Anda di halaman 1dari 7

Petunjuk:

1. Bagi kelas kedalam 10 kelompok


2. Masing-masing kelompok menyelesaikan satu kasus
3. Satu kasus yang dipilih dan diselesaikan kelompok dilakukan praktikum selama 3 minggu
dengan kasus yang sama, dari pengkajian hingga evaluasi dengan fasilitasi dari dosen
kelas praktikum
4. Setiap sesi kelas, 2 kelompok akan melakukan simulasi dari praktikum yang
dikerjakan berdasarkan kasus tersebut.
5. Jumlah anggota keluarga dan perawat keluarga dalam melakukan peran selama
praktikum (simulasi kasus) dan penyelesaiannya sesuai topik praktikum dapat
menyesuaikan jumlah anggota kelompok dan bisa ditambahkan anggota kelompok
lainnya jika perlu
6. Ingat, setiap sesi kelas praktikum ini menyelesaikan topik praktikum sesuai dengan
kontrak kuliah yang ada di RPS atau kontrak kuliah tidak boleh urutannya terbalik,
harus dari pengkajian hingga evaluasi (urut sesuai Langkah proses keperawatan keluarga)
dalam belajar praktikum ini.
7. Tugas praktikum yang telah dikerjakan diketik dan diupload di MMP. Ingatkan dosen
kelas untuk membuat link upload tugas di MMP.

Pembagian kelompok
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
Lita Kak imelda Silvia Adista Risma
Muslimatus Nafis Zhindy Anna Jihaan
Nikma Meyra Faiq Indah A. Melinda
Raras Ayu tyas Feby Anindiah Dewi dini
Prasita Flora Hilmi

Kelompok 6 Kelompok 7 Kelompok 8 Kelompok 9 Kelompok 10


Adela Anita Kamila Een Holifa
Octavia Sely Oki Ega Aulia fitri
Maulid Warda Indah S. Anggun Devi
Farizco Karina Rizal Rita Ruslan

📌 1 kelompok mengerjakan laporan praktikum (9 laporan) dalam waktu 3 minggu (TM 9-11)
📌 Pengumpulan laporan disubmit di mmp. Deadline : 1 hari saat pertemuan (akan diinfokan lebih
lanjut)
📌 Sistematika penyajian laporan dari cover langsung isinya
📌 Sesi perkuliahan (TM, PR, PBL) mulai minggu besok diisi oleh praktikum
📌 Setiap sesi pertemuan (TM, PR, PBL) akan diisi oleh roleplay 2 kelompok sesuai kasus. Saat role
play kelompok berikutnya mendokumentasikan dalam bentuk video (misal kelompok 1 roleplay,
kelompok 2 yang mendokumentasikan, dst..). Persiapan diminta oleh PJMK.
Nb : Sesi TM selasa besok langsung roleplay kelompok 1-2 diawali dengan praktikum pengkajian
data umum keluarga, sesi PR kelompok 3-4 praktikum tugas perkembangan keluarga dan
pengkajian stres koping keluarga, sesi PBL kelompok 5-6 topik praktikan pengkajian fungsi
keluarga. Semua kelompok harus siap tiap sesinya tetapi diutamakan kelompok di atas (seperti
mekanisme Kep. Medikal)
📌 Untuk praktikum nya mulai TM 9-11 diantaranya adalah sebagai berikut :
Minggu 9:
1. Praktikum pengkajian data umum keluarga
2. Praktikum tugas perkembangan keluarga dan praktikum pengkajian stres koping keluarga
3. Praktik pengkajian fungsi keluarga
Minggu 10 :
1. Praktikum pengkajian lingkungan keluarga
2. Praktikum pengkajian struktur keluarga
3. Praktikum analisis data dan perumusan diagnosis keluarga serta praktikum prioritas masalah
keperawatan keluarga
Minggu 11 :
1. Praktikum perencanaan keperawatan keluarga
2. Praktikum tindakan keperawatan keluarga
3. Praktikum Evaluasi keperawatan keluarga

Detailnya lihat di kontrak/RPS perkuliahan :


Kasus Untuk Praktikum Keperawatan keluarga

Studi Kasus 1:

Ns. Dewi sedang melakukan kunjungan rumah pada keluarga Ibu Sh dengan tahap perkembangan keluarga
adalah anak remaja (An. A 16 th dan An. I 12 th). Pada waktu kunjugan rumah tersebut didapatkan data-data
sebagai berikut: An. A merasa orang tuanya terlalu protektif terhadap dirinya dan mengatur dirinya seperti
anak kecil, ia ingin diperlakukan sebagai anak yang sudah dewasa yang dapat bertanggung jawab terhadap diri
sendiri. An. A mengatakan ia ingin orang tuanya tidak memperlakukannya lagi seperti anak kecil lagi dan ia juga
ingin untuk bisa bersahabat dengan orang tuanya. An. A merasa masih diatur dalam pergaulan oleh
keluarganya, An. A mengatakan bahwa ia merokok untuk menunjukan pada orang tuanya kalau dia sudah
bukan anak kecil lagi. An. A merasa orang tuanya tidak memahami dirinya yang sudah remaja. Sehingga ia
memberontak dengan merokok, karena ia tidak tahu bagaimana cara menyampaikan perasaannya pada orang
tuanya terutama pada ibunya. An. A terlihat merokok saat menceritakan masalahnya pada perawat. An. A
tampak antusias dalam menyatakan masalahnya. Ibu Sh tampak menyiapkan seragam sekolah An. A dan An. I.
Ibu Sh mengatakan sudah cukup waktu dia luangkan untuk anak-nak, tapi bapak W mengatakan saya terlalu
sibuk mencari uang buat keluarga saya.

Studi Kasus 2:

Keluarga Bp. R (30 tahun) bersama dengan istrinya Ibu S (28 tahun) tinggal dalam satu keluarga.
Kedua suami istri tersebut menikah kurang lebih 1 tahun yang lalu. Keadaan keluarga saat ini kurang
begitu harmonis karena Ibu S mencurigai Bp. R memiliki hubungan istimewa dengan teman
sekantornya. Ibu S saat ini juga bekerja di suatu perusahaan sebagai sekretaris direktur yang sangat
sibuk juga. Kedua pasangan suami istri saat ini belum memiliki anak, tetapi Bp. S sangat
menginginkan anak secepatnya. Kedua pasangan belum membicarakan tentang anak. Keduanya
sibuk dengan pekerjaan dan pertemuan dengan teman-teman mereka sehabis pulang kerja, sehingga
sampai di rumah rata-rata keduanya pukul 22.00 dan berangkat kantor pagi pukul 06.00. kedua sumi
istri menjelang tidur dan saat bangun tidur sering bertengkar dan kondisi rumah tidak terurus. Kedua
pasangan apabila didepan kedua orang tua merekja menunjukkan perilaku harmonis dan tidak
menampakkan keadaan masalah di kehidupan keluarganya.
Studi Kasus 3:

Keluarga Bp.S usia 50 thn, pendidikan terakhir SPG, pekerjaan guru SD. Bp.S mempunyai seorang isteri ibu T
usia 48 thn, pekerjaan ibu RT, mempunyai 2 orang anak yang pertama An. L (35 thn), S1, guru SD yg kedua An.
M (30 thn), SMA bekerja di bengkel, keduanya belum menikah. Keluarga berasal dari suku Jawa dan termasuk
dalam keluarga inti. Keluarga Bp S berada di tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa muda,
dimana dari 2 orang anaknya belum menikah dan tinggal 1 rumah. Keluarga Bp S sudah menjalankan sebagian
tugas perkembangan keluarga seperti mempertahankan keintiman pasangan dengan selalu menyampaikan
keluhan yang dirasakan antar suami istri, namun untuk merawat orang tua yang sakit khususnya pada Ibu T,
tugas perkembangan yang belum selesai adalah memandirikan anak. Kondisi Bp. S mengalami hemiparese kaki
kiri, sehingga Ibu T menjalankan semua tugas Bp. S selaku kepala keluarga dengan dibantu An L, tetapi An T
sendiri merasa tidak mau untuk dilibatkan dalam urusan rumah tangga, dengan alasan An T baru lulus SMA
dan masih perlu banyak main dengan teman-temannya, sehingga cenderung belum mau terlibat dalam
perawatan Bp. S dirumah, sehingga Ibu T melakukan semua urusan rumah tangganya, yang pada akhirnya,
patut diduga Ibu T cukup stress dengan tanda tekanan darahnya 170/100 mmHg.

Studi Kasus 4:

Keluarga Bp. P (30 tahun) bersama dengan istrinya Ibu S (28 tahun) tinggal dalam satu keluarga. Kedua suami
istri tersebut menikah kurang lebih 1 tahun yang lalu. Keadaan keluarga saat ini Ibu S sedang melahirkan anak
pertamanya melalui persalinan normal 7 hari yang lalu. Keadaan Ibu S saat ini sangat tertekan dengan peran
barunya sebagai seorang ibu karena harus meneteki bayinya setiap 2 jam sekali, masih terasa nyeri saat
bergerak, takut merawat tali pusat bayi dan memandikan bayi karena takut jatuh. Keadaan bayi saat ini sehat
dan tidak menunjukkan masalaah kesehatan. Ibu S kadang mengeluh nyeri saat meneteki dan tidak mengerti
cara perawatan payudara, Ibu S juga mengeluh kenapa berat badannya tidak cepat turun karena merasa
gendut dan tidak cantik lagi. Bp. P sibuk dengan pekerjaan kantor dan dinas luar kota sehingga jarang
memperhatikan istri dan anaknya. Ibu S saat ini tinggal di rumah bersama ibu kandungnya yang membantu
merawat bayinya serta seorang pembantu rumah tangga.
Studi Kasus 5:

Ns. Ari sedang melakukan pengkajian pada keluarga Ny. A (80 tahun) dengan tahap perkembangan lansia. Data
yang didapatkan adalah Ny. A menceritakan bahwa dia merasa sangat kesepian dan sediah setelah ditinggal
meninggal dunia suaminya 6 bulan yang lalu. Ny. A merasa hidupnya sepi karena anak dan cucunya jarang
menjenguk sedangkan dia sekarang tinggal sendiri di rumahnya. Ny. A menceritakan tidak tahu tugas
pekembangan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Ny. A tidak memeiliki perencanaan karena dia merasa
sudah tua jadi dia hanya akan menghabiskan sisa hidupnya saja. Ny. A jarang mengungkapkan perasaan sedihnya
dan mengekspresikannya hanya dengan bersdih dan menangis sendiri jika mengingat suaminya. Keluarga Ny. A
menjenguk Ny. A sebulan 1-3 kali dan tiap kali berkumpul dengan anak cucunya Ny. Jarang menceritakan
masalah kesedihannya. Anak-anak Ny. A menginginkan Ny. A mau tinggal dengan salah satu anaknya dan
berharap yang terbaik bagi Ny. A. Pada kunjungan kedua Ns. Ari melakukan pengkajian pada Ny. A (80 tahun). Ny.
A mengeluh kadang-kadang kakinya terasa pegal-pegal pada malam hari, tetapi Ny. A tidak mengetahui sakit apa
dia karena jika sudah berobat ke puskesmas sakitnya hilang. Ny. A makan seperti biasanya tanpa ada patangan
dengan daftar menu masih sama seperti waktu sebelum dia memasuki masa tua. Ny. A masih beraktivitas seperti
biasanya seperti mengikuti kajian bersama ibu-ibu RT, pergi ke sawah dan melihat kolam ikan yang dipekerjakan
pada orang lain. Ny. A merasa sudah tua jadi biasa jika dia sakit pegal-pegal pada kakinya karena dia sudah tua
jadi itu merupakan penyakit pada orang tua. Hasil pemeriksan fisik Ny. A tidak mampu menguyah makanan
dengan cepat. Ny. A mampu makan sendiri. Ny. A selalu memilih makanan yang lunak walaupun tidak banyak
gizinya. BB Ny. A 50 kg, TB Ny. A 155 cm. Gigi tinggal 4 buah (geraham atas 2 buah, geraham bawah 2 buah) dan
daerah mulut bersih. Skala kekuatan otot Ny. A: 6 5 5 5. Ny. A tidak terlihat lemah dan tidak ada bengkak di
daerah lengan dan kaki serta tidak ada kemerahan di daerah lengan dan kaki.

Studi Kasus 6:

Keluarga Bp.G usia 60 thn, pendidikan terakhir S1, pekerjaan pensiunan. Bp.G mempunyai seorang isteri Ibu B usia
58 thn, pekerjaan ibu RT, mempunyai 3 orang anak yang pertama An. L (38 thn), An. M (35 thn), keduanya sudah
menikah dan tinggal di keluarganya masing-masing, sedangkan An. H (30 tahun) baru saja menikah 1 bulan yang
lalu dan sekarang tinggal dengan keluarga barunya. Keluarga berasal dari suku Jawa dan termasuk dalam keluarga
inti. Keluarga Bp S berada di tahap perkembangan keluarga usia pertengahan. Keluarga Bp S sudah menjalankan
sebagian tugas perkembangan keluarga seperti mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan anak-
anaknya. Keadaan Ibu B saat ini sedang mengalami masalah DM dengan kaki ulkus diabetic kurang lebih 3 tahun
terakhir ini. Ibu B kurang memperhatikan pola hidup sehatnya seperti tidak patuh terhadap diet DM, jarang
melakukan latihan senam kaki diabet, dan luka dalam keadan kotor. Ibu B malas merubah pola makan karena
merasa sudah putus asa dengan keadaan penyakitnya. Ketiga anaknya secara bergantian sering menjenguk Ibu B
dan kadang mengantarkan jika periksa ke rumah sakit. Bp. G sangat sabar membantu merawat keadaan sakit Ibu
B, sehingga banyak meninggalkan kegiatan perkumpulan dengan teman-teman kerjanya dulu.
Studi Kasus 7:

Suatu keluarga dengan salah satu anggota keluarga 26 tahun melahirkan anak pertamanya dan dalam keadaan
sehat telah melewati 7 hari post partum, keluhan yang dirasakan sekarang adalah kadang masih nyeri pada
daerah perineum, lochea masih keluar sedikit-sedikit warna merah kecoklatan, menyusui aktif dengan ASI
tetapi jumlahnya sedikit, dan masih takut untuk melakukan aktivitas memandikan bayi. Pola makan biasa
kadang banyak makan karena merasa lapar sehabis menyusui. Pola eliminasi BAB agak mengalami masalah
karena BAB terasa keras dan sakit.

Studi Kasus 8:

Suatu keluarga dengan salah satu anggota keluarga yang berusia 50 tahun saat ini mengalami
lumpuh separuh sebelah kanan anggota gerak dan bicara agak pelo serta bicara sulit dan
berjalan susah. Klien mengatakan menderita hipertensi sudah sejak berusia 35 tahun dan tidak
terkontrol. Pemeriksaan fisik didapatkan kekuatan otot anggota gerak atas dan bawah kanan 1
dan anggota gerak atas dan bawah kiri 4, tekanan darah 160/90, nadi 84 x/mnt, RR 20 x/mnt dan
Temperatur 36.80C. Klien mengatakan aktivitas sehari-harinya terbatas karena mudah capek dan
anggota geraknya masih terasa berat dan saat jalan cepat lelah. Klien mengatakan kadang tiap 2
minggu sekali melakukan pijat karena membantu dalam meringankan pergerakannya.
Studi Kasus 9:

Seorang laki-laki 30 tahun didiagnosis TBC dan mendapatkan terapi OAT selama 12 bulan. Saat pengambilan
OAT bulan kedua ke Puskesmas, pasien mengeluh kencingnya berwarna merah, mual dan tidak nafsu makan.
Pasien berkeinginan untuk mengakhiri pengobatannya. Saat pendampingan kunjungan PMO ke klien TBC
oleh perawat ditemukan klien kurang patuh dalam meminum OAT. Saat pengkajian PMO merasa motivasi
klien dan keluarga kurang dalam penyembuhan kurang. Klien merasa OAT lama untuk sembuh dan membuat
klien jadi malas makan sehingga mual dan BB menurun.

Studi Kasus 10:

Ny. D., usia 61 tahun, dirawat di rumah sakit sejak 1 minggu yang lalu karena patah tulang collum femur.
Ibu D mengalami osteoporosis sehingga sangat mudah mengalami fraktur. Ny. D sudah pensiun dan
mempunyai uang pensiun golongan penggajian III/d. Ibu D. Tinggal dengan anak laki-lakinya Tn. S, usia 32
tahun dan cucunya yang berusia 5 tahun serta Ny.K usia 30 th sebagai ibu Rumah Tangga (Istri Tn.S). Tn. S
bekerja sebagai karyawan perusahaan dengan penghasilan cukup untuk pemenuhan kebutuhan sehari-
hari. Ny D. merasa khawatir tidak mampu membayar biaya perawatan karena tidak mempunyai uang
tabungan. Biasanya selama ini Tn.S. yang memenuhi kebutuhan keluarga, akan tetapi belakangan ini
Perusahaan tempat Tn.S bekerja mulai ada pengurangan produksi yang berdampak terhadap penghasilan
Tn.S sehingga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari kadang-kadang mengandalkan uang pensiun Ny.D.
Rencananya Ny.D akan dipulangkan dari rumah sakit esok hari setelah menjalani operasi collum femur dan
harus kontrol ke dokter ortopedi 1 minggu setelah pulang untuk melihat perkembangan tulang dan
lukanya. Ny. D sudah diajarkan cara menggunakan kruk dan harus tetap digunakan dalam beberapa
minggu.

Anda mungkin juga menyukai