1 Maret 2018
ABSTRAK
Daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata L) merupakan salah satu tumbuhan obat yang tumbuh di
Indonesia. Daun ini mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin, fenolik, triterpenoid, steroid dan alkaloid.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui toksisitas ekstrak daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata
L), menentukan fraksi yang memiliki nilai toksisitas paling tinggi, dan mengidentifikasi senyawa kimia yang
terkandung dalam ekstrak daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata L). Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Penelitian ini menggunakan hewan uji larva
Artemia salina Leach yang dibagi dalam 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 10 ekor, dengan replikasi 2 kali
tiap kelompok. Konsentrasi ektrak daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata L) yang digunakan yaitu 50ppm,
100 ppm, 200 ppm, 400 ppm, 600, dan 1000ppm dan dilakukan partisi ekstrak dengan pelarut etanol, n-Heksan,
dan Etil Asetat. Pengamatan terhadap larva yang mati dilakukan 24 jam setelah pemberian ekstrak. Berdasarkan
data, LC50 ekstrak daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata L) ditentukan dengan analisis probit. Hasil dari
analisis probit menunjukkan LC50 fase Etanol menunjukkan nilai 131 ppm, fase n-Heksan menunjukan nilai
LC50 457 ppm, dan fase Etil Asetat memiliki nilai LC50 457 ppm. Hasil itu menunjukan bahwa semua fase
ekstrak daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata L) mempunyai potensi toksik, hal ini ditunjukkan dengan
harga LC50 > 1000 ppm.
Kata Kunci: Toksisitas, ekstrak daun Kubis (Brassica Oleracea var Capitata L), Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT).
ABSTRACT
Brassica Oleracea var Capitata L is one kind of medical plant in Indonesia. The leaves contains
flavonoids, saponins, tannin, phenolics, triterpenoids, steroid and alkaloids. The aims of the research is
determine the lethal toxicity value of Brassica Oleracea var capitata L, determine the fraction that has the
highest toxicity value, and identify the chemical compounds contained in the leaf extract Brassica Oleracea var
Capitata L. The method used in this research is Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method. This research use
larva Artemia salina Leach that devided into 5 groups. Each group consist of 10 larva with two replications.
Brassica Oleracea var Capitata L concentration used are 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, and
1000 ppm and done extract partition with ethanol, n-Hexane, and Ethyl Acetate. Observations were made during
24 hours of Artemia salina Leach mortality. Based on the data, LC50 Brassica Oleracea var Capitata L
determined by probity analysis. The result of probity analysis shows ethanol extract is 131 ppm,
82
Edudharma Journal Vol. 2 No. 1 Maret 2018
LC50 n-Hexaneextract is 457 ppm, and Ethyl Acetate extract is LC50 457 ppm. The result indicates all extract
having toxic value. In this case indicates with LC50 > 1000 ppm.
Keywords: Toxicity, Brassica Oleracea var Capitata L , Brine
83
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018
kualitatif kandungan kimia dalam tumbuhan Metode BSLT menggunakan larva udang
atau bagian tumbuhan (akar, batang, bunga, (Artemia salina Leach) sebagai hewan coba.
buah, dan biji), terutama kandungan Artemia salina Leach merupakan organisme
antrakinon, flavonoid, kumarin, saponin terhadap toksik. Hasil uji toksisitas dengan
(steroid dan triterpenoid), tannin metode ini telah terbukti memiliki korelasi
(polifenolat), minyak atsiri (terpenoid), dan positif dengan daya toksisitas senyawa
kerusakan atau injuri. Istilah toksisitas tahun yang lalu hingga sekarang. tulisan-
merupakan istilah kualitatif yang terjadi atau tulisan ilmiah mengenai tanaman kubis serta
tidak terjadinya kerusakan tergantung pada manfaat masih sulit ditemui, oleh karena itu
terabsopsi. Uji toksisitas merupakan uji yang berjudul uji toksisitas ekstrak kubis
hayati yang digunakan untuk menentukan (Brassica Oleracea var Capitata L). Uji
tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan toksisitas ini akan dilakukan menggunakan
pencemar. dilakukan uji tokisitas dengan metode Brine Shimp Lethality Test (BSLT)
metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) pada larva udang tujuanya untuk mengetahui
dengan pelarut etanol. BSLT adalah suatu ada tidaknya kedungan toxic (racun) dalam
Selain itu, BSLT merupakan suatu bioassay- Instrumen yang digunakan adalah alat- alat
guided fraktionation yang dapat digunakan laboratorium seperti gelas ukur, tabung
untuk penelusuran senyawa bioaktif yang reaksi, neraca analitik, pipet, batang
bersifat toksik dari suatu bahan alam. ( pengaduk kaca, cawan , penjepit kayu, oven,
Juniarti, 2009 ) water bath, kertas saring dan alat- alat lain
seperti pisau, kain flannel, dan aerator
merek Nikita Star , arus =3,5 L/menit.
84
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018
Bahan yang digunakan adalah daun Kubis, pasang aerator, aerator ini berguna untuk
Etanol, n-Heksan, Etil Asetat, larva Artemia menjaga kadar oksigen dalam wadah.
Salina Leach, dan air laut. Setelah didapatkan larva Artemia salina
Sampel yang digunakan pada penelitian ini Leach, dilakukan pembuatan larutan induk
adalah daun Kubis yang di beli di pasar Reni dengan ekstrak etanol daun kubis dengan
Jaya, Kecamatan Pamulang , Tangerang konsentrasi 2000 ppm atau sebanyak 400 mg
Selatan . Daun kubis segar seberat 2 Kg ekstrak dalam 200 ml air laut. Kemudian
dengan cara diletakan di tempat yang menjadi 50 ppm, 100 ppm, 200ppm, 400
terbuka dan tidak terkena langsung sinar ppm, 600 ppm, dan 1000 ppm.
merusak komponen aktif pada daun kubis. etanol daun kubis dan disuspensikan dengan
merendam daun kubis dalam pelarut Etanol dan ditambahkan dengan total n-Heksan
70% selama 24 jam , lalu di saring dengan sebanyak 65ml, lalu diuapkan sampai
kapas dan di rendam kembali dalam etanol mendapatkan ekstrak kental. Cara tersebut
70% sampai tersari atau terekstraksi juga dilakukan pad pembuatan partisi Etil
etanol menjadi bening kembali. Setelah itu, 10 ekor larva Artemia salina Leach
pelarut etanol yang tersisa diuapkan pada dimasukan kedalam tabung reaksi yang
penangas air atau water bath sambil di aduk berisi 10 ml konsentasi 50 ppm, 10 ml
sehingga didapatkan ektrak kental. (Subekti, konsentasi 100 ppm, 10 ml konsentrasi 200
menetaskan telur udang 48 jam sebelum 1000 ppm. Selain itu , dibuat control negatif
dilakukan uji. Penetasan dilakukan dengan yang berisi 10 ml air laut tanpa penambahan
cara merendam telur tersebut dalam air laut ekstrak. Kriteria standaruntuk menilai
secukupnya dengan menerangi bagian kematian larva udang adalah bila larva
wadah yang tidak ditempati telur udang udang tidak menunjukan pergerakan selama
dengan sinar lampu sebelumnya wadah di beberapa detik observasi. Setiap konsentrasi
perlakuan dilakukan replikasi sebanyak 2
kali (duplo). Data yang
85
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018
dikumpulkan adalah data primer yang konsentrasi ekstrak daun kubis. (Subekti, N.
HASIL
Pada bagian hasil penulisan, tuliskan
hasil temuan tanpa membahasnya.
Tabel 1.Distribusi frekuensi
87
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018
sebanyak 0,24 g dengan kadar air dengan menggunakan regresi linier yaitu
ekstrak Etanol sebanyak 54,6%. dimana Y (nilai probit dari hasil presentasi
Uji toksisitas ekstrak Kubis (Brassica kematian ) dan X (log konsentrasi) adalah
mengetahui ekstrak dari fase mana yang Berdasarkan analisi probit pada
paling aktif. Dengan cara mencari fase ekstrak Etanol diperoleh persamaan yaitu y
tinggi. Maka dilakukan uji BSLT (Brine perhitungan diperoleh hasil LC50 sebesar
Shrimp Lethality Test). BSLT dilakukan 131 ppm. Analisis probit pada fase ekstrak
terhadap ekstrak etanol dan fase-fase nya n-Heksan diperoleh persamaan yaitu y =
yaitu fase n-Heksana dan fase Etil Asetat 1,7779x + 0,2601 didapat hasil LC50
Kubis (Brassica Oleracea var capitata L). sebesar 457 ppm. Pada analisis probit
Suatu senyawa dinyatakan mempunyai ekstrak fase pelarut Etil Asetat yaitu y =
potensi toksisitas akut jika mempunyai 1,8449x + 0,08 memperoleh hasil LC50
nilai LC50 kurang dari 1000 μg/ml. LC50 sebesar 457 ppm. ( Subekti, 2014)
(Lethal Concentration 50%) merupakan Hasil uji toksisitas crude ekstrak dengan
konsentrasi zat yang menyebabkan metode BSLT dapat dilihat pada tabel 3.
percobaan. Pada penelitian ini digunakan bahwa Etanol, n-Heksan dan Etil Asetat
hewan percobaan yaitu larva Artemia memiliki nilai LC50 <1000 menurut
Pada pengujian ekstrak daun kubis dengan menjadi 3 kategori yaitu kategori sangat
menggunakan pelarut Etanol, n- Heksan, toksik dengan nilai LC50 <30 µg/ml,
dan Etil Asetat diperoleh bahwa semakin kategori tengah toksik nilai LC50 30 - 1000
meningkatnya konsentrasi maka semakin µg/ml dan kategori tidak toksik ialah
meningkat pula persen kematian larva, hal >1000 µg/ml sehingga hasil penelitian ini
ini dapat dilihat pada tabel 2. Untuk dapat dikatakan masuk kedalam kategori
hubungan antara persen kematian larva bahwa ekstrak etanol memiliki kematian
dengan konsentrasi ekstrak. Untuk larva (LC50) berada pada konsentrasi 131
87
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018
senyawa yang paling toksik berada pada tergolong sebagai senyawa toksik.
senyawa polar. Senyawa-senyawa polar Menurut Taofik (2010) senyawa yang larut
dalam Kubis diantaranya flavonoid, tannin pada pelarut non polar antara lain saponin,
sebagai antikanker antara lain: pertama, Senyawa saponin dan triterpenoid pada
flavonoid sebagai oksidan yaitu melalui kadar tertentu memiliki potensi toksisitas
mekanisme pengaktifan jalur apoptosis sel akut serta dapat menyebabkan kematian
sebagai penghambat proliferasi (fase sel stomach poisoning atau racun perut. Oleh
saat mengalami pengulangan siklus sel karena itu, bila senyawa-senyawa ini
tanpa hambatan) tumor/kanker yang salah masuk ke dalam tubuh larva, alat
sehingga menghambat jalur tranduksi pada daerah mulut larva. Hal ini
sinyal dari membran sel ke inti sel. Ketiga, mengakibatkan larva gagal mendapatkan
kurang dari 1000 yaitu sebesar 457ppm. fraksi Etil Asetat memiliki daya toksisitas
memiliki nilai toksisistas lebih rendah di ppm. Namun nilai LC50 <1000 µg/ml
bandingkan Etanol, namun senyawa yang masih tergolong senyawa toksik bagi sel.
larut dalam senyawa non polar juga masih Adapun senyawa ekstrak yang berada pada
pelarut semi polar antara lain
88
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018
89
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018
90
Edudharma Journal Vol. 4 No. 1 Mei 2018
91