Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

VIKSOSITAS DAN RHEOLOGI

Oleh:
Devi Monika Oktaviona (01174200029)
Febiona Souisa (01174200024)

Rossa Maranatha Purba (01174200018)


Sheren Presilia (01174200019)

Pengajar:
Karnelasatri, M.Si.
Claudya Zanet, S.Farm., M.Si.

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Viskositas berasal dari kata viscous yang memiliki arti kekentalan.


Viskositas digunakan untuk menyatakan daya tahan aliran pada suatu cairan.
Prinsip dasar penerapan viskositas dipakai pada rheologi atau sifat alir fluida.
Rheologi memiliki pengertian sebagai ilmu mengenai sifat alir suatu zat.
Viskositas dan rheologi penting dan berlaku pada kehidupan sehari-hari,
khususnya sangat berpengaruh dalam farmasi karena berhubungan dengan
pembuatan sediaan, pengemasan atau pemakaian sediaan, stabilitas sediaan,
konsistensi sediaan, serta ketersediaan hayati sediaan (Moechtar,1990).
Viskositas pada zat cair disebabkan oleh gaya kohesi dan dipengaruhi oleh
suhu, tekanan, berat molekul, dan konsentrasi larutan. Jika suhu semakin tinggi,
maka viskositas cairan akan semakin turun, sedangkan jika tekanan semakin
tinggi, maka viskositas cairan akan semakin tinggi juga. Rheologi suatu produk
mencerminkan konsistensi dari wujud cairan ke semisolid hingga ke wujud solid.
Hal tersebut berpengaruh pada stabilitas fisika hingga avaibilitas biologis suatu
zat aktif (Sinila, 2016).
Oleh karena itu, praktikan diharapkan mampu mengerti dan memahami
pengertian, metode, hingga alat yang digunakan pada viskositas dan rheologi
karena materi ini sangat mempengaruhi hasil sediaan. Viskositas dan rheologi
diterapkan pada bidang farmasi dalam pembuatan sediaan cairan, semisolid,
hingga padatan. Contoh umum penerapan viskositas dan rheologi dalam farmasi,
seperti penuangan sediaan cair dari botol dan pengolesan sediaan semisolid pada
permukaan kulit.

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan agar pengerian viskositas dan rheologi dapat


dimengerti, sifat cairan Newton dan non-Newton dapat dibedakan, metode
pengukuran serta alat yang digunakan dapat dikenal secara benar, hingga
viskositas dan rheologi dari beberapa zat cair dapat ditentukan oleh praktikan
sehingga terjadinya kesalahan dan kecelakaan kerja dapat dihindari dan hasil
sediaan dapat diperoleh dengan baik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Rheologi terbagi menjadi dua kata yang berasal dalam bahsa Yunani yaitu
rheo yang berarti mengalir dan logos yang berarti ilmu. Maka istilah rheology
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sifat alir suatu cairan, dan
istilah ini pertama kalinya digunakan oleh Croeford dan Bigham dalam perecobaan
menggunakan deformasi dari padatan dan aliran cairan. Viksositas didefinisikan
sebagai resistensi cairan untuk mengalir, semakin tinggi viksositas, semakin sulit
cairan untuk mengalir (Attwood et al., 2008).

Factor yang dapat mepengaruhi viksositas diantaranya, yaitu suhu karena


semakin tinggi suhu pada suatu cairan maka viksositasnya menurun, hal tersebut
dikarenakan kenaikan suhu karena pemanasan suatu zat yang cair menyebabkan
molekul-molekul pada cairan saling bergerak karena memilki energi, sehingga
hubungan gaya interaksi antara molekul menjadi lemah dan mengakibatkan
viksositas pada cairan menurun ketika suhunya naik. Tekanan juga
memepengaruhi yaitu semakin banyak tekanan yang diberikan pada cairan maka
viksositas pada cairan tersebut menurun. Tambahan bahan lain atau adanya
kehadiran zat lain juga merupakan faktor yang mepengaruhi viksositas, contohnya
pada saat mengukur viksositas air jika ditambahkan dengan bahan pensupensi atau
gula dalam bentuk cair akan menbahkan viksositas pada airnya, sedangkan bila
gliserin atau minyak ditambahkan dengan air akan menurunkan viksositas dari
gliserin dan minyak karena air membuat laju alir cepat dan interaksi anatara
molokul melemah sehingga viksositas menurun. Berat molekul semakin tinggi
maka semakin besar viksositas cairan, biasanya hal itu disebabkan karena ikatan
rangkap yang dimilki suatu zat tersebut semakin banyak dan juga dengan naiknya
berat molekul contohnya pada minyak, maka laju air pada minyak melambat
sehingga viksositas minyak meningkat atau naik. Konsentrasi semakin tinggi,
maka semkain tinggi juga viksositasnya, hal tersebut disebabkan karena adanya
gaya gesekan partikel dengan partikel lainya yang dikarenakan jumlah partikel
terlarut dalam tiap satuan volumenya bertambah, sehingga semakin banyak
partikel yang terlaut dalam larutan yang sering disebut sebagai konsentarsi larutan
tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasinya semakin
tinggi pula viksositasnya (Lachman et al., 2008).

Tipe aliran pada viksositas cairan bebeda dan dibagi menjadi dua yaitu ada
yang disebut sebagi Newtonian dan non Newtonian, jenis aliran Non Newtonian
dibagi lagi berdasarkan sifat-sifat alirnya di bagi menjadi sifat alir yang
dipengaruhi waktu dan sifat alir yang tidak dipengaruhi waktu. Sehingga aliran
Newtonian adalah aliran yang merupakan aliran pelarut ideal dan membentuk
suatu pelarut yang sejati, serat campuran pelarut dan shering sress pada aliran ini
yaitu memiliki moleku yang sederhana dan kecil pada molekulnya, sedangkan non
newtonian memiliki shearing rate dan shearing stress sehingga pada viksositasnya
dapat berubah-berubah, karena tidak adanya juga hubungan linear dan berdasarkan
tekanan yang diberikan (Sinila, 2016).

Tidak dipengaruhi waktu menurut jenisnya dibagi lagi menjadi tiga, yaitu
aliran Plastis terdiri dari titik yang tidak melwati (0,0) atau pada titik tertentu yang
disebut sebagai harga yield dikarenakan kurva plastis yang memotong dan berada
di titik sumbu stress dan tidak memotong tepat mnemui titik (0,0), dan yield value
merupakan pecapaian cairan plastis yang tidak mencapai sumbu stressnya, serta
aliran plastis tersebut dapat digunakan pada partikel-partikel yang telah terflokulasi
dengan suspensi partikel besar, yang menyebabkan tidak terbentuknya endapan
yang rapat jika mengendap, dan jika dilakukan pengkocokan, akan segera
terdispresi dengan pembawanya. Pseudoplastis dipengaruhi jika viksositas pada
suatu cairan menurun maka kecepatan tekanan atau dapat disebut rate of share
meningkat, sedangkan jika shearing stress meingkat maka polimernya menjadi
teratur yang dapat menyebabkan kurangnya tahanan. Pseudoplastis dipotong
melalui titik (0,0) sehingga tidak memiliki harga yield, sistem alir ini sering
disebut sebagai shear-thinning atau sistem geser encer, dan jika tekanan tekanan
pada larutan digeser maka viksositas dari zatnya menurun, contohnya kecap dan
saus tomat. Dilatan adalah aliran kebalikannya dari pseudoplastis yang juga
digunakan sebagai sistem dari geser kental (shear-thickeningsystem) suspensi
terdeflokulasi yang berkonsentrasi tinggi pada partikelnya (50%), jika
viskositasnya meningkat, rate of shear bertambahnya dan pengeluarannya dari
wadah membutuhkan tekanan yang kuat, mekanisme kerja aliran dilatan yaitu pada
keadaan diam susunan partikel rapat dengan ruang antar patikel yang kecil, tetpi
pada saat dilakukan pengkocokan (shearing) partikel nya mengembang (bulk
)sehingga membutuhkan ruang dan menyebabkan ruangnya bertambah, sehingga
hambatan aliran membentuk pasta kaku pada area hambatan yang tidak dibasahi.
Contohnya pada bedak calamine dan pada sediaan salep dan pasta (Remington &
Gennaro, 1990).
Sedangkan yang dipengaruhi waktu dibedakan menjadi dua, yaitu
Thiksotropik adalah aliran jika dalam keadaan diam dapat terlihat seperti sediaan
gel, tetapi pada saat diberikan tekanan atau (shearing) pengkoncokan, struktur gel
tersebut akan terpecah dan partikel-partikelnya menjadi lurus disebut sol, tetapi
saat pengocokan dihilangkan dan didiamkan lagi, lama-kelamaan susunan partikel
sol berubah menjadi struktur gel kembali, terdapat dua kali proses pada kerja aliran
thiksotropik ini pertama berubah secara cepat, tetapi pada proses yang kedua
berjalan lambat, aliran thiksotropik biasa digunakan dalam sediaan farmasi
contohnya yaitu diaplikasikan pada suspense parenteral prokain penisilini G. Dan
Antitiksotropik merupaka aliran yang mekanisme kerjanya berbalik dengan
thiksotropik yaitu sol berubah menjadi gel lalu berubah lagi menjadi sol (sol-gel-
sol), contohnya digunakan dalam membuat sediaan yang mengandung zat padat
yang jumlahnya harus kurang dari (1-10%) dan terflokulasi seperti magma
magnesia (Martin & Bustamante, 1993).
BAB III

METODE
3.1 Alat dan Bahan

Alat dalam praktikum ini adalah pipa kapiler, bola hisap, gelas ukur, gelas
beaker, corong, stopwach, spindel, viskometer brookfid, gelas kimia 500ml, statif.

Bahan dalam praktikum ini adalah etanol 96%, oleum sesami, VGA 10%,
sirupus simplex, dan aquadest.

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Viskositas dengan pipa kapiler

Aquadest 25 ml

- Masukan kedalam pipa


kapiler.
- Pasang bola hisap pada
bagian pipa kapiler dengan
diameter yang lebih kecil.
- Hisap sampel hingga
mencapai tanda batas.
- Siapkan stopwach dan
cabut bola hisap.
- Hitung dengan stopwach.

Hentikan stopwatch
Etanol 95% 25ml

- Masukan kedalam pipa


kapiler.
- Pasang bola hisap pada
bagian pipa kapiler dengan
diameter yang lebih kecil.
- Hisap sampel hingga
mencapai tanda batas.
- Siapkan stopwach dan
cabut bola hisap.
- Hitung dengan stopwach.

Hentikan stopwatch

Sirupus simpleks.

- Masukan kedalam pipa


kapiler.
- Pasang bola hisap pada
bagian pipa kapiler dengan
diameter yang lebih kecil.
- Hisap sampel hingga
mencapai tanda batas.
- Siapkan stopwach dan
cabut bola hisap.
- Hitung dengan stopwach.

Hentikan stopwatch
Oleum sesami

- Masukan kedalam pipa


kapiler.
- Pasang bola hisap pada
bagian pipa kapiler dengan
diameter yang lebih kecil.
- Hisap sampel hingga
mencapai tanda batas.
- Siapkan stopwach dan
cabut bola hisap.
- Hitung dengan stopwach.

Hentikan stopwatch

3.2.2 Viskositas dengan Viskometer Brookfid

Viskometer Brookfid

- Siapkan larutan VGA 10% dalam gelas kimia


500ml.
- Turunkan alat dengan statif pada bagian belakang.
- Kemudian tekan bagian ujung dan spindel dan
dipasang dengan memutar searah jarum jam.
- Turunkan perlahan lagi alat tersebut.
- Spindel diinstalasi sampai bagian atas spindel
terendam dalam larutan VGA 10%.
- Atur spindel dengan speed 60 dan 100.
- Nyalakan alat.

Lihat hasil viskositas


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil

4.1.1 Viscometer Pipa Kapiler

a. Sampel Aquadest

Sampel diambil sebanyak 25 ml ke dalam gelas ukur lalu dimasukkan


ke dalam pipa kapiler dengan corong, kemudian pasang bola hisap di pipa
dengan diameter lebih kecil , sehingga ambil stopwatch untuk menghitung
waktu yang dibutuhkan dari ambang batas atas ke ambang batas bawah,
bersamaan dengan dicabutnya bola hisap . pada sampel ini dibutuhkan
sekitar 1 menit 16 detik 53.
b. Sampel Etanol

Dengan menggunakan tahapan yang sama, pada sampel ini


dibutuhkan waktu selama 1 menit 45 detik untuk mencapai ambang bawah .

c. Sampel Sirupus Simplex

d. Sampel Oleum Sesami

Pada sampel ini, membutuhkan waktu yang sangat lama, maka kami
menghentikan pengamatan pada 1 jam 57 menit dan sampel masih berada
pada bagian cembung dari pipa kapiler, dapat dilihat melalui gambar
dibawah.
No Sampel Waktu Berat Pikometer Berat larutan
kosong
1. Air 76 detik 17,2 g 25,9 g
2. Etanol 105 detik 19,45 g 19,73 g
3. Sirup simplex 414 detik 13,74 g 29,85 g
4. Oleum sesami + 7020 detik 19,46 g 25,84 g

Maka untuk menentukan densitas dari sampel :

Diketahui:

- ρ air 25°C = 0,997 g/mL

- Volume pikno = = = 25,97 mL

1. ρ etanol = = = 0,76 g/mL

2. ρ sirup simplex = = = 1,15 g/mL

3. ρ oleum sesami = = = 0,99 g/mL

Menentukan Viskositas Tiap Sampel

- Viskositas air = 0,8904 cP


- η etanol = = = 0,937 cP

- η sirup simplex = = = 5,594 cP

- η oleum sesami = = = 81,669 Cp

Maka, dari hasil praktikum diatas maka didapat viskositas air ialah
0,8904 cp, viskostas etanol 0,937 cp, viskositas sirup simpleks 5,594 cp dan
viskositas oleum sesame 81,669 cp sehingga dapat dikatakan bahwa dalam
suatu zat cair, jika viskositas suatu zat cair yang didapat semakin besar
maka, benda padat akan susah bergerak.

4.1.2 Viscometer Brookfield

a. Larutan VGA 10% dibuat dengan melarutkan 50gram VGA dalam


500 mL aquadest

Hasil dari viscometer Brookfield

Pada gambar kanan, dengan kecepatan 60 RPM mencapai 8,80 cp


dengan range 8,8% dan jika ditambah kecepatan menjadi 100 RPM, maka
mencapai 9,96 cp dengan range 16,6 %.

4.2 Pembahasan
Pada viskositas pipa kapiler, menggunakan larutan aquadest sebagai
pembanding, dengan aquadest yang sudah memiliki ketetapan. Maka, dalam
praktikum ini dapat dinyatakan bahwa semakin membutuhkan waktu yang
banyak maka semakin besar juga viskositasnya.
Pada viskositas Brookfield , jika nomor spindle semakin besar maka
bentuk fisiiknya semakin kecil, dari hasil viskositas zat dinyatakan bahwa
sifat alir dari larutan ialah plastis, dan semakin besar kecepatan maka
viskositas dan range nya juga akan semakin besar, begitu juga sebaliknya.
BAB V

KESIMPULAN

Setelah materi mengenai viskositas dan rheologi dipelajari, maka dapat


disimpulkan bahwa sediaan obat sangat dipengaruhi oleh kekentalan dan sifat
alirnya. Kekentalan dan sifat alir suatu cairan juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu suhu, tekanan, berat molekul, dan konsentrasi larutan sehingga
faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh pada hasil sediaan. Jika suhu semakin
dinaikkan, maka kekentalan sediaan makin berkurang. Jika semakin tinggi
tekanan, berat molekul, zat tambahan yang ditambahkan, maka kekentalan sediaan
makin tinggi juga, sedangkan konsentarsi larutan berbanding lurus terhadap
kekentalan.
DAFTAR PUSTAKA

Attwood, David, & Florence. (2008). Physical Pharmacy. American Journal of


Pharmaceutical Education 2008; 72 (4) Article 95, 1-2.

Lachman, L., Kaning, J. L., & Lieberman, H. A. (1986). The Theory and Practice
of Industrial Pharmacy. Universitas Michigan : Lea and Febiger.

Martin , A., & Bustamante, P. (1993). Physical Chemical Principles in the


Pharmaceutical Sciences. London : Baltimore.

Moechtar. 1990. Farmasi Fisik. Yogyakarta: UGM-Press.

Remington , J. P., & Gennaro, A. R. (1990). Remington's Pharmaceutical


Sciences. Easton : Mack Pub.

Sinila, Santi. 2016. Farmasi Fisik. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Pusdik


SDM Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai