengurangi resiko pendarahan, dan mempercepat pelepasan
plasenta (tali pusar bayi).
D. Asi Eksklusif
1. Definisi
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman yang lain,
termasuk air putih sampai bayi berusia 6 bulan. Obat-obatan diperbolehkan selama ada
petunjuk dokter atau petugas kesehatan.
2. Penyebab ASI penting

Karena ASI tetap yang terbaik dan kaya nutrisi dibandingkan dengan susu formula, dalam
ASI mengandung zat anti bodi yang bermanfaat bagi kekebalan tubuh dari serangan virus
dan bakteri, serta dapat mencegah resiko alergi dan asma pada anak.

3. Akibat ASI tidak diberikan

Bayi sama sekali tak memperoleh Air Susu Ibu (ASI), pertumbuhannya bisa tetap
optimal, selama pemberian sufor alias susu formulanya bagus. Sufor diberikan secara tepat,
mulai dari takaran (tidak terlalu encer atau pekat), jumlah (sesuai kebutuhan sehingga anak
tidak kegemukan atau kekurangan gizi), hingga teknis kombinasinya dengan makanan lain
(jangan sampai anak tak mau makan dan diganti dengan minum susu yang sebanyak
mungkin). Selain itu, sufor harus benar-benar higienis atau terjaga kebersihan

Yang perlu diperhatikan dalam pemberian MPASI

a. Usia bayi sudah cukup aman (usia 6 bulan) untuk diberikan makanan.
b. Bayi sudah menunjukkan tanda kesiapan menerima makanan padat seperti kepala sudah
tegak, refleks menelan sudah baik.
c. Frekuensi dan jumlah takaran pemberian, serta tekstur makanan sesuai usia bayi.
E. Imunisasi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi. untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya suatu penyakit melalui imunisasi.
1. Definisi Imunisasi
Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan.
2. Definisi Vaksin
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah
mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang
ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu,
Imunisasi Program terdiri atas:
a. Imunisasi rutin;
b. Imunisasi tambahan; dan
c. Imunisasi khusus.
Imunisasi Program harus diberikan sesuai dengan jenis Vaksin, jadwal atau waktu
pemberian yang ditetapkan dalam Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Imunisasi rutin dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, terdiri atas
Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan. Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia
1 (satu) tahun. terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit:
a. hepatitis B;
b. poliomyelitis;
c. tuberkulosis;
d. difteri;
e. pertusis;
f. tetanus;
g. pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus Influenza tipe b (Hib); dan
h. campak.
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat
kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan
Imunisasi dasar. diberikan pada:
a) anak usia bawah dua tahun (Baduta) ; Imunisasi terhadap penyakit difteri, pertusis,
tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh Hemophilus
Influenza tipe b (Hib), serta campak.
b) anak usia sekolah dasar ; yaitu Imunisasi terhadap penyakit campak, tetanus,
dan difteri
c) wanita usia subur (WUS) ; terdiri atas Imunisasi terhadap penyakit tetanus
dan difteri.

Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok
umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis
pada periode waktu tertentu. Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang
dan masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu. berupa Imunisasi terhadap
meningitis meningokokus, yellow fever (demam kuning), rabies, dan poliomyelitis.
F. Pengelolaan dan Penanganan bayi dan balita sakit melalui Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM) dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

1. Definisi MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu manajemen melalui pendekatan
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik
mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan
balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan (Modul Keterampilan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS)2015). MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi
penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan
kembali.

2. Manfaat MTBS telah digunakan di lebih dari 100 negara dan terbukti dapat:
a Menurunkan angka kematian balita,
b Memperbaiki status gizi,
c Meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan,
d Memperbaiki kinerja petugas kesehatan,
e Memperbaiki kualitas pelayanan dengan biaya lebih murah.

3. Komponen MTBS
Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain
dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien
apabila sudah dilatih);
b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan
dalam 1 kali pemeriksaan MTBS);
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan).
Daftar Tilik Pencacatan Bayi Muda Umur Kurang dari 2 Bulan

Formulir Pencacatan Tata laksana Balita Sakit Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun
G. Pemantauan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat
diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian.
1. Periode Tumbuh Kembang Anak.
Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.Tumbuh kembang anak
terbagi dalam beberapa periode.

Umur 0-3 bulan


a. Mengangkat kepala setinggi 45*
b. Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
c. Melihat dan menatap wajah anda.
d. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
e. Suka tertawa keras.
f. Beraksi terkejut terhadap suara keras.
g. Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.
h. Mengenal ibu dengan penglihatanm penciuman, pendengaran, kontak.
Umur 3-6 bulan
a. Berbalik dari telungkup ke terlentang.
b. Mengangkat kepala setinggi 90*
c. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
d. Menggenggam pensil.
e. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
f. Memegang tangannya sendiri.
g. Berusaha memperluas pandangan.
h. Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.
i. Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.
j. Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendiri.
Umur 6-9 bulan
a. Duduk (sikap tripoid - sendiri)
b. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.
c. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
d. Memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain.
e. Memungut 2 benda, masing-masing lengan pegang 1 benda pada saat yang
bersamaan.
f. Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
g. Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata.
h. Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.
i. Bermain tepuk tangan/ciluk baa.
j. Bergembira dengan melempar benda.
k. Makan kue sendiri.

Umur 9-12 bulan


a. Mengangkat benda ke posisi berdiri.
b. Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.
c. Dapat berjalan dengan dituntun.
d. Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.
e. Mengenggam erat pensil.
f. Memasukkan benda ke mulut.
g. Mengulang menirukan bunyi yang didengarkan.
h. Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.
i. Mengeksplorasi sekitar, ingin tau, ingin menyentuh apa saja.
j. Beraksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
k. Senang diajak bermain “CILUK BAA”.
l. Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenali.
Umur 12-18 bulan
a. Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
b. Membungkung memungut mainan kemudian berdiri kembali.
c. Berjalan mundur 5 langkah.
d. Memanggil ayah dengan kata “papa”. Memanggil ibu dengan kata “mama”
e. Menumpuk 2 kubus.
f. Memasukkan kubus di kotak.
g. Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa
mengeluarkan suara yang menyenangkannatau menarik tangan ibu.
h. Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing.
Umur 18-24 bulan
a. Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik.
b. Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
c. Bertepuk tangan, melambai-lambai.
d. Menumpuk 4 buah kubus.
e. Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
f. Menggelindingkan bola kearah sasaran.
g. Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
h. Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.
i. Memegang cangkir sendiri, belajar makan - minum sendiri.

Umur 24-36 bulan


a. Jalan naik tangga sendiri.
b. Dapat bermain dengan sendal kecil.
c. Mencoret-coret pensil pada kertas.
d. Bicara dengan baik menggunakan 2 kata.
e. Dapat menunjukkan 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.
f. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.
g. Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring
jika diminta.
h. Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
i. Melepas pakiannya sendiri.

Umur 36-48 bulan


a. Berdiri 1 kaki 2 detik.
b. Melompat kedua kaki diangkat.
c. Mengayuh sepeda roda tiga.
d. Menggambar garis lurus.
e. Menumpuk 8 buah kubus.
f. Mengenal 2-4 warnah.
g. Menyebut nama, umur, tempat.
h. Mengerti arti kata di atas, dibawah, di depan.
i. Mendengarkan cerita.
j. Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.
k. Mengenakan celana panjang, kemeja baju.

Umur 48-60 bulan


a. Berdiri 1 kaki 6 detik.
b. Melompat-lompat 1 kaki.
c. Menari.
d. Menggambar tanda silang.
e. Menggambarlingkaran.
f. Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
g. Mengancing baju atau pakian boneka.
h. Menyebut nama lengkap tanpa di bantu.
i. Senang menyebut kata-kata baru.
j. Senang bertanya tentang sesuatu.
k. Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
l. Bicara mudah dimengerti.
m. Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya.
n. Menyebut angka, menghitung jari.
o. Menyebut nama-nama hari.
p. Berpakian sendiri tanpa di bantu.
q. Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.

2. Gangguan Tumbuh Kembang


a. Gangguan bicara dan bahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena
kemampuan berbahasa sensitif terhadap keter1ambatan atau kerusakan pada sistem
lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan
lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan
bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
b. Cerebral palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang
disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan
saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
c. Sindrom Down
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan
mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21
yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal.Beberapa faktor
seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau
lingkungan lainnya dapat menyebabkan keter1ambatan perkembangan motorik dan
keterampilan untuk menolong diri sendiri.
d. Perawakan Pendek
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi mengenai tinggi
badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang
berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena varisasi normal,gangguan
gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.
e. Gangguan Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul
sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan
sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara
mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang
interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
f. Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandal oleh intelegensia yang rendah (IQ < 70) yang
menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
g. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian
yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
3. Prinsip dasar pertumbuhan anak
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang
perlu diperhatikan,yaitu:
a. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
b. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku
orang-orang
c. yang terdekat dengannya.
d. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
e. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bemyanyi, bervariasi,
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
f. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak, terhadap ke 4
aspek kemampuan dasar anak.
g. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar anak.
h. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
i. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

Fäldt, Anna (2019) mengidentifikasi kebutuhan anak berusia 18 bulan dengan


kesulitan komunikasi dini:
Gangguan komunikasi merupakan masalah kesehatan masyarakat umum yang
mempengaruhi hingga 20% anak-anak. Bukti menunjukkan pentingnya deteksi dini dan
intervensi untuk meningkatkan kemampuan komunikatif anak-anak dan mengurangi
keterlambatan perkembangan.
a. Identifikasi awal kesulitan komunikasi dimungkinkan dengan instrumen seperti Daftar Periksa
Bayi-Balita.
b. Intervensi disesuaikan dengan kebutuhan orang tua dari anak kecil dengan keterlambatan
komunikasi sebelum diagnosis definitif.
c. Orang tua diberikan bimbingan dalam strategi peningkatan komunikasi selama kunjungan
rumah dan lima sesi kelompok.
d. Penilaian dan konsultasi pertama kemudian dilakukan oleh terapis bicara dan bahasa. untuk
anak-anak dengan dugaan keterlambatan komunikasi menurut layar serta untuk anak-anak
yang dirujuk sebelum usia dari 2,5 tahun. Anak-anak dengan keterlambatan komunikasi yang
dikonfirmasi Kursus orang tua balita atau tindak lanjut telepon.
e. Ukuran hasil termasuk komunikasi anak dan keterampilan bahasa dan penggunaan
komunikasi augmentatif dan alternatif. Untuk mendapatkan wawasan tentang perspektif
peserta, survei telah yang dikumpulkan dari orang tua.

Cohen, et al, 2019 Mengidentifikasi kebutuhan anak dengan autis

a. Anak dilibatkan dalam kegiatan di mana intervensi dapat dengan mudah diintegrasikan
(misalnya Akademik, Perawatan Diri, dan Bermain dengan Lainnya).
b. Keluarga menghabiskan kurang dari sepertiga (26,1%) dari kegiatan mereka berpartisipasi
dalam intervensi.
c. Penilaian dan konsultasi pertama kemudian dilakukan oleh terapis psikolog. untuk anak-
anak dengan autis, dirujuk sebelum usia dari 2,5 tahun. Anak-anak dengan autism yang
dikonfirmasi Kursus orang tua balita atau tindak lanjut dengan telepon
H. Bantuan Hidup Dasar Bantuan Hidup Dasar (BHD)
1. Definisi
Bantuan Hidup Dasar Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah dasar untuk menyelamatkan
nyawa ketika terjadi henti jantung. Bantuan hidup dasar pada anak atau sering disebut
Pediatric Basic Life Support (BLS) merupakan hal yang penting untuk kelangsungan dan
kualitas hidup anak. Pediatric Chain Survival berdasarkan American Heart Association
tahun 2010 meliputi tindakan preventif, resusitasi jantung paru (RJP) segera dengan
mengutamakan pijat jantung (teknik C-A-B atau Circulation-AirwayBreathing),
mengaktifkan akses emergensi atau emergency medical system (EMS), bantuan hidup lanjut,
serta melakukan perawatan pasca henti jantung. Pediatric chain survival
2. Tujuan
Tujuan akhir RJP adalah kembalinya sirkulasi spontan yang normal atau disebut return of
spontaneous circulation (ROSC) dan tidak adanya gangguan neurologis pasca henti jantung.
Sebagian besar kasus henti jantung pada anak disebabkan oleh hipoksia, pada anak jarang
dijumpai gangguan primer jantung yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak. Hal
ini menyebabkan teknik A-B-C masih banyak dikerjakan pada pasien anak, meskipun proses
Airway-Breathing dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin
Lingkaran dasar basic life support
Airway
Pada anak yang tidak sadar, lidah sering jatuh ke belakang dan
dapat menyebabkan sumbatan jalan napas. Penolong harus mem-
buka jalan napas dengan manuver head tilt dan chin lift yang dapat
dikerjakan baik pada pasien trauma maupun nontrauma. Teknik
jaw thrust dilakukan bila terdapat kecurigaan trauma servikal.
Manuver head tilt dan chin lift

Untuk mempertahankan terbukanya jalan napas, dapat


dilakukan pemasangan alat pipa orofaringeal dapat menjaga
jalan napas terbuka. Orofaringeal (guedel) dan selang naso-
faringeal. Guedel dengan ukuran tertentu digunakan pada pasien
tidak sadar, jika terlalu kecil lidah akan tetap terjatuh ke
belakang sedangkan jika terlalu besar akan menyumbat jalan
napas. Pemasangan guedel yang benar dapat dilihat pada
gambar. Pemasangan selang nasofaringeal diindikasikan pada
pasien dengan kesadaran tidak terlalu terganggu. Pada bayi
kecil, selang nasofaringeal mudah tersumbat dengan sekret.
Breathing
Pernapasan dilakukan dalam waktu 10 detik dengan teknik
look, listen dan feel pada saat bersamaan. Penolong harus
melihat gerakan pernapasan baik pernapasan dada maupun
abdominal, mendengar suara napas pasien melalui hidung dan
mulut, dan merasakan udara pernapasan yang keluar pada pipi
penolong. Jika anak bernapas dan tidak ada riwayat trauma
sebelumnya, tempatkan pasien pada posisi stabil untuk menjaga
jalan napas dan menurunkan risiko aspirasi.
Jika anak tidak bernapas atau gasping, pertahankan jalan
napas dan berikan 2 kali bantuan napas. Pada anak <1 tahun,
gunakan teknik mouth-to-mouth and nose, sedangkan pada anak
>1 tahun dengan menggunakan teknik mouth-to-mouth. Hindari
pemberian ventilasi yang berlebihan karena dapat me-
nyebabkan pneumotoraks akibat tekanan berlebihan, dapat
menyebabkan regurgitasi lambung karena saat ventilasi udara
dapat masuk baik ke paru ataupun lambung, serta dapat
menyebabkan berkurangnya curah jantung akibat peningkatan
tekanan intratorak sehingga aliran balik darah ke jantung
(venous return) berkurang.
Circulation
Penilaian sirkulasi dilakukan dalam 10 detik dengan meraba
pulsasi arteri brakialis (pada bayi) dan arteri karotis dan
femoralis pada anak. Jika frekuensi nadi kurang dari 60 kali per
menit dan pada anak terlihat tanda perfusi kurang (pucat dan
sianosis), kompresi dada dapat dimulai. Jika frekuensi nadi ≥60
kali per menit tetapi anak tidak bernapas, lanjutkan bantuan
napas tanpa kompresi dada. Bantuan napas diberikan 12 sampai
20 kali per menit (1 pernapasan tiap 3 sampai 5 detik) sampai
pasien bernapas spontan. Sambil melakukan bantuan napas, nilai
pulsasi arteri tiap 2 menit secara singkat (tidak lebih dari 10
detik).

Untuk anak kurang dari 1 tahun dan penolong seorang diri,


kompresi dilakukan dengan teknik 2 jari yang diletakkan di
bawah garis intermamaria. Teknik ini dapat dilaku- kan dengan
satu atau dua tangan. Pada anak lebih besar, kompresi dada
dilaku- kan pada setengah bagian bawah sternum dengan
pangkal pergelangan tangan.

3. Koordinasi bantuan napas dan kompresi dada


Jika penolong seorang diri, lakukan 30 kompresi dada diikuti pemberian 2 bantuan napas.
Untuk 2 penolong, pemberian bantuan napas dan kompresi dada dilakukan dengan
perbandingan 15:2. Jangan melakukan bantuan napas dan kompresi dada pada saat yang
bersamaan.
4. Keputusan mengakhiri upaya resusitasi
Semua tenaga kesehatan dituntut untuk memulai RJP segera setelah diagnosis henti napas
atau henti jantung dibuat. Tidak ada pernapasan spontan dan refleks muntah dan dilatasi
pupil yang menetap selama 15 sampai 30 menit atau lebih merupakan petunjuk kematian
otak kecuali pasien hipotermik atau di bawah efek barbiturat atau dalam anestesia umum.
Tidak adanya tanggapan jantung atau tidak ada aktivitas listrik jantung terhadap tindakan
resusitasi selama paling sedikit 30 menit walaupun dilakukan upaya RJP dan terapi obat
optimal menandakan mati jantung.
Resusitasi jantung paru pada anak merupa- kan hal yang harus diketahui semua kalangan,
terutama tenaga kesehatan. Seorang dokter harus mengenali adanya henti jantung paru,
mengusahakan resusitasi dengan cepat dan tepat, melakukan teknik yang mengacu pada
high quality CPR sehingga ROSC dapat dicapai.

I. Hambatan atau tantangan dalam pemenuhan kebutuhan mulai dari awal kelahiran sampai
dengan balita
1. Kinerja sektor kesehatan yang belum optimal

a. Sistem pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya berkesinambungan menjadi akar


masalah yang berkontribusi pada rendahnya status kesehatan ibu, bayi baru lahir, anak
dan remaja di Indonesia. Meskipun cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir cukup tinggi, namun ditemukan kesenjangan dalam pelayanan seperti kurang
tertanganinya isu kesehatan ibu, bayi dan anak.
b. Jumlah tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan sudah cukup memadai namun
distribusinya tidak merata dan terkonsentrasi di wilayah perkotaan. Di samping itu
kualitas dan kompetensi tenaga kesehatan juga merupakan tantangan khusus yang perlu
perhatian khusus, baik itu di pendidikan pre-service maupun in-service
c. Ketersediaan alat dan obat esensial untuk kesehatan ibu dan neonatal ada pada daftar
obat esensial. Namun ketersedian di tingkat fasilitas beragam. Data Sirkesnas 2016
menunjukkan bahwa hanya 46% puskesmas memiliki oksitosin dan 30% memiliki
magnesium sulfat. Kehabisan stok obat masih menjadi tantangan dan kebanyakan
disebabkan oleh pengadaan obat di tingkat kabupaten yang belum optimal.
d. Sektor swasta merupakan penyedia layanan kesehatan ibu yang dominan terutama di
daerah perkotaan. Secara nasional, 49% persalinan terjadi di fasilitas kesehatan swasta
pada tahun 2015, dibandingkan dengan 30% di fasilitas kesehatan pemerintah.
Diperlukan mekanisme untuk pemantauan kinerja penyedia layanan swasta.
e. Belum optimalnya penguasaan data dan informasi manajemen program kesehatan ibu
dan anak. Walaupun banyak program yang ada seperti Pemantauan Wilayah Setempat
Kesehatan ibu dan anak, Audit Maternal dan Perinatal, District Team Problem Solving
serta supervisi fasilitatif, namun program tersebut belum dimanfaatkan untuk
peningkatan kinerja.
2. Kebutuhan untuk Mengatasi Hambatan Finansial
Pelaksanaan JKN memberikan peluang untuk mengatasi hambatan finansial dalam akses
ke pelayanan kesehatan. Namun berbagai kendala masih ditemui dalam hal pemanfaatan
skema yang ada karena ketidaktahuan peserta maupun petugas kesehatan mengenai hak
peserta maupun dalam hal regulasi terkait BPJS. Secara teori paket manfaat yang diberikan
oleh JKN cukup komprehensif, namun belum seluruh masyarakat terdaftar sebagai peserta
JKN.
3. Adanya Disparitas Permasalahan Kesehatan Menurut Wilayah
Faktor sosio-demografis maupun kebutuhan kelompok masyarakat yang terabaikan
Meskipun fokus intervensi pada wilayah yang memiliki jumlah kematian ibu dan bayi yang
besar secara agregat penting, namun perlu adanya upaya khusus untuk wilayah dengan
cakupan pelayanan rendah seperti di wilayah timur Indonesia, daerah terpencil, perbatasan
dan kepulauan yang umumnya memiliki sistem kesehatan lebih buruk, ketersedian fasilitas
kesehatan yang terbatas, serta kapasitas tenaga kesehatan yang kurang. Kebutuhan yang
tidak terpenuhi di antara kelompok masyarakat, misalnya terbatasnya akses ke pelayanan
kesehatan reproduksi.
4. Tidak Terintegrasinya Indikator Gizi dan KB dalam Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan
Peran sektor kesehatan dalam penyediaan pelayanan serta promosi gizi dan KB sangat
besar memungkinkan indicator gizi dan KB dalam standar pelayanan kesehatan tidak dapat
terintegrasi. Tidak masuknya indikator gizi dan KB ini ke dalam SPM bidang kesehatan
dapat menyebabkan rendahnya perhatian dan prioritas pemerintah daerah terhadap dua
topik kesehatan penting ini. Pada saat ini berbagai masalah gizi dan KB masih terus
menjadi masalah besar yang belum tertangani secara memadai. Kurangnya prioritas yang
diberikan akan memperberat masalah di masa mendatang.
5. Faktor Sosio-Budaya Dan Lingkungan Terhadap Akses Ke Pelayanan Kesehatan
Masih adanya pengaruh budaya dimana perempuan cenderung menyembunyikan
kehamilannya karena berbagai alasan, akibatnya, mereka terlambat mencari pelayanan
antenatal. Selain itu, masih ada pandangan bahwa kehamilan merupakan hal yang normal,
sehingga tidak perlu memeriksakan diri secara khusus dan rutin. Pengambilan keputusan
untuk mendapatkan pertolongan medis jika terjadi komplikasi sering memerlukan
persetujuan keluarga besar terlebih dahulu, sehingga sering memperlambat proses rujukan.
Pengaruh budaya lain yang perlu dicermati adalah masih adanya kepercayaan pada dukun
bayi sebagai penolong persalinan dan adanya praktik yang berbahaya terhadap kesehatan
reproduksi seperti sunat perempuan dan praktik aborsi yang tidak aman.
J. Rekomendasi Arah Kebijakan Untuk Mengatasi Hambatan Atau Tantangan

Kebijakan 1 Cakupan Universal Kesehatan Ibu, Bayi dan Balita

Meningkatkan cakupan universal pelayanan kesehatan ibu, bayi dan balita yang
berkualitas dengan upaya mengurangi disparitas cakupan melalui pemetaan untuk perencanaan
pelayanan, penghitungan logistik; pengaturan tenaga kesehatan; dan pemantauan.

Kebijakan 2 Pelayanan Terintegrasi dan Berkesinambungan

Memastikan kesinambungan dan integrasi pelayanan kesehatan reproduksi, ibu, bayi dan
anak, pencegahan penyakir menular (IMS/HIV, malaria, hepatitis B) serta penyakit tidak
menular, yang disertai dengan upaya meningkatkan kualitas pelayanan.
Kebijakan 3 Penguatan Regulasi, Kelembagaan dan Tata Kelola

Menguatkan regulasi, kelembagaan dan tata kelola dalam program kesehatan ibu, bayi,
anak, kesehatan reproduksi dengan memastikan adanya dukungan perundangan yang efektif
dalam penyelenggaraan program termasuk melakukan identifikasi dan revisi atas regulasi dan
kebijakan yang menghambat pelaksanaan program. komitmen dan kemandirian dan akuntabilitas
daerah dalam semua aspek pengelolaan program harus ditingkatkan.

Kebijakan 4 Kerjasama Lintas-Sektor dan Semua Stakeholder Termasuk Masyarakat

Meningkatkan kerjasama lintas-sektor dan semua pihak terkait dalam meningkatkan


kesehatan ibu, bayi, anak dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan
program, serta keterlibatan mitra kerja dan sektor lainnya. Melakukan advokasi sistematis dan
efektif untuk mengupayakan partisipasi pihak terkait lainnya untuk peningkatan sumber daya dan
dukungan program.

Kebijakan 5 Peningkatan Sistem Informasi

Meningkatkan penyediaan data yang akurat dan tepat waktu untuk program kesehatan
ibu, bayi, anak dan remaja serta memperkuat pemanfaatan data untuk program melalui
peningkatan surveilans pencatatan kematian atau memperluas sistem pencatatan sipil dan
statistik vital untuk memantau kemajuan program. Selain itu melakukan peningkatan kualitas,
kelengkapan dan validitas data rutin serta meningkatan sinergitas data dengan sektor terkait lain
untuk optimalisasi pemanfaatan data.

Kebijakan 6 Program Komprehensif Kesehatan Remaja Melibatkan Sektor Terkait

Mengembangkan program komprehensif untuk mengatasi kebutuhan kesehatan remaja


dan isu kesehatan reproduksi yang masih terabaikan lainnya dengan berbagai sektor terkait.
Memastikan revisi kebijakan yang berdampak merugikan kesehatan serta mengembangkan
strategi pelayanan kesehatan reproduksi yang efektif yang dilaksanakan secara bertahap dari
wilayah yang disertai dengan segmentasi sasaran intervensi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Golden Period
Masa 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) terdiri atas 270 hari selama kehamilan
dan 730 hari pada dua tahun pertama kehidupan. Dampak pada masa periode emas akan
sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak hingga dewasanya. Hari pertama
kehidupan berkaitan erat dengan pemenuhan gizi di awal kehidupan buah hati. Pada
gilirannya, ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang buah hati sekaligus
berpengaruh terhadap kesehatannya. (Artikel BKKBN : Seribu Hari Pertama Kehidupan
(1000 HPK)).
Tidak memenuhi nutrisi optimal pada 1000 HPK anak bisa berdampak buruk terhadap
pertumbuhan otak yang tidak optimal. Jika pertumbuhan otak tidak optimal, perkembangan
kognitif anak pun akan terhambat. Ini dapat berakibat berkurangnya kecerdasan anak serta
ketangkasan berpikirnya. Ketika dewasa, hal ini dapat berisiko anak tidak berprestasi saat di
sekolah dan tidak produktif saat bekerja.
Kualitas hidup anak di masa depan sangat dipengaruhi gizi yang diterima selama 1.000
HPK. Inilah yang menjadikan masa 1.000 HPK disebut sebagai periode emas untuk
membangun dasar tumbuh kembang buah hati yang solid. (Zevulun, Daniëlle,2018).
2. Kebutuhan yang perlu diperhatikan dalam periode emas anak agar optimal
a. Asupan Gizi

Asupan gizi pada masa kehamilan adalah semua nutrisi yang didapat bayi berasal
dari ibu. Bayi “memakan” apa yang dimakan ibu. Kebutuhan gizi akan meningkat pada
fase kehamilan, khususnya energi, protein, beberapa vitamin dan mineral seperti zat
besi, asam folat, kalsium serta nutrisi lain untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Ibu hamil harus memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan
yang dikonsumsinya karena dapat menentukan kesehatan seumur hidup seorang anak –
termasuk faktor pencetus terhadap penyakit tertentu. Ibu hamil sebaiknya memakan
makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman. Asupan gizi yang sangat di
butuhkan sejak lahir.

1) Kolustrum
Merupakan Air Susu Ibu (ASI) pertama keluar yang berwarna kekuningan, dan
diproduksi dalam beberapa hari setelah persalinan.dan sangat sempurna untuk
pemenuhan kebutuhan bayi baru lahir.
Kandungan dan kegunaan yang terdapat dalam kolustrum?

1. Zat antibody : melindungi terhadap infeksi dan alergi.


2. Banyak sel darah putih : melindungi terhadap infeksi.
3. Pencahar : membersihkan mekonium (kotoran yang dihasilkan bayi selama
dalam Rahim), membantu mencegah bayi kuning/ikterus.
4. Faktor-faktor pertumbuhan : membantu usus berkembang lebih matang dan
mencegah alergi.
5. Kaya vitamin A : mengurangi keparahan infeksi dan mencegah penyakit mata.
Sedangkan pada masa setelah kelahiran sampai dengan usia anak 2 tahun, perlu
diperhatikan asupan gizi diantaranya Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Eksklusif
hingga usia 6 bulan, ASI diteruskan hingga usia anak 2 tahun, dan Makanan
Pendamping ASI (MPASI) sejak bayi berusia 6 bulan.
2) ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman yang lain,
termasuk air putih sampai bayi berusia 6 bulan. Obat-obatan diperbolehkan selama
ada petunjuk dokter atau petugas kesehatan.

ASI tetap yang terbaik dan kaya nutrisi dibandingkan dengan susu formula, dalam
ASI mengandung zat anti bodi yang bermanfaat bagi kekebalan tubuh dari serangan
virus dan bakteri, serta dapat mencegah resiko alergi dan asma pada anak.

3) MPASI
MPASI merupakan makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayi usia 6
bulan sampai 2 tahun
a. Usia bayi sudah cukup aman (usia 6 bulan) untuk diberikan makanan.
b. Bayi sudah menunjukkan tanda kesiapan menerima makanan padat seperti
kepala sudah tegak, refleks menelan sudah baik.
c. Frekuensi dan jumlah takaran pemberian, serta tekstur makanan sesuai usia bayi.
b. Stimulasi
Stimulasi harus dilakukan secara terus menerus, dilakukan baik oleh orang tua maupun
pengasuh, dalam suasana yang menyenangkan dan melibatkan sebanyak mungkin bentuk
stimulasi. Stimulasi bisa berupa stimulasi visual (merangsang penglihatan anak dengan
melakukan kontak mata, bermain dengan mainan berbagai warna), auditory (merangsang
pendengaran dan bahasa anak dengan mengajaknya bicara), taktil (merangsang sensor
raba seperti dengan membelai anak) dan lainnya.
c. Pola Pengasuhan

Dengan pola pengasuhan yang baik maka kebutuhan kesehatan dan gizi, kebutuhan
kasih sayang dan kebutuhan stimulasi anak akan terpenuhi.

d. Perawatan Kesehatan

Anak yang sehat akan tercegah dari berbagai infeksi penyakit. Bila anak terkena
infeksi akan mempengaruhi nafsu makan sehingga akan mengganggu pemenuhan gizi
anak. Selain itu, untuk mencegah anak tertular penyakit infeksi, anak perlu diberikan
imunisasi.

1. Perlindungan anak dengan imunisasi, suatu upaya untuk


menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit
sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.vaksinasi yang diberikan sesuai umur dan jadwal pemberian.
2. Pengelolaan dan Penanganan bayi dan balita sakit melalui Manajemen Terpadu
Bayi Muda (MTBM) dan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
3. Pemantauan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).
4. Hambatan atau tantangan dalam pemenuhan kebutuhan mulai dari awal kelahiran
sampai dengan balita
5. Rekomendasi Arah Kebijakan Untuk Mengatasi Hambatan Atau Tantangan

B. Saran
1. Selain orang tua tugas pengasuhan dan pemenuhan kebutuhan hifup anak dari lahir
merupakan tanggung jawab tenaga kesehatan, di manan bidan juga dapat memberi
informasi, melakukan deteksi dan menemukan hambatan yang timbul serta memberikan
informasi dan bersama orang tua mencari pemecahan masalahnya.
2. Perlunya keterlibatan dalam semua pihak demi tercapainya tujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengurangi berbagai resiko yang muncul, demi tercapainya bangsa yang
berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Aryanti, Riznawati Imma., Kesehatan Reproduksi, Ibu, Bayi Baru Lahir, Anak Dan Remaja Policy
Brief.Bappenas.2020.
Artikel BKKBN : Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Operator: I Gede Prawira Santosa 26
Juni 2020 10:51:27 WITA. http://sepang-buleleng.desa.id/index.php/first/artikel/600
Salem, Norman et al., Nutritional gaps and supplementation in the first 1000 days.2019.

Cohen, Shana R; Miguel, Jessica; Wishard Guerra, Alison (2019). Child-rearing routines among
Mexican-heritage children with autism spectrum disorder. Autism, (),
136236131984924–.  doi:10.1177/1362361319849244 
Formulir pencatatan MTBS
Vera Damayanti, Dr Sugiarto, Septian., Keterampilan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.2015.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/320/2020 Tentang


Standar Profesi Bidan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi.
Gleason, Stacy; Wilkin, Margaret K.; Sallack, Linnea; Whaley, Shannon E.; Martinez, Catherine;
Paolicelli, Courtney (2020). Breastfeeding Duration Is Associated With WIC Site-Level
Breastfeeding Support Practices. Journal of Nutrition Education and Behavior, 52(7), 680–
687. doi:10.1016/j.jneb.2020.01.014
Zevulun, Daniëlle; Post, Wendy J.; Zijlstra, A. Elianne; Kalverboer, Margrite E.; Knorth, Erik J.
(2018). The Best Interests of the Child from Different Cultural Perspectives: Factors Influencing
Judgements of the Quality of Child-Rearing Environment and Construct Validity of the Best
Interests of the Child-Questionnaire (BIC-Q) in Kosovo and Albania. Child Indicators Research,
(), –. doi:10.1007/s12187-018-9543-6
Fäldt, Anna; Fabian, Helena; Thunberg, Gunilla; Lucas, Steven (2019). The study design of ComAlong
Toddler: a randomised controlled trial of an early communication intervention. Scandinavian
Journal of Public Health, (), 140349481983475–. doi:10.1177/1403494819834755 
Vera Damayanti, dr Septian Sugiarto., Modul Field Lab Semester Vi Edisi Revisi Iii Keterampilan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (Mtbs).2015
Irene Yuniar., Bantuan Hidup Dasar pada Anak. Divisi Pediatri Gawat Darurat, Departemen Ilmu
Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta,
Indonesia.2014.
Chokephaibulkit, Kulkanya; Sirivichayakul, Chukiat; Thisyakorn, Usa; Sabchareon, Arunee;
Pancharoen, Chitsanu; Bouckenooghe, Alain; Gailhardou, Sophia; Boaz, Mark; Feroldi,
Emmanuel (2010). Safety and Immunogenicity of a Single Administration of Live-attenuated
Japanese Encephalitis Vaccine in Previously Primed 2- to 5-year-olds and Naive 12- to 24-
month-olds. The Pediatric Infectious Disease Journal, 29(12), 1111–
1117.  doi:10.1097/inf.0b013e3181f68e9c.

Anda mungkin juga menyukai