Anda di halaman 1dari 9

Tugas : Manajemen Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Mardiana Ahmad., S.SiT., M.Keb


Nama Mahasiswa : Erni Agit Ekawati
NIM : P102202015

Problem:
Alumni D3 Kebidanan Stikes Sehat Mandiri memiliki jumlah mahasiswa 80 orang, mereka
telah mengikuti ukom bidan sebanyak 3 kali namun belum lulus. IPK lulusan rata-rata 2,9-
3,0. Tenaga pengajar sebanyak 6 orang dengan latar belakang S2 kebidanan.
Pertanyaan:
1. Temukan apa yang menjadi penyebab masalah di atas.
2. Lakukan analisis gaya belajar dan metode pembelajaran yang sesuai pada mahasiswa
D3 Kebidanan Stikes Sehat Mandiri.
Pembahasan:
1. Penyebab yang berpengaruh terhadap ketidaklulusan UKOM pada Alumni D3
Kebidanan Stikes Sehat Mandiri
Ada beberapa penyebab yang berpengaruh terhadap ketidaklulusan UKOM pada
Alumni D3 Kebidanan Stikes Sehat Mandiri antara lain sebagai berikut:
a. Penyebab internal
Penyebab internal adalah penyebab yang berasal dari dalam diri Alumni tersebut.
Penyebab intenal antara lain:
1) Minat
Minat adalah kecenderungan atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia tidak akan bersemangat
atau bahkan tidak mau belajar. Kurangnya minat Alumni D3 untuk
belajar sungguh-sungguh dalam menghadapi uji kompetensi, dapat
mempengaruhi terhadap ketidaklulusan pada UKOM.
2) Motivasi
Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Motivasi ini sebagai tenaga
pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu
tujuan. Motivasi belajar sangat diperlukan oleh karena seseorang yang
tidak memiliki motivasi belajar tidak akan melakukan aktifitas belajar
dengan baik. Seseorang yang memiliki motivasi yang baik akan
berusaha belajar dengan baik dan mengejar target lulus uji kompetensi
sesuai yang dipersyaratkan. Sebaliknya, bagi yang tidak memiliki motivasi
yang tinggi, akan mempengaruhi terhadap ketidaklulusan pada UKOM.
3) Rasa percaya diri
Kepercayaan diri merupakan kondisi psikologis yang mendasar
guna mencapai keberhasilan dalam melakukan sesuatu seperti yang
diharapkan. Semakin tinggi kepercayaan diri Alumni D3 akan semakin
rendah kecemasan dan semakin kurang keragu-raguan. Seseorang yang
kurang percaya diri akan merasa dirinya tidak aman, ragu-ragu, rendah
diri dan cenderung menyalahkan suasana luar sebagai penyebab
ketidakmampuannya. Materi uji kompetensi adalah kompetensi dasar yang
harus dimiliki oleh seorang bidan. Kemampuan menganalisis soal
kasus akan memudahkan dalam memilih jawaban yang tepat tanpa ragu-
ragu. Keraguan timbul karena kurangnya pemahaman terhadap materi, yang
dapat mempengaruhi terhadap ketidaklulusan pada UKOM.
4) Gaya belajar
Alumni D3 juga harus mengetahui gaya belajar mereka sendiri dan mampu
memilih metode atau cara belajar yang sesuai dengan karakter mereka. Gaya
belajar adalah cara seseorang menerima, menyerap, dan mempertahankan
informasi dan keterampilan baru. Setiap orang memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda dan jika metode penyampaian informasi gaya belajar tertentu
kepada mereka kurang dapat diterima, mereka tidak dapat belajar dengan lebih
baik. Pada alumni D3 yang tidak lulus UKOM, gaya belajar logical kurang
digunakan. Pada gaya belajar logical, seseorang lebih suka menggunakan
logika, penalaran, dan sistem. Bagian otak yang berperan adalah lobus
parietal, terutama sisi kiri mengontrol pemikiran logis seseorang. Penggunaan
gaya belajar logical dapat membantu seseorang dalam mengerjakan soal-soal
uji kompetensi dalam bentuk kasus yang membutujkan penalaran dan analisis.
b. Penyebab eksternal
Penyebab ekternal adalah penyebab yang berasal dari luar Alumni tersebut.
Penyebab eksternal antara lain :
1) Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
IPK merupakan alat ukur untuk melihat prestasi akademik dan sejak tahun
2020 telah dijadikan bagian dari persentase kelulusan peserta pada uji
kompetensi. IPK menjadi salah satu indikator untuk peluang lulus UKOM.
Indeks prestasi kumulatif (IPK) yang baik pada tahap akademik akan lebih
mudah memahami konsep ataupun teori-teori yang telah diperoleh dan akan
lebih mudah mengingat serta kemampuan analisisnya lebih meningkat
sehingga akan mudah mengerjakan soal ujian dan hasil yang didapat juga akan
memuaskan. Permendikbud Nomor 2 Tahun 2020 mengatur tentang tata cara
uji kompetensi mahasiswa bidang kesehatan, dimana isinya menjelaskan
bahwa persentase kelulusan UKOM diambil dari nilai akademik 60% dan nilai
Uji Kompetensi 40%. Hal ini berarti semakin tinggi IPK peserta UKOM,
maka semakin besar peluang lulusnya, terutama bagi yang memiliki IPK
dengan predikat cumlaude (IPK > 3,50). Pada kasus diatas, alumni D3
memiliki IPK lulusan rata-rata 2,9-3,0 yang berarti harus berusaha menjawab
soal benar dengan lebih banyak lagi.
2) Keikutsertaan pada Try Out (TO) UKOM
Alumni D3 yang telah mengikuti try out akan lebih siap mengerjakan soal
ujian daripada yang tidak mengikuti try out karena mereka telah memiliki
gambaran soal sehingga hasilnya akan lebih baik. TO UKOM mampu
memberikan gambaran mengenai model soal yang akan digunakan pada saat
ujian kompetensi yang sebenarnya. Selain itu, TO dapat menjadi bahan
evaluasi alumni untuk mengetahui kesiapan dalam mengikuti UKOM. TO
merupakan suatu mekanisme yang digunakan sebagai sebuah latihan bagi
seseorang sebelum melaksanakan ujian yang sesungguhnya. TO hanyalah
sebagai media untuk berlatih mengerjakan soal. Apabila seseorang jarang
berlatih, akan semakin sulit untuk menghadapi soal ujian karena
ketidaklulusan itu dimulai dari kurangnya latihan atau persiapan yang matang.
3) Metode pembelajaran Dosen
Terdapat hubungan yang kuat antara gaya belajar Mahasiswa dengan metode
pembelajaran yang digunakan Dosen. Mahasiswa yang belajar sesuai dengan
gayanya cenderung menunjukkan kinerja atau hasil pembelajaran yang lebih
baik daripada yang tidak sesuai dengan gaya belajarnya. Implikasinya adalah
ketika Mahasiswa D3 kebidanan beragam gaya belajarnya, misalnya di dalam
kelas terdapat Mahasiswa visual, Mahasiswa auditorial, Mahasiswa
membaca/menulis, dan Mahasiswa kinestetik, dosen perlu mengakomodasi
strategi mengajarnya dengan menggunakan beberapa motode pembelajaran
yang sesuai dengan gaya-gaya belajar mereka. Apabila Dosen mengajar hanya
dengan satu metode pembelajaran yang sesuai dengan satu gaya belajar saja,
akan menyebabkan beberapa hal seperti kurangnya partisipasi Mahasiswa di
kelas, motivasi belajar Mahasiswa yang rendah, berpengaruh terhadap kinerja
dan prestasi belajar Mahasiswa, dan berpengaruh pula pada keberhasilan
UKOM.
Pendidik kebidanan harus menyadari bahwa setiap calon bidan mungkin lebih
menyukai gaya belajar dan metode pengajaran yang berbeda untuk
memperoleh dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
Dengan demikian, teknik yang digunakan untuk menyampaikan teori dan
praktik harus disesuaikan. Gaya belajar dengan visual/melihat,
auditorial/mendengar, membaca/menulis, dan kinestetik/bergerak aktif harus
semua dimasukkan ke dalam kegiatan kurikulum. Selain itu, Metode
pembelajaran dengan direct instruction / menentukan apa yang penting untuk
dipelajari, discussion / diskusi kasus, role play / bermain peran, simulation /
simulasi, e-learning / pembelajaran online, dan blanded learning /
pembelajaran campuran (online dan offline) juga harus semua dimasukkan ke
dalam kegiatan kurikulum. Dengan dimasukkannya gaya belajar dan metode
pembelajaran ke dalam kurikulum, maka setiap Mahasiswa dapat belajar
secara efektif dan peluang lulus UKOM dapat meningkat.

2. Analisis gaya belajar dan metode pembelajaran yang sesuai pada mahasiswa D3
Kebidanan Stikes Sehat Mandiri.
a. Gaya belajar yang sesuai pada mahasiswa D3 Kebidanan Stikes Sehat
Mandiri.
Ada 4 (empat) jenis gaya belajar yang dapat digunakan bagi mahasiswa D3
Kebidanan Stikes Sehat Mandiri yang biasa disebut Gaya belajar VARK. Gaya
belajar ini dikembangkan oleh Neil Fleming. Berikut penjelasan dari gaya belajar
tersebut:
1) Visual (V)
Gaya belajar visual tergambar pada seseorang yang biasa duduk tegak dan
melihat lurus kedepan ketika belajar atau matanya memandang ke atas ketika
menerima informasi dan ketika berbicara, ia selalu cepat.
Adapun ciri–ciri orang yang belajar dengan tipe visual ialah:
a) Rapi dan teratur,
b) Berbicara dengan cepat,
c) Biasanya tidak terganggu oleh keributan,
d) Mengingat apa yang dilihat daripada apa di dengar,
e) Lebih suka membaca daripada di bacakan,
f) Pembaca cepat dan tekun,
g) Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai
memilih kata- kata,
h) Mengingat asosiasi visual,
i) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis,
dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya, dan
j) Teliti terhadap detail.
Mahasiswa dengan gaya belajar visual mengandalkan indera mata atau
penglihatan dalam proses menangkap informasi sebelum akhirnya memahami
informasi tersebut. Mahasiswa dengan gaya ini lebih mudah mengingat apa
yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar, baca, dan lakukan.
Preferensi yang mengandalkan indera mata ini lebih mudah, lebih menarik,
manakala menangkap dan memahami informasi yang berasal gambar, desain,
diagram, grafik, flow chart, semua anak panah simbolik, lingkaran, hirarki,
foto, power point, film, demonstrasi dosen, dan sebagainya yang digunakan
orang untuk menyajikan informasi sebagai pengganti wujud kata-kata.
Sebagai seorang dosen, bidan pendidik dapat menggunakan bahasa tubuh atau
isyarat non-verbal untuk membantu pemahaman mahasiswa, dan
menggunakan gambar, desain, diagram, grafik, flow chart, anak panah
simbolik, dan lingkaran pada power point yang ditampilkan saat proses
pembelajaran.
2) Auditorial (A)
Auditorial adalah cenderung sebagai pembicara yang baik. Mereka mudah
belajar dengan mendiskusikan bersama orang lain tentang suatu materi
tertentu. Adapun ciri–ciri orang yang belajar dengan tipe auditorial ialah:
a) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja,
b) Mudah terganggu oleh keributan,
c) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan,
d) Merasa kesulitan untuk menulis, namun hebat dalam bercerita,
e) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada yang dilihat, dan
f) Suka berbicara, suka berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.
Mahasiswa dengan gaya belajar Auditorial mengandalkan indera telinga atau
pendengaran dalam menangkap informasi dan memahami informasi tersebut.
Mahasiswa sangat memperhatikan intonasi, lafal, dan kecepatan bicara dari
dosen pada saat menjelaskan, bertanya, atau menjawab pertanyaan.
Keberhasilan dalam menangkap informasi dan memahami informasi sangat
bergantung pada pengemasan informasi tersebut. Jika informasi disajikan
dalam bentuk rekaman, presentasi, cerita, atau dibacakan dengan keras, maka
Mahasiswa dengan preferensi gaya auditorial akan lebih senang, lebih
nyaman, dan lebih mudah.
Sebagai seorang dosen, bidan pendidik dapat menggunakan suara dan musik
pada saat proses pembelajaran dan memberikan pengetahuan atau informasi
kepada Mahasiswa melalui nada, penekanan, dan kecepatan yang dapat
ditangkap oleh indera pendengaran Mahasiswa.
3) Membaca/Menulis (R)
Mahasiswa dengan gaya belajar membaca/menulis lebih suka memperoleh
informasi dalam bentuk teks grafis dan bukan gambar, yang memuat kata-kata,
kalimat, paragraf, atau wacana. Mahasiswa dengan gaya ini lebih nyaman
dalam aktivitas belajar dengan input dan output dalam bentuk teks. Dengan
demikian, kegiatan membaca buku, koran, majalah, novel, esai, brosur, leaflet,
surat, poster, serta menerjemahkan dengan kamus, menulis kembali,
meringkas, mencatat, menulis pokok-pokok informasi, menulis kata-kata
kunci, dan membuat parafrase, merupakan kunci keberhasilan dalam
memperoleh dan memahami informasi.
Sebagai seorang dosen, bidan pendidik dapat memberikan kesempatan kepada
Mahasiswa untuk aktif membaca pada saat proses pembelajaran, sehingga
fokus membaca bukan hanya dilakukan oleh dosen tetapi juga dapat dilakukan
oleh Mahasiswa. Selain itu, dosen dapat memberikan tugas-tugas yang
mengharuskan Mahasiswa menulis hasilnya dengan tangan sendiri.
4) Kinestetik (K)
Kinestetik adalah gaya belajar yang lebih mudah menyerap informasi dengan
bergerak, berbuat, dan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi
tertentu agar ia bisa mengingatnya. Kinestetik cenderung mengingat informasi
dengan melaksanakan sendiri aktivitas belajarnya, ciri-ciri:
a) Berbicara dengan perlahan,
b) Sulit mengingat peta kecuali jika dirinya pernah berada ditempat itu,
c) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat,
d) Menggunakan jari sebagai petunjuk saat membaca,
e) Tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama,
f) Kemungkinan tulisannya jelek,
g) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, dan
h) Ingin melakukan segala sesuatu.
Mahasiswa dengan gaya belajar kinestetik lebih suka memperoleh informasi
melalui aktivitas praktik yang melibatkan fisik dan mengalami langsung dalam
situasi kelas atau di luar kelas. Pengalaman merupakan hal yang penting bagi
Mahasiswa kinestetik. Aktivitas seperti melakukan praktikum atau percobaan,
membuat sesuatu, mendemonstrasikan suatu gerakan, bermain drama atau role
playing, merupakan aktivitas yang mereka minati.
Sebagai seorang dosen, bidan pendidik dapat menggunakan metode belajar
paling baik dengan pendekatan langsung yang aktif, yang lebih menggunakan
tubuh, tangan, dan indera peraba.
Keempat gaya belajar tersebut harus dimasukkan ke dalam kegiatan kurikulum
sehingga setiap Mahasiswa dapat belajar secara efektif dan berhasil dalam tes
UKOM.

b. Metode pembelajaran yang sesuai pada mahasiswa D3 Kebidanan Stikes


Sehat Mandiri.
Ada 6 (enam) jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan bagi mahasiswa
D3 Kebidanan Stikes Sehat Mandiri. Berikut penjelasan dari metode pembelajaran
tersebut:
1) Direct instruction
Pada metode pembelajaran direct instruction, Dosen menentukan apa yang
penting untuk dipelajari Mahasiswa. Mahasiswa diharapkan untuk mengingat
atau memahami materi yang telah diajarkan secara mendalam. Metode
pembelajaran ini lebih menekankan pada perolehan informasi atau
keterampilan prosedural. Dosen dapat fokus dalam pemberian informasi-
informasi tentang kebidanan kepada Mahasiswa D3 secara lengkap.

2) Discussion
Pada metode pembelajaran discussion, Dosen mengembangkan pemikiran
yang lebih mendalam atau mengembangkan daya analisa Mahasiswa dan
mendorong pemecahan masalah atau kasus dalam pelayanan kebidanan di
masyarakat. Metode pembelajaran ini lebih banyak berdebat tentang sudut
pandang yang berbeda dalam melihat sebuah kasus dan pemecahan
masalahnya. Dosen dapat lebih sering memberikan soal-soal kebidanan dalam
bentuk kasus, agar Mahasiswa D3 kebidanan terlatih dalam melakukan analisa
untuk memecahkan masalah/kasus kebidanan.
3) Role play
Pada metode pembelajaran role play, Dosen melibatkan peserta mengambil
peran tertentu dalam situasi tertentu dan dengan skenario dan penjelasan
karakter, memainkan peran di lingkungan kelas yang aman sebelum memulai
di dunia nyata (di dalam pelayanan secara langsung pada pasien). Metode
pembelajaran ini dapat diterapkan pada saat praktikum di laboratorium untuk
melatih skill atau keterampilan Mahasiswa D3, sehingga pada saat
menemukan situasi atau kasus di lapangan, dapat segera memecahkan kasus
tersebut dan menangani pasien secara tepat.
4) Simulation
Pada metode pembelajaran simulation, permainan peran diperluas yang
memiliki struktur dan aturan. Mahasiswa D3 diharapkan untuk dapat membuat
keputusan atau diagnosis yang pasti, dan dapat menentukan asuhan yang tepat
diberikan kepada pasien.
5) E-learning
E-learning adalah pembelajaran elektronik menggunakan komputer/internet
untuk menyampaikan sebagian atau seluruh mata kuliah. E-learning mencakup
berbagai alat pembelajaran seperti pembelajaran virtual, simulasi online, game
untuk belajar, blog pembelajaran, ebook, dan lain-lain. E-learning merupakan
metode pembelajaran yang sesuai digunakan untuk kondisi saat ini, dimana
Mahasiswa tidak akan mengalami kesulitan dalam segi akses pembelajaran
karena metode pembelajaran e-learning dapat dilakukan dimana saja dan
kapan saja.
E-learning memberikan kesempatan bagi mahasiswa secara mandiri
memegang kendali atas keberhasilan belajar. Pembelajar bebas menentukan
kapan akan mulai, kapan akan menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu
modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu. Seandainya, setelah diulang
masih ada hal yang belum ia pahami, pembelajar bisa menghubungi instruktur,
nara sumber melalui email, chat atau ikut dialog interaktif pada waktu-waktu
tertentu.
6) Blended learning
Blended learning adalah kombinasi dari semua metode yang dibahas di atas
untuk mengoptimalkan pembelajaran. Blended learning merupakan sebuah
kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian,
model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan
media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran.
Blended learning juga sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-
to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari
interaksi sosial.
Keenam metode pembelajaran tersebut harus dimasukkan ke dalam kegiatan
kurikulum sehingga setiap Mahasiswa dapat belajar secara efektif dan berhasil
dalam tes UKOM.

Anda mungkin juga menyukai