0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
39 tayangan7 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang integrasi dan reintegrasi sosial pasca konflik, meliputi pemulihan (recovery), rehabilitasi, rekonstruksi, dan transformasi sosial. Pemerintah bertanggung jawab untuk melakukan upaya pemulihan secara terencana, terpadu dan berkelanjutan melalui rekonsiliasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi untuk membangun masyarakat yang cinta damai.
Dokumen tersebut membahas tentang integrasi dan reintegrasi sosial pasca konflik, meliputi pemulihan (recovery), rehabilitasi, rekonstruksi, dan transformasi sosial. Pemerintah bertanggung jawab untuk melakukan upaya pemulihan secara terencana, terpadu dan berkelanjutan melalui rekonsiliasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi untuk membangun masyarakat yang cinta damai.
Dokumen tersebut membahas tentang integrasi dan reintegrasi sosial pasca konflik, meliputi pemulihan (recovery), rehabilitasi, rekonstruksi, dan transformasi sosial. Pemerintah bertanggung jawab untuk melakukan upaya pemulihan secara terencana, terpadu dan berkelanjutan melalui rekonsiliasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi untuk membangun masyarakat yang cinta damai.
Reintegrasi dan Transformasi Social Pemulihan ( Recovery ) Upaya penanganan konflik ini merupakan tanggung jawab bersama baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No 7 Tahun 2012 tentang penanganan Konflik Sosial Peraturan Pemerintah tersebut mengatur bahwa pemulihan pasca konflik menjadi kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah secara terencana, terpadu, berkelanjutan, dan terukur sesuai dengan kewenangannya. Pemulihan pasca konflik tersebut meliputi rekonsiliasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Pemulihan pasca- konflik bertujuan membangun masyarakat Indonesia yang cinta damai. Karena itu, pembangunan ke arah perdamaian harus diupayakan dengan dengan serius untuk mengatasi sumber sumber konflik dan akar akar kekerasan di masyarakat. Menurut UU Republik Indonesia No 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, pada bab V mengenai pemulihan pasca-konflik pada pasal 36 ayat 1 disebutkan pemerintah dan pemerintah daerahberkewajiban melakukan upaya pilihan pasca konflik secara terencana, terpadu, berkelanjutan, dan terukur. Adapun pasal 36 ayat 2 disebutkan upaya pemulihan pasca konflik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi rekonsiliasi, rekonstruksi, dan rehabilitasi. Rekonsiliasi Sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial Pasal 37, disebutkan pada Ayat 1) pemerintah dan pemerintah daerah melakukan rekonsiliasi antara para pihak yang bertikai dengan cara perundingan secara damai, pemberian restitusi (ganti kerugian), dan atau pemaafan. Adapun pada pasal 37 undang-undang yang sama, Ayat (2) berbunyi bahwa rekonsiliasi dapat dilakukan dengan menggunakan institusi/pranata adat dan atau pranata sosial atau satuan tugas penyelesaian konflik sosial. Rehabilitasi Sesuai dengan UU RI No 7 tahun 2012 tentang penanganan konflik social pada pasal 38 menyatakan pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan rehabilitasi sesuai tugas, tanggung jawab,dan wewenangnya. Rehabilitasi ditunjuk pada daerah pascakonflik dan di daerah terkena dampak konflik. Adapun upaya rehabilitasi yaitu : 1. Pemulihan psikologis korban konflik dan perlindungan kelompok rentan. 2. Pemulihan kondisi social, ekonomi, budaya, keamanan dan ketertiban 3. Perbaikan dan pengembangan lingkungan dan daerah perdamaian 4. Pemenuhan kebutuhan dasar spesifik perempuan, anak anak , lanjut usia dan kelompokorang yang berkebutuhan khusus 5. Pemfasilitasan media pengembalian dan pemulihan asset korban konflik. Rekonstruksi Undang undang republic Indonesia nomor 7 tahun 2012 tentang penanganan konflik, pasal 39 meyatakan,bahwa pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan rekonstruksi dengan tugas,tanggung jawab dan wewenangnya. Pelaksanaan rekonstruksi tersebut adalah sebagai berikut ; 1. Pemulihan dan peningkatan fungsi pelayanan public di lingkungan atau daerah pascakonflik 2. Pemulihan dan penyediaan akses Pendidikan,kesehatan dan mata pencaharian. 3. Perbaikan sarana dan prasarana umum daerah konflik 4. Perbaikan dan pemulihan tempat ibadah 5. Perbaikan dan penyediaan fasilitas pelayanan Pemenuhan kebutuhan dasar spesifik perempuan, anak anak , lanjut usia dan kelompokorang yang berkebutuhan khusus Reintegrasi Sosial Reintegrasi dalam pemulihan konflik merupakan suatu proses penyesuaian kembali dari unsur unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Contoh apabila kita ibareatkan dengan sebuah taman yang dahulunya indah, tertata rapi, kemudian diterpa angina putting beliung yang mengakibatkan rusaknyabtaman tersebut. Kemudian diperbaiki dan ditata kemali sehingga taman tersebut menjadi indah dan rapi seperti semula. Angin putting beliung itu ibaratkan konflik yang terjadi dalam masyarakat yang merupakan suatu masalah social yang menjadi kendala dalam proses reintergrasi social. Penataan kembali merupakan reintegrasi. Reintegrasi merupakan suatu proses social dalam menhatukan kembali pihak pihak yang berkonflik untuk bedamai dan bersatu kembali seperti sebellum terjadinya konflik. Transformasi social Transformasi menurut KBBI, berarti perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya) dengan demikian transformasi social dapat berarti perubahan yang berkenaan dengan masyarakat. Perbahan dapat terjadi akibat beberapa hal, seperti peningkaran ekonomi, terjadinya perang, kekacauan politik, dan konflik di masyarakat. Transformasi social juga memperngaruhi pola interaksi di dalam masyarakat bila yranfosrmasi social terjadi dan perubahan tersebut diteima di masyarakat, akan terjadi integrase dalam masyarakat.