Anda di halaman 1dari 21

MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM

MAKALAH INI SEBAGAI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH


PENDIDIKAN AGAMA ISLA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN
2019/2020

DISUSUN OLEH :

ACHMAD SOFIAN 1910112022

MAYKA NUR AGNI 1910112034

SITA AYU SAMSIAH 1910112035

PRAMESWY PARADIBAH K 1910112036

DESTA MALDINA 1910112059

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNA NASIONAL
”VETERAN” JAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang
ini. Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas kelompok
Matuliah Pendidikan Agama Islam semester 2 di Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa


dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna


dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Jakarta, 13 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Proses Kejadian Manusia ..................................................3
B. Nama Lain Manusia Dalam Al-Qur’an dan Keistimewaannya .................4
C. Tujuan Penciptaan Manusia .......................................................................8
D. Tanggung Jawab Manusia........................................................................10
E. Harkat dan Martabat Manusia ..................................................................11
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .....................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena
itu, manusia sering menjadi perbincangan di berbagai kalangan.
Hampir semua lembaga pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya,
dan dampak dari karya-karyanya terhadap diri sendiri, masyarakat, dan
lingkungan tempat tinggalnya.
Indonesia merupakan negara yang religius dan memiliki toleransi
yang tinggi. Hal ini terbukti dengan banyaknya agama yang
berkembang di indonesia dan rukunnya kehidupan antar umat berbeda
agama di indonesia. Islam adalah salah satu agama yang berkembang
di indonesia dan mayoritas penduduk indonesia merupakan pemeluk
agama islam. Islam mengajarkan umatnya untuk saling berbagi dan
menyayangi satu sama lain, membantu siapa pun yang memerlukan
bantuan termasuk umat beda agama. Di mata allah SWT, semua
manusia adalah sama. Amal dan ibadahnya yang membedakan derajat
seorang manusia dengan manusia lain.
Alasan tersebutlah yang membuat penulis merasa tertarik untuk
mengkaji lebih dalam mengenai manusia menurut pandangan islam.
Selain alasan tersebut, yang melatarbelakangi penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis ajukan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses kejadian Manusia?
2. Apa saja nama lain manusia dalam Al-Qur’an dan keistimewaannya?
3. Bagaimana tujuan penciptaan manusia?
4. Bagaimana tanggung jawab manusia?
5. Bagaimanakah harkat dan martabat manusia?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui nama lain manusia dalam Al-Qur’an dan
keistimewaannya
2. Untuk mengetahui proses kejadian manusia
3. Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia
4. Untuk mengetahui tanggung jawab manusia
5. Untuk mengetahui harkat dan martabat manusia

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat memperluas wawasan dalam mengenai manusia menurut
pandangan islam

2. Bagi Pembaca
Pembaca dapat mengetahui tentang manusia menurut pandangan
islam serta dapat dijadikan bahan referensi

3. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat lebih memahami tentang Islam dan mahasiswa
dapat mengetahui bagaimanakah manusia menurut pandangan
Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Proses Kejadian Manusia


Manusia adalah makhluk dan bukan ada dengan sendirinya, tetapi
dijadikan oleh Allah swt. Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah telah dijelaskan
dengan jelas mengenai proses kejadian manusia. Seperti firman Allah swt.
dalam surat Al-Insaan (76) : 2,

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang


bercampur …”. (QS. Al Insaan (76) : 2).
Dan juga seperti sabda Nabi saw. yang artinya: “Sesungguhnya setiap
orang diantara kamu dikumpulkan pembentukan (kejadiannya) di dalam rahim
ibunya selama empatpuluh hari berupa nutfah (air yang kental/sperma)
kemudian menjadi segumpal darah selama itu juga, lalu menjadi gumpalan
seperti daging selama itu juga, hingga diutuslah Malaikat kepadanya,
kemudian Malaikat itu meniupkan ruh kepadanya, dengan sekaligus
diperintah/ditentukan empat perkara: (yaitu) rizkinya, ajalnya/umurnya, amal
perbuatannya dan ditetapkan ia celaka atau bahagia.“ (Al Hadits).
Selain itu, dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya
kedokteran yang semakin maju ini juga telah meneliti tentang proses kejadian
manusia ini yaitu sejak bertemunya sperma dan ovum dalam rahim ibu (masa
inkubasi) hingga terbentuk manusia yang dilahirkan ke dunia. Sekarang ini
dalam dunia kedokteran proses melahirkan manusia tidak hanya melalui rahim
ibu, tetapi bisa dengan proses bayi tabung misalnya. Bahkan yang terbaru dan
perlu ditanyakan sah tidaknya menurut Islam adalah seperti proses implantasi
embrio ke dalam rongga perut laki-laki, karena hal ini menyalahi kodrat yang
telah ditentukan bahwa yang melahirkan itu adalah seorang perempuan bukan
seorang laki-laki.

3
Terlepas dari itu semua kita kembali ke pokok masalah, yaitu proses
kejadian manusia. Dalam Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia
mempunyai dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan
tahapan primordial. Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Manusia pertama,
Adam a.s. (keterangan lebih jelas di sub bab kedua, asal usul manusia)
diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min
hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan
seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri
(manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al
Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman (55):4).

B. Nama Lain Manusia Dalam Al-Qur’an Dan Keistimewaannya


Menurut Al-Qur’an manusia dikenal dalam tiga kata yang biasa diartikan
sebagai manusia, yaitu al-basyar, al-ins atau al insaan, an-nas, manusia
sebagai abdun, manusia sebagai khalifah, dan manusia sebagai bani adam .
Namun, jika ditinjau dari segala bahasa serta penjelasan Al-Quran sendiri
pengertian ketiga kata tersebut saling berbeda.
1. Al Basyar
Al-Basyar adalah gambaran manusia secara materi yang dapat
dilihat, memakan sesuatu, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi
kebutuhan kehidupannya. Manusia dalam pengertian ini terdapat dalam
Al-Qur’an sebanyak sekitar 27 kali diberbagai surah. Kata basyar
secara etimologis berasal dari kata (ba’, syin, dan ra’) yang berarti
sesuatu yang tampak baik dan indah, bergembira, menggembirakan,
memperhatikan atau menurus suatu. Menurut M. Quraish shihab, kata
basyar terambil dari akar kata yang pada umumnya berarti
menampakkan sesuatu dengan baik dan indah. Dari kata yang sama
lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamakan basyarah
karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang
lainnya.

4
Kata basyar dapat juga diartikan sebagai makhluk biologis.
Tegasnya memberi pengertian kepada sifat biologis manusia seperti
makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain. Sebagaimana surat
yusuf ayat 31 yaitu:
“Maka tatkala wanita itu ( Zulaikha ) mendengar cercaan mereka,
diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka
tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka
sebuah pisau ( untuk memotong jamuan ), kemudian dia berkata (
kepada yusuf ) : “ keluarlah ( nampakkanlah dirimu ) kepada
mereka”. Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum
kepada ( keelokan rupa) nya, dan mereka melukai ( jari ) tangannya
dan berkata :”Maha sempurna allah, ini bukanlah manusia.
Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.” (Q.S
Yusuf (12) : 31)
Ayat ini menceritakan wanita-wanita pembesar mesir yang
didukung Zulaikha dalam suatu pertemuan yang takjub ketika melihat
ketampanan Yusup as. Dari segi moralitas atau intelektuualitasnya,
melainkan pada keperawakannya yang tampan dan berpenampilan
mempesona yang tidak lain adalah masalah biologis.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia dengan
menggunakan kata basyar, artinya anak keturunan adam (bani adam),
makhluk fisik atau biologis yang suka makan dan berjalan ke pasar.
Aspek fisik itulah yang menyebut basyar mencakup anak keturunan
adam secara keseluruhan. Al-Basyar mengandung pengertian bahwa
manusia mengalami proses reproduksi seksual dan senantiasa berupaya
untuk memenuhi semua kebutuhan biologisnya, memerlukan ruang dan
waktu, serta tunduk terhadap hukum alamiahnya, baik yang berupa
sunnatullah (sosial kemasyarakatan), maupun takdir allah (hukum
alam). Semuanya itu merupakan konsekuensi logis dari proses
pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, Allah SWT, memberikan
kebebasan dan kekuatan kepada manusia sesuai dengan batas

5
kebebasan dan potensi yang dimilkinya untuk mengelola dan
memanfaatkan alam semesta, sebagai salah satu tugas kekhalifahannya
di muka bumi.
2. An-Nas
Kata al-Nas dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali dalam
53 surat. Kata al-Nas menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai
makhluk hidup dan makhluk sosial, secara keseluruhan, tanpa melihat
status keimanan atau kekafirannya, atau suatu keterangan yang jelas
menunjuk kepada jenis keturunan nabi Adam.
Kata al-Nas dipakai al-Qur’an untuk menyatakan adanya
sekelompok orang atau masyarakat yang mempunyai berbagai kegiatan
(aktivitas) untuk mengembangkan kehidupannya. Penyebutan manusia
dengan kata al-Nas lebih menonjolkan bahwa manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan dan bersama-
sama manusia lainnya.
Sebagaimana dalam al-Qur’an allah berfirman, tepatnya pada surat
Al-Hujarat ayat 13 yang berbunyi:

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya allah
maha mengetahui lagi maha mengenal.” ( Q.S Al-Hujurat (49) : 12 )

Jika kita kembali ke asal mula terjadinya manusia yang bermula


dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa), dan berkembang
menjadi masyarakat dengan kata lain adanya pengakuan terhadap
spesies di dunia ini, menunjukkan bahwa manusia harus hidup
bersaudara dan tidak boleh saling menjahtuhkan. Secara sederhana,
inilah sebenarnya fungsi manusia dalam konsep al-Nas.

6
3. Al-Insan

Adapun penamaan manusia dengan kata al-Insan yang berasal dari


kata al-uns, dinyatakan dalam al-Qur’an sebanyak 73 kali. Secara
etimologi al-Insan dapat diartikan harmonis, lemah lembut, tampak,
atau pelupa.

Kata al-Insan juga digunakan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan


proses kejadian manusia sesudah dan kejadiannya mengalami proses
yang bertahap secara dinamis dan sempurna di dalam rahim.
Sebagaimana dalam al-Qur’an dalam surat al-Nahl ayat 78 yaitu;

“Dan allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan


tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” ( Q.S Al-Nahl (16) : 78 )

Penggunaan kata al-Insan dalam ayat ini mengandung dua makna


yaitu: pertama, makna proses biologis adalah berasal dari saripati tanah
melalui makanan yang dimakan manusia sampai pada proses
pembuahan. Dan mengisyaratkan bahwa manusia pada dasarnya
merupakan dinamis yang berproses dan tidak lepas dari pengaruh alam
serta kebutuhan yang menyangkut dengannya. Kedua, makna proses
psikologis (pendekatan spiritual) yaitu proses ditiupkan ruh-Nya pada
diri manusia, dan berbagai potensi yang dianugerahkan allah kepada
manusia. Ketika manusia ti

Jadi manusia sebagai al-Insan mengacu pada potensi yang


diberikan tuhan kepadanya yang merujuk pada kemampuannya dalam
menguasai ilmu dan pengetahuan serta kemampuaannya untuk
berbicara dan melakukan hal lainnya selain memiliki potensi positif
ini, manusia sebagai al-Insan juga mempunyai kecenderungan
berperilaku negatif (lupa). Misalnya dijelaskan dalam surah Hud:

7
4. Manusia sebagai Abdun
Abdun adalah hamba. “Abdullah adalah hamba allah. Hamba allah
adalah manusia. Manusia wajib mengabdi dan taat kepada allah selaku
pencipta karena adalah hak allah untuk disembah dan tidak
disekutukan. Bentuk pengabdian manusia sebagai hamba allah tidak
terbatas hanya ucapan dan perbuatan saja, melainkan juga harus
dengan keikhlasan hati. Dalam surah adz-Dzariyat allah menjelaskan
bawa “Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melaikan supaya
mereka menyembah aku”(QS. 51:56).
5. Manusia sebagai Khalifah
Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada
haakikatnya, manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah atau
pemimpin dimuka bumi.

Firman Allah: “Hai Daud sesungguhnya kami menjadikan kamu


khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan diantaara
manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa naafsu
kaarena ia akan menyesatkan kamu dari jalan allah.”(QS.
Shad,38:26). Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia
akan diminta pertanggung jawabannya naanti kelak di akhirat.

6. Manusia sebagai Bani Adam

Sebutan manusia sebagai bani adam merujuk pada berbagai


keterangan dalam al-Qur’an yang menjelaskan bahwa manusia adalah
keturunan adam dan bukan berasal dari hasil Charles Darwin. Konsep
bani adam mengacu pada penghormatan kepada nilai-nilai
kemanusiaan.

C. Tujuan Penciptaan Manusia


Allah menciptakan manusia memiliki dua tujuan utama di dalamnya yaitu :
1). Agar manusia mengetahui tentang Allah
Allah Ta’ala berfirman,

8
“ Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pla bumi.
Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasannya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya ilmu Allah
benar-benar meliputi segala sesuatu”. (QS. Ath Thalaq : 12)
Allah menceritakan bahwa penciptaan langit dan bumi, agar manusia
mengetahui tentang ke Maha Kuasaan Allah SWT, bahwa Allah lah
pemilik jagad raya ini dengan ilmu Allah yang sempurna. Tidak ada satu
pun yang terluput dari ilmu dan pengawasan Allah, karean ilmu Allah
meliputi segala sesuatu.
2). Untuk beribadah kepada Allah semata
Allah Ta’ala berfirman

“Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya


mereka menyembah-Ku” (QS. Adz Dzariyat : 56)
Ayat diatas jelas menyebutkan tujuan diciptakannya manusia adalah
untuk beribadah, hanya menyembah Allah semata. Ayat ini
mengisyaratkan pentingnya tauhid, karena tayhid adalah bentuk ibada yang
paling agung, mengesakan Allah.
Ayat ini juga mengisyaratkan pentingnya beramal, setelah tujuan
pertama manusia diciptakan adalah agar berilmu. Maka buah dari ilmu
adalah beramal. Tidaklah ilmu dicari dan dipelajari kecuali untuk
diamalkan. Sebagaimana pohon, tidaklah ditanam kecuali untuk
mendapatkan buahnya. Karea ilmu adalah buahnya dari amal.

Kemudian ada juga tujuan lainnya dalam penciptaan manusia, yaitu


menjadikan manusia sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi,
sebagaimana firman Allah SWT,

9
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”
Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”
(QS : Al Baqarah : 30)

D. Tanggungjawab Manusia dalam Islam


Manusia dapat memilih dua jalan yaitu baik atau buruk, tetapi ia sendiri
yang harus mempertanggung-jawabkan perbuatanny. Manusia tidak
membebani orang lain untuk memikul dosanya, tidak juga orang lain
dipikulkan ke atas pundaknya. Tetapi dalam Al-Quran surat Al-An’am ayat
164 dinyatakan bahwa tanggung jawab tersebut akan dimintai pertanggung
jawaban apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti pengetahuan,
kemampuan, serta kesadaran.
Kita dapat memetik dua kaidah yang berkaitan dengan tanggung jawab, yaitu:
1) Manusia tidak dimintai untuk mempertanggung jawabkan apa yang tidak
diketahui atau tidak mampu dilakukannya.
2) Manusia tidak dituntut untuk mempertanggung jawabkan apa yang tidak
dilakukannya sekalipun hal tersebut diketahuinya.
Disisi lain, ditemukan ayat-ayat yang menegaskan bahwa pertanggung
jawabkan tersebut berkaitan dengan perbuatan yang disengaja, bukan gerak
refleks yang tidak melibatkan kehendak Allah. Al-Quran secara tegas
menyatakan: “Allah tidak akan meminta pertanggung-jawabanmu terhadap
apa yang disengaja dengan hatimu.” (QS Al-Baqarah 2:225).

ۚ ‫علَ ْي ِه‬
َ ‫ط َّر َغي َْر بَاغٍ َو ََل َعا ٍد فَ ََل إِثْ َم‬
ُ ‫ض‬
ْ ‫فَ َم ِن ا‬
“Tetapi jika seseorang terpaksa, sedangkan ia tidak menginginkannya, dan
tidak pula melampui batas, maka tidak ada dosa baginya.” (QS Al-Baqarah
2:173).

10
Dapat disimpulkan, bahwa karena manusia diberi kemampuan untuk
memilih, maka pertanggung-jawaban berkaitan dengan niat dan kehendaknya.
Atas dasar itu pula, maka niat dan kehendak seseorang mempunyai peran yang
sangat besar dalam nilai amal sekaligus dalam pertanggung-jawabannya.
Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah ia beriman, maka dia akan
mendapatkan kemurkaan Allah, kecuali orang-orang yang terpaksa kafir
sedang dihatinya tetap tenang dalam keimanan (QS An-Nahl 16:106). Jika
seandainya kamu orang baik-baik (Allah akan memaafkan sikap dan kelakuan
yang telah kamu lakukan dengan terpaksa , tidak sadar, atau yang berada di
luar kontrol kemampuanmu) karena Allah maha pengampun bagi orang-orang
yang bertaubat (QS Al-Isra 17:25).

E. Harkat dan Martabat Manusia


1. Hakikat Manusia
a). Manusia adalah makhluk yang paling indah dan sempurna dalam
penciptaannya
Pengertian hakikat manusia, sebagai berikut:
1). Individu memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas
tingkah laku intelektual dan sosial.
2). Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan
nasibnya.
3). Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya.
4). Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam
usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan
membuat dunia lebih baik untuk di tempati.
5). Suatu keberadaan yang berpotensi perwujudannya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas.
6). Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.

11
b). Manusia Adalah Makhluk Yang Paling Tinggi Derajatnya
Manusia memiliki jiwa dan raga. Raga manusia termasuk
kedalam derajat terendah, sementara ruh manusia termasuk ke
dalam derajat tinggi. Hikmah yang terkandung dalam hal ini
ialah bahwa manusia mesti mengemban beban amanat
pengetahuan tentang Allah. Karena itu mereka harus
mempunyai kekuatan dalam kedua dunia ini untuk mencapai
kesempurnaan. Sebab tidak sesuatu pun di dunia ini yang
memiliki kekuatan yang mampu mengemban beban amanat.
Manusia mempunyai kekuatan ini melalui esensi sifat-
sifatnya, bukan melalui raganya, karena ruh manusia berkaitan
dengan derajat tertinggi dari yang tinggi, tidak satupun di dunia
ruh yang menyamai kekuatannya, entah itu malaikat maupun
setan sekalipun atau segala sesuatu lainnya. Demikian pula,
jiwa manusia berkaitan dengan derajat yang paling rendah,
sehingga tidak sesuatu pun di dunia jiwa bisa mempunyai
kekuatannya,entah itu hewan dan binatang buas atau yang
lainnya. Ketika mengaduk dan mengolah tanah, semua sifat
binatang buas dan hewan,semua sifat setan , tumbuh-tumbuhan
dan benda-benda mati diaktualisasikan. Hanya saja, tanah itu
dipilih untuk mengejawantahkan sifat “dua tangan-Ku”. Karena
masing-masing sifat tercela ini hanyalah sekedar kulit luarnya
saja, di dalam setiap sifat itu ada mutiara dan permata berupa
sifat Ilahi.
c). Manusia Adalah Khalifah di Muka Bumi
Manusia sebagai makhluk yang sangat lemah, disisi lain
dinobatkan sebagai “khalifah” (wakil Allah). Bertugas
mengatur alam semesta dan merupakan wakil Allah untuk
menjadi saksi-Nya serta mengungkapkan rahasia-rahasia
firman-Nya. Para makhluk yang lain tidak melihat ada dimensi

12
yang tidak bisa dijangkau olehnya, ia hanya mampu melihat
pada tingkat yang paling rendah dalam diri manusia.
Dalam dunia pendidikan, manusia telah ditugaskan untuk
memakmurkan, mengelola atau mengatur kehidupan di bumi,
untuk dimaanfaatkan bagi kehidupan, tanpa merusak tatanan
dan keharmonisannya. Artinya manusia ditugaskan untuk
membimbing generasi kini dan yang akan datang, serta
menjalin keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
d). Makhluk yang Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang
Maha Esa
Tujuan pendidikan diarahkan kepada upaya pembentukan
sikap takwa. Dengan demikian, pendidikan ditujukan kepada
upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta
didik secara optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang
takwa. Di antara ciri mereka yang takwa adalah beriman
kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian
rezeki anugerah Allah, beriman kepada Al Quran dan kitab-
kitab samawi sebelum Alquran, serta meyakini kehidupan
akhirat (QS Al-Baqarah:3)
e). Manusia Adalah Makhluk Pemilik Hak Asasi Manusia (HAM)
Manusia dalam menjalani kehidupannya telah dilengkapi
dengan hak dasar yang diikrarkan untuk dijalankan bagi sesame
manusia. Hak dasar ini yang mengatur tata kehidupan manusia
sehingga dalam menjalankan aktifitas kehidupan tidak
mengalami benturan dengan aturan yang telah ditetapkan.
Aturan tersebut antara lain adalah kebebasan dalam
menjalankan atau menentukan nasib dalam menjalankan
kehidupan, manusia juga memiliki kebebasan dalam
menjalankan perintah, dalam hal ini tentu masih dalam bingkai
keempat butir Harkat dan Martabat Manusia.

13
2. Martabat Manusia
Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksudnya adalah secara
dasarnya maqam merupakan tingkat martabat seseorang hamba terhadap
KhalikNya, yang juga merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang
sufi di hadapan Tuhannya pada saat dalam perjalanan spiritual dalam
beribadah kepada Allah SWT. Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau
tahapan seseorang dalam hasil ibadahnya yang diwujudkan dengan
pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam tersebut, secara umum dalam
thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya ada 7, yang dikenal juga
dengan nama martabat tujuh. Seseorang hamba yang menempuh perjalanan
dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim yang paham
aka nisi dari maqam ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak dibenarkan
sembarangan menggunakan tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau
ada hasilnya pada riyadhah dzikir padaa setiap maqam, ia harus ada ada
mendapat hasil dari amalan pada maqam tersebut.
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah SWT mesti melaui
beberapa proses, sebagai berikut:
a). Taubat
b). Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat, dan apalagi yang
haram.
c). Merasa miskin diri dari segalanya.
d). Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
e). Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya
f). Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya.
g). Melazimkan muraqabah (mengawasi atau menginstrospeksi diri)
h). Melazimkan renungan tethadap kebesaran Allah SWT.
i). Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara
menetapkan ingatan kepadaNya.
j). Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah SWT saja.

14
harus melalui beberapa tingkatan maqam di bawah ini, tetapi melaluinya
adalah amaln dzikir pada maqam yang 7, adapun hasilnya akan dapat di
uraikan dengan beberapa maqam sifat yaitu:

a). Taubat
b). Zuhud
c). Sabar
d). Syukur
e). Khauf(takut)
f). Raja’(harap)
g). Tawakkal
h). Ridha
i). Muhibbah

15
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk dan bukan ada dengan sendirinya, tetapi
dijadikan oleh Allah swt. Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah telah
dijelaskan dengan jelas mengenai proses kejadian manusia. Dalam Al-
Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan
yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Kedua,
disebut dengan tahapan biologi. Manusia pertama, Adam a.s. (keterangan
lebih jelas di sub bab kedua, asal usul manusia) diciptakan dari al-tin
(tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun
(tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-
indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalam diri
(manusia) tersebut.
Hakikat manusia dalam pandangan islam yaitu sebagai khalifah di
bumi ini. Yang merubah bumi ke arah yang lebih baik. Hal yang
menjadikan manusia sebagai khalifah adalah karena manusia memliliki
kelebihan yang tidak dimiliki makhluk lainnya.

B. Saran
Sebagai maklhuk ciptaan-Nya yang begitu sempurna dan kompleks
dibandingkan dengan maklhuk yang lain, kita sebagai manusia haruslah
memahami dan mengerti hakikat dari penciptaan kita di dunia ini. Maka
dari itu, untuk memahami materi terkait manusia menurut pandangan
islam kami menyarankan kepada para pembaca untuk mencari sumber
referensi selain dari materi yang telah kami sajikan di dalam makalah ini.

16
17
DAFTAR PUSTAKA

http://iamchintiaanggreni.blogspot.com/2016/07/makalah-penyebutan-nama-
manusia-dalam.html

https://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-manusia-
dan-nilai-nilai-pendidikan-di-dalamnya/

https://muslimah.or.id/7109-2-tujuan-penciptaan-manusia.html

https://dalamislam.com/dasar-islam/tujuan-penciptaan-manusia

https://www.academia.edu/15167418/Tanggungjawab_manusia_dalam_islam

18

Anda mungkin juga menyukai