Anda di halaman 1dari 6

KEEFEKTIFAN BILAS LAMBUNG TERHADAP PENGELUARAN RESIDU

PADA PASIEN KERACUNAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD


Dr.LOEKMONO HADI KUDUS

Disusun Oleh :
Nama : Stefanus Ardhi Nugroho
NIM : 2013011520
Kelas : PSIK VIII A

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
MARET 2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keracunan dapat terjadi secara cepat dan fatal yang segera menjadi
keadaan darurat yang mengancam nyawa maupun terjadi secara perlahan-
lahan dan lama kemudian menjadi keadaan gawat darurat. Keracunan
merupakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau
makanan ke dalam tubuh melalui berbagai cara yang berbahaya bagi tubuh
(Junaidi, 2011).
Dalam Dinas kesehatan Kabupaten Indragiri Hulu (2017)
melaporkan bahwa Badan kesehatan Dunia-WHO telah merilis data
terbaru terkait masalah keracunan makanan di seluruh dunia. Data WHO
tersebut menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia bisa sakit
karena makanan yang terkontaminasi. Berikut ini fakta-fakta dari WHO
soal kematian di seluruh dunia karena keracunan makanan sejak tahun
2010: sejumlah 582 juta orang meninggal akibat 22 penyakit berbeda yang
ditularkan melalui makanan, 351.000 jumlah kematian secara keseluruhan,
52.000 kematian disebabkan bakteri Salmonella, 37.000 kematian
disebabkan bakteri E.coli, 35.000 kematian disebabkan oleh norovirus
(virus utama dari wabah penyakit karena makanan yang terkontaminasi di
Amerika Serikat).
Menurut BPOM (2017), di Indonesia pada tahun 2016 terjadi
insiden keracunan nasional yang disebabkan oleh beberapa macam
penyebab diantaranya yaitu binatang, tumbuhan, obat tradisional,
kosmetik, pestisida, kimia, NAPZA, obat, pencemar lingkungan, makanan,
produk suplemen, minuman, dan campuran. Dimana penyebab
terseringnya adalah makanan dengan 106 jumlah insiden.
Berdasarkan data dari rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah
Kudus, angka kejadian keracunan di IGD pada tahun 2014 sejumlah 20
pasien, pada tahun 2015 sebanyak 47 pasien dengan satu pasien
meninggal, dan pada tahun 2016 sejumlah 18 pasien. Sedangkan yang
berada di Ruang Rawat Inap pada tahun 2014 sejumlah 7 pasien dengan
satu pasien meninggal, pada tahun 2015 sejumlah 4 pasien, dan pada tahun
2016 sejumlah 3 pasien.
Penyebab keracunan yang sering diberitakan adalah keracunan
yang diakibatkan oleh makanan ataupun minuman. Menurut Wirasuta
(2007) seringnya kasus keracunan makanan atau minuman dipicu oleh
berbagai faktor diantaranya semakin banyaknya bahan makanan yang
dikonsumsi oleh masyarakat, rendahnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang bahan makanan atau minuman yang mereka konsumsi.
Rendahnya kesadaran pihak-pihak produsen makanan atau minuman
terhadap tingkat keamanan makanan atau minuman yang mereka produksi
seperti penambahan bahan tambahan yang bukan diperuntukkan
penggunaannya pada makanan dan bahan pemanis buatan yang tergolong
bahan beracun.
Menurut Aghnan (2016) dalam Sikanna (2016), penyalahgunaan
bahan-bahan kimia berbahaya sebagai bahan tambahan bagi produk
makanan maupun minuman yang tidak sesuai dengan peruntukkannya
telah banyak membuat resah masyarakat. Penggunaan bahan kimia seperti
pewarna dan pengawet untuk makanan ataupun bahan makanan dilakukan
oleh produsen agar produk olahannya menjadi lebih menarik, lebih tahan
lama dan juga tentunya lebih ekonomis sehingga diharapkan dapat
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun dampak
kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan bahan-bahan berbahaya
tersebut sangatlah buruk bagi masyarakat yang mengkonsumsinya.
Keracunan makanan yang bersifat akut serta dampakm akumulasi bahan
kimia yang bersifat karsinogen merupakan beberapa masalah kesehatan
yang akan dihadapi oleh konsumen.
Sebagai akibat dari keracunan obat dan bahan kimia, keracunan
dapat menjadi suatu hal yang serius jika dibiarkan dan tidak segera
ditangani. Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat
apapun haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang
keliru atau secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru.
Identifikasi racun merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau
obat yang diduga sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan
penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat.
Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan keadaan
darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan
kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan
gejala keracunan yang timbul pada sistem pencernaan makanan yang dapat
menyebabkan muntah, diare, perut kembung dan kerusakan hati(Sartono,
2002).
Maka dari itu diperlukan suatu penanganan yang tepat dan cepat
pada kasus keracunan di suatu Instalasi Gawat Darurat rumah sakit. Salah
satu tindakan yang dapat dilakukan adalah tindakan bilas lambung. Bilas
lambung adalah cara utama pengosongan lambung dilakukan dengan
memasang selang lewat esofagus ke dalam lambung pasien. Air
dimasukkan ke dalam lambung dan kemudian dikeluarkan, dengan tujuan
untuk mengeluarkan toksin dari dalam lambung (Oman, 2008).
Pembilasan lambung efektif dilakukan apabila racun masuk
melalui mulut kurang dari 3 jam. Pembilasan lambung dapat dilakukan
setelah lewat dari 3 jam, apabila penderita sudah diberi minum susu dalam
jumlah banyak terlebih dahulu. Pembilasan lambung tidak boleh
dikerjakan apabila racun yang termakan bersifat korosif, misalnya asam
atau basa keras atau berupa bensin dan seterusnya(Junaidi, 2011).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang keefektifan tindakan bilas lambung terhadap
pengeluaran residu pada pasien keracunan di Instalasi gawat darurat
RSUD Dr.Loekmono Hadi Kudus.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan
masalah sebagai berikut:
Apakah ada keefektifan tindakan bilas lambung terhadap pengeluaran
residu pada pasien keracunan di Instalasi gawat darurat RSUD
Dr.Loekmono Hadi Kudus.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui keefektifan tindakan bilas lambung terhadap
pengeluaran residu pada pasien keracunan di Instalasi gawat darurat
RSUD Dr.Loekmono Hadi Kudus.

2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tentang keefektifan tindakan bilas lambung
terhadap pengeluaran residu pada pasien keracunan di instalasi
gawat darurat RSUD Dr.Loekmono Hadi Kudus.
b. Menganalisis keefektifan tindakan bilas lambung terhadap
pengeluaran residu pada pasien keracunan di instalasi gawat
darurat RSUD Dr.Loekmono Hadi Kudus.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya, bahan
pembanding bagi yang berkepentingan untuk penelitian sejenis yang
lebih lanjut.
2. Bagi Peneliti
Memberikan suatu pengalaman yang nyata bagi peneliti dalam
melaksanakan penelitian khususnya tentang keefektifan tindakan bilas
lambung terhadap pengeluaran residu pada pasien keracunan di
instalasi gawat darurat RSUD Dr.Loekmono Hadi Kudus.
3. Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi responden secara
langsung maupun tidak langsung.
BAB II
Racun dapat berupa gas, padat maupun cair. Racun dapat
mempengaruhi tubuh melalui berbagai cara yaitu menghambat atau
mengganggu fungsi normal dari sel, merubah fungsi normaldari organ atau
merubah ambilan normal atau transport suatu zat di dalam tubuh.
Berdasarkan cara masuknya racun terjadi melalui beberapa cara yaitu
racun tertelan (masuk melalui saluran cerna), racun yang terhisap (masuk
melalui saluran nafas), racun yang terserap (melalui kulit), racun melalui
suntikan (Jakarta Medical Service 119 Training Division, 2013).

Anda mungkin juga menyukai