ATEM SEMARANG
ATEM SEMARANG
JAWA TENGAH
TAHUN 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
RANGKUMAN EKSEKUTIF
SUSUNAN TIM PENYUSUN DAN DESKRIPSI TUGASNYA
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. DESKRIPSI EVALUASI SETIAP KOMPONEN
I.1 Pendahuluan
Dalam perjalanannya kurang lebih 15 tahun, Akademi Teknik Elektromedik
Semarang (ATEM SEMARANG ) yang dulunya bernama ATEM Kesdam IV Diponegoro
Semarang dengan SK Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
No.HK.01.01/I/II/IV/00748/2012 tertanggal 31 Januari 2012 Tentang Perpanjangan Ijin
Penyelenggaraan Pendidikan ATEM SEMARANG yang di selenggarakan oleh Yayasan Bina
Bangsa Semarang Propinsi Jawa Tengah. ATEM Semarang sesuai dengan SK Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia No. HK.06.01/III/3/02433/2011 tertanggal 30 Desember 2011
Tentang Strata Akreditasi Akademi Tehnik Elektro Medik Semarang. Hasil Penetapan
Akreditasi ATEM Semarang Mendapat Strata B dengan nilai 73,65 dan terbukti dari jumlah
lulusan ATEM Semarang telah terserap pada lembaga swasta maupun pemerintah.
ATEM Semarang terus berusaha untuk melakukan evaluasi diri dalam rangka
mengetahui kinerja melalui pengkajian dan analisis dengan melihat kekuatan, kelemahan,
peluang serta ancaman yang dihadapi dan perlu kami sampaikan Kegiatan evaluasi diri
dilakukan secara intensif dan mendalam oleh tim evaluasi diri dengan melibatkan semua
pihak yang terkait . Aspek-aspek yang dievaluasi meliputi Analisis Lingkungan Eksternal,
Evaluasi Sistem Tatakelola dan Organisasi, Evaluasi Kinerja dan Manajemen Program
Akademik, Evaluasi Ketersediaan dan Manajemen Sumber Daya, dan Evaluasi Sistem
Penjaminan Mutu di Tingkat Institusi.
1. Peluang (Opportunity) :
1
1. Dukungan pemerintah terhadap pengembangan pendidikan vokasi saat ini
sangat baik. Kondisi ini menguntukan ATEM Semarang dalam meningkatkan
sumber daya pendukung pendidikan.
2
4. Sesuai UU No 44 tahun 1999 Tentang Rumah Sakit. Menjelaskan bahwa
tenaga elektro medis sangat di butuhkan untuk pengoperasian, pemeliharaan dan
juga perbaikan. Data dari Ikatan Tenaga Elektro Medik Indonesia ( IKATEMI )
tahun 2010 tenaga elektro medik Indonesia berjumlah 5000 orang, sementara
kebutuhan untuk tahun 2010 sekitar 9000 orang sehingga masih ada kekurangan
4000 orang, sementara setiap tahunnya dari 10 institusi yang membuka Program
Studi Elektro Medik hanya meluluskan 350 – 400 tenaga elektro medik, sehingga
masih kekurangan tenaga tersebut.
3
2. Ancaman (Threats) :
1. Tantangan yang dihadapi adalah berkaitan dengan kualitas input yang masih belum
sesuai dengan standar yang diharapkan. Berdasarkan nilai rata-rata rapor mahasiswa
baru dalam 5 tahun rata-rata 6.95. Dari nilai seleksi masuk, rata-rata 7.04. Nilai
Standar untuk nilai rata-rata rapor ditetapkan di atas 7.5. Tantangan lain adalah daya
serap perguruan tinggi negeri semakin meningkat, akibatnya mengurangi keketatan
dan tingkat kualitas input mahasiswa di ATEM SEMARANG.
4
SEMARANG juga berupaya untuk menerapkan sistem penjaminan mutu yang baru
mulai dirintis. Rintisan kerjasama peningkatan mutu pendidikan juga ditempuh
melalui kerjasama ATEM SEMARANG dengan PTN/PTS, Rumah Sakit, dunia
industri dll. Peningkatan mutu pendidikan juga merupakan jawaban atas tantangan
akan melemahnya daya beli masyarakat akibat meningkatnya biaya ekonomi yang
berdampak meningkatnya biaya pendidikan.
Dalam pelaksanaannya masih banyak kendala yang dihadapi berkaitan dengan tata kelola
yang ada yakni diantaranya : 1) Pemahaman tentang management practices masih lemah, 2)
Belum tersedianya sistem tata nilai, 3) Kepatuhan pelaksanaan statuta atau AD-ART tentang
tata pamong masih lemah, 4) Belum memiliki pedoman analisis jabatan, 5) Belum
menerapkan standar mutu tata kelola, 6) Koordinasi dan kejelasan kewenangan berdasarkan
struktur organisasi yang ada masih lemah.
6
I.4 Evaluasi Kinerja dan Manajemen Program Akademik
Akademi Teknik Elektro Medik Semarang memiliki satu Program Studi DIII Teknik Elektro
Medik dengan Akreditasi B berdasarkan Keputusan Kepala Pusdiklatnakes Kemenkes R.I
Nomor : HK.06.01/III/3/02433/2011 Tanggal 30 Desember 2011 dan saat ini sudah
mendapatkan pengakuan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan pada
Surat Keputusan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 07/E/O/2012
Tanggal 3 Januari 2012
I.4.1 Pendidikan
Proses seleksi mahasiswa baru ATEM Semarang ditempuh melalui dua cara yaitu of-line
dan melalui media on-line.
7
w
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa penerimaan mahasiswa baru terjadi
peningkatan jumlah pendaftar sebanyak 67 orang pada tahun 2011 menjadi 174 pada
tahun 2012 dan meningkat lagi menjadi 285 orang pada tahun 2013. Dapat dilihat juga
bahwa rata-rata keketatan dalam calon mahasiswa baru selama tiga tahun terakhir adalah
sebesar 2,0 atau setara dengan 50% calon yang diterima dibandingkan jumlah total
pendaftar (lampiran Tabel 1).
Dari segi sebaran minat masyarakat terhadap pendidikan ATEM Semarang, hingga tahun
2013 sudah terdapat di 15 provinsi di Indonesia. Dari data yang dikumpulkan, maka
disajikan dalam grafik berikut ini.
8
Gambar 2.2 Grafik Sebaran Animo Calon Mahasiswa ATEM di Indonesia 2013
Sedangkan untuk wilayah Jawa Tengah, sebarannya ada di 12 Kota dan Kabupaten
sebagaimana digambarkan dalam grafik di bawah ini.
Gambar 2.3 Grafik Sebaran Animo Calon Mahasiswa ATEM di Jawa Tengah 2013
9
2. Aspek Proses : Sistem dan Mutu Proses Pembelajaran
10
b. Kinerja dosen dalam mengelola proses pembelajaran
Kinerja dosen dalam mengelola proses pembelajaran dievaluasi dari aspek kehadiran
dosen mengajar di kelas/laboratorium, kesesuaian materi yang disampaikan dengan
rencana pembelajaran, kemampuan dalam menyampaikan materi pembelajaran dan
kegiatan evaluasi dosen terhadap hasil belajar mahasiswa. Kinerja dosen dari aspek
kehadiran mengajar rata-rata mencapai 85% dari standar normal 16 pertemuan.
(lampiran tabel 4). Mekanisme pemantauan kehadiran mengajar dilakukan dengan
sistem absensi dosen pada bagian pengajaran dan tanda tangan mahasiswa pada
berita acara pengajaran. Kesesuaian materi kuliah dengan rencana pembelajaran,
kemampuan dosen menyampaikan materi dan cara evaluasi dosen terhadap hasil
belajar mahasiswa dilakukan oleh mahasiswa menggunakan kuesioner.
Sebanyak 4 ruang kelas dan 6 ruang laboratorium yang dimiliki saat ini, dilengkapi
dengan papan tulis, meja tulis, dan kursi dengan kondisi baik dan layak namun
belum dipasang AC (Air Conditioner). Sarana pendukung pembelajaran lain seperti
LCD juga masih terbatas jumlahnya yaitu hanya ada 4 unit yang dipakai bergantian
oleh setiap dosen.
e. Suasana akademik
11
Suasana akademik yang konduksif akan terjadi bila terjadi interaksi yang baik antara
dosen dengan dosen, dosen dengan mahasiswa dan mahasiswa dengan mahasiswa
serta didukung oleh pelayanan yang baik dari para karyawan. Agar hal ini terjadi
maka diperlukan sarana-sarana fisik maupun kegiatan-kegiatan yang dapat
menumbuhkan interaksi. Disamping itu perlu juga adanya perangkat peraturan atau
kebijaksanaan untuk menjamin kelancaran terjadinya interaksi tersebut. Untuk
memelihara interaksi dosen dengan dosen dan dosen dengan mahasiswa tersedia
sarana fisik cukup baik (ruang). Kegiatan-kegiatan yang menunjang suasana
akademik adalah perwalian, kegiatan-kegiatan ilmiah mahasiswa serta interaksi
antara dosen mahasiswa baik di dalam maupun diluar perkuliahan terjadwal.
Perwalian adalah pertemuan yang terjadwal sebagaimana tertera dalam Kalender
Akademik. Setiap semester sekurang-kurangnya mahasiswa terjadwalkan 3 (tiga)
kali untuk berkonsultasi menganai studi mereka dengan Dosen Pembimbing, yaitu
saat perwalian (pengisian, kartu rencana studi), perubahan Rencana Studi, dan
pembatalan Rencana Studi. Kegiatan ilmiah mahasiswa yang dimaksud adalah
seminar, KKL dan sebagainya. Kedisiplinan dosen dan mahasiswa dalam
melaksanakan proses belajar mengajar sudah baik : Dari sekitar 14 kali perkuliahan.
Yang terjadwal, minimal kehadiran dosen dan mahasiswa mencapai 12 kali. Diluar
perkuliahan dosen masih memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
menanyakan materi perkuliahan yang belum mereka pahami. Suasana akademik
yang baik juga ditandai dengan adanya pengembangan kepribadian ilmiah. Para
dosen senantiasa dimotivasi untuk menulis Modul/ diktat dan menulis makalah-
makalah ilmiah.
f. Kurikulum
13
yang telah dilakukan untuk lebih meningkatkan kualitas lulusan agar lebih sesuai
dengan kompetensi program studi adalah dengan terus melakukan pembenahan
perkuliahan terutama untuk praktek kerja di bidang elektro medik. Perbaikan
terhadap proses pembimbingan tugas akhir mahasiswa juga merupakan upaya yang
telah dilakukan guna lebih memperpendek masa studi dan kualitas kompetensi
lulusan.
b. Waktu tunggu rata-rata lulusan untuk bekerja
Waktu tunggu lulusan dalam mendapatkan pekerjaan pertama dalam 3 tahun terkahir
ini adalah 0-3 bulan, salah satu faktor yang menentukan adalah regulasi pemerintah
terkait dengan tenaga elektro medis di bidang kesehatan.
c.Gaji pertama lulusan
Ditinjau dari aspek gaji pertama lulusan, dari hasil survei diperoleh data gaji rata-
rata berkisar Rp. 1.500.000,- s.d Rp. 2.500.000, per bulan. Sejauh ini belum dapat
disimpulkan secara mendalam apakah lulusan ATEM SEMARANG dianggap cukup
memiliki ”nilai jual” yang tinggi dari sisi gaji, sebab adanya kesulitan dalam
mencari pembanding atau ukuran baik dari sisi UMR maupun pembanding lulusan
dari perguruan tinggi lain.
14
hanya baru dilakukan dilokasi yang masih terbatas. Kegiatan ini dikoordinir oleh
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM).
b. Jumlah dan Kualitas Kegiatan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat yang
dilakukan oleh mahasiswa.
Kegiatan penelitian mahasiswa berupa karya ilmiah atau tugas akhir berjumlah 59 judul
yang dihasilkan selama tahun ajaran 2008/2009 sampai dengan 2011/2012
c. Jumlah dan kualitas penelitian dan publikasi dosen.
Banyaknya penelitian yang dilakukan oleh dosen dalam 3 tahun terakir (2010- 2013)
masih sangat minim.
15
Gambar 2.5 Profil Dosen ATEM Semarang
Hingga tahun 2013, jumlah dosen yang sedang melanjutkan studi berjumlah 5 orang di
UGM Yogyakarta dan UNISSULA Semarang.
Sistem pengelolaan dan alokasi dana dikelola secara terpusat di tingkat Institusi. Setiap awal
tahun anggaran program studi/unit/biro/bagian diharuskan menyusun rencana anggaran dan
belanja tahunan untuk menentukan proyeksi alokasi dana yang mungkin berdasarkan
ketersediaan dana dalam satu tahun anggaran. Proyeksi anggaran dan belanja tahunan yang
sudah disepakati oleh semua unit/biro/bagian kemudian disahkan dalam bentuk Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahunan. Dalam 5 tahun terakhir, jumlah pendapatan dan
jumlah pengeluaran menunjukkan trend peningkatan dengan kenaikan pendapatan rata-rata
4.5% dan kenaikan pengeluaran rata-rata 4.1%. Ditinjau dari distribusinya, pendapatan
sebagian besar bersumberkan dari dana pendidikan mahasiswa (90.1%), sedangkan alokasi
pengeluaran sebagian besar digunakan untuk pendanaan program pendidikan (85.5%).
Penggalian sumber pendapatan di luar dana masyarakat masih rendah. ATEM SEMARANG
perlu menggali sumber-sumber pendapatan yang berasal luar atau dari pemanfaatan sumber
daya yang dimiliki. Hal ini juga untuk mengantisipasi kenaikan biaya pendidikan yang
semakin mahal, agar tidak menurunkan daya beli masyarakat.
16
Fasilitas fisik berupa gedung/bangunan 2 lantai dengan luas tanah 1500 m2 dengan luas
bangunan 750 m2, yang digunakan untuk ruang perkuliahan, ruang dosen, ruang
laboratorium, ruang perpustakaan, ruang administrasi, pusat kegiatan kemahasiswaan, parkir,
fasilitas ibadah, aula, pusat kegiatan mahasiswa, dengan pemanfaatan : ruang kuliah ( 192
m2), laboratorium ( 192 m2), perpustakaan (64 m2), ruang dosen (16 m2), ruang administasi
(16 m2), ruang kemahasiswaan (16 m2), ruang aula (200 m2), ruang pimpinan (60 m2), dan
ruang rapat (40 m2). Rasio ruang administrasi dibanding ruang akademik sebesar 1:7. Jumlah
ruang kuliah seluruhnya sebanyak 103 ruang dengan frekwensi penggunaan ruang kelas rata-
rata sebesar 7 shift/hari dan 5 hari/minggu. Perkuliahan dibuka untuk kelas pagi (07.00 –
17.00). Rata-rata kapasitas ruang kuliah adalah 50 mahasiswa/ruang.
Laboratorium
Laboratorium yang dimiliki ATEM SEMARANG sebanyak 6 laboratorium dengan kapasitas
rata-rata 30-40 mahasiswa/mata kuliah praktikum serta luas rata-rata 64 m2/laboratorium.
Pengelolaan laboratorium dilakukan secara terpusat oleh UPT Laboratorium. Pemanfaatan
laboratorium terutama diperuntukkan untuk pelayanan perkuliahan praktikum, rata-rata 13.5
jam/hari. Salah satu laboratorium yang diharapkan dapat menopang komptetensi dan keahlian
mahasiswa dalam bidang elektromedik, sejauh ini masih jauh dari memadai. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : 1) kurangnya memadainya peralatan-peralatan
praktikum elektromedik, 2) belum tersedianya modul/petunjuk praktikum dalam setiap mata
kuliah praktikum, dan 3) kurangnya anggaran/dana untuk menginvestasikan peralatan-
peralatan elektromedis yang harganya relatif mahal. Dengan demikian diupayakan sumber
dana dari luar untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah melalui pengajuan
PHP-PTS ini.
Perpustakaan
ATEM Semarang memiliki 1 unit Perpustakaan, dimana manajemen perpustakaan mulai dari
perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan dan perbaikan dilakukan oleh UPT
Perpustakaan. Selain pengadaan bahan pustaka melalui anggaran dan belanja tahunan,
penambahan koleksi bahan pustaka juga dilakukan melalui sumbangan dari wisudawan.
Ditinjau dari sistem akses bahan pustaka, saat ini masih terbatas pada sistem konvensional
dimana sistem katalogisasi dan peminjaman dilakukan secara fisik. Perpustakaan belum
17
memiliki peralatan audio visual yang memadai untuk mengakses bahan-bahan pustaka digital
sehingga koleksi bahan pustaka dalam bentuk digital jarang diakses.
a. Sistem Informasi
merupakan sistem
informasi berbasis web
yang memberikan
informasi secara umum berkaitan dengan kondisi dan profil ATEM Semarang.
c. Sistem Informasi Akademik (SIA). Dimana saat ini sedang dikembangkan untuk
mempermudah proses pembelajaran dan memperlancar arus informasi akademik.
18
Setiap tindakan mengacu pada sistem/ tata cara yang telah dibakukan, hal ini sesuai dengan
ketetapan. Ketetapan dan aturan yang telah ditetapkan, seperti :
Masukan dari mahasiswa ini diterima oleh dosen dan dipergunakan sebagai umpan balik
atas kinerja staf pengajar selama satu semester. Bagi dosen baru, hal ini merupakan
kewajiban, dan bahan pertimbangan Program Studi untuk memproses pengangkatan yang
bersangkutan menjadi dosen tetap.
20
Keuangan juga memiliki program peningkatan SDM melalui berbagai training, baik untuk
dosen maupun karyawan.
21
Penilaian terhadap Program Studi berpedoman pada Pedoman Akreditasi dari Dikti yang
terealisir dalam Surat Keputusan penetapan akreditasi Program Studi guna mempersiapkan
akreditasi. Program Studi bersama-sama dengan institut/lembaga membentuk Tim
Akreditasi untuk lingkup Program Studi. Tim akreditasi lingkup institut bertugas
menyiapkan dokumen Portofolio institut/lembaga. Sedangkan tim akreditasi lingkup
Program Studi bertugas menyiapkan dokumen Evaluasi Diri dan Borang. Secara rutin
kedua tim mengadakan pertemuan guna melakukan koordinasi dan saling memberikan
masukan, maka sudah menjadi komitmen
5. Evaluasi dan Pemanfaatan Hasil Evaluasi Internal dan Eksternal/ Akreditasi
dalam Perbaikan Pengembangan Program
Akreditasi dijadikan acuan Program Studi Elektro Medik untuk merencanakan
program dan target tahunan. Setelah dikonsultasikan dan dikoordinansikan dengan Institut,
rencana tersebut diajukan kepada Institut untuk dievaluasi kelengkapan dan diselaraskan
dengan Rencana Strategi Institut/Lembaga.
merupakan dasar dalam menentukan posisi dan strategi ATEM Semarang. Hasil analisis
24
dengan universitas dan PTS maupun penataran
dengan Program Studi sejenis Meningkatkan kesesuaian kurikulum
dengan dunia kerja agar kualitasnya
dapat tetap bersaing untuk
meningkatkan minat calon mahasiswa
di Program Studi
RENCANA STRATEGIS
1. Meningkatkan mutu tata pamong melalui penerapan management practices serta mengembangkan kerjasama
dengan Perguruan Tinggi Negeri,Rumah Sakit,dunia industri agar dapat bersaing di era bebas.
2. Membangun citra yang lebih baik kepada masyarakat khususnya lulusan SMA/SMK dengan cara meningkatkan
kerjasama dengan SMU/SMK dan Depdiknas.
3. Meningkatkan komposisi dan meningkatkan kualifikasi serta kinerja dosen dengan menjalin kerjasama dengan
Perguruan Tinggi lain dan mengoptimalkan sarana prasarana yang dapat menunjang peningkatan kesejahteraan
dosen.
4. Mengoptimalkan penggunaan sarana prasarana yang ada guna meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan
meningkatkan kualifikasi tenaga operator,perekrutan pustakawan dan penjadwalan peremajaan yang teratur dalam
upaya mengembangkan sistem informasi global
5. Mengoptimalkan penggunaan sistem dan teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas informasi dan
komunikasi antar civitas akademika serta masyarakat luas
6. Menerapkan sistem jaminan mutu Program Studi secara konsisten dan berkesinambungan sebagai pedoman kerja
bagi semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran untuk menjadikan Program Studi berkualitas sehingga dapat
bersaing dengan PTN / PTS lain yang sejenis.
25
II. RINGKASAN HASIL ANALISIS SWOT
II.1 Analisis Antar Komponen
Strategi dan solusi untuk menyelesaikan masalah dan akar permasalahan yang ada adalah
program pengembangan sebagai berikut: (1) program peningkatan tata pamong ATEM
Semarang; (2) program peningkatan manajemen program akademik; (3) program peningkatan
sumber daya; (4) program peningkatan sistem penjaminan mutu internal. Berikut ini adalah tabel
untuk menjelas ringkasan strategi atau solusi alternatif dalam menyelesaikan beberapa persoalan
yang teridentifikasi.
Berdasarkan hasil analisis SWOT di atas, maka program studi dan institusi ATEM
Semarang menetapkan Strategi WO (Weakness-Opportunity), yaitu strategi yang bertujuan
untuk mengurangi kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan eksternal.
Setiap peluang yang tidak dapat dipenuhi karena adanya kekurangan yang dimiliki tersebut,
harus dicari jalan keluarnya dengan memanfatkan kekuatan-kekuatan lainnya yangtersedia di
lingkungan internal.
BAN-PT, 2000. Guidelines for External Accreditation of Higher Education. Jakarta: BAN-
PT.
McKinnon, K.R., Walker, S.H. & Davis, D., 2000. Benchmarking: A Manual for
Australian Universities. Canberra: Department of Education, Training and Youth
Affairs, Higher Education Division.
Quality Assurance Agency for Higher Education, 1998. Quality Assurance in UK Higher
Education: A brief guide. Gloucester: QAA, http:/www.qaa.ac.uk.
Tadjudin, M.K., 2002. Asesmen Institusi untuk Penentuan Kelayakan Perolehan Status
Lembaga yang Mengakreditasi Diri bagi Perguruan Tinggi: Dari Akreditasi
Program Studi ke Audit Lembaga Perguruan Tinggi. Jakarta: BAN-PT.
Technological and Professional Skills Development Sector Project, 2001. Guidelines for
Self-evaluation Report Submission, Batch II. Jakarta: Directorate General of
Higher Education, Ministry of National Education.
Elektro
2013
No Prodi Tk.1 Tk.2 Tk.3 Jumlah
1 D3-Elektromedik 46 93 103 242
No Prodi l % l % l % K l % l % l % l % l % Jml %
D3-
Elekt 3. 3 3. 26 7
rome 38 63 0 2 68 0 1.9 .9 1 5 3.
1 dik 0 0 6 % 10 % 16 2 0 0 9 % 19 % 28 9 1 % 14 % 37 % 2 07
Rerata Lama
Rerata
Rerata Waktu Tunggu Lulusan
Waktu
Tunggu
Jumlah Lulusan
Descriptive Statistics
Tabel 17. Hasil Analisis Statistik Persepsi Mahasiswa Tentang Kualitas Layanan Dosen
Descriptive Statistics