Anda di halaman 1dari 5

2.

6 Isolasi dan Identifikasi Alkaloid


2.6.1 Isolasi Alkaloid
Alkaloid dapat diisolasi melalui metode ekstraksi antara lain :
1. Soxhletasi
Soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan
menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik
(kondensor). Disini sampel disimpan dalam alat soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan
pelarut dalam wadah yang di panaskan, yang dipanaskan hanyalah pelarutnya, pelarut
terdinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin inilah yang selanjutnya mengekstraksi sampel.
Prinsip soxhletasi :
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan
dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan
dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi
molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam
simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna
ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan metode ini adalah :
a. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan
secara langsung.
b. Digunakan pelarut yang lebih sedikit
c. Pemanasannya dapat diatur
Kerugian metode ini adalah:
a. Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terusmenerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas.
b. Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut
tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih
banyak untuk melarutkannya.
c. Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik
didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah
kondensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.

Gambar 1. Alat soxhlet


2.

Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi refluks
digunakan untuk mengektraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan.
Prinsip refluks:
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun
kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat,
demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna,

penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan.
Keuntungan metode ini adalah :
Digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan
pemanasan langsung.
Kerugian metode ini adalah :
Membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator.

Gambar 2. Alat refluks

2.6.2 Identifikasi Alkaloid


Identifikasi alkaloid dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi berikut :
a. Reaksi Pengendapan
1. Reaksi Dragendorf

Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair.
Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi dragendorf maka akan menghasilkan endapan
jingga.
2. Reaksi Meyer
Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida. Ketika sampel ditambah
pereaksi meyer maka akan timbul endapan kuning atau larutan kuning bening lalu ditambah
alkohol endapannya larut. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan
yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
3. Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel ditambah pereaksi
bauchardat menghasilkan endapan coklat merah lalu ditambah alkohol endapannya larut.
b. Reaksi Warna
1. Reaksi dengan asam kuat
Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3 pekat menghasilkan warna kuning atau merah.
2. Reaksi Marquis
Pereaksi marquis mengandung formaldehid (1 bagian) dan H 2SO4 pekat (9 bagian).
Sampel ditambah pereaksi marquis akan menghasilkan warna jingga.
3. Reaksi Warna AZO
Sampel ditambah diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian), ditambah NaOH,
dipanaskan lalu ditambah amyl alkohol menghasilkan warna merah.
Alkaloid terdiri dari beberapa jenis. Adapun untuk identifikasi jenis alkaloid lainnya bisa
menggunakan reaksi berikut diantaranya :
Reaksi untuk alkaloid benzil isokuinolon contohnya morfin

1. Reaksi Frohde
Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat. Sampel
ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning kehijauan.
2. Reaksi Mandelin

Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air ditambah H2SO4 pekat.
Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna kuning kehijauan.
Selain itu, identifikasi alkaloid bisa juga dengan menggunakan pereaksi erlich (pdimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna biru atau abu-abu hijau untuk
alkaloid ergot.

Anda mungkin juga menyukai