Anda di halaman 1dari 49

Pergerakan dan Peningkatan Peran Serta Masyarakat (Kader Posyandu,

Kader BKB, Dukun)

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Asuhan


Kebidanan Komunitas

Oleh :
Wulandari Wefiyana Mistam (2215471092)
Grecia Cika Putri (2215491110)

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG


PRODI DIII KEBIDANAN METRO
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang " Pergerakan dan Peningkatan Peran Serta Masyarakat (Kader
Posyandu, Kader BKB, Dukun)" ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada ibu Herlina, S.Pd., M.M.Kes
selaku dosen kami yang telah memberikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pergerakan dan Peningkatan Peran
Serta Masyarakat (Kader Posyandu, Kader BKB, Dukun). Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah ini, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Metro, 8 januari 2024

Wulandari wefiyana mistam

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 1
C. Manfaat........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
A. Menggerakan dan meningkatkan pembinaan dukun bayi ............................ 2
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan (promosi bidan
siaga) .............................................................................................................. 2
2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya .. 5
3. Pengenalan dini tetanus neonatorum, BBL serta rujukannya........................... 8
4. Penyuluhan gizi dan KB ................................................................................... 15
5. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi/ibu .................................................... 17
B. Menggerakan dan meningkatkan pembinaan kader...................................... 18
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan (promosi bidan
siaga) ................................................................................................................. 18
2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya ... 18
3. Penyuluhan gizi dan KB.................................................................................... 20
4. Pencatatan kelahiran dan kematian ibu/bayi ..................................................... 23
5. Promosi TABULIN, donor darah berjalan dan ambulance desa, suami siaga,
berperan aktif dalam kegiatan satgas GSI ......................................................... 23
A. Pengembangan wahana/forum PSM ............................................................... 24
1. Posyandu .......................................................................................................... 24
2. Polindes ............................................................................................................ 24
3. KB/KIA ............................................................................................................ 24
4. Dasa wisma ...................................................................................................... 24
5. Tabulin ............................................................................................................. 24
6. Donor darah berjalan ........................................................................................ 25
7. Ambulans desa ................................................................................................. 27

iii
8. Pendokumentasian asuhan kebidanan di komunitas ............................................. 40

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 44


A. Kesimpulan.......................................................................................................... 44
B. Saran ................................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 45

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam pelayanan kesehatan tenaga kesahatan melakukan pemberdayaaan
masyarakat dan keluarga yang menghasilkan pemberdayaan kesehatan untuk
menciptakan masyarakat sehat,bersih dan jauh dari penyakit. Dalam sistem
kesehatan nasional menyebutkan bahwa cara masyarakat berperan serta dapat
dalam bentuk mengikuti penelaahan,perencanaan dan pelaksanaan pemecahan
masalah kesehatan.,SKN dalam dasar-dasar pembangunan kesehatan nasional
menyebutkan bahwa pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam
memelihara dan mempertinggi derajat kesehan masyarakat. Peran serta masyarakat
(PSM)merupakan keikut sertaan individu,keluarga dan kelompok masyarakat
dalam setiap menggerakan upaya kesehatan yang juga merupakan tanggung jawab
sendiri,keluarga dan masyarakatnya.peran serta masyrakat adalah proses ketika
individu dan keluarga dan serta lembaga swadaya masyarakat,termasuk
swasta bertanggung jawab atas kta kesejahteraan kesehatan diri sendiri,keluaga dan
masyarakat

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penggerakan Dan peningkatan peran serta masyarakat(kader
posyandu kader bkb,dukun)

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Askeb komunitas
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud peran serta masyrakat.
3. Untuk mengetahui tujuan,tahap,tingkat serta bentuk dari PSM.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menggerakan dan meningkatkan pembinaan dukun bayi


Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang di berikan kepada dukun bayi
oleh tenaga kesehatan yang menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan dukun
yang bersangkutan, terutama dalam hal higiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan
alat-alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir, serta pengetahuan tentang
perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap risiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi
serta pencatatan kelahiran dan kematian.
Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan antara
tenaga kesehatan (bidan) dan dukun dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu
dan bayi. Supervise atau pembinaan adalah bimbingan teknis yang terus menerus dan
berkesinambungan untuk mencapai suatu tujuan.
1. Pemberitahuan Ibu Hamil untuk Bersalin di Tenaga Kesehatan (Promosi
Bidan Siaga)
a) Pengertian Promosi Bidan Siaga
Promosi adalah suatu usaha dari pemasar dalam
menginformasikan dan mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga
tertarik untuk melakukan transaksi atau pertukaran produk barang
atau jasa yang dipasarkannya.
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh
kodifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan
wilayah itu.
Bidan siaga adalah seorang bidan yang telah dipercaya dan
diberi kepercayaan yang lebih dari pemerintah/ negara untuk
membantu masyarakat.
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu
dengan melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa
untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat
memberikan imbalan jasa yang sesuai apabila dukun menyerahkan

2
ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat di
libatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut dapat
di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan
memberitaukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga
kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan
bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.
Apabila cara tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka
dengan kesadaran, dukun akan memberitahukan ibu hamil untuk
melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi
selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi diwilayah tersebut semakin
meningkat.
b) Pemberitahuan dalam Persiapan Persalinan di Tenaga Kesehatan
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam persiapan
persalinan adalah sebagai berikut:
1) Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini
ditolong oleh bidan atau dokter.
2) Suami atau keluarga perlu menabung untuk biaya
persalinan.
3) Ibu dan suami menanyakan kebidan atau kedokter kapan
perkiraan tanggal persalinan.
4) Jika ibu bersalin dirumah, suami atau keluarga perlu
menyiapkan terang, tempat tidur dengan alas kain yang
bersih, air bersih dan sabun untuk cuci tangan, handuk kain,
pakaian kain yang bersih dan kering dan pakaian ganti ibu.
5) Pembinaan dukun bayi yang dilakukan bidan yang berisi
tentang peran kader dalam deteksi dini tanda bahaya dalam
kehamilan maupun hal-hal berikut ini.
a) Perdarahan (hamil muda dan hamil tua).
b) Bengkak dikaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang
disertai kejang.
c) Demam tinggi.
d) Keluar air ketuban sebeleum waktunya.

3
e) Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak
bergerak.
f) Ibu muntah terus dan tidak mau makan

c) Peran Dukun Bayi dalam Pemberitahuan Ibu Hamil untuk Bersalin di


Tenaga Kesehatan (Promosi Bidan Siaga)
1) Dukun bayi mampu memberikan penyuluhan promosi
kesehatan tentang tanda bahaya selama kehamilan.
2) Dukun bayi mampu memberikan penyuluhan promosi
kesehatan tentang ketidaknyamanan selama kehamilan serta
cara mengatasinya.
3) Dukun bayi mampu memberi penyuluhan promosi kesehatan
tantang pentingnya menjaga personal hygiene.
4) Dukun bayi mampu memberikan penyuluhan tentang
pentingnya tablet Fe pada ibu hamil yang anemia, atas
pengawasan bidan.
5) Dukun bayi mampu mendeteksi dini resiko persalinan dengan
harapan dapat membantu tenaga kesehatan untuk membantu
resiko persalinan yang terjadi.
6) Dukun bayi dapat memberikan penyuluhan promosi kesehatan
dengan memotivasi ibu hamil agar bersalin dengan tenaga
kesehatan.
7) Dukun bayi mampu memberikan penyuluhan promosi
kesehatan tentang tanda bahaya persalinan.
8) Dukun bayi dapat memberikan penyuluhan promosi kesehatan
pada ibu hamil untuk persiapan persalinanan.
9) Dukun bayi mampu memberi penyuluhan promosi kesehatan
tentang cara mengejan yang baik saat bersalin.
10) Dukun bayi mampu memberikan penyuluhan promosi
kesehatan tentang pentingnya perawatan payudara.
11) Dukun bayi mampu memberikan penyuluhan promosi
kesehatan untuk pemberian ASI Eksklusif segera setelah
persainan.

4
12) Dengan memberi penyuluhan dan promosi kesehatan
diharapkan dukun bayi mampu meningkatkan harapan hidup
ibu dan bayi
1. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan dan Nifas Serta
Rujukannya
Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang
perawatan pada ibu hamil, sehingga materi tentang pengenalan
terhadap ibu hamil yang beresiko tinggi, tanda bahaya kehamilan,
persalinan, nifas, dan rujukan merupakan materi yang harus di berikan,
agar dukun bayi dapat melakukan deteksi dini kegawatan atau tanda
bahaya pada ibu hamil, bersalin, nifas dan segera mendapatkan rujukan
cepat dan tepat.
Berikut ini adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan
dukun:
a. Pengenalan golongan resiko tinggi
Ibu yang termasuk dalam golongan resiko tinggi adalah ibu
dengan umur terlalu muda (kurang 16 tahun) atau terlalu tua (lebih
35 tahun), tinggi badan kurang dari 145 cm, jarak antara kehamilan
terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) atau terlalu lama (lebih dari 10
tahun), ibu hamil dengan anemia, dan ibu dengan riwayat
persalinan buruk (perdarahan, operasi, dan lain-lain)
b. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan
Pada setiap kehamilan perlu di informasikan kepada ibu,
suami dan keluarga tentang timbulnya kemungkinan tanda-tanda
bahaya dalam kehamilan.
Adanya tanda-tanda bahaya mengharuskan ibu, suami atau
keluarga untuk segera membawah ibu kepelayanan kesehatan atau
memanggil bidan.
Tanda-tanda bahaya kehamilan meliputi:
1) Perdarahan jalan lahir.
2) Kejang.
3) Sakit kepala yang berlebihan.

5
4) Muka, tangan dan kaki bengkak.
5) Demam tinggi menggigil atau tidak.
6) Pucat.
7) Sesak nafas.
8) Tidak mau makan.
9) Ibu muntah terus menerus.
10) Frekuensi gerakan bayi kurang atau bayi tidak bergerak.
11) Keluar air ketuban sebelum waktunya.
c. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan
Sebagai akibat dari permasalahan dalam persalinan,
kegawatan dalam persalinan dapat terjadi dengan tanda-tanda
sebagai berikut:
1) Perdarahan melalui jalan lahir.
2) Kejang.
3) Demam, menggigil, keluar lender dan berbau.
4) Persalinan lama.
5) Mal presentase.
6) Plasenta tidak lahir dalam 30 menit.
7) Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak ibu merasakan mulas.
8) Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir.
9) Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang.
10) Air ketuban keruh dan berbau.
11) Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.
d. Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas
Pada masa segera setelah persalinan, kegawatan dapat
terjadi baik pada ibu ataupun bayi. Kegawatan yang dapat
mengancam keselamatan ibu baru bersalin adalah perdarahan
karena sisa plasenta dan kontraksi serta sepsis (demam). Pada bayi
yang baru dilahirkan dapat terjadi depresi bayi dan atau trauma.
Bila terjadi kegawatan pada ibu/ bayi beri tahu ibu, suami
dan keluarga tentang tatalaksanaan yang dikerjakan dan dampak
yang dapat ditimbulkan dari tatalaksana tersebut. Serta persiapan

6
tindakan rujukan. Tindakan ini perlu untuk melibatkan ibu, suami
dan keluarga sehingga tercapai suatu kerjasama yang baik.
Apabila ibu dan bayi sudah berada dirumah, informasikan
kepada ibu, suami dan keluarga bahwa adanya tanda-tanda
kegawatan mengharuskan ibu untuk dibawah segera kesarana
pelayanan kesehatan atau menghubungi bidan.
1) Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu
Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu yang perlu
diperhatikan meliputi:
a) Perdarahan banyak atau menetap.
b) Rasa lelah yang sangat, mata, bibir dan jari pucat.
c) Bengkak pada salah satu atau kedua kaki.
d) Rasa sakit pada perut berlebihan dan lokia berbau busuk
atau berubah warna.
e) Pucat, tangan dan kaki dingin (syok).
f) Tidur turun.
g) Kejang.
h) Sakit kepala berlebihan/ gangguan pandangan.
i) Bengkak pada tangan dan muka.
j) Peningkatan tekanan darah.
k) Buang air kecil sedikit/ berkurang dan sakit.
l) Tidak mampu menahan BAK/ ngompol.
m) Demam tanpa atau dengan menggigil.
n) Adanya kesedihan yang mendalam, kesulitan dalam tidur,
makan dan merawat bayi.
o) Keluarnya cairan berbau dari jalan lahir.
p) Payudara bengkak disertai rasa sakit.
Adanya salah satu tanda kegawatan tersebut
mengharuskan ibu mendapatkan pelayanan dari bidan/ mencari
pertolongan kesarana pelayanan kesehatan.

7
2) Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada bayi
Pada bayi sebagian besar penyebab kematian adalah
karena infeksi, asveksia dan trauma pada bayi. Pengenalan
tanda-tanda kegawatan pada bayi perlu untuk dilakukan
penatalaksanaan lebih dini yang sesuai yang dapat menurunkan
kematian tersebut.
Kegawatan bayi dapat terjadi hari-hari pertama masa
nifas dan perlu pertolongan segera ataupun dalam 7 hari
pertama masa nifas yang juga memerlukan pertolongan
disarana pelayanan kesehatan.
Kegawatan bayi beberapa hari setelah persalinan harus
segera dibawah kesarana pelayanan kesehatan/ hubungi bidan:
a) Bayi sulit bernafas.
b) Warna kulit dan mata kuning.
c) Pernafasan lebih dari 60 x/ menit.
d) Kejang.
e) Pendarahan.
f) Demam.
g) Bayi tidur sepanjang malam dan tidak mau menetek
sepanjang hari.
h) Tidak dapat menetek (mulut kaku)
Kegawatan bayi 7 hari pertama masa nifas yang
membutuhkan perawatan bidan/ dibawah kesarana pelyanan
kesehatan secepatnya:
a) Hypothermia.
b) Pucat atau kurang aktif.
c) Diare atau konstipasi.
d) Kesulitan dalam menetek.
e) Mata merah dan bengkak atau keluar nanah.
f) Merah pada tali pusat atau tercium bau busuk.
2. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR serta Rujukannya
a. Tetanus Neonatorum

8
1) Pengertian Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum adalah penyakit pada bayi baru
lahir, disebabkan masuknya kuman tetanus melalui luka tali
pusat, akibat pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak
bersih, luka tali pusat kotor atau tidak bersih karena diberi
bermacam-macam ramuan, atau ibu hamil tidak mendapat
imunisasi TT lengkap sehingga bayi yang dikandungnya tidak
kebal terhadap penyakit tetanus neonatorum. Maka perlu
dilakukan pembinaan dukun bayi dalam pencegahan tetanus
neonatorum.
Dari 148 ribu kelahiran bayi di indonesia, kurang lebih
9,8% mengalami tetanus neonatorum yang berkaitan pada
kematian. Pada tahun 1980 tetanus menjadi penyebab kematian
pertama pada bayi usia di bawah satu bulan. Meskipun angka
kejadian tetanus neonatorum semakin mengalami penurunan,
akan tetapi ancaman masih tetap ada, sehingga perlu diatasi
secara serius. Tetanus neonatorum adalah salah satu penyakit
yang paling berisiko terhadap kematian bayi baru lahir yang di
sebabkan oleh basil clostridium tetani.
Tetanus noenatorum menyerang bayi usia di bawah satu
bulan, penyakit ini sangat menular dan menyebabkan resiko
kematian. Tetanus neonatorum di masyarakat, kebanyakan
terjadi karena penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak
steril.
Gejala tetanus di awali dengan kejang otot rahang
(trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya
pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau
punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut
lengan atas dan paha.
Dengan diberikan pembekalan materi tetanus
noenatorum di harapkan dukun dapat memperhatikan
kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu untuk melakukan

9
imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan,
sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus noenatorum.
2) Tanda-tanda Tetanus Neonatorum
a) Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-
tiba tidak bisa menetek.
b) Mulut mencucu seperti mulut ikan.
c) Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan
sentuhan.
d) Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi
membiru.
3) Penyebab Terjadinya Tetanus Neonatorum
a) Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.
b) Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak
bersih atau diberi bermacam-macam ramuan.
4) Pencegahan Tetanus Neonatorum
a) Melakukan pertolongan persalinan “3 bersih”
− Bersih Penolong
Sebelum menolong persalinan, tangan penolong
disikat dan disabun hingga bersih.
− Bersih Alas
Alas tempat ibu berbaring harus bersih.
− Bersih Alat
Gunting dan benang pengikat tali pusat harus
steril, bersih, dan tidak berkarat. Supaya steril gunting
dan benang direbus dalam air mendidih selama paling
sedikit 15 menit pada saat akan dipakai.
b) Melakukan perawatan luka tali pusat yang bersih.
c) Tali pusat dibersihkan setiap pagi dangan air hangat.
d) Luka tali pusat yang telah dibersihkan tidak boleh sama
sekali dibubuhi ramuan, jamu, daun-daunan, atau abu dapur.
e) Setelah dibersihkan luka tali pusat ditutup dengan kain kasa
kering.

10
f) Demikian dilakukan terus sampai luka kering dan tali pusat
puput.
g) Memberi kekebalan kepada bayi baru lahir dengan memberi
imunisasi tetanus toksoid sebanyak 2 kali kepada ibu hamil,
calon pengantin, dan anak perempuan kelas 6 sekolah dasar.
Imunisasi TT bagi calon ibu berguna agar ibu dan bayi
mendapat kekebalan terhadap tetanus. Imunisasi TT
diberikan sebanyak 2 kali karena imunisasi yang pertama
belum memberi kekebalan pada bayi baru lahir terhadap
penyakit tetanus sehingga bayi yang berusia kurang dari 1
bulan dapat terkena tetanus melamui luka tali pusat.
Imunisasi TT umumnya diberikan kepada ibu hamil, calon
pengantin wanita, dan anak perempuan kelas 6 SD.
− Pada ibu hamil yakni TT 1 segera setelah ada tanda-
tanda kehamilan dan TT 2 satu bulan setelah TT 1.
− Pada calon pengantin wanita yakni TT 1 pada saat
pendaftaran nikah dan TT 2 Satu bulan setelah TT 1.
− Anak perempuan kelas 6 SD yakni TT kapan saja
selama SD kelas 6.
b. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5
Kg, di sertai dengan tanda-tanda kulit keriput, pergerakan lemah,
dan sianosis. Dukun di harapkan dapat segera melakukan rujukan
ke Puskesmas atau tenaga kesehatan apabila menemukan tanda-
tanda bayi dengan berat badan lahir rendah, karena bayi dengan
berat badan lahir rendah memerlukan perawatan khusus.
c. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu kepfasilitas
rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap,
diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru
lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan
normal namun 10 sampai 15 % diantaranya akan mengalami

11
masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu
dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan. Sangat sulit untuk menduga
kapan penyakit akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu
dan atau bayinya kefasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan
tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi saran bagi keberhasilan
upaya penyelamatan, setiap penolong persalinan harus mengetahui
lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk menatalaksana kasus
gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir seperti:
1) Pembedahan termasuk bedah sesar.
2) Transfusi darah.
3) Persalinan menggunakan ekstraksi fakum atau cunam.
4) Pemberian anti biotik intravena.
5) Resusitasi BBL dan asuhan lanjutan BBL
Informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat
rujukan, ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan
waktu serta jarak tempuh ketempat rujukan dadlah wajib untuk
diketahui oleh setiap penolong persalinan jika terjadi penyulit,
rujukan akan melalui alur yang singkat dan jelas.
Jika ibu bersalin/ BBL dirujuk ketempat yang tidak sesuai
maka mereka akan kehilangan waktu yang sangat berharga untuk
menangani penyakit untuk komplikasi yang dapat mengancam
keselamatan jiwa mereka pada saat ibu melakukan kunjungan
antenatal,jelaskan bahwa penolong akan selalu berupaya dan
meminta bekerja sama yang baik dari suami atau keluaga ibu untuk
mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat bagi kesehatan ibu
dan bayinya,termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada
waktu penyulit,seringkali tidak cukup waktu untuk membuat
rencana rujukan dan ketidaksiapan ini dapat membahayakan
keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Anjurkan ibu untuk membahas
dan membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya.
Tawarkan agar penolong mempunyai kesempatan untuk berbicara

12
dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya
rencana rujukan apabila diperlukan.
Masukan persiapan-persiapan dan informasi berikut
kedalam rencana rujukan:
1) Siapa yang akan menemani ibu dan BBL.
2) Tempat-tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan
keluarga? (jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan,
pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis
asuhan yang diperlukan).
3) Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan
mengendarainya ingat bahwa transportasi harus segera tersedia,
baik siang maupun malam.
4) Orang yang ditunjuk menjadi donor darah jika transfuse darah
diperlukan.
5) Uang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-
obatan dan bahan-bahan.
6) Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain
pada saat ibu tidak dirumah.
Kaji ulang rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya.
Kesempatan ini harus dilakukan selama ibu melakukan kunjungan
asuhan antenatal atau diawal persalinan (jika mungkin). Jika ibu
belum membuat rencana rujukan selama kehamilannya, penting
untuk dapat mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu dan
keluarganya diawal persalinan. Jika timbul masalah pada saat
persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka sering kali
sulit untuk melakukan semua persiapan-persiapan secara cepat.
Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan saying ibu dalam
mendukung keselamatan ibu dan BBL.
Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat
hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.

13
1) B (Bidan)
Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh
penolong persalinan yang kompeten untuk menatalaksana
gawat darurat obstetri dan BBL untuk dibawah kefasilitas
rujukan.
2) A (Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan
persalinan, masa nifas dan BBL (tabung suntik, selang iv, alat
resusitasi, dll) bersama ibu ketempat rujukan. Perlengkapan dan
bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan
dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan.
3) K (Keluarga)
Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir
ibu dan bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan
pada mereka alas an dan tujuan merujuk ibu kefasilitas rujukan
tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan BBL hingga kefasilitas rujukan.
4) S (Surat)
Berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus
memberikan identifikasi mengenai ibu dan BBL, cantumkan
alas an rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan atau obat-
obatan yang diterima ibu dan BBL. Sertakan juga partograf
yang dipakai untuk membuat keputusan klinik
5) O (Obat)
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu
kefasilitas rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin diperlukan
selama diperjalanan.
6) K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk
merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan
kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai tujuan pada
waktu yang tepat.

14
7) U (Uang)
Ingatkan keluarga agar membawah uang dalam jumlah
yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan
bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan
bayi baru lahir tinggal difasilitas rujukan.
3. Penyuluhan Gizi dan KB (Keluarga Berencana)
Dukun sebagai orang terdekat dengan ibu hamil di masyarakat
berkontribusi terhadap suksesnya pelaksanaan program KB dan
menjaga kesehatan ibu hamil, bersalin, dan nifas dengan makanan
bergizi. Melalui penyuluhan gizi dan KB yang di lakukan oleh tenaga
kesehatan kepada dukun, di harapkan dukun dapat menindaklanjuti
dengan menyebarkan kepada masyarakat.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan harus memberikan
imformasi kepada dukun tentang pentingnya makanan bergizi untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayi, serta menghindari pantang makanan.
Selain masalah gizi, materi KB perlu diberikan juga kepada dukun.
Dengan keikut sertaan dukun dalam menyukseskan program KB,
kesejahteraan ibu dan bayi meningkat. Ibu mempunyai banyak waktu
untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan sendiri, dan
mengurus keluarga.
a. Penyuluhan Gizi
1) Gizi pada ibu hamil
a) Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung
empat sehat lima sempurna.
b) Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.
c) Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi
dan sore hari seperti kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-
lain.
d) Tidak ada pantangan makan selama hamil.
e) Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.
2) Gizi pada Bayi
a) Usia 0-6 Bulan

15
− Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali
sehari, pagi, siang, sore maupun malam.
− Jangan beikan makanan atau minuman lain selain ASI
(ASI eksklusif).
− Susui atau teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri
secara bergantian.
b) Usia 6-9 Bulan
Selain ASI dikenalkan makanan pendamping ASI
dalam bentukm lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi
tim lumat.
c) Usia 9-12 Bulan
− Selain ASI diberi MP-ASI yang lebih padat dan kasar
seperti bubur nasi, nasi tim dan nasi lembik.
− Pada makanan pendamping ASI ditambahkan telur
ayam, ikan, tahu, tempe, daging sapi, wortel, bayam
atau minyak.
− Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu
makan seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuit,
nagasari dan lain- lain.
− Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis,
air tomat saring
b. Penyuluhan KB (Keluarga Berencana)
Pentingnya ikut program KB setelah persalinan agar Ibu
punya waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan
ibu serta mengurus keluarga, Mengatur jarak kehamilan tidak
terlalu dekat yaitu lebih dari 2 tahun
Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil,
suntik, atau KDR terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan
yang membutuhkan perhatian khusus. Salah satu usaha untuk
menciptakan kesejahtreraan adalah dengan memberi nasihat
perwakinan, pengobatan kemandulan, dan memperkecil angka
kelahiran.

16
Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program
pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptak~
kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial penduduk Indonesia.
Tujuan program KB adalah memperkecil angka kelahiran, menjaga
kesehatan ibuanak, serta membatasi kehamilan jika jumlah anak
sudah mencukupi.
Peserta KB akan mendapat pelayanan dengan cara sebagai
berikut.
1) Pasangan usia subur yang istrinya mempunyai keadaan “4
terlalu” yaitu terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu sering
hamil, dan terlalu tua akan mendapat prioritas pelayanan KB.
2) Peserta KB diberikan pengertian mengenai metode kontrasepsi
dengan keuntungan dan kelemahan masing-masing sehingga ia
dapat menentukan pilihannya.
3) Harus mendapat informasi mengenai metode kontrasepsi
dengan keuntungan dan kelemahannya sehingga ia dapat
menentukan pilihannya.
4) Harus dilakukan pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB
diberikan kepada klien agar dapat ditentukan metode yang
paling cocok dengam hasil pemeriksaannya.
5) Harus mendapatkan informasi tentang kontraindikasi pemakai.
berbagai metode kontrasepsi.
4. Pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi
Materi lain yang penting dalam pembinaan dukun adalah
pencatatan kelahiran dan kematian. Pemberian materi pencatatan
kelahiran dan kamatian di tujukan untuk mempermudah dalam
pendataan jumlah kelahiran dan kematian di suatu wilayah atau desa,
serta bermanfaat dalam pelaksanaan proses audit apabila ada kematian
baik ibu maupun bayi.
Dukun bayi melakukan pencatatan dan pelaporan dari
persalinan yang ditolongnya kepada Puskesmas atau Desa dan
Kelurahan.

17
B. Menggerakan dan meningkatkan pembinaan Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat
dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995).
Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan
pembinaan/pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka dan masalah
yang dihadapinya. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan
kader adalah:
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi
bidan siaga)
2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta
rujukannya.
3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5. Promosi tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga, satgas
gerakan sayang ibu
b. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan
Pada setiap kehamilan perlu di informasikan kepada ibu, suami dan
keluarga tentang timbulnya kemungkinan tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan.
Adanya tanda-tanda bahaya mengharuskan ibu, suami atau
keluarga untuk segera membawah ibu kepelayanan kesehatan atau
memanggil bidan.
Tanda-tanda bahaya kehamilan meliputi:
1) Perdarahan jalan lahir.
2) Kejang.
3) Sakit kepala yang berlebihan.
4) Muka, tangan dan kaki bengkak.
5) Demam tinggi menggigil atau tidak.
6) Pucat.
7) Sesak nafas.

18
8) Tidak mau makan.
9) Ibu muntah terus menerus.
10) Frekuensi gerakan bayi kurang atau bayi tidak bergerak.
11) Keluar air ketuban sebelum waktunya.
Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan
Sebagai akibat dari permasalahan dalam persalinan, kegawatan dalam
persalinan dapat terjadi dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Perdarahan melalui jalan lahir.
2) Kejang.
3) Demam, menggigil, keluar lender dan berbau.
4) Persalinan lama.
5) Mal presentase.
6) Plasenta tidak lahir dalam 30 menit.
7) Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak ibu merasakan mulas.
8) Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir.
9) Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang.
10) Air ketuban keruh dan berbau.
11) Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.
Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas
Pada masa segera setelah persalinan, kegawatan dapat terjadi baik
pada ibu ataupun bayi. Kegawatan yang dapat mengancam keselamatan ibu
baru bersalin adalah perdarahan karena sisa plasenta dan kontraksi serta
sepsis (demam). Pada bayi yang baru dilahirkan dapat terjadi depresi bayi
dan atau trauma.
Bila terjadi kegawatan pada ibu/ bayi beri tahu ibu, suami dan
keluarga tentang tatalaksanaan yang dikerjakan dan dampak yang dapat
ditimbulkan dari tatalaksana tersebut. Serta persiapan tindakan rujukan.
Tindakan ini perlu untuk melibatkan ibu, suami dan keluarga sehingga
tercapai suatu kerjasama yang baik.
Apabila ibu dan bayi sudah berada dirumah, informasikan kepada
ibu, suami dan keluarga bahwa adanya tanda-tanda kegawatan

19
mengharuskan ibu untuk dibawah segera kesarana pelayanan kesehatan
atau menghubungi bidan.
` Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu
Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu yang perlu diperhatikan
meliputi:
a) Perdarahan banyak atau menetap.
b) Rasa lelah yang sangat, mata, bibir dan jari pucat.
c) Bengkak pada salah satu atau kedua kaki.
d) Rasa sakit pada perut berlebihan dan lokia berbau busuk atau berubah
warna.
e) Pucat, tangan dan kaki dingin (syok).
f) Tidur turun.
g) Kejang.
h) Sakit kepala berlebihan/ gangguan pandangan.
i) Bengkak pada tangan dan muka.
j) Peningkatan tekanan darah.
k) Buang air kecil sedikit/ berkurang dan sakit.
l) Tidak mampu menahan BAK/ ngompol.
m) Demam tanpa atau dengan menggigil.
n) Adanya kesedihan yang mendalam, kesulitan dalam tidur, makan dan
merawat bayi.
o) Keluarnya cairan berbau dari jalan lahir.
p) Payudara bengkak disertai rasa sakit.
Adanya salah satu tanda kegawatan tersebut mengharuskan ibu
mendapatkan pelayanan dari bidan/ mencari pertolongan kesarana pelayanan
kesehatan
3. Penyuluhan Gizi dan KB (Keluarga Berencana)
Kader sebagai orang terdekat dengan ibu hamil di masyarakat
berkontribusi terhadap suksesnya pelaksanaan program KB dan menjaga
kesehatan ibu hamil, bersalin, dan nifas dengan makanan bergizi. Melalui
penyuluhan gizi dan KB yang di lakukan oleh tenaga kesehatan kepada

20
kader, di harapkan dukun dapat menindaklanjuti dengan menyebarkan
kepada masyarakat.
Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan harus memberikan
imformasi kepada dukun tentang pentingnya makanan bergizi untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayi, serta menghindari pantang makanan.
Selain masalah gizi, materi KB perlu diberikan juga kepada kader.
Dengan keikut sertaan dukun dalam menyukseskan program KB,
kesejahteraan ibu dan bayi meningkat. Ibu mempunyai banyak waktu
untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan sendiri, dan
mengurus keluarga.
a. Penyuluhan Gizi
1) Gizi pada ibu hamil
a) Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang
mengandung empat sehat lima sempurna.
b) Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.
c) Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi
dan sore hari seperti kolak, kacang hijau, kue-kue dan
lain-lain.
d) Tidak ada pantangan makan selama hamil.
e) Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.
2) Gizi pada Bayi
a. Usia 0-6 Bulan
− Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali
sehari, pagi, siang, sore maupun malam.
− Jangan beikan makanan atau minuman lain selain ASI
(ASI eksklusif).
− Susui atau teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri
secara bergantian.
b. Usia 6-9 Bulan
Selain ASI dikenalkan makanan pendamping ASI
dalam bentukm lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi
tim lumat.

21
c. Usia 9-12 Bulan
− Selain ASI diberi MP-ASI yang lebih padat dan kasar
seperti bubur nasi, nasi tim dan nasi lembik.
− Pada makanan pendamping ASI ditambahkan telur
ayam, ikan, tahu, tempe, daging sapi, wortel, bayam
atau minyak.
− Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu
makan seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuit,
nagasari dan lain- lain.
− Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis,
air tomat saring
b. Penyuluhan KB (Keluarga Berencana)
Pentingnya ikut program KB setelah persalinan agar Ibu
punya waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan
ibu serta mengurus keluarga, Mengatur jarak kehamilan tidak
terlalu dekat yaitu lebih dari 2 tahun
Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil,
suntik, atau KDR terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan
yang membutuhkan perhatian khusus. Salah satu usaha untuk
menciptakan kesejahtreraan adalah dengan memberi nasihat
perwakinan, pengobatan kemandulan, dan memperkecil angka
kelahiran.
Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program
pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptak~
kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial penduduk Indonesia.
Tujuan program KB adalah memperkecil angka kelahiran, menjaga
kesehatan ibuanak, serta membatasi kehamilan jika jumlah anak
sudah mencukupi.
Peserta KB akan mendapat pelayanan dengan cara sebagai
berikut.
1) Pasangan usia subur yang istrinya mempunyai keadaan “4
terlalu” yaitu terlalu muda, terlalu banyak anak, terlalu

22
sering hamil, dan terlalu tua akan mendapat prioritas
pelayanan KB.
2) Peserta KB diberikan pengertian mengenai metode
kontrasepsi dengan keuntungan dan kelemahan masing-
masing sehingga ia dapat menentukan pilihannya.
3) Harus mendapat informasi mengenai metode kontrasepsi
dengan keuntungan dan kelemahannya sehingga ia dapat
menentukan pilihannya.
4) Harus dilakukan pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB
diberikan kepada klien agar dapat ditentukan metode yang
paling cocok dengam hasil pemeriksaannya.
5) Harus mendapatkan informasi tentang kontraindikasi
pemakai. berbagai metode kontrasepsi.
4. Pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi
Materi lain yang penting dalam pembinaan dukun adalah
pencatatan kelahiran dan kematian. Pemberian materi pencatatan
kelahiran dan kamatian di tujukan untuk mempermudah dalam
pendataan jumlah kelahiran dan kematian di suatu wilayah atau desa,
serta bermanfaat dalam pelaksanaan proses audit apabila ada kematian
baik ibu maupun bayi.
Dukun bayi melakukan pencatatan dan pelaporan dari
persalinan yang ditolongnya kepada Puskesmas atau Desa dan
Kelurahan.
5. Promosi TABULIN, donor darah berjalan dan ambulance desa,
suami siaga, berperan aktif dalam kegiatan satgas GSI
1. PROMOSI TABULIN
Tabulin adalah tabungan social yang dilakukan oleh calon
pengantin, ibu hamil dan ibu yang akan hamil maupun oleh masyarakat
untuk biaya pemeriksaan kehamilan dan persalinan serta pemeliharaan
kesehatan selama nofas. Penyetoran tabulin dilakukan sekali untuk satu
masa kehamilan dan persalinan kedalam rekening tabulin

23
a. Langkah-langkah perlu diperhatikan dalam pembiayaan kesehatan.
· Pengalokasian / pemanfaatan pembiayaan kesehatan
· Identifikasi sumber dana yang sudah ada dan yang akan dikembangkan
· Cara pengelolaan dan pembelajaran perlu kejelasan dalam hal mekanisme
pengumpulan dana, kesempatan pengelolaan dan sistem kontrak.
· Kesiapan keluarga dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan
kesehatan yang telah dan akakn dikembangkan.
b. Indikator keberhasilan pembiayaan kesehatan
· Dana terhimpun, masyarakat yang berpartisipasi dalam pembiayaan
kesehatan masyarakat
· Pengalokasian tepat sasaran sesuai berbagai kebutuhan kesehatan
(promotif, preventif, koratif, rehabilitatif)
· Pengelolaan dan pemanfaatan tertib, mudah, lancar
· Berkesinambungan kegiatan
Tabulin atau tabungan ibu bersalin merupakan bagian dari
program yang ada, dimana Ikatan Bidan Indonesia (IBI) selaku mitra Depkes
dan BKKBN turut membina masyarakat untuk sosialisasi program ini. Selain
ituutk biaya melahirkan, Tabulin juga bisa dipakai sebagai penunjang biaya
pasca persalinan.
Sebelum ada desa siaga sudah dimulai dengan tabungan Ibu
bersalin (Tabulin). Jadi kita menerangkan ke Ibu hamil dan keluarganya,
meskipun kaya. Justru orang kaya tersebut memberikan contoh kepada orang-
orang yang tidak mampu untuk menabung. Dan Ibu hamil di berikan buku yang
dibawa setiap pemeriksaan.
c. Mekanisme Tabulin
Tabungan itu terbentuk berdasarkan Rw. atau Posyandu. Bila
posyandunya empat, maka tabungannya ada empat didesa itu. Sedankan
Dasolin (Dana Sosial / Bersalin) mekanismenya yaitu, masyarakat yang pasang
usia subur juga Ibu yang mempunyai balita dianjurkan menabung, yang
kegunaannya untuk membantu ibu saat hamil lagi.

24
è Adapun manfaat dari tabulin antara lain :
• Sebagai tabungan / simpanan itu yang digunakan untuk biaya persalinan atau
sesudah persalinan
• Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan.

2. DONOR DARAH BERJALAN


Donor darah berjalan adalah donor yang dilakukan tiap hari. Donor darah
berjalan ini adalah program PMI untuk memenuhi pasokan darah d PMI karena
PMI sering mengalami kekurangan pasokan darah sedangkan yang
membutuhkan donor darah sangat banyak.
a. Manfaat Donor Darah
Selain segi sosial dan derma yang dapat dijadikan dorongan mengapa
kita perlu mendonorkan darah secara rutin, terdapat beberapa manfaat medis
dari donor darah secara teratur. Donor darah terutama baik bagi mereka yang
memiliki kandungan besi dalam darah berlebihan karena besi yang berlebih
cenderung akan menumpuk pada berbagai organ vital seperti jantung, liver,
ginjal dan mengganggu fungsinya (hemokromatosis). Selain itu, beberapa
penelitian medis, walaupun belum sempurna dijelaskan secara medis,
mengemukakan bahwa donor darah rutin akan membantu kelancaran aliran
darah (sistem kardiovaskular).
b. Syarat Donor Darah (yang tertera di vitamin penambah darah) :
1) Berbadan sehat
2) Berusia 17-65 tahun
3) Berat badan > 45 kg
4) Tidak sedang menderita penyakit
5) Wanita : tidak edang hamil dan menyusui
6) Jarak waktu donor darah min 3 bulan
Syarat tambahan yang tidak tertulis dan kita harus tahu
1) Kandungan hemoglobin dalam darah > 12,5 (CMIIW)
2) Spesial buat wanita, tidak sedang haid dan jarak setelah haid dengan
waktu donor darah sebaiknya 1 minggu.

25
c. Yang boleh mendonorkan darah
Prinsipnya semua manusia sehat (terutama dewasa) boleh untuk
mendonorkan darahnya.
Orang yang sudah lanjut usia boleh mendonorkan darah, dengan
catatan mereka tidak memiliki penyakit serius (penyakit jantung, ginjal,
dehidrasi-anemia). Pendonor lansia pasca donor sebaiknya berbaring
sekurang-kurangnya 15 menit terlebih dahulu jangan langsung berdiri dan
berjalan. Hal ini dikarenakan respon sistem otonom dalam kontrol tekanan
darah seringkali terganggu pada usia lanjut sehingga mudah terjadi hipotensi
orthostatic (tekanan darah anjlok tiba-tiba karena perubahan postur tubuh dari
berbaring ke tegak/semi tegak).
Ibu hamil masih boleh mendonorkan darahnya dengan beberapa
perhatian misalnya :
· relatif lebih aman jika sedang hamil di tengah-tengah bulan (bukan hamil
muda maupun tua)
· kondisi fisik ibu maupun si janin harus fit; tidak ada permasalahan dengan
kehamilannya
· mengingat anemia umum sering dijumpai pada ibu hamil, maka pemeriksaan
kadar Hb dan Hematokrit perlu dilakukan sebelumnya.
Pada ibu yang hamil tua, posisi selama berbaring mendonorkan
darahnya sebaiknya diatur sedemikian rupa yaitu dalam posisi setengah duduk
atau berbaring miring kiri. Posisi terlentang dapat mengurangi aliran darah ke
janin karena pembuluh darah dalam perut tertekan oleh rahim yang besar dan
jatuh ke belakang.
d. Tips dan Trik buat yang mau donor darah
· Pastikan perut terisi sebelum donor (sarapan dulu)
· Malam hari sebelum donor, tidur cukup
· Buat yang tekanan darah agak rendah,olahraga ringan sebelum donor.
· Tekanan darah normal 120/80. Tekanan darah 100-110 / 70-80 biasanya masi
diperbolehkan donor.
· Rileks waktu jarum suntik akan disuntikkan

26
e. Tips untuk pendonor darah pertama
Jika belum pernah donor, biasanya setelah donor agak pusing. Bahkan
bisa jadi pingsan. Kalo terasa pusing pada waktu donor (darah masih mengalir),
segera bilang ke petugas. Setelah donor dipaksakan istirahat sebentar di tempat
donor.
Jangan berjalan dulu. Duduk secara perlahan. Pada wanita, sebaiknya
dicari saat donor darah yang tidak bersamaan dengan saat menstruasi. Hal ini
untuk mengurangi lebih banyak lagi kehilangan darah dan anemia.

3. AMBULANCE DESA
a. Pengertian
· Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling
peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan
kesehatan yang berbentuk alat transportasi.
· Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk
mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat
pelayanan kesehatan.
d. Tujuan
· Tujuan umum.
Mempercepat penurunan AKI karena hamil, nifas dan melahirkan.
· Tujuan khusus.
Mempercepat pelayanan kegawat daruratan masa1ah kesehatan,
bencana serta kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau
mungkin terjadi.
e. Sasaran
Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu
dan keluarga yang dapat menciptakan iklim yang kondusif terhadap perubahan
prilaku tersebut. Semua individu dan keluarga yang tanggap dan peduli
terhadap permasalahan kesehatan dalam hal ini kesiapsiagaan memenuhi
sarana transportasi sebagai ambulan desa.
f. Kriteria
1) Kendaraan yang bermesin yang sesuai standart (mobil sehat)
2) Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha .

27
3) ONLINE (siap pakai)
g. Indikator Proses Pembentukan Ambulan Desa
1) Ada forum kesehatan desa yang aktif
2) Gerakan bersama atau gotong royong oleh masyarakat dalam upaya
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan. bencana serta kegawat daruratan
kesehatan dengan pengendalian faktor resikonya.
3) UKBM berkualitas
4) Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan.
5) Penurunan kasus masalah kesehatan, bencana atau kegawat daruratan
kesehatan.
4. SUAMI SIAGA
a. Definisi
· Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipasi jika
melihat tanda bahaya kehamilan.
· Antar, suami hendaknya merencanakan angkutan dan menyediakan donor
darah jika diperlukan.
· Jaga, suami hendaknya mendampingi istri selama proses dan selesai
persalinan.
Suami Siaga:
Dalam konsep suami siaga, seorang suami dengan istri yang sedang
hamil diharapkan siap mewaspadai setiap risiko kehamilan yang muncul,
menjaga agar istri tidak melakukan hal-hal yang mengganggu kesehatan dan
kehamilannya, serta segera mengantar ke rujukan terdekat bila ada tanda-tanda
komplikasi kehamilan.

5. BERPERAN AKTIF DALAM SATGAS GSI


a. Pengertian
Gerakan sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan
kualitas perempuan utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian
ibu yang dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat dalam
rangka meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis.

28
GSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (White Ribbon Alliance)
yaitu suatu aliansi yang ditujukan untuk mengenang semua wanita yang
meninggal karena kehamilan dan melahirkan. Pita putih merupakan symbol
kepedulian terhadap keselamatan ibu yang menyatukan individu, organisasi
dan masyarakat yang bekerjasama untuk mengupayakan kehamilan dan
persalinan yang aman bagi setiap wanita.
GSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif terlibat
dalam kegiatan seperti membuat tabulin, pemetaan bumil dn donor darah serta
ambulan desa. Untuk mendukung GSI, dikembangkan juga program suami
SIAGA dimana suami sudah menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan,
siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan tempt persalinan serta siap
menjaga dan menunggui saat istri melahirkan.
3 (tiga) unsur pokok :
Pertama : Gerakan Sayang Ibu merupakan gerakan yang dilaksanakan
oleh masyarakat bersama dengan pemerintah.
Kedua : Gerakan Sayang Ibu mempunyai tujuan untuk peningkatan dan
perbaikan kualitas hidup perempuan sebagai sumber daya manusia.
Ketiga : Gerakan Sayang Ibu bertujuan untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas.
b. Tujuan gerakan sayang ibu
· Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta
menurunkan angka kematian bayi.
· Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai Penyakit
menular Seksual (PMS).
· Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai perawatan
kehamilan, proses melahirkan yang sehat, pemberian ASI Ekslusif dan
perawatan bayi.
· Memantapkan komitmen dan dukungn terhadap Gerakan Sayang Ibu.
· Meningkatkan kepedulian dan dukungan sector terkait terhadap upaya-upaya
penanggulangan penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.
· Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengembangkan
dan membangun mekanisme rujukan sesuai dengan kondisi daerah.

29
· Meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat dan swasta
(LSM, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi) dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dalam pengumpulan data ibu hamil,
bersalin dan nifas di tingkat kelurahan dan kecamatan.
· Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan baik pemerintah maupun
swasta dalam pelayanan kesehatan yang aman, ramah dan nyaman bagi ibui
dan bayi.
· Meningkatkan upaya masyarakat dalam mengubah budaya masyarakat yang
merugikan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi yang dilahirkan.
· Meningkatkan upaya pengembangan dana perawatan ibu hamil, bersalin,
nifas serta perawatan bayi di setiap wilayah kelurahan dibawah koordinasi
camat.
c. Sasaran gerakan sayang ibu
1) Langsung : Caten (Calon Penganten)
· Pasangan Usia Subur (PUS)
· Ibu hamil, bersalin dan nifas
· Ibu meneteki masa perawatan bayi
· Pria/Suami dan seluruh anggota keluarga
2) Tidak langsung : Sektor terkait
· Institusi kesehatan
· Institusi Masyarakat
· Tokoh masyarakat dan agama
· Kaum bapak/pria
· Media massa
d. Ruang lingkup gerakan sayang ibu
1) Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak melalui upaya penurunan
angka kematian ibu dan bayi.
2) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku suami istri dan masyarakat
mengenai hak-hak Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi.
3) Menghilagkan hambatan-hambatan yang mempengaruhi upaya peningkatan
kualitas hidup perempuan.

30
e. Strategi gerakan sayang ibu
Melalui pendekatan kemasyarakatan, dikembangkan dalam bentuk :
1) Desentralisasi
2) Kemandirian
3) Keluarga
4) Kemitraan
f. Perencanaan dan pelaksanaan gerakan sayang ibu
Melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1) Identifikasi masalah
2) Penentuan masalah
3) Penentuan tujuan
4) Pengembangan alternatif pemecahan masalah
5) Penentuan rencana operasional
Terdiri dari : Langkah kegiatan ( jadwal kegiatan)
· Tenaga pelaksana
· Dukungan dana dan saran
· Monitoring dan Pelaporan
· Evaluasi kegiatan
g. Pelaksanaan kegiatan gerakan sayang ibu
1) Unsur Opersional
· Kegiatan advokasi dan KIE
· Pengembangan pesan advokasi dan KIE GSI
· Pemberdayaan dalm keluarga, masyarakat dan tempat pelayanan kesehatan
· Memadukan kegiatan GSI, pondok bersalin dan posyandu
2) Unsur Pendukung
· Orientasi dan penelitian
· Pendataan, pemantauan, pemetaan bumil, bulin, bufas dan bayi
· Pengembangan tata cara rujukan
· Mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
· Peningkatan peran bidan

31
h. Tugas Pokok Satgas Gerakan Sayang Ibu meliputi :
1) Menyusun rencana kerja dalam rangka menurunkan AKI dan AKB serta
mengumpulkan dana untuk ambulance kecamatan dan tabulin.
2) Advokasi kepada TOMA, TOGA dan TOPOL dapat mendukung GSI
wilayah tersebut.
3) Penyuluhan kepada keluarga serta bumil, bulin, bufas dan ibu yang
mempunyai bayi di masyarakat.
4) Mengumpulkan data informasi bumil, bulin, bufas dan bayi yang dilakukan.
5) Memberikan tanda pada bumil beresiko tinggi untuk kemudian dipantau dan
di informasikan ke bidan puskesmas.
6) Membantu merujuk.
i. Memantau Keberhasilan Gerakan sayang Ibu (GSI)
Beberapa hal yang perlu dipantau untuk melihat keberhasilan
pelaksanaan GSI antara lain :
1) Sektoral terkait berperan aktif dalam kegiatan operasional
2) Setiap persalinan ditolong oleh tenakes
3) Kecamatan dan kelurahan dapat melaksanakan kegiatan KIE dengan baik
4) Kecamatan dan kelurahan dapat melakukan rujukan dengan baik artinya:
· Tersedianya kendaraan untuk membantu bumil melahirkan dan nifas yang
membutuhkan
· Tersedianya biaya untuk rujukan
· Sarana pelayanan kedaruratan medik untuk setiap kasus emergensi
kehamilan, persalinan dan nifas
j. Indikator keberhasilan sebelum dan sesudah GSI
Semakin dan mantapnya peranan organisasi masyarakat dalam GSI,
seperti :
1) Meningkatkan dan mantapnya masyarakat menjadi kader KIE GSI
2) Mendata ibu hamil dalam lingkungannya termasuk data mengenai :
· Jumlah ibu hamil
· Umur kehamilan, riwayat kehamilan, persalinan dan rencana persalinan
· Mengenai kehamilan yang beresiko dan rencana tindak lanjutnya
3) Menyampaikan data-data tersebut kepada Satgas GSI setempat

32
4) Semakin tumbuhnya ide-ide baru dari masyarakat
Semakin meningkat dan mantapnya pengetahuan dan pemahaman
mengenai GSI, seperti :
· Mengenai kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke
fasilitas kesehatan.
· Mempersiapkan biaya persalinan dan perlengkapan bayi
· Memeriksakan ibu hamil di sarana kesehatan atau bidan terdekat minimal 4
kali
· Mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat timbul selama kehamilan
dan persalinan (mempersiapkan donor darah, kendaraan, dsb)
· Melaksanakan keadilan dan kesetaraan gender dalam rumah tangga
· Memberi keluarga untuk mendapatkan pendidikan
Setinggi mungkin sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga :
· Menghindarkan perkawinan remaja putri sebelum usia 20 tahun
· Suami-istri merencanakan jumlah anak, waktu mengandung dengan
mempertimbangkan kesehatan istri serta memberi peluang istri untuk
meningkatkan potensinya dalam berbagai bidang kehidupan
· Semua kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan
· Memperhatikan makanan ibu hamil dan menghindarkan ibu hamil bekerja
keras
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah baik dengan GSI ataupun
Safe Motherhood telah memungkinkan ditambahnya sarana dan prasarana
untuk mengajak ibu hamil dan melahirkan makin dekat pada pelayanan medis
yang bermutu.
Akan tetapi GSI juga menemui hambatan dalam pelaksanaannya,
antara lain :
1. Secara Struktural
Berbagai program tersebut masih sangat birokratis sehingga orientasi
yang terbentuk semata-mata dilaksanakan karena ia adalah program wajib yang
harus dilaksanakan berdasarkan SK (Surat Keputusan).

33
2. Secara Kultural
Masih kuatnya anggapan/pandangan masyarakat bahwa kehamilan dan
persalinan hanyalah persoalan wanita.

C. Pengembangan wahana/forum PSM


1. Posyandu
Pengertian Posyandu
Posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program
dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu
dan dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program
lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat (BKKBN, 1989).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan
untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di
posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap pada waktu
dan tempat yang sama (Depkes RI, 1990).
Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun
keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu
pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu
merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis
ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan
ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan
ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi
posyandu (Depdagri,1999).
Tujuan penyelenggara Posyandu
1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu
Hamil, melahirkan dan nifas)
2. Membudayakan NKKBS.
3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,
Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

34
Pengelola Posyandu:
1. Penanggungjawab umum : Kades/Lurah
2. Penggungjawab operasional : Tokoh Masyarakat
3. Ketua Pelaksana : Ketua Tim Penggerak PKK
4. Sekretaris : Ketua Pokja IV Kelurahan/desa
5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes (Puskesmas).
Kegiatan Pokok Posyandu :
1. KIA
2. KB
3. lmunisasi.
4. Gizi.
5. Penggulangan Diare.
2. Polindes
Pengertian Polindes
Merupakan salah satu bentuk UKBM (Usaha Kesehatan Bagi Masyarakat)
yang didirikan masyarakat oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai
kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa, untuk memberikan
pelayanan KIA-KB serta pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan
kemampuan Bidan.
Kajian makna polindes:
a. Polindes merupakan salah satu bentuk PSM dalam menyediakan tempat
pertolongan persalinan dan pelayanan KIA, termasuk KB di desa.
b. Polindes dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di desa
tersebut.
c. PSM dalam pengembangan polindes dapat berupa penyediaan tempat untuk
pelayanan KIA (khususnya pertolongan persalinan), pengelolaan polindes,
penggerakan sasaran dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas bidan di desa.
d. Peran bidan desa yang sudah dilengkapi oleh pemerintah dengan alat-alat yang
diperlukan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat di
desa tersebut.

35
e. Polindes sebagai bentuk PSM secara organisatoris berada di bawah seksi 7
LKMD, namun secara teknis berada di bawah pembinaan dan pengawasan
puskesmas.
f. Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes dapat berupa
ruang/kamar untuk pelayanan KIA, termasuk tempat pertolongan persalinan
yang dilengkapi dengan sarana air bersih.
g. Tanggung jawab penyediaan dan pengelolaan tempat serta dukungan opersional
berasal dari masyarakat, maka perlu diadakan kesepakatan antara wakil
masyarakat melalui wadah LKMD dengan bidan desa tentang pengaturan biaya
operasional dan tarif pertolongan persalinan di polindes.
h. Dukun bayi dan kader posyandu adalah kader masyarakat yang paling terkait.
Persyaratan polindes:
a. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes.
b. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Bidan, antara
lain bidan kit, IUD kit, sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil,
timbangan, pengukur Tinggi Badan, Infus set dan cairan D 5 %, NaCl 0,9 %,
obat - obatan sederhana dan uterotonika, buku-buku pedoman KIA, KB dan
pedoman kesehatan lainnya, inkubator sederhana.
c. Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain penyediaan air bersih, ventilasi
cukup, penerangan cukup, tersedianya sarana pembuangan air limbah,
lingkungan pekarangan bersih, ukuran minimal 3 x 4 m2.
d. Lokasi mudah dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudah
dijangkau oleh kendaraan roda 4.
e. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan postpartum
minimal 1 tempat tidur.
Tujuan polindes:
a. Meningkatnya jangkauan dan mutu pelayanan KIA-KB termasuk pertolongan
dan penanganan pada kasus gagal.
b. Meningkatnya pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan.
c. Meningkatnya kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan bagi ibu dan keluarganya.
d. Meningkatnya pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangan bidan.

36
Fungsi polindes:
a. Sebagai tempat pelayanan KIA-KB dan pelayanan kesehatan lainnya.
b. Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan
konseling KIA.
c. Pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan-kegiatan polindes:
a. Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada bumil dan
mendeteksi dini resiko tinggi kehamilan.
b. Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang.
c. Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal, bayi, anak balita dan anak pra
sekolah, serta imunisasi dasar pada bayi.
e. Memberikan pelayanan KB.
f. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan
persalinan yang beresiko tinggi baik ibu maupun bayinya.
g. Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader (posyandu, dasa wisma).
h. Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
i. Melatih dan membina dukun bayi maupun kader (posyandu, dasa wisma).
j. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta
peningkatan penggunaan ASI dan KB.
k. Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas
setempat.
Indikator polindes
a. Fisik
Bangunan polindes tampak bersih, tidak ada sampah berserakan,
lingkungan yang sehat, polindes jauh dari kandang ternak, mempunyai ruangan
yang cukup untuk pemeriksaan kehamilan dan pelayanan KIA, mempunyai
ruangan untuk pertolongan persalinan, tempat yang bersih dengan aliran
udara/ventilasi yang baik dan terjamin, mempunyai perabotan dan alat-alat
yang memadai untuk pelaksanaan pelayanan.

37
b.Tempat tinggal bidan di desa
Keberadaan bidan secara terus menerus/menetap menentukan efektivitas
pelayanan, termasuk efektifitas polindes, jarak tempat tinggal bidan yang
menetap di desa dengan polindes akan berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan di polindes, bidan yang tidak tinggal di desa dianggap tidak mungkin
melaksanakan pelayanan pertolongan persalinan di desa.
c. Pengelolaan polindes
Pengelolaan polindes yang baik akan menentukan kualitas pelayanan
sekaligus pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat. Kriteria pengelolaan
polindes yang baik adalah keterlibatan masyarakat melalui wadah kemudian
dalam menentukan tarif pelayanan maka tarif yang ditetapkan secara bersama,
diharapkan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memanfaatkan
polindes, sehingga dapat meningkatkan cakupan dan sekaligus dapat
memuaskan semua pihak
d. Cakupan persalinan
Pemanfaatan pertolongan persalinan merupakan salah satu mata rantai
upaya peningkatan keamanan persalinan, tinggi rendahnya cakupan persalinan
dipengaruhi banyak faktor, diantaranya ketersediaan sumber dana kesehatan,
termasuk di dalamnya keberadaan polindes beserta tenaga profesionalnya yaitu
bidan di desa, dihitung secara komulatif selama setahun, meningkatnya
cakupan persalinan yang ditolong di polindes selain berpengaruh terhadap
kualitas pelayanan ibu hamil sekaligus mencerminkan kemampuan bidan itu
sendiri, baik di dalam kemampuan teknis medis maupun di dalam menjalin
hubungan dengan masyarakat.
d. Sarana air bersih
e. Polindes dianggap baik apabila telah tersedia air bersih yang dilengkapi
dengan MCK, tersedia sumber air (sumur, pompa, PDAM) dan dilengkapi pula
dengan SPAL.
f. Kemitraan bidan dan dukun bayi.
Merupakan hal yang dianjurkan dalam pelayanan pertolongan persalinan
di polindes, dihitung secara komulatif selama setahun.

38
g. Dana sehat
Sebagai wahana memandirikan masyarakat untuk hidup sehat yang pada
gilirannya diharapkan akan mampu melestarikan berbagai jenis upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat setempat untuk itu perlu dikembangkan
ke seluruh wilayah/kelompok sehingga semua penduduk terliput dana sehat.
h. Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran
KIE merupakan salah satu teknologi peningkatan PSM yang bertujuan
untuk mendorong masyarakat agar mau dan mampu memelihara serta
melaksanakan hidup sehat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya,
melalui jalinan komunikasi, informasi dan edukasi yang bersifat praktis dengan
keberadaan polindes beserta bidan di tengah-tengah masyarakat diharapkan
akan terjalin interaksi antara bidan dan masyarakat. Interaksi dengan intensitas
dan frekwensi yang cukup tinggi akan dapat mengatasi kesenjangan informasi
kesehatan. KIE untuk kelompok sasaran seharusnya dilakukan minimal sekali
setiap bulannya dihitung secara komulatif selama setahun.
3. KB – KIA
KB – KIA adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak yang
anggotanya meliputi ibu hamil dan menyusui.
a. Tujuan Umum
Agar ibu hamil dan menyusui tahu cara yang baik untuk menjaga
kesehatan sendiri dan anaknya, tahu pentingnya pemeriksaan ke puskesmas
dan posyandu atau tenaga kesehatan lain pada masa hamil dan menyusui serta
adanya keinginan untuk ikut menggunakan kontrasepsi yang efektif dan tepat.
b. Tujuan Khusus
Memberi pengetahuan kepada ibu tentang hygiene perorangan
pentingnya menjaga kesehatan, kesehatan ibu untuk kepentingan janin,
jalannya proses persalinan, persiapan menyusui dan KB.
Kebijakan
a. Kegiatan harus disesuaikan dengan kesehatan ibu dan masalah yang ada.
b. Pelaksanaannya dilakukan setiap minggu dengan materi dasar yang harus di
review terus.

39
c. Metode yang digunakan adalah demonstrasi dengan materi dan pembicara
berganti – ganti.
d. Tenaga pelatih atau pengajar adalah orang yang ahli di bidangnya.
e. Tempat pertemuan adalah di ruang tunggu puskesmas, kelurahan atau tempat
lain yang dikenal masyarakat.
f. Lamanya pelatihan tiap hari tidak lebih dari 1 jam.
g. Beri teori 20 menit, selebihnya adalah demontrasi
Materi Kegiatan:
1. Pemeliharaan diri waktu hamil
2. Makanan ibu dan bayi
3. Pencegahan infeksi dengan imunisasi
4. Keluarga Berencana
5. Perawatan payudara dan hygiene perorangan
6. Rencana persalinan
Kegiatan yang dilakukan:
a. Pakaian dan perawatan bayi
b. Contoh makanan sehat untuk ibu hamil dan menyusui
c. Makanan bayi
d. Perawatan payudara sebelum dan setelah persalinan
e. Peralatan yang diperlukan ibu hamil dan menyusui
f. Cara memandikan bayi
g. Demontrasi tentang alat kontrasepsi dan cara penggunaanya
Pelaksana:
a. Pelaksana utama meliputi dokter puskesmas, pengelola KIA, Kader, Bidan.
b. Pelaksana pendukung meliputi camat, kades, pengurus LKMD, tokoh
masyarakat.
c. Pelaksana pembina meliputi sub din KIA Propinsi, tim pengelola KIA
kabupaten.
Faktor Penentu Keberhasilan:
a. Faktor manusia
b. Faktor sarana (tempat)
c. Faktor prasarana (fasilitas).

40
Tugas Bidan Sebagai Pengelola Pelayanan KIA/KB:
a. Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan
kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
diwilayah kerjanya dengan melibatkan keluarga dan masyarakat.
b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan program
sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi,
kader kesehatan, dan tenaga kesehatan lain yang berada diwilayah kerjanya.
Tugas Kader dalam KB – KIA
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya
kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam
pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang
diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.
4. Dasa Wisma
Dasa Wisma adalah bagian dari organisasi PKK yang berada di tingkat
paling bawah yaitu suatu kelompok yang beranggotakan 10 KK sampai dengan
20 KK yang diketuai oleh seseorang yang dipilih oleh mereka. Dasa Wisma
mengambil peranan yang sangat penting dan strategis dalam pemberdayaan
keluarga menuju masyarakat yang sejahtera. Banyak Program-program pokok
PKK yang pelaksanaannya justru di tingkat Dasa Wisma ini , terutama program
sandang, pangan, kesehatan, pengembangan kehidupan koperasi, pendidikan
dan ketrampilan, kelestarian lingkungan hidup dan lain-lainnya.
Pembinaan Dasa Wisma sangat diperlukan guna lebih memberdayakan
anggotanya agar lebih sejahtera.
5. Tabulin
Tabulin atau tabungan ibu bersalin merupakan bagian dari program yang
ada, dimana Ikatan Bidan Indonesia (IBI) selaku mitra Depkes dan BKKBN
turut membina masyarakat untuk sosialisasi program ini. Selain ituutk biaya
melahirkan, Tabulin juga bisa dipakai sebagai penunjang biaya pasca
persalinan. Beragam penyuluhan yang menjadi program penting dalam siaga
ini, karena dalam penyuluhan warga selalu diingatkan akan biaya kehamilan
akan 3 terlambat, yaitu terlambat mengenai tanda bahaya / di yawa, terlambat
sampai RS dan terlambat mendapat pertolongan bidan / dokter.

41
Juga bahaya 4 terlalu yaitu : terlalu sering, terlalu muda, terlalu tua,terlalu
banyak. Yang merupakan faktor resiko terjadinya komplikasi persalinan.
(www.dradio.or.id).
Sebelum ada desa siaga sudah dimulai dengan tabungan Ibu bersalin (Tabulin).
Jadi kita menerangkan ke Ibu hamil dan keluarganya, meskipun kaya. Justru
orang kaya tersebut memberikan contoh kepada orang-orang yang tidak
mampu untuk menabung. Dan Ibu hamil di berikan buku yang dibawa setiap
pemeriksaan.
Mekanisme Tabulin
Tabungan itu terbentuk berdasarkan Rw. atau Posyandu. Bila posyandunya
empat, maka tabungannya ada empat didesa itu. Sedankan Dasolin (Dana
Sosial / Bersalin) mekanismenya yaitu, masyarakatyg pasang usia subur juga
Ibu yang mempunyai balita dianjurkan menabung, yang kegunaannya untuk
membantu ibu saat hamil lagi.
Adapun manfaat dari tabulin antara lain :
1. Sebagai tabungan / simpanan itu yang digunakan untuk biaya persalinan atau
sesudah persalinan
2. Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan.
6. Donor Darah Berjalan
Donor darah berjalan adalah donor yang dilakukan tiap hari. Donor darah
berjalan ini adalah program PMI untuk memenuhi pasokan darah d PMI karena
PMI sering mengalami kekurangan pasokan darah sedangkan yang
membutuhkan donor darah sangat banyak.
7. Ambulan Desa
a. Pengertian
• Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling
peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan
kesehatan yang berbentuk alat transportasi.
• Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk
mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di
tempat pelayanan kesehatan.

42
d. Tujuan
• Tujuan umum.
Mempercepat penurunan AKI karena hamil, nifas dan melahirkan.
• Tujuan khusus.
Mempercepat pelayanan kegawat daruratan masa1ah kesehatan, bencana
serta kesiapsiagaan mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau mungkin
terjadi.
e. Sasaran
Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu dan
keluarga yang dapat menciptakan iklim yang kondusif terhadap perubahan
prilaku tersebut. Semua individu dan keluarga yang tanggap dan peduli
terhadap permasalahan kesehatan dalam hal ini kesiapsiagaan memenuhi
sarana transportasi sebagai ambulan desa.
f. Kriteria
1) Kendaraan yang bermesin yang sesuai standart (mobil sehat)
2) Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha .
3) ONLINE (siap pakai)
g. Indikator Proses Pembentukan Ambulan Desa
1) Ada forum kesehatan desa yang aktif
2) Gerakan bersama atau gotong royong oleh masyarakat dalam upaya
mencegah dan mengatasi masalah kesehatan. bencana serta kegawat
daruratan kesehatan dengan pengendalian faktor resikonya.
3) UKBM berkualitas
4) Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan.
5) Penurunan kasus masalah kesehatan, bencana atau kegawat daruratan
kesehatan.

43
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peran serta masyarakat (PSM)merupakan keikut sertaan individu,keluarga dan
kelompok masyarakat dalam setiap menggerakan upaya kesehatan yang juga
merupakan tanggung jawab sendiri,keluarga dan masyarakatnya. Dalam world
Healt Assembly 1997,peran masyarakat adalah proses untuk mewujudkan kerja
sama kemitraan antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam merencakan
,melaksanakan dan memanfaatkan kegiatan kesehatan sehingga diperoleh manfaat
berupa peningkatan kemampuan swadaya masyarakatmasyarakat berperan dalam
menentukan prasarana dan pemeliharaan teknologi tepat guna dalam pelayanan
kesehatan.
Tujuan dari PSM adalh meningkatka angka kematian ibi(AKI)dan angka
kematian bayi(AKB)
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), termasuk
PMS-HIV/AIDS
4. Pencegahan dan penangulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Pencegahan dan Penanganan Infertilitas
7. Kanker pada Usia Lanjut dan Osteoporosis
8. Berbagi aspek Kesehatan Reproduksi lain misalnya kanker serviks, mutilasi
genetalia, fistula dll.

B. Saran
Semoga makalah ini bermamfaat dan menambah pengetahuan pembaca
khususnya bagi para bidan dalam menjalani tugas dan
tanggung jawabnya.Sehubungan dengan masalah yang terkait diatas,penulias juga
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesemournaan makalah ini

44
DAFTAR PUSTAKA

Siti Cholifah; Yanik Purwanti.,2019, Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan


Kebidanan Komunitas, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jl. Mojopahit No 666
B Sidoarjo, Jawa Timur:UMSIDA Pres

45

Anda mungkin juga menyukai