Anda di halaman 1dari 6

Irfan Bachdim, El Loco Gonzales , Kim Kurniawan Mana

Yang Naturalisasi ?

Irfan Bachdim
Irfan terlahir dari keluarga pesepakbola, ayahnya Noval Bachdim merupakan
warga negara Indonesia keturunan Arab - Indonesia yang lahir dan menetap di
Malang hingga tahun 80-an, mantan pesepakbola dari klub PS Fajar Lawang
pada era 80-an, kakeknya Ali Bachdim merupakan mantan pemain Persema
Malang dan PSAD Jakarta, ibunya Hester van Dijk adalah warga Negara
Belanda, Keluarga Bachdim tinggal di kota Amsterdam.
Irfan mulai bermain sepak bola di akademi sepakbola Ajak Amsterdam setelah
tiga tahun ia pindah ke SV Argon, kemudian direkrut oleh pencari bakat Fc
Utrecht bermain untuk tim junior Utrecht, sesekali menjadi pemain cadangan
tim senior. Setelah kontraknya tidak diperpanjang lagi, pada bulan Juli 2009
ditransfer tanpa biaya ke klub HFC Haarlem. Irfan memilih untuk menjadi WNI
ketimbang Belanda pada usia 18 tahun dan memegang paspor hijau Indonesia,
jadi Irfan Bachdim bukanlah seorang pemain dari produk naturalisasi. karena
sudah mengantongi paspor Indonesia sejak awal dengan sendirinya untuk
bermain di Indonesia Irfan tak perlu proses naturalisasi berbeda dengan El Loco
Gonzalez dan Kim yang sama sekali tidak memegang paspor hijau sehingga
harus melewati proses naturalisasi.

Cristian El Loco Gonzales


El loco Gonzales mantan seorang striker Timnas Indonesia asal Uruguay ini
sudah menetap di Indonesia lebih dari 5 tahun (sejak 2003) dan menjadi WNI
atas inisiatif sendiri, didukung Undang-undang No. 12 Tahun 2006. Sejak
bersama Persik Kediri ditambah lagi menikah dengan wanita Indonesia bernama
Eva, El Loco sudah ingin menjadi WNI, akhirnya setelah menunggu enam
tahun lamanya, El Loco Gonzales resmi mengganti kewarganegaraan pada
2010 menjelang berlangsungnya AFF Suzuki Cup.
Berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan,
Gonzalez memang sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan
kewarganegaraan Indonesia. Pasal 9 UU itu menyebutkan ‘Permohonan
pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan
sebagai berikut: a. telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin; b.
pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turuut atau paling
singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut’. c. sehat jasmani dan rohani; d.
dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD
1945; e. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih; f. jika dengan
memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda; g. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan
tetap; dan h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

Kim Jeffrey Kurniawan


Kim yang datang ke Indonesia, Agustus 2010 karena mendapat tawaran dari
coach Timo Scheunemann untuk bermain di Persema Malang, memegang
paspor Jerman, Kim berkarier di liga Jerman sejak berusia 5 tahun, terakhir
sebagai pemain FC Heidelsheim sebuah klub yang berkompetisi di
Verbandsliga Nordbaden Jerman (satu level di bawah divisi 3 Bundesliga),
bulan Januari 2011 Kim Kurniawan resmi menjadi pemain Persema Malang.

Kim kurniawan resmi berpindah paspor menjadi kewarganegaraan Indonesia


(WNI) sejak 20 Desember 2010 lalu. Proses naturalisasi dari warga Jerman
menjadi Indonesia ini berlangsung mulus dibantu PSSI BTN melalui
Departemen Hukum dan HAM, karena Kim sama sekali tidak memegang
paspor hijau sehingga harus melewati proses naturalisasi
Kim Kurniawan adalah cucu dari Kwee Hong Sing, mantan pemain Persija dan
Timnas Indonesia di tahun 1950an. Ayah Kandung Petrus Kurniawan besetatus
WNI. Jadi dari data diatas dengan demikian Kim Jeffrey Kurniawan bisa
dikatakan merupakan pemain sepakbola produk naturalisasi pertama di
Indonesia …
Bocah terlibat ISIS, cabut kewarganegaraan atau deradikalisasi
Pemerintah masih menimbang pencabutan kewarganegaraan Warga Negara
Indonesia (WNI) yang tertarik gabung dengan ISIS di luar negeri.
Merujuk undang-undang nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, ada
banyak sebab kenapa seseorang bisa kehilangan kewarganegaraan.
Pasal 23 mengatur banyak sebab yang membuat WNI kehilangan
kewarganegaraan. Misalnya, secara sukarela mengangkat sumpah atau
menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing
tersebut.
Tapi tak ada poin yang khusus yang menunjuk kehilangan kewarganegaraan
karena kasus terorisme. Dalam revisi Undang-undang Terorisme yang masih
digagas, pencabutan kewarganegaraan karena kasus terorisme ini masuk
menjadi salah satu poin revisi.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sepakat dengan pencabutan
kewarganegaraan mereka yang terlibat ISIS. "Masa mereka abis perang, terus
mereka dikejar-kejar, lalu negara kita menjadi tempat perlindungan. Itu kan
enggak benar," ujar Ryamizard, seperti dipetik dari Beritasatu.com, Jumat
(4/3/2016).
Menurut Ryamizard mereka yang telah bergabung dengan ISIS tidak usah
kembali lagi ke Indonesia karena bikin repot. "Daripada ngerepotin, biar saja di
sana," tuturnya seperti dikutip dari detikcom, Senin (17/7).
Dilfansyah Rahmani, salah satu WNI yang berada di Suriah mengaku tergiur
janji-janji ISIS dan merasa tertipu. "Kami 17 orang ingin bersama-sama kembali
ke Indonesia," kata Dilfansyah seperti dikutip dari BBC Indonesia, Jumat
(23/6). Di antara rombongan itu terdapat anak-anak.
Mereka berharap bantuan dari pemerintah Indonesia membantu keluar dari
Suriah dengan aman,
Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad
Mbai menyatakan dari sekitar 700 WNI yang bergabung dengan ISIS di Suriah,
sekitar 70 orang sudah kembali ke Indonesia tahun lalu.
Ansyaad menilai sejumlah WNI yang pulang ke Indonesia dari Suriah tersebut
berbahaya, karena masing-masing punya kemampuan. Ada yang ahli merakit
senjata, dan ada yang ahli membuat bom. "Tidak semuanya tentu," ujarnya,
Rabu (5/7).
Salah satu alumni Suriah yang pulang dan kambuh di Indonesia adalah SP. SP
menjadi tersangka penyerangan Markas Polda Sumatera Utara, Minggu (25/6).
Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib menilai tidak
semua WNI yang berangkat ke Suriah memiliki kemampuan perang.
"Bisa saja di Suriah mereka hanya tukang masak. Bisa saja belum ngapa-
ngapain..." ujar Ridwan kepada BBC Indonesia, Rabu (05/07). Menurut Ridwan
tidak semua WNI yang bertempur di Suriah itu mendukung ISIS.
Kepala BNPT Suhardi Alius menyatakan, kepulangan para eks pro ISIS itu
memang membawa dilema.
Sebagian dari mereka masih anak-anak tapi sudah terpapar radikalisme.
Undang-Undang Terorirsme yang ada belum mengatur hal ini.
Kemungkinan yang ada, bila mereka pulang dari Suriah akan dimasukkan ke
penampungan di Bambu Apus, Jakarta Timur. "Kami berikan program
deradikalisasi, kami serahkan ulama, psikolog anak dan lain-lain, untuk
mengurangi radikalismenya," ujarnya seperti dikutip dari Kumparan.com. Lalu
dipulangkan ke masing-masing daerahnya.
BNPT meminta pemerintah daerah proaktif menjemput dan ikut mengawasi.
"Supaya kita tahu persis orang-orang ini kembalinya ke mana, bergaulnya sama
siapa," ujar dia.
Tapi walau sudah ikut program deradikalisasi, tapi BNPT juga tidak bisa
menjamin apabila mereka ke luar dari Bambu Apus bisa langsung bebas dari
pengaruh radikalisme.
4 WNI Pemburu Nazaruddin Terancam Kehilangan
Kewarganegaraan
Lamtiur Kristin Natalia Malau, Jurnalis · Minggu 19 Juni 2011 06:55 WIB
JAKARTA- Empat orang aktivis asal Indonesia terancam kehilangan
kewarganegaraan (stateless). Pasalnya, paspor keempat aktivis tersebut ditahan
oleh pemerintah Singapura saat sedang berupaya mencari Muhammad
Nazaruddin dan Nunun Nurbaeti di negara tersebut.
Adnan Balfas, satu dari empat aktivis tersebut mengatakan, terancamnya status
kewarganegaraan keempat WNI tersebut disebabkan karena staf KBRI secara
arogan tetap menolak mereka memasuki halaman. Tiga aktivis lain Adnan
Balfas adalah Dendi Satrio, M Egi Sabri dan Sarman El Hakim.
“Padahal Komisi I melalui Helmi Fauzi, telah menyerukan agar semua aktivis
harus menunggu pengembalian paspor dengan tinggal di KBRI," kata Adnan
dalam pesan tertulis yang diterima okezone, Minggu (19/6/2011).
Adnan mengatakan, tindakan itu sungguh aneh. Prosedur Internal Security Act
rupanya dipakai untuk para aktifis anti korupsi yang mencari Nazarudin dan
Nunun.
“Kami bingung kenapa aktivis anti korupsi, cari solusi bantu cari Bendahara
Partai Demokrat Nazarudin yang buron ke Singapura malah paspornya ditahan?
Tapi kenapa orangnya kok tidak ditahan?,” katanya.
Saat ini, Adnan mengatakan Sidney Jones dari International Crisis GROUP
mulai coba membantu menyelesaikan masalah ini melalui bantuan jaringannya.
Lupakan Belanda, Raphael Maitimo Bangga Jadi WNI
Minggu, 2 Juni 2013 14:04 WIB
Lupakan Belanda, Raphael Maitimo Bangga Jadi WNI
Pemain Tim Nasional Indonesia, Raphael Guillermo Maitimo (kiri) dan Diego
Michiels (kanan), mengikuti sesi latihan di Stadion Utama Gelora Bung Karno,
Kamis (14/3/2013). Latihan tersebut merupakan persiapan jelang pertandingan
Pra-Piala Asia 2015 melawan Arab Saudi di SUGBK 23 maret mendatang.
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemain naturalisasi asal Belanda, Raphael
Maitimo mengungkapkan keinginannya untuk berjuang maksimal membela
Timnas Indonesia menghadapi Belanda pada laga uji coba internasional.
Meskipun dibesarkan di Rotterdam, Belanda serta sempat memperkuat
timnas di kelompok usia U-15, U-16, dan U-17, namun saat ini Maitimo sudah
memutuskan untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).
“Saya tumbuh besar di Holland. Saya bermain untuk Timnas Belanda bersama
dengan pemain-pemain yang saat ini bermain di timnas (Robin van Persie,
Wesley Sneijder, dan Arjen Rooben). Tetapi sekarang saya senang dan bangga
menjadi WNI,” ujarnya kepada Tribunnews.com, Minggu (2/6/2013).
Pemain Mitra Kukar itu untuk pertama kali memperkuat Timnas Indonesia di
Piala AFF 2012. Pada laga perdananya dia mencetak gol ke gawang Laos.
Raphael Maitimo mengatakan, keluarganya di Belanda mendukung
keputusan dia untuk menjadi WNI. Dukungan tersebut membuat pemain 29
tahun itu tampil menawan di setiap pertandingan timnas.
“Tentu saja keluarga saya di Holland sangat bangga. Mereka akan memberikan
dukungan penuh,” katanya.
Pesepakbola yang bisa bermain di posisi bek ataupun gelandang sama
baiknya itu berjanji, kepada masyarakat Indonesia untuk dapat menampilkan
permainan terbaik pada laga di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan,
Jakarta, 7 Juni mendatang.
“Saya akan memberikan yang terbaik untuk semua masyarakat Indonesia. Saya
akan membuat mereka senang,” ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai