Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih Sayang-Nya,
dan karena izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas Konsep Kebidanan mengenai Peran
Fungsi Bidan,Praktik Profesionalisme Bidan,Bidan sebagai pemimpin informal dan agen
perubahan Dan bidan delima sebagai upaya pelayanan berkualitas.Tak lupa shalawat serta
salam kepada Rasul akhir zaman, panutan dalam segala hal, Nabi Muhammad SAW. Pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada : orang tua tercinta yang selalu
memberikan motivasi kepada kami

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena kami
masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, apabila ada kekurangan atau kesalahan
dalam makalah ini, kami sangat mengarapkan kritik dan saran untuk kami lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk kami dan umumnya untuk kita
semua.

Padang, September 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1. 1. LATAR BELAKANG.......................................................................................................4
1. 2. TUJUAN............................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN MATERI................................................................................................6
2. 1. PERAN DAN FUNGSI BIDAN......................................................................................6
2. 1. 1. Peran Bidan....................................................................................................................6
2. 1. 2. Fungsi Bidan................................................................................................................11
2. 2. PRAKTEK PFOFESIONALISME BIDAN................................................................12
2. 2. 1. Definisi profesinalisme bidan .....................................................................................12
2. 2. 2. Ciri-ciri jabatan profesional bidan...............................................................................13
2. 2. 3. Tanggungjawab sebagai bidan profesinal....................................................................13
2. 3. BIDAN SEBAGAI PEMIMPIN INFORMAL DAN AGEN PERUBAHAN...........14
2. 3. 1. Kepemimpinan.............................................................................................................14
2. 3. 1. 1. Pengertian Kepemimpinan.......................................................................................14
2. 3. 1. 2. Teori Kepemimpinan...............................................................................................15
2. 3. 1. 3 Gaya Kepemimpinan................................................................................................15
2. 3. 1. 4. Pemimpin yang Efektif...........................................................................................16
2. 3. 1. 5. Pimpinan dan Kepemimpinan.................................................................................17
2. 3. 1. 6. Kepemimpinan dalam Pelayanan Kebidanan.........................................................17
2. 4. BIDAN DELIMA..........................................................................................................18
2. 4. 1. Latar Belakang............................................................................................................18
2. 4. 2. Konsep Bidan Delima.................................................................................................19
2. 4. 2. 1. Pengertian................................................................................................................19
2. 4. 2. 2. Logo Bidan Delima.................................................................................................20
2. 4. 3. Dasar Hukum..............................................................................................................20
2. 4. 4. Persamaan Dan Perbedaan Bidan Delima Dengan Bidan Lainnya.............................21
2. 4. 5. Tahap Tahap Bidan Delima.........................................................................................21
2. 4. 6. Manfaat Bidan Delima................................................................................................22

2
2. 4. 7. Persyaratan Bidan Delima...........................................................................................22
2. 4. 8. Pelaksanaan Bidan Delima..........................................................................................23
2. 4. 9. Monitoring Dan Evaluasi.............................................................................................25
BAB III PENUTUP................................................................................................................27
3. 1. Kesimpulan......................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG
Dalam dewasa terakhir ini angka kematian ibu dan bayi di desa semakin meningkat.
Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi didesa disebabkan karena kurangnya pengetahun
masyarakat desa tentang pentingnya menjaga kesehatan. Upaya yang dilakukan untuk
mengurangi peningkatan kematian ibu dan bayi adalah dengan menempatkan bidan disetiap
desa.
Penempatan bidan disetiap desa diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan
bayi pada saat proses persalinan, memberikan wawasan kepada masyarakat tentang
pentingnya menjaga kesehatan dan melakukan penelitian terapan dalam bidang kesehatan
sesuai dengan peran dan fungsi bidan.
Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun internasional oleh sejumlah
praktisi diseluruh dunia. Tugas utama yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan
memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana dalam
rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Bidan harus dapat memberikan supervise, perawatan dan saran yang diperlukan kepada
ibu selama periode kehamilan, persalinan dan pasca partum, membantu kelahiran sebagai
tanggungjawabnya, dan merawat bayi serta bayi baru lahir. Perawatan ini mencangkup
tindakan preventif, deteksi keadaan abnormal pada ibu dan anak, upaya mendapatkan bantuan
medis dan pelaksanaan tindakan kedaruratan bila bantuan medis tidak tersedia.
Sering kita mendengar kata perubahan (change) terutama ketika kita membahas hal-hal
berkaitan dengan upaya organisasi memperbaharui diri dalam situasi mengahadapi perubahan
di lingkungan strategi organisasi, dan setiap perubahan memerlukan orang/individu yang
menjadi pemandu proses berjalannya perubahan yang terjadi dalam suatu organisasi maupun
dalam masyarakat, guna mencapai tujuan sebagaimana diharapkan.
Pengertian agen perubahan (The Change Agent) adalah individu atau seseorang yang
bertugas mempengaruhi target/sasaran perubahan agar mereka mengambil keputusan sesuai
dengan arah yang dikehendakinya. Agen perubahan menghubungkan antara sumber
perubahan (Inovasi, Kebijakan Publik dll) dengan sistem masyarakat yang menjadi target
perubahan. Dengan demikian komunikasi adalah alat strategi bagi tercapainya suatu
perubahan dalam organisasi maupun sistem sosial dalam masyarakat. Komunikasi adalah
proses berbagi informasi dalam sistem sosial masyarakat yang menciptakan temuan

4
(innovator) dengan target perubahan (kelompok masyarakat) dan atau proses berbagi
informasi diantara sesama mereka agar mampu membangun situasi saling pengertian melalui
penjelasan/pencerahan dalam menjalin hubungan antara agen perubahan dengan kelompok
masyarakat yang menjadi target perubahan. Ada berbagai profesi yang mungkin akan
menjadi agen perubahan yang efektif dalam organisasi atau masyarakat seperti pekerja sosial,
consultant, widyaiswara, penjual barang & jasa (sales), pekerja kesehatan dan lain-lain. Dari
berbagai profesi tersebut, dalam menjalankan perannya sebagai agen perubahan dengan cara
memfasilitasi proses menyampaikan Inovasi dari sumber inovasi kepada para target dari
inovasi itu.
Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan, Bidan memiliki kewenangan untuk
memberikan Pelayanan Kebidanan (Kesehatan Reproduksi) kepada perempuan remaja
putri, calon pengantin, ibu hamil, bersalin, nifas, masa interval, klimakterium, dan
menopause, bayi baru lahir, anak balita dan prasekolah. Selain itu Bidan juga berwenang
untuk memberikan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Masyarakat.
Peran aktif Bidan dalam pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana sudah
sangat diakui oleh semua pihak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa 66% persalinan,
93% kunjungan ante natal (K1), 80% dari pelayanan Keluarga Berencana dilakukan oleh
Bidan. Peranan Bidan dalam pencapaian 53% prevalensi pemakaian kontrasepsi, 58%
pelayanan kontrasepsi suntik dilakukan oleh Bidan Praktek Swasta dan 25% pemakai
kontrasepsi pil, 25 % IUD dan 25 % implant dilayani oleh Bidan Praktek Swasta (Statistik
Kesehatan 2001).
Dari tahun ke tahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif Bidan dalam
memberikan pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti bahwa eksistensi Bidan di
tengah masyarakat semakin memperoleh kepercayaan, pengakuan dan penghargaan.
Berdasarkan hal inilah, Bidan dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan
sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanannya termasuk pelayanan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Karena hanya melalui pelayanan berkualitas
pelayanan yang terbaik dan terjangkau yang diberikan oleh Bidan, kepuasan pelanggan baik
kepada individu, keluarga dan masyarakat dapat tercapai.

1. 2. TUJUAN
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami
1. peran dan fungsi bidan
2. praktek profesionalisme bidan

5
3. bidan sebagai pemimpin informal dan agen perubahan
4. bidan delima sebagai upaya pelayanan berkualitas
 latar belakang
 konsep bidan delima
 dasar hukum
 persamaan dan perbedaan bidan delima dengan bidan yang lainnya
 tahap tahap bidan delima
 maanfaat bidan delima
 persyaratan bidan delima
 pelaksanaan bidan delima
 monitoring dan evaluasi

6
BAB II
TINJAUAN MATERI
KONSEP KEBIDANAN

2. 1. PERAN DAN FUNGSI BIDAN

Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Bidan telah diakui sebagai
sebuah profesi dan untuk dapat dikatakan sebagai seseorang yang bekerja profesional, maka
bidan harus dapat memahami sejauh mana peran dan fungsinya sebagai seorang bidan. Bidan
dalam menjalankan profesinya mempunyai peran dan fungsi yaitu pelaksana, pengelola,
pendidik dan peneliti.

3. 1. 1 Peran Bidan
Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat (Tim Media pena,2002 : 112 )
Peran bidan yang diharapkan adalah:

 Sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas
kolaborasi dan tugas ketergantungan.
a. Tugas Mandiri/ Primer
Tugas mandiri bidan yaitu tugas yang menjadi tanggung jawab bidan sesuai
kewenangannya, meliputi:
- Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan.
- Memberi pelayanan dasar pra nikah pada remaja dengan melibatkan mereka sebagai
klien.
- Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal.
- Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan
melibatkan klien /keluarga.
- Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
- Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien
/keluarga.
- Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan
KB.

7
- Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan system reproduksi dan
wanita dalam masa klimakretium dan nifas.
b. Tugas Kolaborasi
Merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya
dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari proses kegiatan
pelayanan kesehatan, meliputi :
- Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
- Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan
pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain.
- Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi
dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarganya.
- Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan klien dan keluarga.
- Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan
tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien atau ibudari bayi dan keluarga.
- Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang
mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
c. Tugas Ketergantungan / Merujuk
Ini adalah tugas yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan
yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu
menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang
dilakukan oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horisintal
maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya, seperti :
- Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan
fungsi rujukan keterlibatan klien dan keluarga.
- Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil
dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan.

8
- Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan
dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
- Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa
nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien
dan keluarga.
- Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu dan
kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan
keluarga.
- Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan
kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan.

Langkah yang diperlukan dalam melakukan peran sebagai pelaksana:

1. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien


2. Menentukan diagnosa / masalah
3. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi
4. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah disusun
5. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
6. Membuat rencana tindak lanjut tindakan
7. Membuat dokumentasi kegiatan klien dan keluarga

 Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar
kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
a. Mengembangkan Pelayanan Dasar Kesehatan
Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan
kebidanan untuk individu, keluarga kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja
dengan melibatkan masyarakat/ klien meliputi :
1. Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak
untuk meningkatkan serta mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat.
2. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil kajian bersama masyarakat.
3. Mengelola kegiatan pelayanan kesehatan khususnya KIA/KB sesuai dengan rencana.
4. Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader dan dukun atau petugas
kesehatan lain dalam melaksanakan program/ kegiatan pelayanan KIA/KB.

9
5. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya KIA
KB termasuk pemanfaatan sumber yang ada pada program dan sektor terkait.
6. Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta memelihara
kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang ada.
7. Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta keamanan praktik profesional melalui
pendidikan, pelatihan, magang, dan kegiatan dalam kelompok profesi.
8. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
b. Berpartisipasi Dalam Tim
Bidan berpartisi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain
melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader, dan tenaga kesehatan lain yang
berada di wilayah kerjanya, meliputi :
1. Bekerjasama dengan Puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberi
asuhan kepada klien bentuk konsultasi, rujukan & tindak lanjut.
2. Membina hubungan baik dengan dukun bayi, kader kesehatan, PLKB dan masyarakat.
3. Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan
lain.
4. Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi.
5. Membina kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan.

 Peran Sebagai Pendidik


Sebagai pendidik bidan mempunyai 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh
kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader.
1. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga dan
masyarakat tentang penanggulanagan masalah kesehatan khususnya KIA/KB.
2. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan/keperawatan serta membina
dukun di wilayah kerjanya.

Langkah-langkah dalam memberikan pendidikan dan penyuluhan yaitu :

a. Mengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan.


b. Menyusun rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk penyuluhan.
c. Menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan.
d. Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan.
e. Mengevaluasi hasil pendidikan dan penyuluhan.
f. Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan.

10
g. Mendokumentasikan kegiatan.

 Peran Sebagai Peneliti


Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun kelompok.
a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi/penelitian.
b. Menyusun rencana kerja.
c. Melaksanakan investigasi.
d. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
f. Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program
kerja atau pelayanan kesehatan.

2. 1.2. Fungsi Bidan

Fungsi adalah kegunaan suatu hal, daya guna, jabatan (pekerjaan) yang dilakukan, kerja
bagian tubuh (Tim Media Pena,2002:117).
Berdasarkan peran Bidan yang dikemukakan diatas, maka fungsi bidan sebagai berikut :

1. Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan pelaksana mencakup:
- Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta masyarakat
(khususnya kaum remaja) pada masa praperkawnan.
- Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus
patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
- Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
- Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi
- Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
- Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui
- Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah
- Memberi pelayanan keluarga berencanasesuai dengan wewenangnya.
- Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi,
termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan
wewenangnya.

11
2. Fungsi Pengelola
Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup:
- Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga,
kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang
didukung oleh partisipasi masyarakat.
- Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
- Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
- Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan
pelayanan kebidanan
- Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
3. Fungsi Pendidik
Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup:
- Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait
dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta KB
- Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan tanggung
jawab bidan.
- Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan
di masyarakat.
- Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang
keahliannya.
4. Fungsi Peneliti
Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup:
1) Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau
berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
2) Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan KB

2. 2. PRAKTEK PFOFESIONALISME BIDAN


3. 2. 1. Definisi profesinalisme bidan
Profesinalisme berarti memiliki sifat profesional yang dimiliki oleh seorang bidan.
Bidan profesinal termasuk rumpun kesehatan , untuk menjadi jabatan profesional memiliki 9
syarat bidan profesinal, meliputi :
1. Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika, kode etik, kebidanan
yang membentuk dasar dari asuhan yang berkualitas.

12
2. Asuhan ibu hamil
3. Asuhan kebidanan ibu melahirkan
4. Kebidanan asuhan ibu nifas menyusui
5. Asuhan bayi lahir
6. Asuhan pada bayi balita
7. Keluarga berencana
8. Gangguan reproduksi
9. Kebidanan komunitas

3. 2. 2. Ciri-ciri jabatan profesional bidan


1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan secara tenaga profesional
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
4. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
5. Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah
6. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
7. Memiliki kode etik bidan
8. Memiliki etika bidan
9. Memiliki standar pelayanan
10. Memiliki standar praktik
11. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai dengan
kebutuhan pelayanan
12. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi\
13. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur
14. Sehubungan dengan profesinalisme jabatan bidan, perlu dibahas bahwa bidan tergolong
jabatan profesinal.

2. 2. 3. Tanggungjawab sebagai bidan profesinal


1. Menjaga agar pengetahuannya tetap up to date, terus mengembangkan keterampilan
dan kemahiran agar bertambah luas serta mencangkup semua aspek peran seorang
bidan
2. Mengenali batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak berupaya
melampaui wewenangannya dalam praktik klinik

13
3. Menerima tanggungjawab untuk mengambil keputusan serta konsekuensi dari
keputusan tersebut
4. Berkomunikasi dengan pekerja kesehatan lainnya (bidan, dokter, dan perawat) dengan
rasa hormat dan martabat
5. Memelihara kerja sama yang baik dengan staff kesehatan dan rumah sakit pendukung
untuk memastikan sistem rujukan yang optimal
6. Melaksanakan kegiatan pemantauan mutu yang mencangkup penilaian sejawat,
pendidikan berkesinambungan, mengkaji ulang kasus audit maternal atau perinatal
7. Bekerjasama dengan masyarakat tempat bidan praktik
8. Meningkatkan akses dan mutu asuhan kebidanan
9. Menjadi bagian dari upaya meningkatkan status wanita, kondisi hidup mereka dan
menghilangkan praktik kultur yang sudah terbukti merugikan kaum wanita.

3. 3. BIDAN SEBAGAI PEMIMPIN INFORMAL DAN AGEN PERUBAHAN


2. 3. 1. Kepemimpinan
2. 3. 1. 1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga
orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat
menyelesaikan tugas – tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya ( Ordway Tead ).
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan
(Stogdill).
Kepemimpinan adalah hubungan yang tercipta dari adanya pengaruh yang dimiliki
seseorang terhadap orang lain sehingga orang lain tersebut secara sukarela mau dan bersedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan ( Georgy R. Terry ).
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu situasi
tertentu ( Paul Hersay, Ken Blanchard ).
Dapat dipahami dari empat batasan di atas bahwa kepemimpinan akan muncul apabila
ada seseorang yang karena sifat – sifat dan perilakunya mempunyai kemampuan untuk
mendorong orang lain untuk berpikir, bersikap, dan ataupun berbuat sesuatu sesuai dengan
apa yang diinginkannya.

14
3. 3. 1. 2. Teori Kepemimpinan
Ada beberapa yang pernah dikemukakan, antara lain :
a. Teori orang besar atau teori bakat
Teori orang besar (the great men theory) atau teori bakat (Trait theory) ini adalah teori
klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan bahwa seorang pemimpin dilahirkan, artinya
bakat-bakat tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin diperolehnya
sejak lahir.
b. Teori situasi
Bertolak belakang dengan teori bakat ialah teori situasi (situasional theory). Teori ini
muncul sebagai hasil pengamatan, dimana seseorang sekalipun bukan keturunan
pemimpin, ternyata dapat pula menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut
menyimpulkan bahwa orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya
situasi yang menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul
sebagai pemimpin.
c. Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah kepemimpinan banyak
menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari – hari sering ditemukan adanya
seorang yang setelah berhasil dibentuk menjadi pemimpin, ternyata tidak memiliki
kepemimpinan yang baik. Hasil pengamatan yang seperti ini melahirkan teori ekologi,
yang menyebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk untuk menjadi pemimpin,
tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat – bakat tertentu yang
terdapat pada diri seseorang yang diperoleh dari alam.

2. 3. 1. 3 Gaya Kepemimpinan
Telah disebutkan bahwa gaya kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh sifat dan perilaku
yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat dan perilaku antara seorang dengan orang lainnya
tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan (leadership style) yang diperlihatkanpun juga
tidak sama.
Berbagai gaya kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat
macam, yaitu :
a. Gaya Kepemimpinan Diktator
Pada gaya kepemimpinan diktator (dictatorial leadership style) ini upaya mencapai tujuan
dilakukan dengan menimbulkan ketakutanserta ancaman hukuman. Tidak ada hubungan
dengan bawahan, karena mereka dianggap hanya sebagai pelaksana dan pekerja saja.

15
b. Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada gaya kepemimpinan ini (autocratic leadership style) segala keputusan berada di
tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Pada
dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpinan dictator tetapi dalam
bobot yang agak kurang.
c. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pada gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style) ditemukan peran
serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah.
Hubungan dengan bawahan dibangun dengan baik. Segi positif dari gaya
kepemimpinan ini mendatangkan keuntungan antara lain: keputusan serta tindakan
yang lebih obyektif, tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinanya moral yang
tinggi. Sedangkan kelemahannya : keputusan serta tindakan kadang – kadang lamban,
rasa tanggung jawab kurang, serta keputusan yang dibuat terkadang bukan suatu
keputusan yang terbaik.
d. Gaya Kepemimpinan Santai
Pada gaya kepemimpinan santai (laissez-faire leadership style) ini peranan pimpinan
hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan, jadi setiap
anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masing – masing sesuai dengan
kehendak masing – masing pula.

2. 3. 1. 4. Pemimpin yang Efektif


Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi orang
lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya
perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
Menurut Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :

1. Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih
pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
2. Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta
kebutuhan orang lain.
3. Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
4. Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan.
5. Mengambil tindakan

16
2. 3. 1. 5. Pimpinan dan Kepemimpinan
Manajer atau kepemimpinan adalah orang yang bertugas melakukan proses atau fungsi
manajemen. Berdasarkan hierarki tugasnya pimpinan dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pimpinan tingkat pertama (Lower Manager)
Adalah pimpinan yang langsung berhubungan dengan para pekerja yang menjalankan
mesin peralatan atau memberikan pelayanan langsung pada konsumen. Pimpinan ini
diutamakan memiliki proporsi peranan technical skill yang terbesar dan konseptual skill
yang terkecil.
2. Pimpinan tingkat menengah (Middle Manager)
Adalah pimpinan yang berada satu tingkat di atas Lower Manager. Pimpinan ini menjadi
saluran informasi dan komunikasi timbal balik antara Lower Manager dan Top Manager,
yakni pimpinan puncak (di atas Middle Manager) sehingga pimpinan ini diutamakan
memiliki kemampuan mengadakan hubungan antara keduanya. Konseptual skill adalah
ketrampilan dalam penyusunan konsep – konsep, identifikasi, dan penggambaran hal-hal
yang abstrak. Sedangkan techmnical skill adalah ketrampilan dalam melakukan pekerjaan
secara teknik. Hubungan antara manusia merupakan ketrampilan dalam melakukan
komunikasi dengan sesama manusia lain.
3. Pimpinan puncak (Top Manager)
Pimpinan puncak adalah manajer yang menduduki kewenangan organisasi tertinggi dan
sebagai penanggung jawab utama pelaksanaan administrasi. Pimpinan ini memiliki
proporsi peranan konseptual skill yang terbesar dan technical skill yang terkecil.
Tugas – tugas pimpinan
a. Sebagai pengambil keputusan
b. Sebagai pemikul tanggung jawab
c. Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan sebagai pemikir konseptual
d. Bekerja dengan atau melalui orang lain
e. Sebagai mediator, politikus, dan diplomat.

2. 3. 1. 6. Kepemimpinan dalam Pelayanan Kebidanan


Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam organisasi &
manajemen pelayanan kebidanan (KIA/KB), kesehatan reproduksi dan kesehatan masyarakat
di komunitas dalam praktik kebidanan (Permenkes 149 pasal 8). Bidan sebagai seorang
pemimpin harus ;
a. Berperan serta dalam perencanaan pengembangan dan evaluasi kebijakan kesehatan.

17
b. Melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik kebidanan di masyarakat.
c. Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data serta mengimplementasikan upaya
perbaikan atau perubahan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan di masyarakat.
d. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif, dengan perspektif luas dan
kritis.
e. Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan pembaharuan praktik
kebidanan.

‘’Tantangan yang Dihadapi Seorang Bidan’’


1. Tantangan yang Dihadapi Seorang Bidan Dalam Penanggulangan HIV. Bidan diberbagai
belahan dunia memiliki peran kunci dalam mempromosika hak dan kesehatan reproduksi
untuk mencegah penyakit menular seksual termasuk HIV dan AIDS. Layanan konseling di
Poli kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ). Memiliki banyak fungsi yaitu kesempatan
memberikan informasi tentang cara penularan dan penanganan Hiv dan AIDS. Pencegahan
dari Ibu ke anak serta mengenalkan konseling dan tes HIV sukarela.
2. Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun
mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Di Indonesia ini jumlah bidan
memang tidak sedikit, tetapi untuk di pelosok daerah masih banyak masyarakat yang
belum paham akan arti dari bidan. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan,
artinya ia juga harus siap dengan konsekuensi yang akan terjadi. Tak mudah mengubah
pola pikir ataupun kebiasaan masyarakat. Apalagi, masalah proses persalinan. Kehadiran
tenaga medis dengan spesialisasi melayani persalinan kaum perempuan, bagi warga Mercu
dan Muktitama, termasuk hal baru. Selama ini, apabila ada yang akan melahirkan mereka
pada umumnya mengandalkan dukun.
3. Kendala yang dihadapi bides itu, tak hanya seputar masalah pendekatan kepada ibu-ibu
hamil. Sebagai daerah pedalaman, istri Irmansyah Putra itu, harus akrab dengan segala
keterbatasan infrastruktur. Antara lain, tentang jaringan listrik yang belum masuk di
kampung itu. Begitupula masalah air bersih. Krisis air paling terasa bila hujan tak kunjung
turun.

2. 4. BIDAN DELIMA

2. 4. 1. Latar Belakang
Sebagai salah satu profesi dalam bidang kesehatan, Bidan memiliki kewenangan untuk
memberikan Pelayanan Kebidanan (Kesehatan Reproduksi) kepada perempuan remaja

18
putri, calon pengantin, ibu hamil, bersalin, nifas, masa interval, klimakterium, dan
menopause, bayi baru lahir, anak balita dan prasekolah. Selain itu Bidan juga berwenang
untuk memberikan Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Masyarakat.
Peran aktif Bidan dalam pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana sudah
sangat diakui oleh semua pihak. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa 66% persalinan,
93% kunjungan ante natal (K1), 80% dari pelayanan Keluarga Berencana dilakukan oleh
Bidan. Peranan Bidan dalam pencapaian 53% prevalensi pemakaian kontrasepsi, 58%
pelayanan kontrasepsi suntik dilakukan oleh Bidan Praktek Swasta dan 25% pemakai
kontrasepsi pil, 25 % IUD dan 25 % implant dilayani oleh Bidan Praktek Swasta (Statistik
Kesehatan 2001).
Dari tahun ke tahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif Bidan dalam memberikan
pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti bahwa eksistensi Bidan di tengah
masyarakat semakin memperoleh kepercayaan, pengakuan dan penghargaan.
Berdasarkan hal inilah, Bidan dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan
sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanannya termasuk pelayanan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Karena hanya melalui pelayanan berkualitas
pelayanan yang terbaik dan terjangkau yang diberikan oleh Bidan, kepuasan pelanggan baik
kepada individu, keluarga dan masyarakat dapat tercapai.

2. 4. 2. Konsep Bidan Delima


2. 4. 2. 1. Pengertian
Bidan Delima adalah suatu program terobosan strategis yang mencakup :
- Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup Keluarga Berencana (KB)
dan Kesehatan Reproduksi.
- Merk Dagang/Brand.
- Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai tambah, lengkap, dan memiliki hak
paten.
- Rekrutmen Bidan Delima ditetapkan dengan kriteria, system, dan proses baku yang harus
dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.
- Menganut prinsip pengembangan diri atau self development, dan semangat tumbuh
bersama melalui dorongan dari diri sendiri, mempertahankan dan meningkatkan kualitas,
dapat memuaskan klien beserta keluarganya.
- Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktek Swasta dalam pelayanan Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

19
2. 4. 2. 2. Logo Bidan Delima

1. Bidan—>>>Petugas Kesehatan yang memberikan pelayanan yang berkualitas, ramah-


tamah, aman-nyaman, terjangkau dalam bidang kesehatan reproduksi, keluarga berencana
dan kesehatan umum dasar selama 24 jam.
2. Delima—>>>Buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji dan cairan
manis yang melambangkan kesuburan (reproduksi).
3. Merah—>>>Warna melambangkan keberanian dalam menghadapi tantangan dan
pengambilan keputusan yang cepat, tepat dalam membantu masyarakat.
4. Hitam—>>>Warna yang melambangkan ketegasan dan kesetiaan dalam melayani kaum
perempuan (ibu dan anak) tanpa membedakan.
5. Hati—>>>Melambangkan pelayanan Bidan yang manusiawi, penuh kasih sayang (sayang
Ibu dan sayang Bayi) dalam semua tindakan/ intervensi pelayanan.
Bidan Delima melambangkan: Pelayanan berkualitas dalam Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana yang berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah-tamah, sentuhan
yang manusiawi, terjangkau, dengan tindakan kebidanan sesuai standar dan kode etik profesi.
Logo/branding/merk Bidan Delima menandakan bahwa BPS tersebut telah memberikan
pelayanan yang berkualitas yang telah diuji/diakreditasi sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, memberikan pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan
pelanggannya (Service Excellence).

2. 4. 3. Dasar Hukum
1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Anggaran Dasar IBI Bab II Pasal 8 dan Anggaran Rumah Tangga IBI Bab III Pasal 4.
3. Kepmenkes No. 900/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan.
4. SPK (Standar Pelayanan Kebidanan) IBI 2002.

20
2. 4. 4. Persamaan Dan Perbedaan Bidan Delima Dengan Bidan Lainnya
Definisi dan pengertian bidan menurut WHO (2004), adalah orang yang telah mengikuti
program pendidikan yang diakui oleh negara, telah menyelesaikan serangkaian pelatihan dan
pendidikan kebidanan, menerima kualifikasi dan terdaftar secara legal serta mempunyai ijin
praktek kebidanan. Bidan dapat melaksanakan praktek di rumah sakit, klinik, unit-unit
kesehatan lingkungan pemukiman dan unit pelayanan lainnya. Dalam menjalankan praktek
bidan berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: a) pelayanan kebidanan; b)
pelayanan keluarga berencana; c) pelayanan kesehatan masyarakat.
Sedangkan Bidan Delima menurut IBI (2004), adalah Bidan Praktek Swasta (BPS) yang
memberikan pelayanan KB/KR yang berkualitas, sudah mengikuti standar pelayanan
kebidanan sesuai dengan ketentuan Kepmenkes No. 900/VII/2002 dan standar WHO. Bidan
Delima merupakan suatu program terobosan strategis yang mencakup: a) pembinaan pen
ingkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan
Reproduksi (KR); b) merk dagang/brand; c) mempunyai standar kualitas, unggul, khusus,
bernilai tambah, lengkap, dan memiliki hak paten dan d) rekrutmen bidan delima ditetapkan
dengan kriteria, system, dan proses baku yang harus dilaksanakan secara konsisten dan
berkesinambungan, menganut prinsip pengembangan diri dan semangat tumbuh bersama.

2. 4. 5. Tahap Tahap Bidan Delima


Proses pendaftaran dan pembentukan Bidan Delima antara lain meliputi: a) pendaftaran
dan pengisian formulir prakualifikasi, b) pengisian buku kajian mandiri dan c) validasi.
Pengisian formulir pra-kualifikasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran pelayanan bidan
yang berminat menjadi Bidan Delima, bidan yang berminat menilai diri sendiri. Syarat nilai
minimal untuk menjadi calon bidan delima (CBD) adalah 75% dari hasil pengamatan
mengenai: fasilitas, praktek pencegahan infeksi, konseling pada klien, klien untuk pelayanan
KB, klien untuk asuhan selama kehamilan, persalinan, dan nifas.
Untuk mengukur tingkat pelayanan yang diberikan, calon Bidan Delima diminta untuk
belajar dan mengisian buku kajian mandiri. Kajian mandiri merupakan penilaian sendiri oleh
bidan terhadap kinerja pelayanan KB dan persalinan. Bila pada saat mengisi buku kajian
mandiri merasa ada kekurangan, diharapkan konsultasi kepada fasilitator ataupun unit
pelaksana Bidan Delima cabang yang akan memberikan solusi, apakah dengan magang atau
mengikuti pelatihan klinis. Validasi dilakukan setelah CBD merasa siap untuk divalidasi.

21
Prosedur validasi standar dilakukan terhadap semua jenis pelayanan yang diberikan oleh
Bidan Praktek Swasta yang bersangkutan. Bagi yang lulus, yaitu yang telah memenuhi
seluruh persyaratan minimal dan prosedur standar dengan kriteria nilai harus mencapai
(100%), diberikan sertifikat yang berlaku selama 5 tahun dan tanda pengenal signage, pin,
apron (celemek) dan buku-buku. Bagi yang belum lulus, fasilitator terus mementor sampai ia
berhasil lulus jadi Bidan Delima.

2. 4. 6. Manfaat Bidan Delima


Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan berpartisipasi sebagai Bidan Delima yang
tentunya akan mendukung performa dan identitas profesionalisme Bidan Praktek Swasta,
diantaranya adalah:
1. Kebanggaan profesional
2. Kualitas pelayanan meningkat
3. Pengakuan organisasi profesi
4. Pengakuan masyarakat
5. Cakupan klien meningkat
6. Pemasaran dan promosi
7. Penghargaan bidan delima
8. Kemudahan lainnya

2. 4. 7. Persyaratan Bidan Delima


Syarat jadi Bidan (Bidan Delima)
Syarat jadi bidan yang utama yakni telah lulus mengikuti pendidikan diploma III
kebidanan dan memiliki STRB atau Surat Tanda Registrasi Bidan. Dengan memiliki kedua
syarat jadi bidan tersebut Anda dapat dikatakan menjadi seorang bidan. Namun, apabila Anda
ingin membuka praktik mandiri, syarat tersebut belum cukup. Anda harus memiliki surat izin
praktik bidan (SIPB) terlebih dahulu. Untuk mendapatkan SIPB, Anda harus menjadi anggota
organisasi profesi bidan atau IBI. Selain itu, Anda juga harus memiliki tempat dan peralatan
tertentu yang dapat mendukung untuk memberikan asuhan kebidanan.
Pendidikan kebidanan menjadi seorang bidan merupakan pendidikan diploma III
kebidanan. Diploma III kebidanan merupakan pendidikan minimal yang harus ditempuh oleh
seorang bidan. Pada dasarnya pendidikan kebidanan yang terdapat di Indonesia tidak hanya
pendidikan diploma III kebidanan. Di Indonesia sendiri terdapat pendidikan Diploma IV
kebidanan, S1 kebidanan, dan S2 kebidanan. Namun syarat jadi bidan minimal telah

22
menempuh pendidikan diploma III kebidanan. Setelah bidan tersebut menempuh pendidikan
kebidanan, maka akan memperoleh ijazah dan transkrip nilai. Di sini, bidan tersebut
sebenarnya masih dikatakan belum menjadi seorang bidan karena, seseorang dikatakan
sebagai bidan apabila telah menempuh pendidikan diploma III kebidanan dan telah terdaftar.
Bidan yang telah terdaftar ditandai dengan kepemilikan STR atau surat tanda registrasi. STR
ini dapat diperoleh melalui ujian kompetensi yang dilaksanakan oleh organisasi profesi dan
institusi pendidikan kebidanan. Setelah mendapatkan STR, barulah orang tersebut dapat
dikatakan sebagai seorang bidan.
Bidan yang telah memiliki ijazah bidan dan STR bidan dikatakan sebagai bidan. Namun,
belum dapat membuka praktik mandiri. Bidan ini hanya dapat bekerja pada tempat pelayanan
kesehatan seperti klinik kebidanan, puskesmas, atau rumah sakit, agar bidan tersebut dapat
membuka praktik mandiri, bidan harus memiliki SIPB atau surat izin praktik bidan.
Cara memperoleh surat izin praktik bidan ini cukup mudah yaitu dengan mengumpulkan
berkas yang diminta oleh dinas kesehatan setempat. Setiap dinas kesehatan akan memiliki
persyaratan yang berbeda untuk membuat SIPB. Namun, pada umumnya untuk membuat
SIPB syaratnya ialah telah menjadi anggota IBI dan memiliki sarana serta prasarana yang
telah ditentukan untuk memberikan asuhan kebidanan. Setelah mempunyai SIPB, barulah
Anda dapat melakukan praktik mandiri.
Bidan praktik mandiri atau BPM dahulu disebut dengan bidan praktik swasta. Bidan
praktik mandiri yang banyak dikenal oleh masyarakat ialah bidan delima. Bidan delima ini
menggambarkan pelayanan BPM yang berkualitas sehingga banyak masyarakat yang
memilih bidan delima sebagai tempat untuk memperoleh pelayanan kebidanan.

2. 4. 8. Pelaksanaan Bidan Delima


2. 4. 8. 1. Strategi
Menggalang upaya terpadu dalam peningkatkan kualitas pelayanan dan profesionalisme
Bidan Praktek Swasta dengan:
1. Menyiapkan pengelola program Bidan Delima di setiap jenjang kepengurusan IBI.
2. Mengembangkan jaringan pelayanan Bidan Delima yang dirancang secara sistematis
sesuai dengan standar kualitas pelayanan yang baku.
3. Mensosialisasikan program Bidan Delima kepada seluruh jajaran IBI dan Bidan Praktek
Swasta di 15 Propinsi dalam rangka meningkatkan minat dan jumlah Bidan berpredikat
Bidan Delima.
4. Memberikan penghargaan kepada Bidan Delima yang berprestasi.

23
5. Meluncurkan program pemasaran Bidan Delima untuk meningkatkan minat masyarakat
menggunakan jejaring pelayanan Bidan Delima.

2. 4. 8. 2. IMPLEMENTASI
1. Komponen Penggerak
Komponen penggerak program adalah fasilitator dan Unit Pelaksana Bidan Delima.
Fasilitator merupakan orang terdepan dan pioneer dalam pengembangan program Bidan
Delima di lingkungannya masing-masing. Fasilitator dipilih dan ditunjuk oleh Pengurus
Cabang untuk melaksanakan rekrutmen, menstarship/pembimbingan dan validasi terhadap
calon Bidan Delima lainnya. Untuk menjadi fasilitator melalui pelatihan terlebih dahulu.

2. Buku Panduan
Program ini telah dilengkapi dengan berbagai buku pedoman, panduan, dan instrumen
sebagai berikut :
a. Untuk manajemen.
- Panduan pengorganisasian.
- Petunjuk teknis pelaksana tingkat provinsi.
- Petunjuk teknis pelaksana tingkat kabupaten/kota
b. Untuk fasilitator.
- Buku Panduan fasilitator.
- Buku acuan fasilitator.
- Instrumen pra kualifikasi.
- Instrumen validasi.
c. Untuk pelatih fasilitator.
- Pedoman pelatih.
- Buku acuan pelatih.
- Buku acuan peserta pelatihan.
d. Untuk Bidan Delima.
- Panduan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
- Panduan praktis pelayanan kontrasepsi.
- Panduan pencegahan infeksi.
- Kode etik profesi.
- Panduan pendidikan berkelanjutan.
- Standar pelayanan kebidanan.

24
- Buku panduan kajian mandiri.
- Poster, leaflet.
e. Untuk semua (1, 2, 3, 4)
- Buku Panduan Kajian Mandiri
- Buku Konsep Bidan Delima

3. Proses Menjadi Bidan Delima


Ada beberapa tahap yang harus dilalui seorang Bidan/BPS yang ingin menjadi Bidan Delima,
yaitu:
a. Untuk menjadi Bidan Delima, seorang Bidan Praktek Swasta harus memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan, yaitu : memiliki SIPB, bersedia membayar iuran, bersedia
membantu BPS menjadi Bidan Delima dan besedia mentaati semua ketentuan yang
berlaku.
b. Melakukan pendaftaran di Pengurus Cabang.
b. Mengisi formulir pra kualifikasi.
c. Belajar dari Buku Kajian Mandiri dan mendapat bimbingan fasilitator.
d. Divalidasi oleh fasilitator dan diberi umpan balik.
Prosedur validasi standar dilakukan terhadap semua jenis pelayanan yang diberikan oleh
Bidan Praktek Swasta yang bersangkutan.
Bagi yang lulus, yaitu yang telah memenuhi seluruh persyaratan minimal dan presedur
standar, diberikan sertifikat yang berlaku selama 5 tahun dan tanda pengenal signage, pin,
apron (celemek) dan buku-buku. Bagi yang belum lulus, fasilitator terus mementor sampai ia
berhasil lulus jadi Bidan Delima.

2. 4. 9. Monitoring Dan Evaluasi


Dalam rangka mempertahankan kualitas pelayanan Bidan Delima secara konsisten, dirancang
suatu sistem monitoring yang mencakup antara lain:
1. Laporan bulanan
Secara rutin Bidan Delima diminta untuk mengirimkan laporan kepada PC IBI untuk
diteruskan ke PP dan ditembuskan ke PD sehingga dapat dianalisa kemajuan,
perkembangan dan hambatan yang dihadapi di lapangan.
2. Merancang Instrumen Penilaian Kualitas.

25
Instrumen (tools) yang dibagikan dan diisi oleh beberapa sampel Bidan Delima setelah 6
bulan pelaksanaan program. Kajian ini dibagikan melalui PC IBI setempat dan dikirimkan
kepada PD dan PP untuk proses analisa selanjutnya.
3. Monitoring lapangan oleh PC, PD, PP dan Fasilitator akan dilakukan secara incognito
untuk observasi konsistensi kualitas pelayanan Bidan Delima.

26
BAB III
PENUTUP

3. 1. Kesimpulan
Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan yang diakui oleh
negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta
memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan.
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai pelayan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Kebidanan sebagai
profesi merupakan komponen yang paling penting dalam meningkatkan kesehatan
perempuan.
Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun internasional oleh sejumlah
praktisi diseluruh dunia. Tugas utama yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan
memiliki tujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana dalam
rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Untuk menjadi jabatan profesional memiliki 9 syarat bidan profesinal, meliputi :

1. Ilmu sosial, budaya, kesehatan masyarakat, konsep kebidanan, etika, kode etik, kebidanan
yang membentuk dasar dari asuhan yang berkualitas.
2. Asuhan ibu hamil
3. Asuhan kebidanan ibu melahirkan
4. Kebidanan asuhan ibu nifas menyusui
5. Asuhan bayi lahir
6. Asuhan pada bayi balita
7. Keluarga berencana
8. Gangguan reproduksi
9. Kebidanan komunitas
Dalam bahasa Inggris, bidan berasal dari kata midwife yang mengandung arti pendamping
wanita atau dukun beranak. Dan dalam bahasa sanksekerta di sebut dengan istilah “wirdhan”
yang berarti wanita bijaksana. Bidan adalah profesi yang diakui di seluruh dunia dalam
membantu kelahiran seseorang.
Peran bidan tidak hanya sebatas membantu persalinan ibu hamil. Lebih dari itu, dia dapat
berlaku sebagai garda depan peningkatan kesejahteraan perempuan dan bayi serta agen
perubahan (agent of change) bagi pembangunan kesehatan nasional. Fungsi bidan saat ini

27
masih identik dengan membantu kelahiran bayi di desa. Itu tidak salah. Memberikan nasihat
kepada ibu hamil selama masa hamil, persalinan dan masa pascapersalinan, memimpin
persalinan serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak memang menjadi tugas utama para
bidan. Namun lebih luas dari itu, bidan juga harus mampu menjalankan program
pemberdayaan perempuan. Artinya, setiap bidan harus cakap memberikan pengetahuan
bagaimana memilih pelayanan kesehatan terbaik dan hak-hak reproduksi kepada pasiennya.
Bidan delima adalah suatu program yang terobosan yang strategis mencakup : 1.
Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup lingkungan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi. 2. Merk dagang/ brand 3. Mempunyai standar kualitas,
unggul, khusus, bernilai tambah, lengkap dan memiliki hak paten 4. Rekrutmen bidan dalam
ditetapkan dengan kriteria, sistem dan proses baku yang harus dilakukan secara konsisten dan
berkesinambungan 5. Menganut prinsip pengembangan diri atau salf development, dan
semangat tumbuh bersama melalui dorongan dari diri sendiri, mempertahankan dan
meningkatkan kualitas dapat memuaskan klien beserta keluarganya 6. Jaringan yang
mencakup seluru bidan praktik swasta dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi. Dengan program yang diadakan tersebut diharapkan bidan-bidan di Indonesia
dapat meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan misalnya
untuk mendukung pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi.

28
DAFTAR PUSTAKA

Purwoastuti, Th Endang dan Walyani, Elisabeth Siwi. 2014. Konsep Kebidanan. Yogyakarta
: PT. Pustaka Baru

Sarwono Prawiroharjo Purwandari, Atik. 2008. Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Yulifah Surachmindari, Rita. 2013. Konsep Kebidanan untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta
Selatan : Salemba Medika.

Yayasan pendidikan kesehatan perempuan bekerjasama dengan Pusat pendidikan tenaga


Kesehatan Dep. Kes. RI dan Ikatan Bidan Indonesia. 2006. Panduan pengajar, Integrasi
Gender dan HAM dalam konsep Asuhan Kebidanan.

http://www.scribd.com/mobile/doc/229876482/profesionalisme-bidan

http://www.artikelbiologi.com/?s=tantangan+yang+dihadapi+bidan

http://www.kompasiana.com/auliagurdi/liku-dan-tantangan-menekuni-profesi-
bidan_5500f82aa333118d73512463

http://www.kompasiana.com/margaretkhotib/tantangan-sdm-kesehatan-di-era-mea-
2015_54f91949a3331176038b46b6

https://fatmanadia.wordpress.com/2012/03/04/kepemimpinan-dan-advokasi-dalam-
pelayanan-kebidanan/

29

Anda mungkin juga menyukai