Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH REFLEKSI KASUS DI PUSKESMAS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Clinical Edukator


Dosen Pengampuh : Bd. Elis Fatmawati, SST. MTr. Keb

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
1.Tri widyaningsih
2.Hasrita
3.Emalien limaheluw
4.Jumiati junaede
5.Neneng asniar
6.Wa ode harnisa
7.Dewa ayu Oka P
8.Dedah Umilah
9.Astiati rumalessin
10. Nita meni

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
TAHUN AKADEMIK GANJIL 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia NYA kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“REFLEKSI DIRI” ini tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama
menyelesaikan makalah ini, tidak akan mungkin dapat penulis selesaikan dengan baik. Dalam
penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat bimbingan dan dukungan serta arahan
dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM selaku Ketua STIKES Husada Jombang, yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Bd. Zeny Fatmawati, SST., M.PH selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sarjana
Kebidanan STIKES Husada Jombang.
3. dr. Hany Puspita Ariyani, MM., M.Kes selaku Wakil Ketua Bidang Akademik STIKES
Husada Jombang.
4. Bd. Elis Fatmawati, SST. MTr. Keb selaku dosen pengampuh mata kuliah Clinical
Edukator STIKES Husada Jombang
5. Teman-teman sejawat yang telah membantu dan selalu memberikan motivasi dalam
penyelesaian makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata penyusun
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu kebidanan dan pelayanan gynekologi.

Jombang, Desember 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Refleksi adalah sebuah proses metakognitif yang terjadi terus menerus dengan tujuan
pengembangan pemahaman lebih luas tentang diri sendiri dan suatu keadaan, sehingga masa
depan dapat diketahui dari keadaan sebelumnya (Sandars, 2009). Refleksi diri perlu
dimasukkan lebih awal ke dalam pendidikan dokter untuk menilai praktik refleksi sebagai inti
perilaku profesional (Kidd & Nestel, 2004). Dalam standar kompetensi dokter Indonesia,
refleksi diri dan umpan balik merupakan komponen dalam kompetensi mawas diri dan
pengembangan diri (SKDI, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan Wade & Yahbrough (1996
dalam Aukes, 2008) menunjukkan bahwa pembelajaran eksperiensial berpengaruh terhadap
refleksi diri. Powell (1989) juga menemukan bahwa mahasiswa mencapai refleksi tingkat
tinggi ketika bekerja di masyarakat. Refleksi diri berhubungan dekat dengan situasi yang
menstimulasi proses tersebut (Schon, 1987 dalam Koole et al., 2011). Tingkat refleksi rendah
atau tinggi dinilai berdasarkan teori. Pada penelitian Wald et al. (2012), penilaian tingkat
refleksi berdasarkan teori refleksi Boud, Schon, Moon dan Mezirow, sehingga tingkat refleksi
mahasiswa menjadi 5 tingkat, yaitu tingkat 1: tidak reflektif atau kebiasaan; tingkat 2: tidak
reflektif atau tindakan yang dipikirkan atau introspeksi; tingkat 3: reflektif; tingkat 4: refleksi
kritis; dan tingkat 5: belajar transformatif. Wald et al. (2012) menggunakan instrumen
Reflection Evaluation for Learners’ Enhanced Competencies Tool (REFLECT) untuk menilai
tingkat refleksi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 REFLEKSI
Refleksi diri adalah aktivitas merenung untuk melakukan introspeksi diri atau melihat
kembali hal-hal yang telah terjadi dalam hidup. Kamu bisa menganalisis kebiasaan,
pengalaman, dan keputusan yang telah diambil. Melakukan refleksi diri akan membuat
kamu mendapatkan banyak manfaat positif
Refleksi diri adalah sebuah proses melihat kembali pengalaman yang telah dijalani
untuk dapat menarik lessons learned bagi diri sendiri dan dilanjutkan dengan penyusunan
sebuah action plan untuk mengurangi kesenjangan (gap) yang masih ada antara harapan
dan kenyataan. Dalam kaitannya dengan modul Kolaborasi dan Kerjasama Tim
Kesehatan, refleksi diri merupakan suatu upaya untuk belajar dari berbagai pengalaman
berinteraksi dan bekerja sama dengan profesi kesehatan lain, dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan bekerja sama dalam sebuah tim pelayanan kesehatan
interdisiplin.
 Tujuan Refleksi diri
Hal ini perlu dilakukan agar siswa mampu memperbarui pengetahuan tersebut serta
memperluas wawasan. Refleksi adalah upaya mengajak siswa dalam rangka
mengendapkan arti manusiawi terkait materi yang telah dipelajari. Upaya ini juga
dilakukan untuk mengetahui pentingnya pengetahuan tersebut bagi sesama.
2.2 Contraseptive Technology Update (CTU)

Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive Technology Update

(CTU) merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran informasi dan teknologi kontrasepsi.

Penggunaan istilah teknologi terkini, tidaklah indentik dengan penggunaan peralatan

canggih dan piranti yang mahal. Istilah ini diartikan sebagai teknologi tepat guna dan

sesuai untuk institusi pelayanan dengan sumber daya terbatas, dilaksanakan oleh petugas

yang kompeten, dan memberi manfaat maksimal bagi masyarakat atau keluarga yang

membutuhkan pelayanan kontrasepsi berkualitas. Pemahaman tentang teknologi terkini,

juga diharapkan dapat mengurangi/menghilangkan masalah barier medik diantara

petugas klinik yang sebelumnya menjadi penghambat akses bagi keluarga yang

membutuhkan pelayanan KB.

Adanya teknologi kontrasepsi terkini akan terus mengantisipasi beberapa

hambatan dalam penggunaan alat kontrasepsi, sehingga dapat mengurangi efek samping,

menambah kenyamanan dalam menggunakan kontrasepsi. Untuk itu setiap tenaga

kesehatan harus mengetahui teknologi-teknologi kontrasepsi terkini.

Dalam meningkatkan kualitas dari pelayanan KB ini maka bidan sangat perlu

mengikuti pelatihan-pelatihan untuk mengembangkan skill, knowledge, dan ability dalam

memberikan pelayanan. Yang paling di anjurkan adalah pelatihan CTU (Contraceptive

Technology Update ) Sehingga bidan tetap mendapatkan ilmu-ilmu terbaru tentang

pelaynan KB yang diberikan di masyarkat.

I. Peran Bidan Dalam Keluarga Berencana

Peran bidan dalam keluarga berencana diakui oleh WHO, International Confiseration of

Midwife (ICM), bidan harus dapat memfasilitasi klien melalui pengetahuan dan pilihan

dengan memberikan informasi dan saran mengenai keluarga berencana yang baik.

Isu seputar penggunaan alat kontrasepsi meningkatkan adanya kebutuhan yang tidak

dapat diungkapkan oleh wanita, bidan menjadi faktor penentu dalam memanfaatkan dan

menciptakan kesempatan agar wanita dapat menyatakan kebutuhan mereka. Kesempatan

berdiskusi mengenai persoalan kesehatan seksual mungkin tidak hanya berpengaruh pada
wanita, pasangan dan anak – anaknya, bahkan juga temannya, dan pada akhirnya mungkin

dapat membantu mereka mengambil keputusan yang tepat terkait dengan kesehatan

seksualnya.

Alat kontrasepsi yang ideal seharusnya 100% efektif, sangat aman, reversible, dan tidak

menimbulkan nyeri. Kontrasepsi seharusnya tidak mengganggu spontanitas, tidak mengotori,

tidak berbau atau berasa menyengat. Selain itu, harus mudah digunakan, murah, tidak

bergantung pada ingatan penggunanya, dan tidak bergantung pada petugas kesehatan saja.

Metode yang digunakan juga tidak bertentangan dengan budaya setempat. Kontrasepsi

semacam ini hingga saat ini belum tersedia. Akan tetapi, jika memiliki pengetahuan terkini

mengenai metode kontrasepsi dan hal yang perlu diperhatikan setelah melahirkan, bidan

dapat memfasilitasi pilihan yang paling tepat bagi wanita dan pasangannya.
BAB III
REFLEKSI DIRI

1. Sektor Praktek Utama


 Sektor utama bekerja sebagai bidan Puskesms
 Posisi sebagai bidan di ruang poli KIA
 Pekerjaan yang dilakukan :
pelayanan di Puskesmas Perawatan Morokay yaitu memberikan pelayanan
Kesehatan ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi, kesehatan reproduksi,
pelayanan Konstrasepsi.
2. Pemenuhan Kompetensi
Kompetensi yang dimiliki saat ini adalah kompetensi dasar yaitu APN, MU
Kompetensi yang dimiliki dirasa masih sangat kurang mengingat beragamnya jenis
pelayanan.
3. Refleksi Celah
Pasien pendatang biasanya memakai KB IUD dan ingin memasang KB IUD ulang
akan tetapi kami belum perna mengikuti pelatihan sehingga kami tidak melayani KB
IUD.

Tahapan 1 2 3 4 5
Celah yang diprioritaskan CTU, √
Rasional : Semakin berkembangnya kesadaran √
masyarakat akan pentingnya memiliki keluarga
yang terencana mengakibatkan penggunaan alat
kontrasepsi semakin meningkat. Hal ini
mengakibatkan perlunya tenaga medis untuk
dapat melayani berbagai jenis metode kontrasepsi
yang paling cocok dengan kondisi masing-masing
peserta KB. Metode kontrasepsi seperti IUD
(intrauterine device) dan KB Implan memerlukan
kompetensi khusus dalam pemasangan maupun
pencabutannya sehingga selain memerlukan
pengetahuan (kognitif) diperlukan pula
kemampuan (skill) yang khusus.

Specific : Mengikuti Pelatihan CTU √


Measurable : Lulus Pelatihan CTU
Achieveble: Memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam pemasangan dan pencabutan
alat kontrasepsi.
Realistic and relevent : Tujuan pelatihan sesuai
dengan kebutuhan permintaan layanan kesehatan
Keluarga Berencana
Time-limited : Pelatihan dapat dilaksanakan pada
Minggu ke 1 bulan Oktober 2022
Pelatihan CTU dilakukan secara Kelas offline √
membuat peserta pelatihan lebih paham dan
gampang memahami materi secara maksimal
yang disampaikan oleh naras umber, karena
bertatap langsung serta dapat melakukan praktek
langsung dengan pasien saat pelatihan CTU.
Kekurangan kelas offline adalah jarak yang jauh
dari tempat tinggal ke lokasi pelatihan ,waktu,
biaya akomodasi,
Pelatihan dilaksanakan pada Minggu ke 1 bulan √
Oktober 2022 selama 1 minggu

4. Pencapaian target pembelajaran


 Setelah mengikuti pelatihan bidan memiliki pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku sebagaimana yang menjadi tujuan pelatihan berbasis kompetensi
sehingga mampu berkontribusi penuh pada pelayanan dan peningkatan
kualitas KB di Puskesmas.
 Manfaat
 Meningkatnya pengetahuan tenaga medis dalam melakukan
pemasangan/pemakaian berbagai alat kontrasepsi.
 Mengetahui dan mencegah factor-factor resiko dalam pemasangan alat
kontrasepsi
 Memberikan saran atau usulan terbaik pada pasien untuk memilih alat
kontrasepsi yang paling sesuai/cocok dengan pasien.
 Yang ingin dipelajari lebih lanjut adalah pelatihan PMBA

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
 Dari makalah di atas yaitu pentingnya pelatihan CTU guna memenuhi berbagai
jenis pelayanan Kontrasepsi
4.2 Saran
Pembuatan isi makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kami berharap adanya
kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun bagi peningkatan pengetahuan
di bidang ilmu Refleksi diri .
DAFTAR PUSTAKA

https://mitratrainingcenter.co.id/pelatihan-contraception-technology-update-ctu-2021/
https://www.academia.edu/38041811/EVALUASI_PELATIHAN_CTU
https://www.alodokter.com/seputar-refleksi-diri-manfaat-dan-cara-menerapkannya
https://scele.ui.ac.id/berkas_kolaborasi/konten/MKK_2014genap/PKM_tugas.pdf

Anda mungkin juga menyukai