Anda di halaman 1dari 11

Edudharma Journal Vol. 2 No.

1 Maret 2018

UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KUBIS


(Brassica Oleracea var Capitata L) DENGAN METODE
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Nur Hasanah*Ariefa Urbach*

*D3 Farmasi STIKes Kharisma Persada


Pamulang, Tangerang Selatan, 15417, Indonesia
Nurhasanahbik51@gmail.com

ABSTRAK
Daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata L) merupakan salah satu tumbuhan obat yang tumbuh di
Indonesia. Daun ini mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin, fenolik, triterpenoid, steroid dan alkaloid.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui toksisitas ekstrak daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata
L), menentukan fraksi yang memiliki nilai toksisitas paling tinggi, dan mengidentifikasi senyawa kimia yang
terkandung dalam ekstrak daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata L). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Penelitian ini menggunakan hewan uji larva
Artemia salina Leach yang dibagi dalam 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 10 ekor, dengan replikasi 2 kali
tiap kelompok. Konsentrasi ektrak daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata L) yang digunakan yaitu 50ppm,
100 ppm, 200 ppm, 400 ppm, 600, dan 1000ppm dan dilakukan partisi ekstrak dengan pelarut etanol, n-Heksan,
dan Etil Asetat. Pengamatan terhadap larva yang mati dilakukan 24 jam setelah pemberian ekstrak. Berdasarkan
data, LC50 ekstrak daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata L) ditentukan dengan analisis probit. Hasil dari
analisis probit menunjukkan LC50 fase Etanol menunjukkan nilai 131 ppm, fase n-Heksan menunjukan nilai
LC50 457 ppm, dan fase Etil Asetat memiliki nilai LC50 457 ppm. Hasil itu menunjukan bahwa semua fase
ekstrak daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata L) mempunyai potensi toksik, hal ini ditunjukkan dengan
harga LC50 > 1000 ppm.

Kata Kunci: Toksisitas, ekstrak daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata L), Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT).

ABSTRACT
Brassica Oleracea var Capitata L is one kind of medical plant in Indonesia. The leaves contains
flavonoids, saponins, tannin, phenolics, triterpenoids, steroid and alkaloids. The aims of the research is
determine the lethal toxicity value of Brassica Oleracea var capitata L, determine the fraction that has the
highest toxicity value, and identify the chemical compounds contained in the leaf extract Brassica Oleracea var
Capitata L. The method used in this research is Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method. This research use
larva Artemia salina Leach that devided into 5 groups. Each group consist of 10 larva with two replications.
Brassica Oleracea var Capitata L concentration used are 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, and
1000 ppm and done extract partition with ethanol, n-Hexane, and Ethyl Acetate. Observations were made during
24 hours of Artemia salina Leach mortality. Based on the data, LC50 Brassica Oleracea var Capitata L
determined by probity analysis. The result of probity analysis shows ethanol extract is 131 ppm,

82
Edudharma Journal Vol. 2 No. 1 Maret 2018

LC50 n-Hexaneextract is 457 ppm, and Ethyl Acetate extract is LC50 457 ppm. The result indicates all extract
having toxic value. In this case indicates with LC50 > 1000 ppm.
Keywords: Toxicity, Brassica Oleracea var Capitata L , Brine

LATAR BELAKANG alami melalui tingginya kadar karotenoid,


Obat tradisional adalah bahan atau tokoferol, dan asam askorbat. ( Rahmalia,
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, 2013). Di bidang kesehatan, dapat
hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), digunakan sebagai pencegah dan obat
atau campuran dari bahan tersebut yang sariawan, penyakit beri-beri, penyakit
secara turun temurun telah digunakan untuk Xerophthalmia, radang syaraf, lemahnya
pengobatan dan dapat diterapkan sesuai otot-otot, luka-luka pada tepi mulut,
dengan norma yang berlaku di masyarakat dermatitis bibir menjadi merah dan radang
(Permenkes RI No. 007 Tahun 2012), bahan- lidah, kandungan niacin dapat mencegah
bahan yang digunakan tidak mengandung penyakit palagra dan pembentuk tulang dan
bahan kimia sintetik. Obat tradisional gigi. Kegunaan kubis tidak terlepas dari
terbuat dari campuran berbagai tumbuhan senyawa yang ada didalamnya, yang disebut
yang dapat dibuat menjadi bentuk sediaan senyawa fitokimia.
yang bervariasi diantaranya adalah kapsul,
Fitokimia adalah bahan – bahan yang
tablet, pil dan lain-lain. obat tradisional telah
ada didalam tanaman. Fitokimia biasanya
digunakan secara luas di dunia sejak hampir
bersifat spesifik pada setiap jenis atau
20 tahun. Pada negara-negara seperti Ghana,
kelompok jenis tanaman tertentu. Fitokimia
Mali, Nigeria dan Zambia, penggunaan obat
terbagi atas metabolit primer dan metabolit
tradisional mencapai 60% dan sekitar 80%
sekunder. Metabolit primer digunakan
populasi di banyak negara menggunakan
tanaman untuk pertumbuhan sementara
obat tradisional sebagai perlindungan
metabolism sekunder berperan penting
kesehatan mereka (Kayne, 2010)
dalam menetukan efek fisologis suatu
Salah satu tumbuhan yang dapat tanaman. Metode skrining fitokimia
dimanfaatkan sebagai obat tradisional yaitu digunakan untuk mengetahui kandungan
Kubis (Brassica Oleracea var Capitata L.) metabolit sekunder, makromolekul serta
merupakan sayuran jenis Cruciferae yang data yang diperoleh untuk menggolongkan
dapat berperan sebagai sumber antioksidan tumbuhan, menentukan ciri atau sifat kimia
dari fitotoksin dan fitoaleksin. Pendekatan
skrining fitokimia meliputi analisis

83
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018

kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan Metode BSLT menggunakan larva udang

atau bagian tumbuhan (akar, batang, bunga, (Artemia salina Leach) sebagai hewan coba.

buah, dan biji), terutama kandungan Artemia salina Leach merupakan organisme

metabolit sekunder, yaitu alkaloid, yang mempunyai kepekaan cukup tinggi

antrakinon, flavonoid, kumarin, saponin terhadap toksik. Hasil uji toksisitas dengan

(steroid dan triterpenoid), tannin metode ini telah terbukti memiliki korelasi

(polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), dan positif dengan daya toksisitas senyawa

sebagainya. ( Juniarti, 2009) antikanker. Jika pada uji toksisitas


menunjukkan LC50 dibawah 1000 ppm berarti
Efek fisiologis yang diberikan senyawa bahan tersebut memiliki potensi sebagai
fitokimia membutuhkan konsentrasi yang antikanker. ( Juniarti, 2009 )
tepat. Untuk itu perlu diadakan uji toksisitas.
Toksisitas merupakan istilah dalam Berdasarkan data di atas, menunjukkan

toksikologi yang didefinisikan sebagai bahwa tanaman tradisional masih digunakan

kemampuan senyawa untuk menyebabkan sebagai pilihan untuk pengobatan dalam 20

kerusakan atau injuri. Istilah toksisitas tahun yang lalu hingga sekarang. tulisan-

merupakan istilah kualitatif yang terjadi atau tulisan ilmiah mengenai tanaman kubis serta

tidak terjadinya kerusakan tergantung pada manfaat masih sulit ditemui, oleh karena itu

jumlah unsur senyawa toksik yang peneliti bermaksud melakukan penelitian

terabsopsi. Uji toksisitas merupakan uji yang berjudul uji toksisitas ekstrak kubis

hayati yang digunakan untuk menentukan (Brassica Oleracea var Capitata L). Uji

tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan toksisitas ini akan dilakukan menggunakan

pencemar. dilakukan uji tokisitas dengan metode Brine Shimp Lethality Test (BSLT)

metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) pada larva udang tujuanya untuk mengetahui

dengan pelarut etanol. BSLT adalah suatu ada tidaknya kedungan toxic (racun) dalam

metode uji toksisitas akut yang sederhana, kubis.

mudah pengerjaannya, cepat mendapatkan


hasil, dan murah dalam pelaksanaannya. METODE

Selain itu, BSLT merupakan suatu bioassay- Instrumen yang digunakan adalah alat- alat

guided fraktionation yang dapat digunakan laboratorium seperti gelas ukur, tabung

untuk penelusuran senyawa bioaktif yang reaksi, neraca analitik, pipet, batang

bersifat toksik dari suatu bahan alam. ( pengaduk kaca, cawan , penjepit kayu, oven,

Juniarti, 2009 ) water bath, kertas saring dan alat- alat lain
seperti pisau, kain flannel, dan aerator
merek Nikita Star , arus =3,5 L/menit.
84
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018

Bahan yang digunakan adalah daun Kubis, pasang aerator, aerator ini berguna untuk

Etanol, n-Heksan, Etil Asetat, larva Artemia menjaga kadar oksigen dalam wadah.

Salina Leach, dan air laut. Setelah didapatkan larva Artemia salina

Sampel yang digunakan pada penelitian ini Leach, dilakukan pembuatan larutan induk

adalah daun Kubis yang di beli di pasar Reni dengan ekstrak etanol daun kubis dengan

Jaya, Kecamatan Pamulang , Tangerang konsentrasi 2000 ppm atau sebanyak 400 mg

Selatan . Daun kubis segar seberat 2 Kg ekstrak dalam 200 ml air laut. Kemudian

dipotog kecil-kecil kemudian dikeringkan dilakukan pegenceran dengan air laut

dengan cara diletakan di tempat yang menjadi 50 ppm, 100 ppm, 200ppm, 400

terbuka dan tidak terkena langsung sinar ppm, 600 ppm, dan 1000 ppm.

matahari. Karena pada pengeringan Pembuatan partisi ekstrak n-Heksan

langsung terhadap sinar matahari akan dilakukan dengan menimbang 2 g ekstrak

merusak komponen aktif pada daun kubis. etanol daun kubis dan disuspensikan dengan

Selanjutnya simplisia daun kubis diekstrasi air sebanyak 20ml,setelah larut

dengan metode maserasi, dengan cara kemudiandimasukan dalam corong pisah

merendam daun kubis dalam pelarut Etanol dan ditambahkan dengan total n-Heksan

70% selama 24 jam , lalu di saring dengan sebanyak 65ml, lalu diuapkan sampai

kapas dan di rendam kembali dalam etanol mendapatkan ekstrak kental. Cara tersebut

70% sampai tersari atau terekstraksi juga dilakukan pad pembuatan partisi Etil

sempurna yang ditandai dengan warna Asetat. (Cahyadi, 2009 )

etanol menjadi bening kembali. Setelah itu, 10 ekor larva Artemia salina Leach

pelarut etanol yang tersisa diuapkan pada dimasukan kedalam tabung reaksi yang

penangas air atau water bath sambil di aduk berisi 10 ml konsentasi 50 ppm, 10 ml

sehingga didapatkan ektrak kental. (Subekti, konsentasi 100 ppm, 10 ml konsentrasi 200

N. 2014) ppm, 10ml konsentrsi 400 ppm, 10 ml

Penyiapan larva udang dilakukan dengan konsentrasi 600 ppm, 10 ml konsentrasi

menetaskan telur udang 48 jam sebelum 1000 ppm. Selain itu , dibuat control negatif

dilakukan uji. Penetasan dilakukan dengan yang berisi 10 ml air laut tanpa penambahan

cara merendam telur tersebut dalam air laut ekstrak. Kriteria standaruntuk menilai

secukupnya dengan menerangi bagian kematian larva udang adalah bila larva

wadah yang tidak ditempati telur udang udang tidak menunjukan pergerakan selama

dengan sinar lampu sebelumnya wadah di beberapa detik observasi. Setiap konsentrasi
perlakuan dilakukan replikasi sebanyak 2
kali (duplo). Data yang

85
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018

dikumpulkan adalah data primer yang konsentrasi ekstrak daun kubis. (Subekti, N.

didapat dari jumlah larva udang yang mati 2014)

24 jam setelah perlakuan pada tiap-tiap

HASIL
Pada bagian hasil penulisan, tuliskan
hasil temuan tanpa membahasnya.
Tabel 1.Distribusi frekuensi

Parameter Ekstrak Partisi Ekstrak


Etanol
n- Heksan Etil Asetat
Jumlah 72,36 gram 0,21 gram 0,24 gram
Kadar Air 54,6 % - -
Rendemen Ekstrak 44% - -

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa 0,21 gram didapatkan dari partisi


jumlah ekstrak etanol yang di dapatkan ekstrak n-Heksan , dan 0,24 gram
adalah 72,36 gram, kadar air 54,6%, didapat dari partisi ekstrak Etil Asetat
serta rendemen ekstrak 44%,

Tabel 2. Hasil Uji Toksisitas


Crude Ekstrak Nilai LC50 (ppm)
Fase Etanol 131 ppm
Fase n-Heksan 457 ppm
Fase Etil Asetat 851 ppm

Berdasarkan tabel 2. Diketahui bahwa DISKUSI


crude ekstrak yang memiliki nilai Dari hasil ekstrak daun kubis
toksisitas paling tinggi yaitu pada fase menggunakan pelarut Etanol yang telah
etanol dengan nilai LC50 sebesar 131 dikentalkan sebesar 72,36 g, setelah
ppm,selanjutnya fase n-Heksan memiliki diperoleh ekstrak Etanol maka dilakukan
nilai LC50 457 ppm, dan fase Etil Asetat partisi awal menggunakan pelarut non
yang memiliki nilai LC50 sebesar 457 ppm. polar yaitu n-Heksan dan pelarut semi
polar yaitu Etil Asetat diperoleh hasil
86
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018

partisi ekstrak n- Heksan sebanyak


0,21
g dan partisi ekstrak Etil Asetat

87
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018

sebanyak 0,24 g dengan kadar air dengan menggunakan regresi linier yaitu

ekstrak Etanol sebanyak 54,6%. dimana Y (nilai probit dari hasil presentasi

Uji toksisitas ekstrak Kubis (Brassica kematian ) dan X (log konsentrasi) adalah

Oleracea var capitata L) bertujuan untuk Y= ax + b

mengetahui ekstrak dari fase mana yang Berdasarkan analisi probit pada

paling aktif. Dengan cara mencari fase ekstrak Etanol diperoleh persamaan yaitu y

mana yang memiliki toksisitas paling = 3,2794x – 1,9831 setelah dilakukan

tinggi. Maka dilakukan uji BSLT (Brine perhitungan diperoleh hasil LC50 sebesar

Shrimp Lethality Test). BSLT dilakukan 131 ppm. Analisis probit pada fase ekstrak

terhadap ekstrak etanol dan fase-fase nya n-Heksan diperoleh persamaan yaitu y =

yaitu fase n-Heksana dan fase Etil Asetat 1,7779x + 0,2601 didapat hasil LC50

Kubis (Brassica Oleracea var capitata L). sebesar 457 ppm. Pada analisis probit

Suatu senyawa dinyatakan mempunyai ekstrak fase pelarut Etil Asetat yaitu y =

potensi toksisitas akut jika mempunyai 1,8449x + 0,08 memperoleh hasil LC50

nilai LC50 kurang dari 1000 μg/ml. LC50 sebesar 457 ppm. ( Subekti, 2014)

(Lethal Concentration 50%) merupakan Hasil uji toksisitas crude ekstrak dengan

konsentrasi zat yang menyebabkan metode BSLT dapat dilihat pada tabel 3.

terjadinya kematian pada 50% hewan Berdasarkan tabel tersebut diperoleh

percobaan. Pada penelitian ini digunakan bahwa Etanol, n-Heksan dan Etil Asetat

hewan percobaan yaitu larva Artemia memiliki nilai LC50 <1000 menurut

salina Leach. Wegner et al 1993 toksik dibedakan

Pada pengujian ekstrak daun kubis dengan menjadi 3 kategori yaitu kategori sangat

menggunakan pelarut Etanol, n- Heksan, toksik dengan nilai LC50 <30 µg/ml,

dan Etil Asetat diperoleh bahwa semakin kategori tengah toksik nilai LC50 30 - 1000

meningkatnya konsentrasi maka semakin µg/ml dan kategori tidak toksik ialah

meningkat pula persen kematian larva, hal >1000 µg/ml sehingga hasil penelitian ini

ini dapat dilihat pada tabel 2. Untuk dapat dikatakan masuk kedalam kategori

mengetahui besarnya LC50 kematian larva tengah toksik (Ramadhani, 2009)

digunakan analisis probit, yang merupakan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

hubungan antara persen kematian larva bahwa ekstrak etanol memiliki kematian

dengan konsentrasi ekstrak. Untuk larva (LC50) berada pada konsentrasi 131

menentukan konsentrasi ekstrak yang ppm. Sehingga dapat dikatakan bahwa

memiliki kemampuan Lethal dosis (LC50)


maka dilakukan perhitungan

87
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018

senyawa yang paling toksik berada pada tergolong sebagai senyawa toksik.

senyawa polar. Senyawa-senyawa polar Menurut Taofik (2010) senyawa yang larut

dalam Kubis diantaranya flavonoid, tannin pada pelarut non polar antara lain saponin,

dan polifenol. Flavonoid yang memiliki triterpenoid. Saponin dan triterpenoid

kemampuan menghambat sel kanker, dapat dikatakan memiliki bagian nonpolar

melalui beberapa mekanisme flavonoid dan polar. (Taofik et al., 2010).

sebagai antikanker antara lain: pertama, Senyawa saponin dan triterpenoid pada

flavonoid sebagai oksidan yaitu melalui kadar tertentu memiliki potensi toksisitas

mekanisme pengaktifan jalur apoptosis sel akut serta dapat menyebabkan kematian

kanker. Mekanisme apoptosis (kematian larva Artemia salina Leach. Menurut

sel secara terprogram) terjadi sebagai Cahyadi (2009) Mekanisme kematian

akibat fragmentasi (pemecahan) DNA. larva berhubungan dengan fungsi senyawa

Fragmentasi (pemecahan) ini diawali triterpenoid dan saponin yang dapat

dengan dilepasnya rantai proksimal DNA menghambat daya makan larva

oleh senyawa oksigen reaktif seperti (antifedant). Cara kerja senyawa-senyawa

radikal hidroksil. Kedua, flavonoid tersebut adalah dengan bertindak sebagai

sebagai penghambat proliferasi (fase sel stomach poisoning atau racun perut. Oleh

saat mengalami pengulangan siklus sel karena itu, bila senyawa-senyawa ini

tanpa hambatan) tumor/kanker yang salah masuk ke dalam tubuh larva, alat

satunya dengan menginhibisi pencernaannya akan terganggu. Selain itu,

(menghambat) aktivitas protein kinase senyawa ini menghambat reseptor perasa

sehingga menghambat jalur tranduksi pada daerah mulut larva. Hal ini

sinyal dari membran sel ke inti sel. Ketiga, mengakibatkan larva gagal mendapatkan

dengan menghambat aktivitas reseptor stimulus rasa sehingga tidak mampu

tirosin kinase. (Ramadhani, 2009) mengenali makanannya sehingga larva

Hasil menunjukan bahwa fraksi n- mati kelaparan.

Heksan juga mempunyai harga LC 50 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

kurang dari 1000 yaitu sebesar 457ppm. fraksi Etil Asetat memiliki daya toksisitas

Meskipun kemampuan fraksin-Heksan sama seperti n-Heksan yaitu sebesar 457

memiliki nilai toksisistas lebih rendah di ppm. Namun nilai LC50 <1000 µg/ml

bandingkan Etanol, namun senyawa yang masih tergolong senyawa toksik bagi sel.

larut dalam senyawa non polar juga masih Adapun senyawa ekstrak yang berada pada
pelarut semi polar antara lain

88
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018

dengan menggunakan pelarut etil asetat


yaitu alkaloid. Hal ini menunjukan dapat
diaplikasikan sebagai senyawa anti kanker. DAFTAR PUSTAKA
(Harbourne, 1984) Basset, J., . Denney., G.H. Jeffery., J.
Alkaloid yang berasal dari tumbuhan Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel
Kimia Analisa Kuantitatif
memiliki mekanisme sitotoksik yaitu
Anorganik. Edisi keempat. Jakarta :
berperan sebagai tubulin inhibitor. Pada EGC
proses siklus sel alkaloid berikatan dengan
Bertomi R . 2011. Uji Toksisitas Akut
tubulin yaitu suatu protein yang menyusun Ekstrak Kulit Batang Pulasari
mikrotubulus (organel sel). Terikatnya (Alyxiae cortex) dengan Metode
Brine Shrimp Lethality Test (BST).
tubulin pada alkaloid mengakibatkan
[Skripsi] Program Studi Farmasi
polimerisasi (reaksi penggabungan dua Fakultas Farmasi Universitas Sanata
molekul) protein menjadi mikrotubulus Dharma Yogyakarta,
(organel sel) akan terhambat sehingga BPOM. 2014. Pedoman Uji Toksisitas
pembentukan spindle mitotis akan Secara In Vivo. Jakarta: Menteri
Hukum Dan HAM
terhambat pula dan siklus sel akan terhenti
pada metafase. Karena tidak dapat Cahyadi W. (2009). Analisis dan Aspek
melakukan pembelahan sel, sehingga sel Kesehatan Bahan Tambahan
Pangan. Jakarta: Bumi Aksara
tersebut kemudian akan mengalami
apoptosis (kematian sel secara Cahyono, Bambang. 1995. Cara
Meningkatkan Budidaya Kubis. D),
terprogram).(Bertomi, 2011) Jakarta : Pustaka Nusatama.

Fadli M. 2015. Uji Toksisitas Ekstrak


KESIMPULAN Etanol Daun Sambung Nyawa
Hasil Penelitian menunjukan bahwa Nilai (Gynura Procumbens(Luor) Merr)
LC50 fraksi etanol daun kubis berada pada Terhadap Gambaran Hiptopalogis
Lambung Pada Tikus Galur Sprague
konsentrasi 131 ppm, fraksi n- Heksan dan
Dawley. [Skripsi]. Fakultas
fraksi Etil Asetat memiliki nilai LC50 yang Kedokteran . Lampung
sama yaitu berada pada konsentrasi 457
Fatimatuzzahra, F. 2013. Uji Toksisitas
ppm. Fraksi Etanol memiliki toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kemangi
yang paling tertinggi yaitu dengan nilai (Ocimum Canun Sims) Terhadap
Larva Artemia Salina Leach Dengan
LC50 = 131 ppm. Flavonoid , tanin, dan
Metode Brinee Shrimp Lethality
fenol yang merupakan senyawa yang Test (BSLT).
paling aktif yang terkandung dalam daun [Skripsi].Universitas Islam Negeri
kubis. Syarif Hidayatullah. Jakarta

89
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018

Hamzah B. 2009. Fitokimia 1. STIFA PM. Pangabean MG . 1984. Teknik penetasan


Palu dan pemanenan Artemia salina
Leach. Jakarta: Pusat Penelitian
Hanif , Z . 2012. Uji Toksisitas Ekstrak Ekologi Laut, Lembaga Oseonologi
Kasar Organospesifik Acanthaster Nasional – LIPI
dengan Metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). [skripsi]. Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan
Fakultas Matematika dan Ilmu Republik Indonesia Nomor 007
Pengetahuan Alam Dapartemen Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat
Biologi. Depok: Universitas Tradisional
Indonesia. Rahmalia A . 2013. Pengaruh Pemberian
Harborne J.B. 1984. Phytochemical Jus Kubis (Brassica Oleracea Var.
Methods: A Guide to Modern Capitata L.) Dosis Bertingkat
Technique of Plant Analysis. (2nd Terhadap Gambaran Makroskopis
edn). Chapman and Hall. London. Dan Mikroskopis Hepar Tikus
19. Pp.37–168. Wistar Jantan Yang Diinduksi
Kuning Telur Ayam . [Skripsi] .
Juniarti, Delvi Osmeli, Yuhernita. 2009. Semarang: Universitas Diponegoro .
Kandungan Senyawa Kimia, uji
toksisitas (Brine Shrimp Lethality Sari, Permata Wulan. 2010. Uji
Test) dan Antioksi dan (1,1- Toksisitasakut Campuran Ekstrak
Diphenyl Pikrilhydrazyl Dari Etanol Daun Sirih (Piper Betle
ekstrak daun saga (Abrus Precatorius L)Terhadap Mencit Putih Jantan.
L.) Makara Sains [Skripsi] . Tangerang: Jurusan
Farmasi Fakultas Kedokteran Dan
Kayne, S. B., 2010, Introduction to Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Traditional Medicine dalam: Negeri Syarifhidayatullah
Traditional Medicine,
Pharmaceutical Press, London, 1-2. Subekti, NK . 2014. Uji Toksisitas Akut
Ekstrak Metanol Daun Laban Abang
Keputusan menteri kesehtan republik ( Aglaia Elliptica Blume) terhadap
indonesia nomer 381/ MENKES/ Larva Udang (Artemia Salina
SK/ III/ 2007. mengenai kebijakan Leach) dengan Metode Brine Shrimp
obat tradisional nasional. Lethality Test (BSLT). [Skripsi].
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Lu, Frank C. 2010.Toksikologi Dasar.
Kesehatan. Jakarta: Universitas
Jakarta : UI Press
Islam Negeri Syarifhidayatullah
Mansur. 2008. Toksikologi dan Distribusi
Tahira , Z. Riffat, F,. et all. In- vitro
Agent Toksik. Edisi ke−2. Jakarta: UI
assessment of antibacterial activity
Press.
of methanol extract of brassica
Notoatmodjo S. 2012.Metodelogi oleracea against selected bacterias.
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta

90
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018

JLUMHS september-Desember vol


12. NO 0,2011

Taofik, et al. 2010. Isolasi dan Identifikasi


Senyawa Aktif Ekstrak Air Daun
Paitan (Thitonia Diversifolia)
Sebagai Bahan Insektisida Botani
Untuk Pengendalian Hama Tungau
Eriophydae. Alchemy Vol. 2(1): 104-
157.

Widyastuti. Y. 2004. Penanganan Hasil


Panen Tanaman Obat Komersil.
Edisi Revisi. Surabaya: Airlangga
University Press. Halaman 17.

91

Anda mungkin juga menyukai