Anda di halaman 1dari 8

Makalah

Hakikat Manusia
Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah
“ Dasar-dasar kependidikan”
Dosen pengampu : Drs. H. Riduan Saberan.M,Pd

Disusun oleh
Kelompok 1
Nama No. Npm
1. Latasya 3062011023
2. Muhammad Yusuf 3062024004
3. Patimah 3062011010
4. Sony Diky Setiawan. 3062046017
5. Zaenal Arifin. 3062046026
SEKOLAH Tinggi Ilmu Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan Persatuan
Republik Indonesia
Tahun 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Hakikat Manusia “. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Dasar-dasar
Kependidikan . Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.Dalam penulisan makalah ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Banjarmasin , 3 Maret 2021

Tim penulis
DAFTAR ISI
Judul ........................................................... i
Kata pengantar............................................ii
Daftar isi......................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ........................1
B. Rumusan masalah..................................1
C. Tujuan Masalah......................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Hakikat Manusia...........................2
2. Pemahaman tentang Hakikat Manusia...........2
3. Tinjauan Manusia Secara Evolusi.......................2
4. Pendekatan yang digunakan dalam pengkajian manusia..2

BAB III PENUTUP


Kesimpulan............................................3
Saran......................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sasaran pendidikan adalah manusia. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna
dimuka bumi ini mempunyai perbedaan dan kelebihan dengan makhluk-makhluk lain. Akal,
merupakan sesuatu hal yang dimiliki oleh manusia yang sangat berguna untuk mengatur
insting serta ego manusia itu sendiri agar tercapai tujuan kehidupannya. Dengan akal,
manusia bisa mempelajari makna serta hakikat kehidupan dimuka bumi ini, tanpa akal,
manusia tidak mempunyai perbedaan sedikitpun dengan makhluk yang lainnya. Akal juga
membutuhkan ilmu serta pengetahuan agar bisa berjalan dengan fungsinya, hakikat
manusia sebagai makhluk yang selalu membutuhkan ilmu pengetahuan. Hakikat manusia
bisa menjadi makhluk individual, makhluk sosial, makhluk peadegogis dan manusia sebagai
mahkluk yang beragama.
B. Rumusan masalah
Makalah ini membahas pokok bahasan tentang :
1. Pengertian Hakikat Manusia
2. Pemahaman tentang Hakikat Manusia
3.Bagaimana tinjauan manusia secara evolusi?
4. Pendekatan apa yang digunakan dalam pengkajian manusia?
C. Tujuan
1. Mahasiswa memahami pengertian hakikat manusia.
2. Mahasiswa dapat menerapkan hakikat manusia di dunia pendidikan.
3.Mahasiswa mengetahui tinjauan manusia secara evolusi.
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Individu yang memiliki sifat rasional
yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
2. Pemahaman tentang Hakikat Manusia
Para ahli mempunyai pemahaman yang beragam dalam memahami hakikat tentang
manusia, hal ini dapat kita lihat dari berbagai pendapat berikut; Charles Robert Darwin
(1809-1882) menetapkan manusia sejajar dengan binatang, karena terjadinya manusia dari
sebab-sebab mekanis, yaitu lewat teori descendensi (ilmu turunan) dan teori natural
selection (teori pilihan alam) Ernest Haeckel (1834-1919) menyatakan manusia dalam segala
hal menyerupai binatang beruas tulang belakang, yakni binatang meanimal Aristoteles (384-
322) memeberikan definisi manusia sebagai binatang yang berakal sehat yang mampu
mengeluarkan pendapatnya, dan berbicara berdasarkan pikirannya (the animal than
reasons). Disamping itu manusia juga binatang yang berpolitik (zoon politicon) dan binatang
yang bersosial (social animal) Harold H. Titus menempatkan manusia sebagai organisme
hewani yang mampu mempelajari dirinya sendiri dan mampu menginterpretasi terhadap
bentuk-bentuk Hidup serta dapat menyelidiki makna eksistensi insani (Endang Saifudin,
dalam Muhaimin, 1993;31) Ahli mantiq mendevinisikan manusia sebagai “al-insan
hayawanun nathiq” (manusia adalah hewan yang berbahasa) Dalam Islam manusia
dipandang sebagai manusia, bukan sebagai binatang, karena manusia memiliki derajat yang
tinggi, bertanggung jawab atas segala yang diperbuat, serta makhluk pemikul amanah yang
berat. Berikut pemahaman para pemikir Islam tentang manusia;Al-Farabi, Al-Ghazali, dan
Ibnu Rusyd menyatakan bahwa hakikat manusia itu terdiri dari dua komponen penting,
yaitu;
a) Komponen jasad. Menurut Farabi, komponen ini berasal dari alam ciptaan yang
mempunyai bentuk, rupa, berkualitas, berkadar, bergerak dan diam, serta berjasad dan
terdiri atas organ. Al-Ghazali memberikan sifat jasad manusia yang ada dalam bumi ini yaiu,
dapat bergerak, memiliki rasa, berwatak gelap dan kasar, dan ini tidak berbeda dengan
benda-benda lain, sedangkan Ibnu Rusyd berpendapat bahwa komponen jasad merupakan
komponen materi. (Ahmad Daudy, 1989:58-59)
b) Komponen jiwa. Menurut farabi, komponen jiwa berasal dari alam perintah (alam
kholiq) yang mempunyai sifat berbeda dengan jasad manusia. Hal ini karena jiwa
merupakan roh dari perintah Tuhan walaupun tidak menyemai Drat-Nya. Menurut al-
Ghazali, jiwa ini dapat berfikir, mengingat, mengetahui, dan sebagainya, sedangkan unsur
jiwa merupakan unsur rohani sebagai penggerak jasad untuk melakukan kerjanya yang
termasuk alam ghaib. Bagi Ibnu Rusyd jiwa adalah sebagai kesempurnaan awal bagi jasad
alami yang organik (Ahmad Daudy, 1989; 59)
Ibnu Miskawih, menambahkan satu unsur lagi disamping unsur jasad dan jiwa, yaitu unsur
hayah (unsur hidup). Hal ini karena pada diri manusia ketika dalam bentuk embrio
(perpaduan antara ovum dan sperma) sudah terdapat kehidupan walaupun roh belum
ditiupkan, sedangkan hayah sendiri terdapat pada sperma dan ovum yang membuat embrio
hidup dan berkembang. Jadi hayah bukan komponen jasmanai yang berasal dari tanah dan
bukan pula komponen jiwa atau rohani yang ditiupkan oleh Allah.(Syahminan Zaini,
1984:23)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manusia pada dasarnya dapat ditempatkan
dalam tiga kategori, yaitu;
a. Manusia sebagai makhluk biologis (al-Basyar) pada hakekatnya tidak berbeda
dengan makhluk-makhluk biotik lainnya walaupun struktur organnya berbeda,
karena struktur organ manusia lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk-
makhluk lain.
b. Manusia sebagai makhluk psikis (al-insan) mempunyai potensi rohani seperti fitrah,
qolb, ‘aqal. Potensi tersebut menjadikan manusia sebagai makhluk yang tertinggi
martabatnya, yang berbeda dengan makhluk lainnya, artinya apabila potensi psikis
tersebut tidak digunakan, manusia tak ubahnya seperti binatang bahkan lebih hina.
c. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai tugas dan tanggung jawab sosial
terhadap alam semesta, ini disebabkan karena manusia tidak hanya sebagai Abdullah
tetapi juga sebagai khalifatullah untuk mewujudkan kemakmuran, kebahagiaan
dalam kehidupan dunia dan akhirat.
3.Tinjauan Secara Evolusi
Makhluk yang paling tidak teratur kondisinya adalah manusia, maka dengan sifat keadilan-
Nya Tuhan memberi perlakuan khusus kepada manusia yaitu diberi peraturan khusus
(wahyu berupa kitab suci) dan terlahir dalam kondisi tak berdaya.Yang dipunyai manusia
ketika lahir hanyalah potensi-potensi dengan bantuan orang lain berupa pendidikan maka
manusia dapat mengembangkan potensinya. Evolusi pada manusia tidak hanya dalam
pengertian biologi saja, melainkan menyangkut pula pengertian dalam bidang kemampuan
intelektual, tingkah laku, dan peradaban manusia.
3.1. Evolusi dalam Bidang Kemampuan Intektual
Bukti-bukti penemuan fosil manusia menunjukkan bahwa volume otak manusia purba lebih
kecil dibandingkan dengan otak manusia modern. Kecilnya volume otak diyakini
menunjukkan rendahnya kemampuan intelektualnya. Akan tetapi semenjak manusia
menemukan bahasa sebagai alat komunikasi perkembangan kemampuan intelektualnya
melampaui batas-batas perkembangan evolusi biologisnya ( koenntjaraningrat,1987).
Dengan demikian kita dapat mengatakan, bahwa semenjak manusia menemukan bahasa
dan tulisan telah mulai ada revolusi ilmu dan revolusi dalam pelaksanaan pendidikan.
3.2. Evolusi manusia dalam Bidang Tingkah Laku
Evolusi manusia dalam bidang tingkah laku terkait dengan perkembangan secara evolusi
dalam bidang biologisnya. Menurut (Barre,1954) semenjak evolusi biologis sampai pada
tahap yang memungkinkan kombinasi antara mata, tangan, dan kemampuan berjalan tegak,
mulai terjadi revolusi dalam tingkah laku manusia.
3.3. Evolusi Manusia dalam Perkembangan Peradaban
Margaret Mead, Sastrapratedja (1991) menyatakan bahwa, telah terjadi perkembangan
kebudayaan dari pasca-figuratif dan ko-figuratif menuju prafiguratif.
Kebudayaan pascafigurative adalah kebudayaan tradisional, dimana generasi terdahulu
dengan mudah mewariskan kebudayaannya kepada generasi berikutnya. Dalam kebudayaan
kofiguratif, teriring dengan perkembangan jumlah dan kemampuan manusia, muncullah
berbagai institusi social baru yang mempunyai tugas pewarisan nilai antar generasi. Institusi
baru itu diantara-Nya adalah lembaga pendidikan. Selanjutnya dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka berbagai aspek kehidupan berubah dengan cepat.
Sesuatu kebudayaan baru belum mempola sudah diganti dengan kebudayaan yang lebih
baru lagi. Antara stimulus yang bermunculan dengan respon jaraknya terlalu pendek.
Dengan demikian tidak ada waktu untuk mengolah stimulus yang bermunculan tersebut.
Kebudayaan demikian disebut pra-figuratif.
4.Pendekatan dalam Pengkajian Manusia
1. Pendekatan Multidisipliner
Pendekatan multidisipliner adalah pendekatan yang dalam mengkaji sesuatu melibatkan
beberapa disiplin ilmu secara berdiri sendiri. Dalam mengkaji manusia berarti digunakan
beberapa cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, antara lain: psikologi tentang
hakikat makna dan perilaku manusia, pendidikan tentang upaya pengubahan perilaku
manusia, demografi tentang populasi manusia, biologi tentang tubuh manusia, sosiologi
tentang hakikat dan proses sosial para manusia, antropologi: diantara-Nya tentang
kebudayaan manusia.
2. Pendekatan Interdispliner
Perbedaan pendekatan Interdispliner dengan pendekatan multidisiplioner terletak pada
pengkajinya. Dalam pendekatan multidisiplioner pengkajinya adalah seorang spesialis,
sedangkan dalam Interdispliner pengkajinya adalah seorang generalis. Seorang generalis,
dalam mengkaji manusia, menguasai beberapa disiplin ilmu tentang manusia sekaligus.
Pendekatan Yang Dipakai Dalam Pengkajian Ini Pengkajian ini lebih banyak menggunakan
pendekatan interdisipliner yaitu menggunakan teori-teori dan konsep-konsep yang telah
berkembang dalam berbagai ilmu dan diramu secara efektif.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Pada hakikatnya manusia adalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, diciptakan dalam
bentuk paling sempurna. Manusia adalah makhluk spiritual yang akan menjalani fase-fase
peristiwa kehidupan baik sebelum lahir, sekarang maupun setelah mati. Spiritual merupakan
aspek non fisik yang mampu memberikan kekuatan manusia untuk lebih dari sekedar hidup.
Jadi manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan sebagaimana juga makhluk-makhluk yang lain
di muka bumi ini dan setiap makhluk yang dijadikan itu memiliki ciri-ciri tertentu yang
membedakan ia dengan makhluk lainnya.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk utama dalam dunia alami, makhluk yang
berkemauan bebas, makhluk yang sadar dan sadar diri, kreatif, idealis, serta makhluk moral.
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipil ( jadi
bukan hanya gradual ) membedakan manusia dari hewan.
SARAN
Sebagai civitas akademik yang berpendidikan, sebaiknya mahasiswa memahami pengertian
hakikat manusia dan dapat menerapkan hakikat manusia di dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Munib, Achmad. 2010.Pengantar Ilmu pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Tirtarahardja, Umar. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Depddikbud.
http://everandmore.blogspot.com/2011/09/hakikat-manusia-dan-dimensi-dimensinya.html
(diunduh pada tanggal 12 Maret 2013 pukul 10.57 WIB).
http://iisratnaningsih.blogspot.com/2011/10/pemecahan-masalah-ekonomi-melalui.html
( diunduh pada 11 MARET 2013 pukul 7.46).
http://www.scribd.com/doc/38588449/PENGANTAR-ILMU-PENDIDIKAN#download
https://www.uin-malang.ac.id/blog/post/read/131101/hakekat-manusia-dan-implikasinya-
dalam-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai