Problem
Institusi “X” mengelola prodi D3 dan S1 Kebidanan, status akreditasi kedua prodi tersebut C,
jumlah mahasiswa sebanyak 378 orang (student body), jumlah tenaga pengajar berlatar
belakang bidan 7 orang dengan kualifikasi S2 Kebidanan 3 orang dan 4 orang berlatar
belakang Kesehatan Masyarakat. Pada saat UKOM tahun 2019 yang lalu jumlah alumni yang
lulus dari Institusi ini hanya 7 orang yang lulus dari 80 orang peserta. Hasil tracer study
menunjukkan bahwa mahasiswa umumnya tidak puas dengan prose belajar yang mereka
alami. Sementara itu dari pihak manajemen (institusi Pendidikan) kurang menerapkan
aturan yang sesuai dengan penerapan SN-DIKTI dan SNPT.
Pertanyaan:
1. Lakukan analisis SWOT pada masalah di atas (Bobot 20)
2. Bagaimana seharusnya menyikapi proses pembelajaran pada prodi tersebut (Bobot
20)
3. Lakukan PDCA (Plan, Do, Control dan Act) untuk mengatasi masalah di atas (Bobot
20)
4. Bagaimana peran SDM terhadap kualitas Proses pembelajaran (Bobot 20)
5. Apa yang harus dilakukan oleh Kaprodi menyikapi Tindakan Yayasan untuk
meningkatkan kualitas lulusan (Bobot 20)
Tugas:
1. Tulis jawaban saudara dan sertakan referensi yang diacu menggunakan aplikasi
Mendeley
2. Tulisan yang tidak disertai kepustakaan akan mengurai bobot nilai
3. Jawaban dikirim ke email mardianaa908@gmail.com paling lambat 9 Oktober 2021
1
1. ANALISIS SWOT (STRENGTH, WEAKNESS, OPPORTUNITIES, THREATS)
pada masalah banyaknya jumlah alumni yang tidak lulus
Uji Kompetensi (UKOM) tahun 2019
Analisi SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan
mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor eksternal
dan faktor internal yaitu strength, opportunities, weaknesesses, threats (Rochman, 2019).
Salah satu konsep baru yang diperkenalkan dalam manajemen sekolah adalah analisis
SWOT, yaitu suatu analisa keadaan yang melihat dari empat sudut pandang, yaitu: strength
(kekuatan) menganalisis keunggulan/kekuatan sumber daya dasar yang ada, weakness
(kelemahan) menganalisis keterbatasan sumber daya yang ada yang dapat menghambat
tercapainya tujuan pendidikan, opportunity (peluang) menganalisis situasi-situasi utama
yang menguntungkan bagi organisasi/lembaga pendidikan, dan threats (tantangan)
menganalisis situasi-situasi utama yang tidak menguntungkan bagi situasi pendidikan (Hadi,
2013).
Analisis SWOT terbagi menjadi dua bagian yaitu situasi internal dan situasi eksternal.
Dalam analisis situasi internal, dikaji kekuatan (STRENGTH) dan kelemahan (WEAKNESS),
sedangkan untuk analisis situasi eksternal, dipaparkan peluang (OPPORTUNITIES) dan
tantangan (THREATS) (Linda Ratna Wati, 2018).
Ada beberapa tahapan dan langkah yang mesti ditempuh dalam melakukan analisis
SWOT, antara lain: Langkah pertama, identifikasi kelemahan (internal) dan ancaman
(eksternal, globalisasi) yang paling urgen untuk diatasi secara umum pada semua komponen
pendidikan. Langkah kedua, identifikasi kekuatan (internal) dan peluang (eksternal) yang
diperkirakan cocok untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi pada
langkah pertama. Langkah ketiga, lakukan analisis SWOT lanjutan setelah diketahui
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam konteks sistem manajemen
pendidikan. Langkah keempat, rumuskan strategi-strategi yang direkomendasikan untuk
menangani kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah, perbaikan dan
pengembangan lebih lanjut. Langkah kelima, tentukan prioritas penanganan kelemahan dan
ancaman itu, dan disusun suatu rencana tindakan untuk melaksanakan program
penanganan (Afid burhanuddin, 2014).
Hasil analisis SWOT pada masalah banyaknya jumlah alumni yang tidak lulus Uji
Kompetensi (UKOM) tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Internal Eksternal
Strength (kekuatan) Oportunities (peluang)
1. Status akreditasi prodi D3 dan S1 adalah C 1. Kebutuhan Nakes nasional untuk PTT bidan
(Cukup). Dengan masih terakreditasinya masih sangat tinggi.
intitusi “X” menunjukkan bahwa institusi 2. Adanya kerjasama dengan IBI dan AIPKIND
tersebut masih diakui secara legal. pusat memberikan kemudahan dan
2. Rasio peminatan di program studi D3 dan peluang bagi pengembangan program dan
S1 Kebidanan pada institusi “X” masih kebutuhan lulusan terutama dalam
sangat tinggi. Ini dibuktikan dengan jumlah memfasilitasi pelaksanaan Uji Kompetensi
mahasiswa sebanyak 378 orang. (UKOM). Hal ini berdasar pada peraturan
3. Dukungan sarana dan prasarana yang bersama antara Menteri Pendidikan dan
tersedia di lingkungan institusi “X”, yang Kebudayaan dan Menteri Kesehatan No.
2
meliputi dosen berlatar belakang bidan 3/VII/ PB/ 2004 dan 52/2014 tahun 2014
sebanyak 7 orang dengan kualifikasi S2 tentang penyelenggaraan Uji Kompetensi
(Pascasarjana) Kebidanan 3 orang dan 4 Mahasiswa Program Diploma III Kebidanan
orang berlatar belakang Kesehatan (Kemenristek DIKTI, 2016).
Masyarakat. 3. Kemenkes memberikan proporsi dalam
4. Dari sisi kualitas semua dosen sudah kebutuhan tenaga bidan pada setiap
memiliki latar belakang pendidikan bidan tingkat pelayanan. Ini menunjukkan bahwa
pada saat menempuh pendidikan D4/S1 profesi bidan masih sangat dibutuhkan.
Kebidanan dan mendapatkan pelatihan 4. Peluang pengembangan PS tinggi (UU PT
PEKERTI. Pelatihan PEKERTI diwajibkan bagi 2012). Ini dibuktikan dengan adanya dua
dosen dengan pendidikan S2 yang telah prodi pada institusi “X” yaitu prodi D3 dan
memiliki NIDN. S1 Kebidanan. Ada peluang dimasa depan
5. Organisasi kelembagaan mahasiswa telah menjadi Prodi Profesi Bidan.
berjalan dengan aktif. Ini dibuktikan dengan 5. Bagi perguruan tinggi uji kompetesi akan
dapat terlaksananya tracer study. menjadi acuan untuk menunjukkan prestasi
belajar, sedangkan bagi pemerintah uji
kompetensi menjadi acuan untuk
perbaikan kualitas pendidikan terkait
sarana prasarana dan sumber daya
manusia (SDM) (Hakimzadeh et al., 2013).
Weaknesses (kelemahan) Threat (ancaman)
1. Jumlah mahasiswa sebanyak 378 orang 1. Status akreditasi prodi D3 dan S1 adalah C
namun jumlah tenaga pengajar berlatar (Cukup). Apabila status akreditasi ini tidak
belakang bidan hanya 7 orang dengan menunjukkan peningkatan dimasa yang
kualifikasi S2 Kebidanan 3 orang dan 4 akan datang menjadi terakreditasi B atau A,
orang berlatar belakang Kesehatan maka akan menurunkan daya promosi
Masyarakat. Ini menujukkan bahwa Rasio kampus kepada calon mahasiswa.
antara jumlah dosen dan jumlah 2. Minat calon mahasiswa masuk ke institusi
mahasiswa masih belum memenuhi “X” untuk Prodi D3 dan S2 Kebidanan akan
persyaratan (1:35). menurun.
2. Standart input dan kapasitas penerimaan 3. Semakin banyaknya lembaga pendidikan
mahasiswa tidak seimbang, kondisi ini yang sejenis.
menimbulkan ketidak sesuaian antara 4. Persaingan global antar lembaga
standart input dan kapasitas penerimaan pendidikan, memungkinkan bagi lembaga
dan pengelolaan. Seharusnya dengan pendidikan terkemuka akan lebih unggul
jumlah standart input (dosen) sebanyak 7 dibanding intitusi “X”.
orang, maka kapasitas penerimaan 5. Penetapan KKNI, semakin menuntut
mahasiswa yaitu sebanyak 245 orang, kesesuaian antara output yang dihasilkan
sesuai dengan rasio jumlah dosen dan dengan standart kualifikasi nasional dan
mahasiswa (1:35). Dengan adanya ketidak kebutuhan kerja.
seimbangan tersebut, maka akan 6. Bagi peserta Uji Kompetensi (UKOM) yang
berdampak pada daya serap mahasiswa tidak lulus menunjukkan bahwa peserta
terhadap proses pembelajaran. tersebut tidak kompeten dalam bidang
3. Tidak semua dosen memilik pengalaman kesehatan khususnya kebidanan. Peserta
pembelajaran klinik dan kemampuan skill harus mengikuti ujian ulang sesuai jadwal
yang baik. pelaksaan Uji Kompetensi (UKOM) yang
3
4. Tidak keseluruhan dosen memiliki telah ditetapkan panitia UKOM sampai
kompetensi pendidikan S2 yang sesuai peserta dinyatakan lulus / Kompeten.
dengan kompetensi bidan. Hal ini dibukti 7. Peserta Uji Kompetensi (UKOM) yang tidak
dari jumlah 7 orang dosen, hanya 3 dosen lulus tidak dapat mengurus STR (Surat
yang memiliki pendidikan S2 linear. Tanda Registrasi) sehingga tidak dapat
Akibatnya, pada saat pengajaran, dosen melamar pekerjaan sebagai tenaga
dengan pendidikan yang tidak linear, bisa kesehatan khususnya sebagai bidan.
saja kurang memberikan pembelajaran 8. Persaingan kerja yang ketat baik lokal,
dalam bentuk studi kasus-kasus kebidanan. nasional dan internasional. Para pengguna
Padahal dalam menjawab soal-soal UKOM jasa yang membutuhkan tenaga lulusan
banyak kasus-kasus kebidanan yang banyak bidan saat ini akan lebih selektif dalam
keluar dalam soal. merekrut tenaga karena menginginkan
5. Jumlah alumni yang lulus hanya 7 orang mutu di institusinya masing-masing
yang lulus dari 80 orang peserta Uji (Ahmad Rifandi, 2013).
Kompetensi (UKOM) tahun 2019. Ini 9. Daya serap lulusan rendah.
menunjukkan bahwa hanya 8,75% alumni 10. Peserta Uji Kompetensi (UKOM) yang tidak
yang lulus Uji Kompetensi (UKOM). lulus dapat terganggu psikologisnya akibat
6. Persepsi alumni pada proses belajar yang rasa kecewa dan rasa sedih yang dirasakan.
mereka dapatkan saat perkuliahan masih Jika hal ini dibiarkan, dapat timbul rasa
kurang memuaskan. Ini menunjukkan putus asa, stress maupun depresi.
bahwa pada persepsi alumni, mutu yang
hendak dicapai pada institusi “X” belum
berkualitas.
7. Hasil tracer study menunjukkan bahwa
mahasiswa umumnya tidak puas dengan
proses belajar yang mereka alami saat
masih menjadi mahasiswa. Didalam
mengevaluasi hasil pembelajaran, dimana
masih banyak yang tidak lulus
menunjukkan bahwa metode pembelajaran
dan teknik pembelajaran yang digunakan
belum mampu membuat peserta didik
memahami dan bertambah ilmu
pengetahuannya. Sehingga, pada saat ujian
mereka akan kesulitan dalam menjawab
soal-soal yang diberikan kepadanya.
Tingkat kelulusan uji kompetensi suatu
institusi pendidikan merupakan salah satu
parameter untuk menilai tingkat efisen dan
efektifitas proses belajar mengajar di
institusi (Hakimzadeh et al., 2013).
8. Pihak manajemen (institusi Pendidikan)
kurang menerapkan aturan yang sesuai
dengan penerapan SN-DIKTI dan SNPT
(Kemenristekdikti, 2018).
9. Belum adanya program pengembangan
dosen, baik jumlah maupun kualitasnya
4
(carrier deveopment pathway) dan
penempatan dosen sesuai kompetensinya
yaitu kebidanan.
2. Menyikapi proses pembelajaran pada prodi D3 dan S1 Kebidanan Institusi “X”
Terdapat delapan (8) Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang terdiri atas:
a. Standar kompetensi lulusan;
b. Standar isi Pembelajaran;
c. Standar proses Pembelajaran;
d. Standar penilaian pendidikan Pembelajaran;
e. Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan;
f. Standar sarana dan prasarana Pembelajaran;
g. Standar pengelolaan Pembelajaran; dan
h. Standar pembiayaan Pembelajaran (Kemendikbud, 2020b).
Standar proses pembelajaran berisi 10 pasal (pasal 10 s/d pasal 20).
5
a. Sifat interaktif, artinya capaian Pembelajaran lulusan diraih dengan mengutamakan
proses interaksi dua arah antara mahasiswa dan Dosen.
b. Holistik, artinya proses Pembelajaran mendorong terbentuknya pola pikir yang
komprehensif dan luas dengan menginternalisasi keunggulan dan kearifan lokal
maupun nasional.
c. Integratif, artinya capaian Pembelajaran lulusan diraih melalui proses Pembelajaran
yang terintegrasi untuk memenuhi capaian Pembelajaran lulusan secara keseluruhan
dalam satu kesatuan program melalui pendekatan antardisiplin dan multidisiplin.
d. Saintifik, artinya capaian Pembelajaran lulusan diraih melalui proses Pembelajaran
yang mengutamakan pendekatan ilmiah sehingga tercipta lingkungan akademik yang
berdasarkan sistem nilai, norma, dan kaidah ilmu pengetahuan serta menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan kebangsaan.
e. Kontekstual, artinya capaian Pembelajaran lulusan diraih melalui proses
Pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kemampuan menyelesaikan
masalah dalam ranah keahliannya.
f. Tematik, artinya capaian Pembelajaran lulusan diraih melalui proses Pembelajaran
yang disesuaikan dengan karakteristik keilmuan Program Studi dan dikaitkan dengan
permasalahan nyata melalui pendekatan transdisiplin.
g. Efektif, artinya capaian Pembelajaran lulusan diraih secara berhasil guna dengan
mementingkan internalisasi materi secara baik dan benar dalam kurun waktu yang
optimum.
h. Kolaboratif, artinya capaian Pembelajaran lulusan diraih melalui proses
Pembelajaran bersama yang melibatkan interaksi antar individu pembelajar untuk
menghasilkan kapitalisasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
i. Berpusat pada mahasiswa, artinya capaian Pembelajaran lulusan diraih melalui
proses Pembelajaran yang mengutamakan pengembangan kreativitas, kapasitas,
kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian dalam
mencari dan menemukan pengetahuan.
6
Rencana Pembelajaran Semester (RPS) wajib ditinjau dan disesuaikan secara berkala dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 13 menjelaskan mengenai Pelaksanaan proses Pembelajaran berlangsung dalam
bentuk interaksi antara Dosen, mahasiswa, dan sumber belajar dalam lingkungan belajar
tertentu. Proses Pembelajaran di setiap mata kuliah dilaksanakan sesuai Rencana
Pembelajaran Semester (RPS). Proses Pembelajaran yang terkait dengan Penelitian
mahasiswa wajib mengacu pada Standar Penelitian. Proses Pembelajaran yang terkait
dengan Pengabdian kepada Masyarakat oleh mahasiswa wajib mengacu pada Standar
Pengabdian kepada Masyarakat.
7
Proses Pembelajaran di luar Program Studi dilaksanakan berdasarkan perjanjian kerja sama
antara Perguruan Tinggi dengan Peguruan Tinggi atau lembaga lain yang terkait dan hasil
kuliah diakui melalui mekanisme transfer sks. Proses Pembelajaran di luar Program Studi
merupakan kegiatan dalam program yang dapat ditentukan oleh Kementerian dan/atau
pemimpin Perguruan Tinggi. Proses Pembelajaran di luar Program Studi dilaksanakan di
bawah bimbingan Dosen dan dilaksanakan hanya bagi program sarjana dan program sarjana
terapan di luar bidang kesehatan.
8
program magister terapan, atau program spesialis, dengan beban belajar mahasiswa
paling sedikit 42 (empat puluh dua) sks.
Pasal 18 menjelaskan bahwa Pemenuhan masa dan beban belajar bagi mahasiswa program
sarjana atau program sarjana terapan dapat dilaksanakan dengan cara:
a. Mengikuti seluruh proses Pembelajaran dalam Program Studi pada Perguruan Tinggi
sesuai masa dan beban belajar; atau
b. Mengikuti proses Pembelajaran di dalam Program Studi untuk memenuhi sebagian
masa dan beban belajar dan sisanya mengikuti proses Pembelajaran di luar Program
Studi
Perguruan Tinggi wajib memfasilitasi pelaksanaan pemenuhan masa dan beban belajar
dalam proses Pembelajaran. Fasilitasi oleh Perguruan Tinggi untuk pemenuhan masa dan
beban belajar dalam proses Pembelajaran dengan cara sebagai berikut:
a. Paling sedikit 4 (empat) semester dan paling lama 11 (sebelas) semester merupakan
Pembelajaran di dalam Program Studi;
b. 1 (satu) semester atau setara dengan 20 (dua puluh) sks merupakan Pembelajaran di
luar Program Studi pada Perguruan Tinggi yang sama; dan
c. Paling lama 2 (dua) semester atau setara dengan 40 (empat puluh) sks merupakan
Pembelajaran pada Program Studi yang sama di Perguruan Tinggi yang berbeda,
Pembelajaran pada Program Studi yang berbeda di Perguruan Tinggi yang berbeda,
dan Pembelajaran di luar Perguruan Tinggi.
9
Pasal 20 menjelaskan bahwa Beban belajar mahasiswa program diploma dua, program
diploma tiga, program diploma empat/sarjana terapan, dan program sarjana yang
berprestasi akademik tinggi, setelah 2 (dua) semester pada tahun akademik yang pertama
dapat mengambil maksimum 24 (dua puluh empat) sks per semester pada semester berikut.
Mahasiswa program magister, program magister terapan, atau program yang setara yang
berprestasi akademik tinggi dapat melanjutkan ke program doktor atau program doktor
terapan, setelah paling sedikit 2 (dua) semester mengikuti program magister atau program
magister terapan, tanpa harus lulus terlebih dahulu dari program magister atau program
magister terapan tersebut. Mahasiswa program magister atau program magister terapan
yang melanjutkan ke program doktor atau program doktor harus menyelesaikan program
magister atau program magister terapan sebelum menyelesaikan program doktor
(Kemendikbud, 2020b).
10
3. PDCA (Plan, Do, Control dan Act) untuk mengatasi masalah banyaknya jumlah
alumni yang tidak lulus Uji Kompetensi (UKOM) tahun 2019
11
institusi selaku pihak eksternal dan dari para alumni / peserta Uji
Kompetensi (UKOM) selaku pihak internal.
Plan 1. Organisasi sistem: D3 dan S1 Kebidanan pada institusi “X”
Analisis Masalah 2. Penyebab potensial munculnya masalah: Penyebab internal dan
(Kenapa terjadi eksternal
masalah ini?)
3. Mengumpulkan dan menganalisis data untuk memvalidasi akar
permasalahan: diperoleh data jumlah mahasiswa sebanyak 378 orang,
jumlah tenaga pengajar berlatar belakang bidan 7 orang dengan
kualifikasi S2 Kebidanan 3 orang dan 4 orang berlatar belakang
Kesehatan Masyarakat. Pada saat UKOM tahun 2019 yang lalu jumlah
alumni yang lulus dari Institusi ini hanya 7 orang yang lulus dari 80
orang peserta.
4. Hipotesis: ada hubungan antara partisipasi pihak internal dan eksternal
terhadap hasil Uji Kompetensi (UKOM).
5. Pernyataan permasalahan yang sebenarnya: Banyak jumlah alumni
yang tidak lulus Uji Kompetensi (UKOM) tahun 2019 diakibatkan karena
faktor internal dan eksternal.
Hasil dari plan 1. Judul rencana kerja (topik): Pembinaan terhadap alumni yang belum
Rencana Kerja mengikuti Uji Kompetensi dan yang belum lulus Uji Kompetensi
(UKOM) pada program studi D3 dan S1 di Institusi “X”
2. Jenis dan besarnya masalah mutu yang dihadapi: Persepsi alumni
pada proses belajar yang mereka dapatkan saat perkuliahan masih
kurang memuaskan. Ini menunjukkan bahwa pada persepsi alumni,
mutu yang hendak dicapai pada institusi “X” belum berkualitas.
3. Tujuan umum, khusus dan target yang ingin dicapai
a. Tujuan umum : untuk melakukan pembinaan terhadap alumni yang
belum mengikuti Uji Kompetensi dan yang belum lulus Uji
Kompetensi (UKOM) pada program studi D3 dan S1 di Institusi “X”
b. Tujuan khusus :
1) Untuk mempersiapkan calon peserta dalam menghadapi Uji
Kompetensi periode selanjutnya.
2) Untuk meningkatkan keberhasilan bagi calon peserta dalam
menghadapi Uji Kompetensi.
3) Untuk mengetahui persentase kelulusan UKOM bagi alumni
yang mengikuti pembinaan Uji Kompetensi.
c. Target : persentase kelulusan alumni yang mengikuti Uji
Kompetensi pada periode selanjutnya > 50%.
4. Kegiatan yang akan dilakukan: kegiatan pembinaan yang dapat
dilakukan antara lain:
a. Pihak institusi bekerja sama dengan AIPKIND untuk melibatkan para
calon peserta Uji Kompetensi dalam kegiatan Try Out UKOM yang
diadakan organisasi AIPKIND. Try Out ini sebagai bentuk latihan
bagi para calon peserta Uji Kompetensi dalam menjawab soal-soal
dan dapat sebagai gambaran bagi calon peserta Uji Kompetensi
terkait bentuk soal yang akan diujikan dalam Uji Kompetensi
(UKOM).
12
b. Pihak institusi mengadakan pengkayaan atau bimbel dalam
menghadapi Uji Kompetensi (UKOM) bagi para calon peserta Uji
Kompetensi, dengan melibatkan dosen-dosen dari latar belakang
S2 kebidanan.
c. Pihak institusi mengadakan kegiatan pelatihan pengerjaan modul-
modul asuhan kebidanan bagi para calon peserta Uji Kompetensi.
d. Pihak institusi memfasilitasi pengadaan buku-buku referensi terkait
UKOM Bidan.
5. Struktur organisasi dan personalia pelaksana:
a. Dari pihak Institusi (Institusi “X) yang mengadakan bimbel dan
pelatihan:
1) Penanggung jawab kegiatan
2) Ketua Panitia Kegiatan
3) Sekretaris
4) Bendahara
5) Dosen pembimbing (S2 Kebidanan)
b. Dari pihak organisasi luar (AIPKIND) yang mengadakan TO:
1) Co CBT (Coordinator CBT)
2) Pengawas Pusat (PP)
3) Pengawas Lokal (PL)
4) Admin
5) IT
c. Calon peserta Uji Kompetensi (UKOM)
6. Biaya yang dibutuhkan: biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan
pembinaan berasal dari calon peserta Uji Kompetensi (UKOM) yang
bersedia mengikuti kegiatan tersebut. Anggaran biaya tiap kegiatan :
a. TO AIPKIND : Rp.275.000,-/peserta
b. Kegiatan pengkayaan / bimbel : Rp.150.000,-/peserta
c. kegiatan pelatihan pengerjaan modul : Rp.150.000,-/peserta
d. pengadaan buku referensi UKOM Bidan : Rp.75.000,-/peserta
7. Tolok ukur keberhasilan yang digunakan: persentase kelulusan UKOM
bagi alumni yang mengikuti pembinaan Uji Kompetensi pada periode
selanjutnya > 50%.
Sumber: (Feri and Jusuf, 2016)
13
d. Peserta dapat mengikuti kegiatan pembinaan dengan baik
e. Peserta yang mengikuti kegiatan pembinaan, lulus pada UKOM
2. Desain suatu proyek uji coba untuk menguji hipotesis:
Kegiatan Panitia Peserta
Pembinaan Institusi X Alumni yang belum
terhadap pernah mengikuti
alumni yang UKOM
AIPKIND
belum
mengikuti Uji Alumni yang sudah
Kompetensi dan pernah mengikuti
UKOM namun belum
yang belum
lulus pada periode
lulus Uji
sebelumnya
Kompetensi
(UKOM) pada
program studi
D3 dan S1 di
Institusi “X”.
3. Mendapat persetujuan dari pemangku kepentingan dan dukungan
terhadap solusi yang telah dipilih: persetujuan dan dukungan dalam
kegiatan pembinaan dibuktikan dengan ditandatanganinya proposal
kegiatan pembinaan tersebut.
Do Implementasi solusi yang dipilih ke dalam proyek uji coba: implementasi
Implementasi solusi pembinaan dilakukan pada alumni yang belum mengikuti Uji
solusi Kompetensi dan yang belum lulus Uji Kompetensi (UKOM) pada program
studi D3 dan S1 di Institusi “X”.
Hasil dari do Penentuan:
1. Staf pelaksana: panitia dari institusi X dan organisasi AIPKIND
2. Tanggal pelaksanaan: tanggal kegiatan pembinaan dilakukan sebelum
tanggal pelaksanaan Uji Kompetensi (UKOM)
3. Sarana yang dibutuhkan: Lab Komputer, ruangan bimbel dan ruang
pelatihan
4. Mekanisme pelaksanaan: pelaksanaan kegiatan pembinaan
dikoordinir oleh pihak institusi bekerja sama dengan AIPKIND
5. Lokasi proyek uji coba: di institusi “X”
Sumber: (Feri and Jusuf, 2016)
14
100 orang berasal dari peserta yang mengikuti kegiatan pembinaan,
dan 50 orang dari peserta yang tidak mengikuti kegiatan pembinaan.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa peserta yang
melakukan kegiatan pembinaan sebelum pelaksaan UKOM banyak
yang lulus (100%).
2. Melakukan validasi hipotesis: ada hubungan antara partisipasi pihak
internal dan eksternal terhadap hasil Uji Kompetensi (UKOM).
Check Lanjut ke tahap berikutnya yaitu tindak lanjut (act)
Tercapai tujuan
umum yang
ditetapkan
Hasil dari check Penentuan:
1. Pelaksanaan telah sesuai rencana
2. Faktor pendukung dan penghambat:
a. Faktor pendukung: adanya kerja sama yang baik antara pihak
institusi dengan AIPKIND dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan
b. Faktor penghambat: biaya kegiatan pembinaan cukup mahal
Sumber: (Feri and Jusuf, 2016)
15
4. Peran SDM terhadap kualitas Proses pembelajaran
16
Pembelajaran pada setiap Program Studi paling sedikit 5 (lima) orang (Kemendikbud,
2020b).
5. Yang harus dilakukan oleh Kaprodi menyikapi Tindakan Yayasan untuk
meningkatkan kualitas lulusan
Dari soal kasus diatas, pihak institusi Pendidikan kurang menerapkan aturan yang
sesuai dengan penerapan SN-DIKTI dan SNPT. Agar dapat meningkatkan kualitas lulusan,
maka Kaprodi sangat perlu menerapkan aturan yang sesuai dengan penerapan SN-DIKTI dan
SNPT semaksimal mungkin. Aturan yang sesuai dengan penerapan SN-DIKTI dan SNPT
tercantum dalam Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan
Tinggi (SNPT).
Terdapat delapan (8) Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang terdiri atas:
a. Standar kompetensi lulusan;
b. Standar isi Pembelajaran;
c. Standar proses Pembelajaran;
d. Standar penilaian pendidikan Pembelajaran;
e. Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan;
f. Standar sarana dan prasarana Pembelajaran;
g. Standar pengelolaan Pembelajaran; dan
h. Standar pembiayaan Pembelajaran (Kemendikbud, 2020b)
Delapan (8) standar tersebut harus Kaprodi gunakan sebagai acuan dalam Pembelajaran.
Selain memperhatikan standar nasional pendidikan tinggi, Kaprodi perlu
memperhatikan kualitas lulusan dengan melihat pada kompetensi lulusan. Karakteristik
Alumni atau lulusan yang berkualitas antara lain:
a. Lulusan dengan IPK berada pada kategori Cumlaude atau lulus dengan pujian.
b. Lulus pada Uji Kompetensi (UKOM) dan mendapatkan sertifikat kompetensi.
c. Memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) yang masih berlaku.
d. Bekerja pada instansi kesehatan sesuai dengan perannya sebagai bidan.
e. Menjadi bidan profesional yang terampil dan kompeten dibidangnya.
Apabila sebagian besar lulusan memiliki karakteristik diatas, maka dapat meningkatkan
kualitas lulusan. Lulusan yang berkualitas dapat bersaing secara nasional maupun global.
Disamping SNPT dan kompetensi lulusan, Kaprodi perlu juga memperhatikan
akreditasi PS. Dari soal kasus diatas, akreditasi 2 PS (Program Studi) D3 dan S1 Kebidanan
adalah C (Cukup). Kualitas lulusan dapat diperhatikan dari akreditasi, karena semakin maju
sudah perguruan tinggi maka akan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Keduanya saling
berhubungan dan berpengaruh. untuk itu, institusi “X” perlu mempersiapkan semaksimal
mungkin agar pada saat re-akreditasi dua PS (Program Studi) D3 dan S1 Kebidanan dapat
meningkat akreditasinya menjadi B (unggul) atau A (sangat unggul).
Kaprodi juga perlu membangun jembatan antara dunia usaha dan pendidikan yang
disebut triple helix yang merupakan penyatuan tiga kalangan yang terdiri dari kalangan
akademik, kalangan bisnis atau pengusaha dan pemerintah. Kalangan akademisi dengan
sumber daya, ilmu pengetahuan dan teknologinya memfokuskan diri untuk menghasilkan
berbagai temuan dan inovasi yang aplikatif. Kalangan bisnis atau pengusaha melakukan
kapitalisasi yang memberikan keuntungan ekonomi dan pemanfaatan bagi masyarakat.
Sedang pemerintah menjamin dan menjaga stabilitas hubungan keduanya. Hal ini pula
dapat menjadikan lulusan menjadi berkualitas.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rifandi. Mutu Pembelajaran Dan Kompetensi Lulusan Diploma III Politeknik.
Cakrawala Pendidik 2013:125–38.
Feri R, Jusuf A. Peningkatan Mutu Pendidikan Kedokteran Dan Siklus Pdca : Plan – Do –
Check – Action. J Perpipki 2016;5:16–22.
Linda Ratna Wati. Program Kerja Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Tahun
2017. Malang: Universitas Brawijaya; 2018.
Mahmud Rifai. Peranan Sumber Daya Manusia Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Kompasiana 2017.
https://www.kompasiana.com/mahmudrifai/591d12c4179373180dd59ef9/peranan-
sumber-daya-manusia-dalam-meningkatkan-mutu-pendidikan.
18